Begitu perkataan Xavier terdengar, semua orang menjadi kebingungan.Meskipun mereka telah siap memberontak melawan pemimpin baru, mereka tidak ingin membentuk aliansi.Sementara tokoh besar dari Delapan Keluarga Besar dan Enam Sekte Besar masih bersedia membentuk aliansi di hati mereka, yang juga merupakan arti kenapa mereka masih tinggal di sini.Selain itu, masing-masing dari mereka tahu Pulau Sanford sangat berbahaya. Kalau mereka membentuk aliansi, itu akan bermanfaat bagi mereka. Dengan mengumpulkan kekuatan dari Delapan Keluarga Besar dan Enam Sekte Besar untuk pergi ke Pulau Sanford memiliki peluang bagus untuk menang. Kalau tidak, tak akan ada yang akan mendapatkan keuntungan apa pun.Ini juga kenapa mereka tetap bersedia membentuk aliansi setelah mengetahui kelicikan Sekte Librari dan memilih pemimpin aliansi.Oleh karena itu, meskipun mereka meremehkan Xavier sebagai pemimpin aliansi, tidak ada yang menyangka mereka ternyata harus melepaskan kesempatan untuk membentuk aliansi
"Baiklah," ujar Phillip sambil mendesah. "Hanya ... untuk memasuki Pulau Sanford harus melalui Via Braga."" Via Braga?" tanya Gabriel Carrens, Ketua Sekte Palli dengan ragu."Iya, hanya melalui Via Braga itu, kita baru bisa mencapai Pulau Sanford," jawab Phillip."Kalau begitu, bukankah lebih baik kalau kita melewati Via Braga itu?" ujar Gabriel.Phillip tersenyum tak berdaya dan berkata, "Tidak sesederhana itu, Via Braga itu penuh bahaya. Menurut arsip saat itu, Tetua dari Delapan Keluarga Besar dan Enam Sekte Besar tidak menemukan Pulau Sanford. Ketika mereka melewati Via Braga, sudah memiliki korban yang tak terhitung jumlahnya.""Sangat berbahaya?" tanya Gabriel dengan terkejut."Iya, bahkan lebih berbahaya daripada yang kita duga."Phillip berhenti sejenak dan berkata, "Selain itu Via Braga sepertinya bukan milik kita. Kalau tidak berhati-hati, bisa terjatuh ke dalam kehancuran dan musnah."Mendengar kata-kata Phillip, semua orang berpikir keras.Setelah beberapa saat, seseorang
"Tentu saja!"Phillip mengangguk, lalu mengeluarkan peta dan menggambar lingkaran di atasnya sebelum meletakkannya di tengah meja untuk diperlihatkan.Xavier melirik sekilas dan mencatat lokasinya.Keluarga dan sekte yang lain juga mencatatnya lokasinya.Phillip bertanya dari samping, "Apakah Tuan Xavier akan ikut dengan kita?"Xavier menatap Phillip dengan tatapan jenaka dan tidak mengatakan apa-apa.Phillip menambahkan. "Kekuatanmu di atasku, aku yakin kamu juga berada di Alam Penyempurnaan Janin, 'kan?"Xavier tersenyum dan tidak berkomentar.Yang berada di dekat meja panjang, semuanya terkejut. Mereka mengira Xavier bisa mengalahkan Phillip karena mengandalkan Pedang Alunan Naga, tetapi tidak pernah berpikir kalau alam Xavier adalah Alam Penyempurnaan Janin.""Kalau kamu ikut dengan kami, tim kita akan memiliki dua Alam Penyempurnaan Janin dan peluang untuk melewati Via Braga dan mencapai Pulau Sanford akan lebih besar," ujar Phillip.Xavier menggelengkan kepalanya dan berkata, "Ki
