Matahari telah tergelincir dari titik tertingginya. Angin berhembus semakin dingin begitu cahaya jingga menyelimuti gunung ini. Kicauan burung tak lagi terdengar. Ini jauh masuk ke dalam hutan setelah mereka meluncur deras dari atas tebing. Jing Xuan duduk bersandar batuan tebing, dia memegangi lengannya yang lebam, meringis pelan, matanya menatap Yinlan yang tak kunjung bangun. Dia memutuskan untuk menghidupkan api unggun. Kemudian membiarkan Yinlan berbaring sedikit dekat dengan api agar tak kedinginan. Dia juga menyelimuti Yinlan dengan mantel bulunya. Jing Xuan menatapnya lamat-lamat, “Mungkinkah gadis kecil itu benar-benar kau? Dan aku telah salah paham padamu selama ini?” dia berguman pelan. “Jika iya …. Bagaimana mungkin aku melupakanmu seperti tergiur pada kecantikan duniawi.”“Xie Yinlan. Jika kau benar-benar bisa menyembuhkanku, maka ramalan itu pasti benar adanya.” ***“Chu Xia, kau bodoh sekali.” “Aku tidak akan mencintaimu jika kau tak kaya, hahaha …!”“Aku hanya men
“Kamu diracuni?” Xie Yinlan bertanya serius. Perkataan itu jelas mengundang tanda tanya bagi Jing Xuan. Wanita ini jelas mengetahui kejadian belasan tahun lalu, karena dialah yang menyelamatkannya pertama kali dari racun itu. Dia lupa, atau memang tidak pernah mengalaminya? “Yinlan, kau tidak mengingatnya, atau tidak pernah mengalaminya?” Jing Xuan bertanya datar, dia bersiap-siap akan membunuhnya sekarang jika terbukti sekali lagi bahwa Xie Yinlan ternyata bukan orang yang bisa menyembuhkannya. Ketika melihat sorot mata yang tiba-tiba mencekam itu, Yinlan terdiam dengan gusar, dia salah bertanya seperti itu? Sepersekian detik berikutnya, ingatan-ingatan aneh kembali merambat di pikirannya. Separuh dari ingatan itu sama seperti yang pernah dia lihat saat pertama kali tiba di sini. Dia meringis sambil memegangi kepala, lalu dia sudah mengingat semuanya dengan jelas. Dia mendongak, menatap Jing Xuan yang tampak seperti binatang buas yang siap melahapnya bulat-bulat. “Aku ingat …,
Akhirnya, perburuan itu dimenangkan oleh Jenderal Yi Xuan dengan empat ekor serigala dan dua ekor elang sebagai buruan unggulannya. Kaisar menghadiahinya sebuah keinginan yang segera tercapai dan kotak berisi seribu tahil emas. Itu adalah hadiah yang besar sekali, sepadan dengan buruan yang dia dapat. Semua orang memujinya dan memberinya ucapan selamat. Termasuk Tuan Muda Gu dan Tuan Muda Ketiga Sima. Jenderal Yi Xuan menginginkan tugasnya dipindah ke wilayah Qingzhou. Jing Xuan menyetujuinya, memberinya gelar Jenderal Pelindung Qingzhou dan akan ditempatkan di Kediaman Jenderal di Qingzhou. Xie Yinlan tersenyum sambil menatapnya, “Dia punya wibawa yang hebat, cocok sekali menjadi pemimpin negara.” Setelah pengumuman kemenangan, semua orang kembali ke kediaman masing-masing, Kereta kuda mengangkut pemiliknya. Yang paling besar dan mewah adalah kereta kuda Kekaisaran. Di antara empat kereta kuda Kekaisaran, Xie Yinlan menaiki yang paling belakang bersama A-Yao. Sebelum pergi, Jing
