Matahari tepat berada di atas kepala, kesiur angin dingin membuat Yinlan harus merapatkan mantel bulunya. Dia mendongak menatap sejauh mata memandang, langit biru yang bersih tanpa awan, dengan kicauan burung musim gugur yang menenangkan hati. Terkadang dia mendengar lenguhan hewan liar yang tertusuk tombak atau panah peserta perburuan, terdengar menyedihkan dan pilu, sama sepertinya. Yinlan menghela napas pelan, teringat kehidupan masa lalunya. Dia menatap tebing yang jauh di depan sana, tak berani mendekat, perasaan takut akan mati kembali membayangi dirinya. Jing Xuan melihatnya dari kejauhan, gadis yang pernah dia campakkan itu duduk sendirian di atas batang pohon yang tumbang, terlihat kesepian. Beberapa saat yang lalu, dia melihat Xie Yinlan keluar dari pos perburuan dan dia memutuskan untuk mengikutinya.Setelah menyadari kepribadian gadis itu tak terlalu bermasalah, dan sejak membawanya ke perburuan hari ini, Jing Xuan sudah memutuskan untuk tak lagi membatasinya dalam ban
Matahari telah tergelincir dari titik tertingginya. Angin berhembus semakin dingin begitu cahaya jingga menyelimuti gunung ini. Kicauan burung tak lagi terdengar. Ini jauh masuk ke dalam hutan setelah mereka meluncur deras dari atas tebing. Jing Xuan duduk bersandar batuan tebing, dia memegangi lengannya yang lebam, meringis pelan, matanya menatap Yinlan yang tak kunjung bangun. Dia memutuskan untuk menghidupkan api unggun. Kemudian membiarkan Yinlan berbaring sedikit dekat dengan api agar tak kedinginan. Dia juga menyelimuti Yinlan dengan mantel bulunya. Jing Xuan menatapnya lamat-lamat, “Mungkinkah gadis kecil itu benar-benar kau? Dan aku telah salah paham padamu selama ini?” dia berguman pelan. “Jika iya …. Bagaimana mungkin aku melupakanmu seperti tergiur pada kecantikan duniawi.”“Xie Yinlan. Jika kau benar-benar bisa menyembuhkanku, maka ramalan itu pasti benar adanya.” ***“Chu Xia, kau bodoh sekali.” “Aku tidak akan mencintaimu jika kau tak kaya, hahaha …!”“Aku hanya men
“Kamu diracuni?” Xie Yinlan bertanya serius. Perkataan itu jelas mengundang tanda tanya bagi Jing Xuan. Wanita ini jelas mengetahui kejadian belasan tahun lalu, karena dialah yang menyelamatkannya pertama kali dari racun itu. Dia lupa, atau memang tidak pernah mengalaminya? “Yinlan, kau tidak mengingatnya, atau tidak pernah mengalaminya?” Jing Xuan bertanya datar, dia bersiap-siap akan membunuhnya sekarang jika terbukti sekali lagi bahwa Xie Yinlan ternyata bukan orang yang bisa menyembuhkannya. Ketika melihat sorot mata yang tiba-tiba mencekam itu, Yinlan terdiam dengan gusar, dia salah bertanya seperti itu? Sepersekian detik berikutnya, ingatan-ingatan aneh kembali merambat di pikirannya. Separuh dari ingatan itu sama seperti yang pernah dia lihat saat pertama kali tiba di sini. Dia meringis sambil memegangi kepala, lalu dia sudah mengingat semuanya dengan jelas. Dia mendongak, menatap Jing Xuan yang tampak seperti binatang buas yang siap melahapnya bulat-bulat. “Aku ingat …,