"Baik," jawab Xavier sambil mengangguk dan berjalan masuk.Tiba-tiba terdengar suara dari belakang, "Xavier!"Tanpa menoleh, Xavier sudah tahu orang yang memanggilnya adalah Andrew.Tak lama kemudian, Andrew berlari dari luar ke hadapan Xavier dan berkata, "Aku berpikir akan pulang sebelum kedatanganmu, tidak menyangka kamu malah tiba terlebih dahulu."Xavier tertawa, "Kalau ada yang harus kamu urus, kerjakan dulu. Tidak perlu terlalu sungkan padaku."Namun Andrew berkata, "Ini pertama kalinya kamu datang ke rumahku, mana mungkin aku tidak ada."Andrew segera menimpali. "Ayo, kita masuk bersama.""Tentu!"Xavier menganggukkan kepalanya dan mengikuti Andrew berjalan menuju ruang kerja kakeknya.Di depan pintu ruang kerja.Andrew mengetuk pintu dan berkata, "Kakek, teman saya sudah di sini.""Masuklah!" Suara antusias Kakek Andrew terdengar dari dalam.Andrew mendorong pintu dan mengikuti Xavier masuk ke ruang kerja.Di dalam ruang kerja, terlihat sesosok orang tua sedang menulis.Setela
"Tidak mungkin!"Xavier terkejut.Xavier mengira gerakan pedangnya tak terkalahkan. Selama mengeluarkan jurus, tidak ada yang bisa menahannya. Bahkan ketika dia yang dihadapkan dengan jurus ini, juga tidak bisa menahannya dan tidak bisa menemukan cara untuk mengalahkannya.Namun, Kakek dari Andrew itu berkata, "Baiklah, jurus pedangmu memang tak terkalahkan di alam yang sama denganmu dan kalau kamu melintasi suatu alam, mungkin juga tak terkalahkan."Dia berhenti sejenak dan berkata, "Kalau aku yang menghadapi jurus ini, setidaknya ada tiga cara untuk mengalahkannya."Xavier tertegun lagi saat mendengar ini.Mengetahui orang tua itu tidak akan berbohong kepadanya, Xavier menatapnya dengan tulus dan meminta nasehat, "Kakek, bolehkah beri tahu tentang celah dari teknik pedang saya?"Saat itu, Xavier sangat puas setelah menciptakan jurus pedang ini. Dia telah menggunakannya beberapa kali dan berhasil dengan baik, tetapi tidak menyangka ada celah pada teknik pedang ini. Xavier tidak hanya
"Hah …."Xavier memandang Kakek dengan bingung dan berkata, "Anda adalah kakeknya Andrew dan saya berteman dengannya. Saya memanggil Anda dengan sebutan Kakek merupakan hal yang wajar."Namun, Kakeknya Andrew menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak. Maksudku kalau kamu bukan temannya Andrew, kamu juga harus memanggilku Kakek."Xavier memandang orang tua itu dengan bingung.Tidak yakin apa yang dimaksudnya, mungkinkah ada hubungannya dengan liontin giok ini?Kakeknya Andrew memaksa menekan kegembiraan di hatinya dan berkata, "Karena aku dan kakekmu adalah teman dekat."Xavier tertegun sejenak saat mendengarnya, lalu bertanya dengan penuh semangat."Kakek, apakah Anda pernah bertemu dengan kakekku?""Aku tidak hanya pernah bertemu, tapi kita telah berteman selama puluhan tahun, bahkan saat orang tuamu menikah, aku juga pergi ke sana," tutur Kakeknya sambil tersenyum.Xavier mendengkus dan menjadi lebih gelisah."Anda pernah bertemu orang tuaku?"Dia mengangguk dan berkata, "Tentu saj
"Aish …!"Kakeknya Andrew menghela napas lagi dan berkata tanpa daya, "Ya, waktu itu Keluarga Morris juga mengirim orang ke sana. Kalau tidak, bagaimana orang-orang dari Delapan Keluarga Besar dan Enam Sekte Besar percaya dengan apa yang dikatakan Keluarga Morris itu benar?" Terlebih lagi, mereka juga membutuhkan orang-orang dari Keluarga Morris untuk memimpin."Ketika Xavier mendengar ini, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, "Apakah orang-orang yang dikirim oleh Keluarga Morris kita pada saat itu adalah kedua orang tuaku?""Benar, kedua orang tuamu yang memimpin Delapan Keluarga Besar dan Enam Sekte Besar lainnya ke Pulau Sanford,” kata kakeknya Andrew sambil menghela napas lagi.Meskipun Xavier sudah mengetahui jawabannya, hatinya masih "berdebar" setelah mendengar kakeknya Andrew sendiri yang mengatakannya.Dua puluh lima tahun yang lalu, semua orang yang pergi ke Pulau Sanford telah meninggal. Ini berarti kedua orang tuanya mungkin juga telah meninggal.Memikirkan hal