Tiga hari kemudian, saat dia berniat mengunjungi Jing Xuan di ruang bacanya, dia justru malah secara tak sengaja melihat Xie Qingyan keluar dari istana bersama pelayannya, Ning'er. Tak perlu berpikir panjang, Yinlan langsung mengikutinya, dia bahkan keluar secara terang-terangan, dan tidak ada penjaga yang menanyai ke mana dia akan pergi. Saat itu, dia tak cukup memikirkan kecerobohannya, dia hanya sangat ingin mengikuti Xie Qingyan yang mungkin dalam perjalanan menemui Xi Feng yang baru pulang dari perbatasan. Rasa penasaran itu terjawab beberapa menit kemudian. Saat Xie Qingyan menghentikan langkahnya di depan Pengunapan Yuelai. “Bertemu di penginapan?” Xie Yinlan bergumam, “Kenapa tidak di tempat yang lebih mencolok saja?” dia mendengus malas. Penginapan terlalu sepi dibandingkan restoran mewah. Sulit baginya untuk bersembunyi dan mencuri dengar. perbincangan mereka. “Aku sudah berada di sini, mau tidak mau harus tetap melangkah maju. Semoga ini tak menimbulkan masalah besar
Ning'er keluar dari kamar nomor delapan sambil menepuk pelan tangannya, dia menutup pintu dengan tenang lalu memasuki kamar sebelahnya di mana Xie Qingyan sedang mengobrol dengan Xi Feng. Wanita racun itu mengeluarkan sebuah botol giok kecil berisi cairan racun. Dia mengeluarkannya dengan raut wajah percaya diri. “Apa ini?” “Tak salah lagi. Ini pasti racun yang sudah melukai Kaisar.” Xi Feng menyerahkan botol kecil itu pada Qingyan. “Yang Mulia, racun inilah yang sudah membuatku terluka parah belasan tahun lalu. Dan kau memberikan darahmu padaku. Awalnya hanya karena aku kehabisan banyak darah, kau tak pikir panjang langsung menyayat lenganmu dan meneteskan darahmu ke mulutku. Dan aku sembuh begitu saja.” Xi Feng menjelaskan dengan sangat antusias, seperti ada ambisi besar di balik sorot matanya. “Sembuh begitu saja?” Xie Qingyan menatap tak percaya, ‘Wanita dalam ramalan itu …, mungkinkah benar-benar dia?’ lanjutnya dalam hati. “Yang Mulia, katakan padaku, kau pernah makan ramu
Samar-samar terdengar suara banyak orang, lantas dia merasakan hawa yang dingin menusuk tulang. Dia memeluk tubuh yang menggigil kedinginan. Perlahan, Yinlan membuka mata, semuanya nampak kabur, setitik cahaya terang muncul, dia menatap langit-langit kamar yang remang, cahaya itu berasal dari celah ventilasi udara di atas jendela yang tertutup.Dia berusaha duduk, namun tiba-tiba merasakan sekujur tubuhnya lemah, dan tangan kirinya tak bisa digerakkan. Dia meringis pelan, matanya mulai menelisik sekitar. “Aku di mana?” dia memegang kepalanya yang sedikit pusing. “Masih di penginapan itu?” Dia mulai mengingat potongan-potongan kejadian itu. Dia mengikuti Xie Qingyan dan Ning'er ke penginapan ini. Saat sudah tahu mereka ada di kamar yang mana, dan dia memesan kamar yang benar-benar bersebelahan dengan mereka, Ning'er justru muncul di dalam kamar yang dia pesan. Bukan hanya itu, Ning'er bahkan berani memukulnya hingga pingsan. Dan meninggalkannya di ruangan ini hingga sekarang. Yin
A-Yao datang untuk mengantarkan makan malam dan obat. Yinlan sedang duduk sambil merenung memikirkan sesuatu. Dia menatap lengan kirinya yang kini dibalut perban, dia tidak ingat kapan dia mendapatkan luka ini. Dugaannya adalah Xie Qingyan yang melukainya. Tapi dia tidak dapat memikirkan motif apa pun yang menyebabkan Xie Qingyan harus melukainya di penginapan itu. Padahal jika dia tertangkap basah sedang menguntit, bukankah Xie Qingyan bisa membunuhnya saat itu juga?Belum lagi, dia juga penasaran tentang kenapa Shangguan Zhi menganggapnya hendak melenyapkan diri? Padahal sebagai ahli medis, harusnya Shangguan Zhi juga tahu kalau luka ini tidak mungkin pelenyapan diri. Karena jika memang dia berniat melenyapkan diri, dia harus menyayat lengannya tepat di pergelangan tangan untuk merobek nadi agar bisa berhenti bernapas. Yinlan menghela napas pelan, dia mengangkat kepalanya dan terkejut, “Astaga!” dia membulatkan mata melihat A-Yao sudah ada di hadapannya. “Selir …, jangan terlalu