Akhirnya, perburuan itu dimenangkan oleh Jenderal Yi Xuan dengan empat ekor serigala dan dua ekor elang sebagai buruan unggulannya. Kaisar menghadiahinya sebuah keinginan yang segera tercapai dan kotak berisi seribu tahil emas. Itu adalah hadiah yang besar sekali, sepadan dengan buruan yang dia dapat. Semua orang memujinya dan memberinya ucapan selamat. Termasuk Tuan Muda Gu dan Tuan Muda Ketiga Sima. Jenderal Yi Xuan menginginkan tugasnya dipindah ke wilayah Qingzhou. Jing Xuan menyetujuinya, memberinya gelar Jenderal Pelindung Qingzhou dan akan ditempatkan di Kediaman Jenderal di Qingzhou. Xie Yinlan tersenyum sambil menatapnya, “Dia punya wibawa yang hebat, cocok sekali menjadi pemimpin negara.” Setelah pengumuman kemenangan, semua orang kembali ke kediaman masing-masing, Kereta kuda mengangkut pemiliknya. Yang paling besar dan mewah adalah kereta kuda Kekaisaran. Di antara empat kereta kuda Kekaisaran, Xie Yinlan menaiki yang paling belakang bersama A-Yao. Sebelum pergi, Jing
Tiga hari kemudian, saat dia berniat mengunjungi Jing Xuan di ruang bacanya, dia justru malah secara tak sengaja melihat Xie Qingyan keluar dari istana bersama pelayannya, Ning'er. Tak perlu berpikir panjang, Yinlan langsung mengikutinya, dia bahkan keluar secara terang-terangan, dan tidak ada penjaga yang menanyai ke mana dia akan pergi. Saat itu, dia tak cukup memikirkan kecerobohannya, dia hanya sangat ingin mengikuti Xie Qingyan yang mungkin dalam perjalanan menemui Xi Feng yang baru pulang dari perbatasan. Rasa penasaran itu terjawab beberapa menit kemudian. Saat Xie Qingyan menghentikan langkahnya di depan Pengunapan Yuelai. “Bertemu di penginapan?” Xie Yinlan bergumam, “Kenapa tidak di tempat yang lebih mencolok saja?” dia mendengus malas. Penginapan terlalu sepi dibandingkan restoran mewah. Sulit baginya untuk bersembunyi dan mencuri dengar. perbincangan mereka. “Aku sudah berada di sini, mau tidak mau harus tetap melangkah maju. Semoga ini tak menimbulkan masalah besar
Ning'er keluar dari kamar nomor delapan sambil menepuk pelan tangannya, dia menutup pintu dengan tenang lalu memasuki kamar sebelahnya di mana Xie Qingyan sedang mengobrol dengan Xi Feng. Wanita racun itu mengeluarkan sebuah botol giok kecil berisi cairan racun. Dia mengeluarkannya dengan raut wajah percaya diri. “Apa ini?” “Tak salah lagi. Ini pasti racun yang sudah melukai Kaisar.” Xi Feng menyerahkan botol kecil itu pada Qingyan. “Yang Mulia, racun inilah yang sudah membuatku terluka parah belasan tahun lalu. Dan kau memberikan darahmu padaku. Awalnya hanya karena aku kehabisan banyak darah, kau tak pikir panjang langsung menyayat lenganmu dan meneteskan darahmu ke mulutku. Dan aku sembuh begitu saja.” Xi Feng menjelaskan dengan sangat antusias, seperti ada ambisi besar di balik sorot matanya. “Sembuh begitu saja?” Xie Qingyan menatap tak percaya, ‘Wanita dalam ramalan itu …, mungkinkah benar-benar dia?’ lanjutnya dalam hati. “Yang Mulia, katakan padaku, kau pernah makan ramu
Samar-samar terdengar suara banyak orang, lantas dia merasakan hawa yang dingin menusuk tulang. Dia memeluk tubuh yang menggigil kedinginan. Perlahan, Yinlan membuka mata, semuanya nampak kabur, setitik cahaya terang muncul, dia menatap langit-langit kamar yang remang, cahaya itu berasal dari celah ventilasi udara di atas jendela yang tertutup.Dia berusaha duduk, namun tiba-tiba merasakan sekujur tubuhnya lemah, dan tangan kirinya tak bisa digerakkan. Dia meringis pelan, matanya mulai menelisik sekitar. “Aku di mana?” dia memegang kepalanya yang sedikit pusing. “Masih di penginapan itu?” Dia mulai mengingat potongan-potongan kejadian itu. Dia mengikuti Xie Qingyan dan Ning'er ke penginapan ini. Saat sudah tahu mereka ada di kamar yang mana, dan dia memesan kamar yang benar-benar bersebelahan dengan mereka, Ning'er justru muncul di dalam kamar yang dia pesan. Bukan hanya itu, Ning'er bahkan berani memukulnya hingga pingsan. Dan meninggalkannya di ruangan ini hingga sekarang. Yin
