"Tentu saja!"Phillip mengangguk, lalu mengeluarkan peta dan menggambar lingkaran di atasnya sebelum meletakkannya di tengah meja untuk diperlihatkan.Xavier melirik sekilas dan mencatat lokasinya.Keluarga dan sekte yang lain juga mencatatnya lokasinya.Phillip bertanya dari samping, "Apakah Tuan Xavier akan ikut dengan kita?"Xavier menatap Phillip dengan tatapan jenaka dan tidak mengatakan apa-apa.Phillip menambahkan. "Kekuatanmu di atasku, aku yakin kamu juga berada di Alam Penyempurnaan Janin, 'kan?"Xavier tersenyum dan tidak berkomentar.Yang berada di dekat meja panjang, semuanya terkejut. Mereka mengira Xavier bisa mengalahkan Phillip karena mengandalkan Pedang Alunan Naga, tetapi tidak pernah berpikir kalau alam Xavier adalah Alam Penyempurnaan Janin.""Kalau kamu ikut dengan kami, tim kita akan memiliki dua Alam Penyempurnaan Janin dan peluang untuk melewati Via Braga dan mencapai Pulau Sanford akan lebih besar," ujar Phillip.Xavier menggelengkan kepalanya dan berkata, "Ki
"Baik," jawab Xavier sambil mengangguk dan berjalan masuk.Tiba-tiba terdengar suara dari belakang, "Xavier!"Tanpa menoleh, Xavier sudah tahu orang yang memanggilnya adalah Andrew.Tak lama kemudian, Andrew berlari dari luar ke hadapan Xavier dan berkata, "Aku berpikir akan pulang sebelum kedatanganmu, tidak menyangka kamu malah tiba terlebih dahulu."Xavier tertawa, "Kalau ada yang harus kamu urus, kerjakan dulu. Tidak perlu terlalu sungkan padaku."Namun Andrew berkata, "Ini pertama kalinya kamu datang ke rumahku, mana mungkin aku tidak ada."Andrew segera menimpali. "Ayo, kita masuk bersama.""Tentu!"Xavier menganggukkan kepalanya dan mengikuti Andrew berjalan menuju ruang kerja kakeknya.Di depan pintu ruang kerja.Andrew mengetuk pintu dan berkata, "Kakek, teman saya sudah di sini.""Masuklah!" Suara antusias Kakek Andrew terdengar dari dalam.Andrew mendorong pintu dan mengikuti Xavier masuk ke ruang kerja.Di dalam ruang kerja, terlihat sesosok orang tua sedang menulis.Setela
"Tidak mungkin!"Xavier terkejut.Xavier mengira gerakan pedangnya tak terkalahkan. Selama mengeluarkan jurus, tidak ada yang bisa menahannya. Bahkan ketika dia yang dihadapkan dengan jurus ini, juga tidak bisa menahannya dan tidak bisa menemukan cara untuk mengalahkannya.Namun, Kakek dari Andrew itu berkata, "Baiklah, jurus pedangmu memang tak terkalahkan di alam yang sama denganmu dan kalau kamu melintasi suatu alam, mungkin juga tak terkalahkan."Dia berhenti sejenak dan berkata, "Kalau aku yang menghadapi jurus ini, setidaknya ada tiga cara untuk mengalahkannya."Xavier tertegun lagi saat mendengar ini.Mengetahui orang tua itu tidak akan berbohong kepadanya, Xavier menatapnya dengan tulus dan meminta nasehat, "Kakek, bolehkah beri tahu tentang celah dari teknik pedang saya?"Saat itu, Xavier sangat puas setelah menciptakan jurus pedang ini. Dia telah menggunakannya beberapa kali dan berhasil dengan baik, tetapi tidak menyangka ada celah pada teknik pedang ini. Xavier tidak hanya
"Hah …."Xavier memandang Kakek dengan bingung dan berkata, "Anda adalah kakeknya Andrew dan saya berteman dengannya. Saya memanggil Anda dengan sebutan Kakek merupakan hal yang wajar."Namun, Kakeknya Andrew menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak. Maksudku kalau kamu bukan temannya Andrew, kamu juga harus memanggilku Kakek."Xavier memandang orang tua itu dengan bingung.Tidak yakin apa yang dimaksudnya, mungkinkah ada hubungannya dengan liontin giok ini?Kakeknya Andrew memaksa menekan kegembiraan di hatinya dan berkata, "Karena aku dan kakekmu adalah teman dekat."Xavier tertegun sejenak saat mendengarnya, lalu bertanya dengan penuh semangat."Kakek, apakah Anda pernah bertemu dengan kakekku?""Aku tidak hanya pernah bertemu, tapi kita telah berteman selama puluhan tahun, bahkan saat orang tuamu menikah, aku juga pergi ke sana," tutur Kakeknya sambil tersenyum.Xavier mendengkus dan menjadi lebih gelisah."Anda pernah bertemu orang tuaku?"Dia mengangguk dan berkata, "Tentu saj