Xavier tahu apa yang dimaksud Ronaldo.Ronaldo yakin jika dia bisa keluar dari tempat pengasingan lebih awal, tragedi ini pasti bisa dicegah.Namun Xavier tahu kalau pun Ronaldo keluar dari pengasingan, dia juga tidak akan bisa mencegah tragedi ini terjadi.Karena kebanyakan orang berharap mukjizat akan terjadi. Mereka mengira Keluarga Morris bisa menembus alam, mereka juga bisa. Selain itu, semua anggota Keluarga Morris bersama mereka, jadi apa yang harus mereka takuti?Jadi, diulang berapa kali pun, hasilnya tetap akan sama.Mereka tetap akan mencari Keluarga Morris dan memaksa mereka memberikan petunjuk tentang cara membuka Gerbang Langit dan tentang bagaimana menembus alam.Ronaldo juga seharusnya tahu, bahwa tidak peduli berapa kali dia mengulang kejadiannya, dia tidak akan bisa mencegah tragedi ini.Dia menghela napas dan berkata, "Lupakanlah, jangan bicara masa lalu, mari ceritakan apa yang terjadi di Pulau Sanford kali ini.""Baik!" Xavier mengangguk.Ronaldo berkata, "Tapi seb
Tiba-tiba, Pria berjanggut kambing tertawa, "Di Kota Ankhara, bukan hanya berani melukai orang-orangku malah juga begitu bernyali besar mengancamku? Hehe, kamu tidak mungkin benar-benar berpikir dirimu itu tak terkalahkan, bukan?"Xavier tampak acuh tak acuh.Dia berkata dengan suara yang dingin dan menyipitkan sepasang matanya, "Masih ada 50 detik lagi!"Pria berjanggut kambing masih tidak peduli. Dia menoleh ke arah para kultivator di sampingnya dan tertawa, lalu menunjuk ke Xavier dan berkata, "Orang ini ... otaknya pasti bermasalah, bukan? Hanya dengan beberapa orang ini, mereka berani menantang kita di Kota Ankhara ....""Hahaha!" Para kultivator di samping Pria berjanggut kambing semua tertawa, sama sekali tidak memandang Xavier dan yang lainnya."Xavier, dengan aura pembunuh yang terpancar dari matanya, dia melirik mereka dan berkata, "Masih ada 30 detik lagi!" Xavier tidak terburu-buru untuk bertindak.Mengingat dia telah memberi mereka waktu satu menit untuk mempertimbangkan
Xavier baru saja membantu pria berjenggot putih itu berdiri, ketika pria itu segera berlutut lagi. "Tuan Xavier, jika Anda tidak menyetujui permintaan saya, saya tidak akan berdiri," kata pria berjenggot putih itu dengan suara gemetar. Xavier merasa sedih, dan dengan cepat berkata, "Silakan katakan, apa yang Anda ingin saya setujui, selama saya bisa melakukannya, saya tidak akan menolak!"Melihat pria berjenggot putih ini, yang sudah berusia lanjut, berlutut di depannya di depan begitu banyak orang, hatinya sangat sedih. Dia berpikir pria tua ini pasti menghadapi beberapa masalah yang membutuhkan bantuan. Pria berjenggot putih itu, mengangkat kepalanya perlahan dan menatap Xavier, air mata berkilauan di matanya yang keruh."Harap Tuan Xavier membantu kami di Kota Ankhara, membersihkan Sekte Griffin, membersihkan hama di Kota Ankhara ini dan mengembalikan langit yang cerah untuk Kota Ankhara kami." Setelah mengatakan ini, pria berjenggot putih itu memberi hormat dengan berat. Xavie