A-Yao datang untuk mengantarkan makan malam dan obat. Yinlan sedang duduk sambil merenung memikirkan sesuatu. Dia menatap lengan kirinya yang kini dibalut perban, dia tidak ingat kapan dia mendapatkan luka ini. Dugaannya adalah Xie Qingyan yang melukainya. Tapi dia tidak dapat memikirkan motif apa pun yang menyebabkan Xie Qingyan harus melukainya di penginapan itu. Padahal jika dia tertangkap basah sedang menguntit, bukankah Xie Qingyan bisa membunuhnya saat itu juga?Belum lagi, dia juga penasaran tentang kenapa Shangguan Zhi menganggapnya hendak melenyapkan diri? Padahal sebagai ahli medis, harusnya Shangguan Zhi juga tahu kalau luka ini tidak mungkin pelenyapan diri. Karena jika memang dia berniat melenyapkan diri, dia harus menyayat lengannya tepat di pergelangan tangan untuk merobek nadi agar bisa berhenti bernapas. Yinlan menghela napas pelan, dia mengangkat kepalanya dan terkejut, “Astaga!” dia membulatkan mata melihat A-Yao sudah ada di hadapannya. “Selir …, jangan terlalu
Xi Feng mengangguk setuju. “Sejak dulu, Shangguan Zhi hanyalah nona keluarga kaya yang manja dan bergantung pada pelayannya. Sedangkan aku dan Liu Xingsheng sudah terbiasa hidup sendiri dan tidak pernah bergantung pada siapa pun, termasuk keluarga.”“Bukankah Tabib Liu itu orang kaya, ya?” Xi Feng juga mengangguk, “Ayahnya bupati di Nanzhou. Liu Yanran, adik Liu Xingsheng dianugerahi gelar Xianzhu (Putri Kabupaten) setelah ayahnya berjasa mempertahankan Heyang dari suku bar-bar di prefektur selatan Nanzhou.” “Tapi Liu Xingsheng sudah tinggal bersama Biksu Baiyuan sejak usianya lima tahun. Dia mempelajari banyak teknik pengobatan, hingga jimat dan ramalan dari Biksu Baiyuan.” “Sementara Biksu Baiyuan mengadopsi seorang anak perempuan yang usianya lebih tua dari Liu Xingsheng. Anak perempuan itu Ye Yunshang. Kudengar dia sudah tidak diasuh Biksu Baiyuan lagi sejak Liu Xingsheng belajar di sana.”“Lalu aku hanya seorang pengembara Dunia Persilatan yang tak memiliki rumah. Biksu Baiyua
Mao Lian mengangguk, “Sepanjang perjalanan, kami berhenti di banyak tempat. Yang pertama kami datangi tepat setelah Ning'er kabur dari Biro Pusat Keamanan adalah Rumah Lianhong.”“Kami mendapatkan kesaksian dari Nona Mu Dan. Yang mengatakan ada seorang pria aneh yang datang tepat saat terjadi kebakaran di Biro Pusat Keamanan.”“Pria itu meminta tolong padanya untuk dipinjamkan surat jalan atas namanya, dia berkata akan pergi ke Tingzhou.” “Lalu kami melakukan perjalanan menuju Tingzhou. Bertemu lima saksi lain yang melihat pria muda, atau wanita paruh baya, bahkan seorang nenek tua yang datang ke tempat-tempat tertentu sesuai perkiraan waktu kami.” “Xi Feng berkata kalau Penyihir Hitam selalu menyamar menjadi orang lain sepanjang jalan. Jadi kami mengikuti petunjuk itu, mencurigai nenek tua, wanita paruh baya, hingga seorang pria muda yang datang di waktu yang sesuai dengan perkiraan kami.”“Ternyata dugaan itu tepat. Nenek tua muncul setelah kami kehilangan wanita paruh baya. Juga
