Xavier tiba-tiba mengerti.Yang disebut dengan pola Filsafat sama sekali tidak di atas kertas, apalagi dalam kata-kata atau goresannya.Sementara kalimat ini kenapa memiliki Filsafat dan memancarkan aura yang menakutkan. Karena orang yang menulisnya, keadaan pikirannya telah mencapai tingkat resonansi dengan Filsafat Seni Bela Diri.Oleh sebab itu, setiap goresannya meninggalkan sebuah pola.Ini adalah sebuah Filsafat Seni Bela Diri yang tersisa.Setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda tentang apa yang mereka lihat.Misalnya Xavier, dia memahami serangkaian teknik tinju dari kata "Langit".Namun kalau orang lain yang melihat kata "Langit", mereka mungkin memahaminya seperti serangkaian teknik sapuan kuas atau serangkaian teknik tinju.Itu berarti, pola Filsafat yang terletak di selembar kertas ini berasal dari orang yang menulis kata ini berdasarkan pemahaman dan pandangannya tentang Filsafat ini sendiri.Dengan kata lain, hal yang ingin dipelajari Xavier sekarang adalah pemahama
"Hah!""Hah!"Perasaan terobosan terus berlanjut."Hah?"Xavier terkejut ....Dia tidak menyangka dapat menerobos dengan mudah. Tiba-tiba, dia mencapai level kesembilan dari Alam Penyempurnaan Janin."Itu terlalu cepat, bukan?"Xavier dikejutkan oleh kecepatan terobosannya.Namun setelah memikirkannya, dia mengerti.Xavier sudah menyentuh kandungan dalam Filsafat sekarang, dan itu normal baginya untuk menerobos.Terutama setelah melihat semut bergerak, lalu munculnya pelangi setelah hujan dan mengamati rumput yang menerobos dari tanah, semuanya memberinya kesan yang dalam.Namun, dia sungguh beruntung telah menyentuh sedikit Filsafat.Meskipun hanya tepinya.Itu masih jauh dari menyentuh dan memahami jalan yang sebenarnya.Namun, Xavier tidak putus asa.Pada saat ini, energi spiritual di tubuhnya sangat melimpah, dan energi spiritual di pusat titik chi masuk jauh ke lautan chi.Sosok emas melayang di lautan energi spiritual dan membentang sedikit.Xavier melihat dengan saksama. Sosok j
"Sssh!"Pedang Alunan Naga di tangan Xavier mengeluarkan suara erangan naga.Pada detik berikutnya, semua energi spiritual di tubuh Xavier menjadi habis.Energi spiritualnya berkumpul di Pedang Alunan Naga dalam genggaman tangan Xavier."Sssh!"Pedang Alunan Naga membuat suara raungan lagi dan bumi ikut bergetar.Arus udara yang sangat menakutkan, disertai dengan Pedang Alunan Naga, bertabrakan dengan gunung dan sungai di depan Xavier."Bang! Bang!"Suara ledakan yang keras.Gunung itu terbelah menjadi sdua!Sungai terbuka lebar.Xavier menyingkirkan pedangnya dan berdiri di tempat, hujan membasahi tubuhnya."Apakah ini kekuatan jurus kedua?" Xavier membuka matanya, puas dengan semua yang ada di depannya.Jurus pedang ini yang kuinginkan.Tidak hanya kekuatannya yang luar biasa, tetapi yang lebih penting, ketika Xavier menggunakan jurus pedang ini, keadaan pikirannya sama dengan jurus pedang pertama dan dia memiliki perasaan yang tak terkalahkan.Xavier juga paham hanya ketika dia mera
"Bagaimana kalau tidak mendapatkan persetujuan dari Filsafat Seni Bela Diri?" tanya Xavier.Voile tidak menyangka Xavier akan menanyakan pertanyaan seperti itu.Dia terdiam sesaat.Namun, Voile mendesah dan berkata, "Kalau kamu tidak mendapatkan persetujuan dari Filsafat Seni Bela Diri, jurus pedangmu akan menjadi pajangan saja dan kamu tidak akan memiliki kekuatan sama sekali. Alam kamu juga akan menjadi alam semu meski kamu terus berlatih, cepat atau lambat kamu akan menjadi gila."Xavier mengangguk sambil berpikir.Dia mengerti sepenuhnya.Yang disebut jalan Filsafat adalah aturan dan hukum sebab-akibat yang berlaku di antara langit dan bumi.Meskipun, Xavier tidak dapat melihat jalannya atau Jalan Filsafat itu telah menghilang sekarang. Segala sesuatu yang dilakukannya akan terpengaruh oleh Filsafat tersebut.Pada saat yang sama, semua yang dia lakukan harus diakui oleh Filsafat Seni Bela Diri."Benar!" kata Voile, "Kurang lebih seperti itu maksudnya!"Ketika Xavier mendengar ini,