Ini adalah pertanyaan yang sangat penting bagi Xavier. Dia selalu berpikir kekuatan Minotaur tidak kalah darinya.Kalau Minotaur menggunakan semua kekuatannya, orang-orang ini mungkin tidak akan bisa mendekatinya. Namun, dia baru saja melihat Minotaur berjuang keras ketika menghadapi orang-orang ini. Ini adalah sesuatu yang membuatnya bingung.Minotaur tidak ingin berbicara di depan banyak orang atau mungkin dia ingat perintah Xavier untuk tidak berbicara ketika ada banyak orang, jadi dia langsung berbicara melalui telepati. "Kemampuanku menurun." "Apa?" Xavier terkejut melihat Minotaur. Minotaur terus berbicara melalui telepati. "Aku juga tidak tahu mengapa, setelah keluar dari pelatihan itu, levelku terus menurun setiap hari, sekarang aku hanya memiliki kekuatan dari Alam Super Grandmaster."Mendengar kata-kata Minotaur, Xavier akhirnya mengerti kenapa Minotaur bisa terluka. Ternyata, level alamnya telah kembali seperti sebelumnya. Walaupun begitu, kenapa bisa menurun? Pada s
"Aku juga memiliki niat yang sama!" kata Xavier dengan nada dingin. Dia sangat membenci orang-orang ini. Mereka berlagak sebagai kultivator, lalu berpura-pura mabuk dan menggoda gadis-gadis biasa di jalanan. Kalau mereka berani menggoda orang yang lebih tinggi tingkatannya setelah minum atau menggoda orang yang memiliki status lebih tinggi dari mereka, Xavier benar-benar berpikir mereka itu mabuk. Namun, mereka hanya berani menggoda orang yang lebih lemah, jadi itu menunjukkan mereka sebenarnya paling memahami dibandingkan siapa pun.Delapan kultivator di tanah juga melihat niat membunuh di mata Xavier. Meskipun mereka terluka, tetap tidak takut. Sebaliknya, mereka berteriak, "Kalian tahu kami adalah orang siapa?" "Aku tidak peduli kalian adalah orang siapa!" Xavier menendang wajah seorang kultivator yang baru saja berbicara.Kultivator yang ditendang itu memiliki kemarahan di wajahnya. "Kamu berani memukulku!" "Apa masalahnya aku memukulmu?" Xavier maju, mengangkat kakinya da
Xavier dan yang lainnya menunggu Monalisa sejenak di lantai satu.Kemudian mereka berjalan menuju lokasi kejadian itu. Xavier bertanya sewaktu dalam perjalanan, "Kenapa Cyan mulai berkelahi dengan orang lain?""Kami sedang berjalan-jalan, lalu bertemu dengan beberapa kultivator yang mabuk. Mereka sedang menggoda beberapa wanita biasa. Cyan tidak bisa membiarkannya, jadi dia pergi untuk menghentikannya, kemudian mereka mulai berkelahi," tutur Igor."Rupanya begitu," kata Xavier sambil mengangguk. Bukan hanya Cyan yang tidak bisa berdiam diri dan mulai bertindak, bahkan kalau dia berada di sana, kemungkinan juga akan melakukan hal yang sama. Lagi pula, seorang kultivator tidak mungkin mabuk. Mereka menggunakan kekuatan alkohol untuk menggoda wanita, pasti hanya berpura-pura. Ini menunjukkan sifat asli mereka memang seperti itu.Monalisa bahkan berkata dengan marah, "Mereka berani menggoda wanita di jalan besar hanya karena mereka adalah seorang kultivator, ini benar-benar tidak dapa
Satu jam kemudian. Di luar Kota Kaida. Igor mengendarai kereta kuda dan berangkat. Xavier sudah menunggu di luar kota sejak awal. "Bisakah kita berangkat?" tanya Igor.Kereta kuda berhenti di depan Xavier, Igor turun dari kereta. "Bisa." Xavier melihat kereta kuda itu. Sangat mewah dan sederhana! Di belakangnya juga ada sebuah palanquin, yang sangat sesuai dengan keinginan Xavier. Pada saat itu, Monalisa dan Cyan keduanya keluar dari Kota Kaida. Mereka menggunakan teknik tubuh mereka dan datang ke samping kereta kuda. Xavier bertanya, "Apakah kalian semua sudah siap?" "Sudah siap." Monalisa dan Cyan mengangguk. Xavier kemudian berbalik ke Igor dan bertanya, "Oh ya, apakah kamu sudah memberi tahu keluargamu bahwa kamu akan pergi jauh?" "Sudah, ketika saya membeli kereta kuda tadi, saya melewati rumah dan memberi tahu mereka," jawab Igor segera. Igor khawatir Xavier tidak akan membiarkannya ikut. Xavier mengangguk dan berkata, "Baik, mari kita berangkat sekarang!" Kemudian,