bab 156Tepat setelah rapat pagi dibubarkan, Jing Xuan kembali ke Istana Guanping untuk menemui dua tamu yang sudah ia undang. Di belakangnya, Mao Lian san Xi Feng tampak mengikuti. Masih memakai pakaian ringkas yang nyaman dikenakan saat bepergian. Sepertinya, mereka berdua langsung bertemu Jing Xuan yang dalam perjalanan menuju Aula Pertemuan untuk rapat pagi. Lalu merundingkan hasil perjalanan mereka bersama beberapa menteri yang terlibat. Sebelum itu, Jing Xuan mengutus bawahannya untuk mengirim pesan pada Shangguan Yan dan Shangguan Zhi untuk membicarakan hasil perundingan itu. Setelah mengetahui identitas asli Ning'er, yang merupakan seorang master bela diri tingkat tinggi dari sebuah sekte terpencil yang misterius bernama Ye Yunshang, yang juga sekaligus seorang Penyihir Hitam yang keberadaannya selalu dipertanyakan, Jing Xuan merasa harus melibatkan orang-orang yang terlibat dengan masa lalunya untuk menggali lebih banyak petunjuk. Seperti mengapa Ye Yunshang memiliki den
Matahari telah tenggelam. Kereta kuda itu kembali merangkak di jalanan Ibu Kota. Suasana di dalamnya sangat senyap, Yinlan sibuk memakan kue persik yang dibelinya di kedai itu. “A-Yin.” Jing Xuan memanggilnya dengan suara pelan. Yinlan menjawabnya hanya dengan gumaman. Terlihat sekali tidak ingin diganggu dengan kesenangannya. Jing Xuan menatapnya lamat-lamat. ‘Dia menggemaskan saat sedang lahap makan.’ “Ada apa?” Yinlan balas menatapnya, mulutnya masih penuh dengan kue persik. Jing Xuan mengulas senyum tipis. “Kamu mau pergi ke mana setelah ini?” Yinlan menelan makanannya, “Ke mana lagi? Kita tidak langsung pulang?” “Awalnya memang sepakat pulang setelah matahari tenggelam. Tapi sepanjang sore aku tidak menemanimu keliling ke mana pun. A-Yin, aku minta maaf atas kekacauan yang dibuat adikku. Acara jalan-jalanmu jadi tidak berjalan lancar. Jadi, aku ingin menemanimu di luar lebih lama lagi.” Jing Xuan memasang raut penuh rasa bersalah. Yinlan menyeringai, “Aku sudah puas jalan
Terlihat, Pangeran Chi berdiri dengan kondisi terkejut. Menyentuh pipinya yang merah, menatap pria tiba-tiba datang menamparnya. “Apa-apaan kau!” Pangeran Chi berseru marah. Matanya membulat sempurna begitu menyadari kalau pria ini adalah kakaknya, Kaisar Kekaisaran Jing. “Ka-Kakak …?” Pangeran Chi bungkam seketika. Wanita opera yang duduk di atas paha Pangeran Chi menundukkan kepala, bahunya bergetar, seolah takut diterkam oleh pria yang dipanggil Kakak oleh pria yang bersamanya. Tanpa mengatakan apa pun, dengan raut wajah menahan marah, Jing Xuan menyeret adiknya keluar dari gedung itu. Nyonya Zhao terlihat bingung kenapa pengusaha dari Yangzhou ini keluar lagi sebelum operanya dimulai. Yinlan bergegas menyusul. Jing Xuan memasukkan Pangeran Chi ke dalam kereta kuda, bersiap menginterogasinya di dalam sana. Saat A-Yao hendak membantu Yinlan naik ke dalam, Yinlan mengangkat tangannya, “Biarkan mereka mengobrol dulu, A-Yao. Lebih baik kita berkeliling di dekat sini sambil men
Beruntung, hari ini Balai Opera Jiulu sedang memiliki opera besar. Orang-orang di pinggir jalan membicarakannya. Bahwa itu adalah karangan Guru Bai Hua dari kelompok opera besar di Kota Qingzhou. Bai Hua datang ke Ibu Kota bersama tiga orang muridnya atas undangan Kekaisaran pada saat acara perayaan tahun baru beberapa hari yang lalu. Tapi insiden itu membuat penampilan mereka dibatalkan begitu saja. Ada banyak warga yang menyayangkan kegagalan itu.Jadi, pengelola Balai Opera Jiulu mengundang mereka untuk tampil atas izin pejabat pemerintah. Biaya pun ditanggung pemerintah untuk menebus pembatalan yang tiba-tiba itu. Mereka dijadwalkan akan tampil sore ini hingga malam hari di panggung opera utama Balai Jiulu. Meski banyak yang menyayangkan karena Shangguan Yan tidak berpartisipasi dalam pertunjukan besar ini, mereka tetap menantikannya dengan antusias. Kereta kuda berhenti di depan Balai Opera Jiulu, A-Yao membuka tirai di pintu, kepalanya melongok ke dalam, “Yang Mulia, apakah