Xavier berdiri di tempat, termenung cukup lama. Karena terlalu banyak pikiran untuk sesaat. Terutama saat melihat orang-orang berbicara dan tertawa di jalanan, ada sekelompok orang berbicara dan tertawa, lalu ada beberapa bibi dan nenek yang membawa tas berisi sayuran dan buah-buahan, kemudian menonton para kakek bermain catur sambil berdebat. Xavier merasa itu juga sangat menarik.Pada saat yang sama, dia juga merasa perasaan ini aneh dan akrab.Aneh karena dia sudah lama meninggalkan kehidupan seperti ini.Lalu merasa akrab karena, dia tumbuh dewasa melewati kehidupan seperti ini sejak dari kecil.Saat memikirkan hal ini, Xavier tanpa sadar mengambil langkah dan berkata pada dirinya sendiri, "Aku juga harus pulang dan melihat-lihat!"Sejak berpartisipasi dalam Konferensi Seniman Bela Diri Kuno, Xavier sudah lama tidak pulang. Meskipun dia sering menelepon orang tua angkatnya, bagaimanapun juga, itu tidak senyaman saat mereka hidup bersama.Xavier sudah mengambil keputusan dan selama
Elena tertegun sejenak dan segera bereaksi.Dia tersenyum dan berkata, "Nak, sejak kapan kamu bisa memeriksa melalui denyut nadi?"Xavier tidak menjawab, tetapi bertanya, "Bu, ada apa dengan tubuhmu?"Ketika dia memeriksa denyut nadi barusan, karena hari sudah malam, dia tidak bisa memeriksa lebih teliti dan ibunya juga tidak kooperatif, jadi dia tidak bisa memeriksa kondisi ibunya dengan akurat.Elena tersenyum. "Tidak apa-apa, tubuhku masih sangat sehat."Saat Elena berbicara, dia dengan lembut menepuk pundak Xavier.Xavier mengerti ibunya sedang membohonginya sendiri, jadi dia berkata dengan cemas, "Bu, ada apa denganmu, katakan padaku."Meskipun Xavier tidak bisa mendiagnosis apa yang salah dengan tubuh ibunya, dia tahu ada sesuatu yang salah. Kalau tidak, Elena tidak akan begitu lemah.Selain itu, pada saat ini, Xavier sudah memerhatikan ibunya telah kehilangan berat badan, jauh lebih kurus dari sebelumnya.Memikirkan hal ini, hatinya sangat tidak nyaman dan merasa bersalah.Sebag
Di dalam halaman terlihat seorang wanita sedang berbicara dan tertawa dengan Ibunya, Elena.Orang ini adalah Alicia.Ketika Alicia mendengar suara itu, dia berbalik dan melihat Xavier yang telah kembali, sehingga dia merasa sedikit malu.Alicia yang merasa malu pun berdiri di belakang Elena. Xavier memandang Alicia dengan jijik dan bertanya, "Siapa yang menyuruhmu datang?"Alicia ragu untuk berbicara."Cepat keluar! Kamu tidak diterima di rumahku," tutur Xavier.Perasaannya terhadap Alicia sudah sirna ketika dia kembali dari Pluno. Apalagi setelah mengetahui sifat aslinya.Wajah Alicia menjadi pucat pasi.Alicia tertawa mencela diri sendiri, lalu mengangguk dan berkata kepada Elena, "Bibi, kalau begitu aku pergi dulu, aku akan datang menemuimu lain hari."Usai mengatakannya, Alicia berbalik dan hendak pergi.Namun, Elena meraih tangan Alicia dan berkata, "Alicia, jangan pergi!"Alicia tertegun dan dia terdiam.Elena beranjak dari kursinya dan berkata kepada Xavier, "Xavier, Alicia sen
Ivander menghela napas dan berkata, "Beberapa waktu yang lalu, ibumu pingsan di halaman saat aku pergi karena ada keperluan. Tidak ada yang menyadarinya. Tapi pada saat itu, Alicia datang dan menemukannya. Dia menelepon ambulans dan mengirim ibumu ke rumah sakit."Xavier terkejut dan bertanya, "Dengan kata lain, Alicia yang telah menyelamatkan ibuku?""Iya." Ivander mengangguk dan berkata, "Dokter mengatakan apabila terlambat beberapa menit lagi, Ibumu tidak akan bisa diselamatkan. Jadi setelah sadar, Ibumu sangat berterima kasih kepada dokter dan Alicia. Sejak hari itu, sikap Ibumu terhadap Alicia telah berubah. Dia juga tiap hari merawat ibumu di rumah sakit dan mereka perlahan-lahan menjadi teman yang membicarakan segala hal. Seperti sekarang, mereka mengobrol tentang masalah keluarga, sesekali berbelanja bersama dan yang lainnya."Xavier mengangguk sambil berpikir.Dia telah mengerti semuanya sekarang.Xavier tahu kenapa sikap Elena berubah terhadap Alicia dan marah ketika dia meny