Esok hari, Yinlan terbangun karena mendapati Jing Xuan sudah berada di kamarnya. Dia tersenyum puas. Ini adalah kesempatan yang terbaik untuk berbicara padanya mengenai pergi ke Kediaman Shangguan. Saat dia masih berbaring dan menatap wajahnya lamat-lamat, Yinlan justru merasa pria ini seperti sudah mengetahui sesuatu.“Yang Mulia,” Yinlan beringsut duduk, tersenyum lebar. Jing Xuan mengulas senyum tipis, “Kau masih berpikir ingin melenyapkan diri setelah melihatku begitu pagi sudah ada di tempatmu?” Yinlan menyeringai, “Hehe, aku tidak akan melakukannya lagi.” “Kalau kau mau melarikan diri dariku, setidaknya cari tempat yang lebih jauh untuk bunuh diri, dasar bodoh!” Jing Xuan berbisik geram di depannya. Xie Yinlan mendengus, ‘Setelah kejadian dramatis di tebing hari itu, pria ini harusnya tahu kalau aku tidak akan bunuh diri sampai malaikat maut datang sendiri untuk mencabut nyawaku. Kau juga seorang Kaisar yang bodoh!’“Yang Mulia …, aku ingin —”“Selir Rong! Astaga, apakah ka
Istana Guangping menjadi sangat ramai lima tahun ke depan. Dua orang anak yang terlihat sangat mirip setiap hari berlarian di halamannya, saling mengejar, saling mencoba menjatuhkan. Satu anak adalah perempuan, dia memegang pedang kayu dan terus mengarahkannya pada si anak laki-laki sambil berkata, “Berhenti, penjahat!” Semenatra yang laki-laki tertawa riang, terus berkata bahwa si anak perempuan tidak akan bisa menangkapnya. Di dalam istana, Yinlan sedang sibuk menatap sejumlah tusuk rambut di atas meja. Bingung memilih mau pakai yang mana. “Bagaimana dengan ini?” Jing Xuan menunjukkan tusuk konde yang berwarna perak dengan batu giok putih yang indah. Yinlan menggeleng, “Aku rasa aku sudah memakai itu kemarin lusa.” “Tidak apa, pakai lagi saja.” Jing Xuan menguap, sudah satu jam dia berdiri di depan meja rias Yinlan, dan gadis itu masih belum menentukan akan memakai apa. “Aku pakai ini saja lah.” Yinlan mengambil tusuk rambut bunga rong yang pernah Jing Xuan berikan padanya du
A-Yao tampak kerepotan, menerima sejumlah hadiah dari tamu-tamu luar Ibukota yang menghadiri pernikahan terbesar di seluruh Kekaisaran Jing ini. “A-Yao, sampaikan ucapan selamatku pada Permaisuri, ya?” terlihat Nona Kelima Jiang tersenyum ramah sambil menyerahkan sebuah kotak kayu besar. A-Yao mengangguk sambil tersenyum, “Terima kasih sudah datang.” Mao Lian berdiri di dekat pintu sambil menatapnya dengan tatapan remeh, “Kau tampak sibuk, A-Yao.” A-Yao mendengus sambil menatap tajam ke arahnya, “Dari pada diam menjadi pagar seperti itu, lebih baik kau membantuku.” Mao Lian terkekeh lalu menghampirinya. Sebelum mulai membantu, dia mendekatkan mulutnya ke telinga A-Yao dan berbisik, “Baru saja Yang Mulia memberkati pernikahan untukku, A-Yao. Apakah kau terkejut?” A-Yao terdiam kaku, matanya membulat sempurna, berkedip beberapa kali. “Be-benarkah? Bagaimana mungkin,” A-Yao menyeringai tipis, mencoba mengendalikan perasaannya yang tidak karuan. Dia membatin, ‘Diberkati pernikahan?