Ketika hari semakin siang, hujan salju berhenti, menyisakan kesiur angin yang dingin menusuk kulit dan langit berwarna abu-abu yang suram. Jing Xuan duduk di dekat jendela, Yinlan berada di pangkuannya. Jing Xuan memeluknya dengan erat, mengusir hawa dingin ini. “A-Yin, apakah kau sungguh tidak merindukan orang tuamu?” Jing Xuan tiba-tiba menceletuk. Memilih untuk membahas hal yang selama ini selalu ia hindari. Yinlan tidak memberikan jawaban, menyandarkan kepalanya pada dada bidang Jing Xuan, terlihat menghela napas pelan. “Maksudku adalah, kita akan menikah, tapi kau tidak pernah memintaku untuk datang kepada mereka untuk meminta restu. A-Yin, apakah hubunganmu dengan mereka baik-baik saja?” Jing Xuan bertanya lebih lembut. Ia takut pembahasan ini ternyata melukai hati Yinlan. Jika mengingat hubungan Yinlan dengan Qingyan yang memang tidak pernah akur, Jing Xuan tiba-tiba saja menebak kalau Yinlan memang tidak dekat dengan keluarganya. “Jing Xuan …, kamu mengetahuinya lebih ba
Salju turun sangat lebat esok paginya. Menyelimuti seluruh Ibu Kota dengan warna putih. Juga Istana Guangping. Yinlan menghela napas kesal. Memeluk tubuhnya sendiri. Berdiri di depan jendela, menatap halaman kediamannya yang tertutup salju. Salju yang lebat sangat membosankan ketika hampir tiba di penghujung musim dingin. Belum lagi, hari ini seharusnya Pengurus Etiket Lu akan menjemputnya untuk belajar Etika Pernikahan Keluarga Kekaisaran.Tapi dengan salju selebat ini, dia malas keluar rumah, berharap bisa duduk di kediaman sambil menyulam atau melukis. Jing Xuan menutup pintu kamar, meletakkan payung di samping pintu, kemudian menghampirinya. “A-Yin.” Panggilnya, melingkarkan lengan di pinggangnya, memeluk dari belakang. “Rapat rutinnya sudah berakhir?” tanya Yinlan. Jing Xuan mengangguk, meletakkan dagunya di atas pundak Yinlan. “Ini sudah pukul sembilan, tentu saja sudah berakhir.”Yinlan mendengus. “Pengurus Etiket Lu sungguh terlambat.” “Hari ini, kamu tidak perlu belaja
“Omong-omong, A-Yin. Bolehkah aku bertanya sesuatu?” Dalam perjalanan kembali ke kamar, Jing Xuan tiba-tiba bertanya. Yinlan diam, menyuruhnya melanjutkan pertanyaan. “Soal penawar yang kamu berikan padaku …, sejak awal aku penasaran, itu penawar apa?” Jing Xuan melihat ke arahnya. Yinlan terdiam dengan wajah separuh tegang separuh cemas. Dia ingin mengatakan yang sebenarnya, tapi hatinya memintanya untuk merahasiakannya. “Itu, aku kurang tahu. Aku mendapatkannya dari Xi Feng.” Yinlan tersenyum kikuk. Jing Xuan tidak bertanya lagi. Mereka memasuki halaman istana tanpa bicara. Di ruang makan, sejumlah hidangan telah tersedia. Zhu Yan bilang itu baru disiapkan beberapa menit sebelum Yinlan sampai. Mereka masih mengepulkan uap. Jing Xuan menyeret kursi yang akan diduduki oleh Yinlan. Dengan penuh perhatian, bahkan menyiapkan makanan untuknya. Jing Xuan tersenyum tipis, “Sebenarnya aku tidak pandai menyenangkan hati wanita. Ini pertama kalinya aku benar-benar berperan seperti suami