"Tidak perlu!" Sosok yang memancarkan cahaya sekali lagi mengayunkan tangannya. Xavier membuka mulutnya, ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia terputus. "Meskipun Darrel telah mundur kali ini, dia pasti masih akan mencari masalah denganmu. Kamu tidak ingin pergi ke Akademi Vikrama? Aku sarankan kamu pergi sekarang."Xavier terkejut sejenak, dia tidak menyangka sosok yang memancarkan cahaya ini tahu tentang rencananya selanjutnya. Dia dengan heran menatap sosok yang memancarkan cahaya itu. Sosok yang memancarkan cahaya tidak memberikan penjelasan, melainkan berbalik dan pergi.Sosoknya tiba-tiba muncul beberapa ratus meter jauhnya. Kemudian, dia menghilang tanpa jejak, seolah-olah tidak pernah muncul. Namun, di sudut Kota Kaida, tiba-tiba muncul seorang pria tua berambut putih.Setelah sosok yang memancarkan cahaya pergi, Xavier masih berdiri diam di tempat. Monalisa dan yang lainnya mendekat dan bertanya, "Siapa orang itu tadi?" "Tidak tahu." Xavier menggelengkan kepalanya.Seb
Kemudian, sosok muncul di antara Darrel dan Xavier. Dia merentangkan satu tangan dan dengan mudah menangkap tombak yang bergerak cepat seperti kilat. "Hmm?" Darrel terkejut. Tombak yang dia lepaskan dengan seluruh kekuatannya, ternyata bisa ditangkap oleh seseorang hanya dengan satu tangan?Sosok yang tiba-tiba muncul ini, seluruh tubuhnya memancarkan cahaya, membuat orang tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dia mengayunkan kedua tangannya.Xavier serta Darrel, semuanya mundur beberapa langkah. Ini benar-benar membuat Xavier dan Darrel terkejut. Kekuatan ini, sepertinya sudah mencapai Alam Paribanna, bukan?Xavier sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk melawan dan dengan alami mundur beberapa langkah. Dia dengan bingung menatap sosok yang memancarkan cahaya ini, mencoba menebak siapa dia. Apakah dia datang untuk menyelamatkannya?Darrel bahkan lebih terkejut. Dia adalah Alam Super Grandmaster level kedelapan!Di Kota Kaida, selain dari para Monster dari berbagai sekte
"Hahaha!" Darrel langsung tertawa sampai meneteskan air mata, "Kamu ingin menantangku?" "Kamu yakin?" "Yakin!" Xavier menjawab dengan tegas.Dia tahu, Darrel dari Kota Kaida tidak akan dengan mudah membiarkannya pergi hari ini! Daripada ditangkap olehnya, lebih baik menantangnya. Meskipun dia berada di Alam Super Grandmaster level kedelapan, apa masalahnya?Dulu, ketika Luke memberinya sesuatu untuk menyelamatkan nyawanya, dia tidak hanya memberinya sebuah kotak persegi, tetapi juga sebuah liontin hijau. Liontin ini bisa menahan serangan dari Alam Paribanna.Mungkin Luke sedikit merendah diri, berdasarkan pemahamannya tentang Luke, liontin hijau ini tidak hanya bisa menahan serangan penuh dari Alam Paribanna mungkin juga bisa membunuh orang di Alam Paribanna, bukan? Kalau tidak, kenapa Luke begitu enggan memberikan liontin ini padanya saat itu.Juga karena memiliki liontin ini, Xavier memutuskan untuk menantang Penguasa Kota ini, hanya dengan cara ini, dia mungkin bisa pergi denga