Yinlan merebahkan tubuhnya di ranjang, Jing Xuan menjadikan pahanya sebagai bantal. Tangannya bergerak mengusap pelan helai rambut panjangnya. Aroma wangi ini, Jing Xuan sangat merindukannya. Sejak baru tiba sore lalu, Yinlan sama sekali tak mau melepaskannya. Dia selalu tersenyum dan berkata harus selalu bersama untuk menebus hari-hari saat berpisah. “A-Yin, berapa bulan lagi sampai hari kelahirannya?” tanya Jing Xuan, memecah keheningan. “Hm …,” Yinlan berpikir sejenak, “Ini sudah lama memasuki bulan ke-tujuh. Sebentar lagi bulan ke-delapan.” “Sebentar lagi, ya ….” Jing Xuan menghela napas, “Tapi dua bulan lagi sangat lama.”“Jika melewatinya bersama-sama, harusnya tidak terlalu lama.” Yinlan tersenyum lebar sampai matanya menyipit. “A-Yin, aku tidak bisa menepati janjiku untuk menikahimu di ujung musim dingin.” Jing Xuan menunduk merasa bersalah. Yinlan menepuk punggung tangannya, “Kita menikah di awal musim semi saja. Bukankah itu bagus?” “Apakah menurutmu begitu?” Yinlan
Dua minggu kemudian. Kabar mengenai kepulangan Jing Xuan telah tiba di Istana. Semua orang menyambutnya di depan gerbang istana, termasuk Yinlan dan Ibu Suri. Kabar peperangan dengan Negara Shang yang mendadak itu juga telah sampai di Ibukota sejak dua minggu lalu. Para warga merasa bersyukur saat tahu sang Kaisar berada di sana untuk meredakan kekacauan. Kini, mereka sudah berkumpul di tepian jalan untuk menyambut Kaisar mereka. Melempar bunga dengan wajah tersenyum lebar, sambil memanjatkan do’a dan pujian untuk pahlawan nomor satu itu. Jing Xuan hanya menaiki seekor kuda hitam, tidak ada tandu atau kereta kuda yang mewah yang menemaninya. Di belakangnya hanya ada dua orang tabib, dan sepuluh orang prajurit yang mengantar kepergiannya. Itu sungguh hanya kepulangan sederhana yang tidak disiapkan secara khusus. Namun semua orang justru merasa senang untuknya dan mengucapkan beribu-ribu kata syukur. Jing Xuan juga secara khusus turun dari kudanya dan menggendong anak-anak usia tig
Kamp Militer Perbatasan Utara. Jing Xuan duduk tegak di kursi, wajahnya sangat serius. Dia sedang membaca sebuah buku. Buku medis kuno yang Shangguan Yan bawa dari ruang bawah tanah beracun milik Ye Qing di Tingzhou. Dalam buku itu, tertulis bahwa Teratai Hitam bukanlah racun. Melainkan sejenis obat mujarab yang bisa membentuk ketangguhan fisik luar biasa, obat yang bisa menetralisir semua jenis racun yang tumbuh di dunia ini. Obat itu memberikan efek samping yang cukup kejam bagi pemakainya. Semua gejala menyakitkan yang Yinlan alami setiap bulan itu adalah efek sampingnya. Dan selamanya tidak bisa dihilangkan. Dalam setiap bulan, akan selalu ada hari di mana tubuh itu sendiri tiba di titik terlemahnya. Jing Xuan menggeram, “Kenapa aku tidak mengalami siklus bulanan ini juga? Padahal aku jelas-jelas meminumnya, kan?” Xi Feng menghela napas, “Yang Mulia, Teratai Hitam yang kau minum itu hanya semangkuk penawar racun saja, bukan lagi jenis obat yang sama. Permaisuri meminum selur
Satu minggu kemudian, Selir Agung Qin ditemukan di Prefektur Barat Ibukota. Jubah kekaisarannya entah hilang ke mana, semua perhiasan emas yang melekat di tubuhnya juga telah raib. Pangeran Ming menggunakan kereta kuda untuk membawanya kembali ke Istana. Sepanjang perjalanan, Selir Agung tidak mengeluarkan sepatah kata pun meski Pangeran Ming berada tepat di depannya. Pangeran Ming tidak berharap wanita itu akan bertanya tentang kenapa dia ditangkap, atau mau membawanya ke mana. Dia berpikir wanita ini akan menanyakan keadaan putranya. Namun keduanya sama sekali tidak terdengar keluar dari mulutnya. Pangeran Ming menghela napas, dia mengeluarkan sapu tangan dengan bordir lambang Keluarga Jing miliknya. Lalu dia meletakkannya di atas paha Selir Agung dan berkata, “Sekalah kotoran di wajahmu. Haoyu tidak akan suka melihatnya.” Selir Agung tersenyum tipis, “Aku bahkan tidak pantas mengambil barang milik Keluarga Jing kalian.”“Memang benar …, lagi pula, untuk apa kau memedulikan pen
Yu adalah marga sebenarnya Selir Agung Qin. Pangeran Ming menatap punggungnya, “Ibumu bahkan tidak memedulikan nasibmu, Haoyu.” Ruangan penjara itu semakin senyap, Pangeran Chi mengangkat kepala, lantas terkekeh pelan, “Kau tidak berhak menilai hubungan ibu dan anak di antara kami, Jing Tian.”“Satu hari setelah tindakan bodohmu, aku terus mencari keberadaan Selir Agung Qin di mana pun. Dia melarikan diri, bersembunyi di suatu tempat menunggu kesempatan pergi dari Ibukota yang sudah seperti neraka baginya ini. Tanpa memedulikan putranya.” Pangeran Ming diam sejenak. Dia menunggu Pangeran Chi berbalik dan menatapnya sebelum dia melanjutkan perkataan yang kian lama semakin menyakitkan itu. Namun Pangeran Chi tidak sebaik hati itu untuk mendengarkan penjelasannya. Dia tampak tidak begitu peduli dengan apa yang ibunya lakukan padanya. “Jing Haoyu.” Pangeran Ming menggeram dengan tangan mengepal. “Apa? Kau mau berkata bahwa aku ditelantarkan? Hah, kau juga tidak berhak.” Pangeran Mi
Pangeran Ming menutup rapat pintu Istana Guangping, sebelum meninggalkan tempat itu, dia menghela napas pelan. “Yang Mulia, Biro Pusat Keamanan dan Kementerian Hukum sudah menunggu.” pengawalnya melaporkan. “Ada berapa orang yang terlibat dalam pemberontakan itu?” tanya Pangeran Ming, langkahnya dengan cepat meninggalkan Istana Guangping. “Kementerian Ritus dan Adipati Wei terlibat. Mereka bersekongkol mengadakan pernikahan palsu agar Tuan Muda Wei tidak dicurigai. Dia yang membantu Pangeran Chi menculik Tuan Muda Ouyang dari Suzhou untuk dicuri identitasnya.” “Nona Kelima Jiang mengalami depresi karena pernikahannya ternyata tidak sungguh-sungguh. Selir Agung Qin melarikan diri. Sementara waktu, dia mungkin masih berada di Ibukota karena semua gerbang telah ditutup sejak hari pemberontakan.” Pangeran Ming mengangguk-angguk, menerima semua laporan itu dengan cepat. “Jangan pernah membuka gerbang itu sebelum Selir Agung ditemukan. Berikan kompensasi atas kerugian yang dialami Nona
BRUK! Jing Xuan meringis, tersungkur beberapa meter dari lokasi pertarungan. Pedangnya terlepas dari genggaman, berkelontang. Dia kembali berdiri dengan tubuh bergetar. Tangannya bergerak menyeka ujung bibir yang masih menyisakan jejak darah. Sudah lama dia tidak mengeluarkan banyak kekuatan. Tubuhnya terkejut menerima hantaman demi hantaman, terlebih, Ye Qing lebih berpengalaman, jelas lebih kuat berkali-kali lipat darinya. Jing Xuan memungut pedangnya. Memasang kuda-kuda kokoh, dia harus bisa segera mengakhirinya. Seseorang masih menunggunya dengan cemas. Shangguan Yan berteriak kencang, tubuhnya melesat cepat, melompat ke udara dengan Pedang Baijiu yang sudah berlumuran darah meski belum membunuh satu orang pun. Ye Qing mendengus, “Bocah merepotkan. Pergi kau ke neraka!” Shangguan Yan menyeringai, Liu Xingsheng melemparkan tombak Jing Xuan yang sebelumnya dibuang oleh Ye Qing. Dengan langkah halus, Shangguan Yan menjejakkan kakinya pada tombak yang masih melesat itu. Tangan