"Aish …!"Kakeknya Andrew menghela napas lagi dan berkata tanpa daya, "Ya, waktu itu Keluarga Morris juga mengirim orang ke sana. Kalau tidak, bagaimana orang-orang dari Delapan Keluarga Besar dan Enam Sekte Besar percaya dengan apa yang dikatakan Keluarga Morris itu benar?" Terlebih lagi, mereka juga membutuhkan orang-orang dari Keluarga Morris untuk memimpin."Ketika Xavier mendengar ini, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, "Apakah orang-orang yang dikirim oleh Keluarga Morris kita pada saat itu adalah kedua orang tuaku?""Benar, kedua orang tuamu yang memimpin Delapan Keluarga Besar dan Enam Sekte Besar lainnya ke Pulau Sanford,” kata kakeknya Andrew sambil menghela napas lagi.Meskipun Xavier sudah mengetahui jawabannya, hatinya masih "berdebar" setelah mendengar kakeknya Andrew sendiri yang mengatakannya.Dua puluh lima tahun yang lalu, semua orang yang pergi ke Pulau Sanford telah meninggal. Ini berarti kedua orang tuanya mungkin juga telah meninggal.Memikirkan hal
Xavier tahu apa yang dimaksud Ronaldo.Ronaldo yakin jika dia bisa keluar dari tempat pengasingan lebih awal, tragedi ini pasti bisa dicegah.Namun Xavier tahu kalau pun Ronaldo keluar dari pengasingan, dia juga tidak akan bisa mencegah tragedi ini terjadi.Karena kebanyakan orang berharap mukjizat akan terjadi. Mereka mengira Keluarga Morris bisa menembus alam, mereka juga bisa. Selain itu, semua anggota Keluarga Morris bersama mereka, jadi apa yang harus mereka takuti?Jadi, diulang berapa kali pun, hasilnya tetap akan sama.Mereka tetap akan mencari Keluarga Morris dan memaksa mereka memberikan petunjuk tentang cara membuka Gerbang Langit dan tentang bagaimana menembus alam.Ronaldo juga seharusnya tahu, bahwa tidak peduli berapa kali dia mengulang kejadiannya, dia tidak akan bisa mencegah tragedi ini.Dia menghela napas dan berkata, "Lupakanlah, jangan bicara masa lalu, mari ceritakan apa yang terjadi di Pulau Sanford kali ini.""Baik!" Xavier mengangguk.Ronaldo berkata, "Tapi seb
"Kakek, kalau aku tidak salah mengingatnya, Anda juga seharusnya seorang Super Grandmaster, 'kan?"Ronaldo mengangguk dan berkata, "Aku memang telah mencapai Alam Kesempurnaan.""Lantas Anda ... "Begitu Xavier berbicara setengah, Ronaldo bertanya, "Maksudmu, kenapa aku tidak menggunakan ramuan itu untuk memalsukan kematian, 'kan?""Ya," kata Xavier mengangguk.Dia memang agak penasaran.Kenapa Super Grandmaster lainnya yang telah mencapai kesempurnaan itu memilih memalsukan kematian mereka, menunggu kesempatan Gerbang Langit dibuka atau menunggu sampai keluarga mereka berada pada ujung tanduk antara hidup dan mati baru dibangunkan?Ronaldo merenung sejenak dan berkata, "Ketika kakekmu dan aku pergi berkelana, kami mengalami kejadian yang aneh. Aku memiliki benda pusaka yang dapat mengisolasi auraku dan menyembunyikan alam kultivasiku."Baru pada saat inilah Xavier mengerti kenapa dia tidak bisa merasakan level alam Ronaldo.Jadi ternyata begitu.Dengan kata lain, bukan hanya tidak ada
Xavier mengangguk sambil berpikir.Meskipun dia belum pernah melihat bunga semacam itu, mendengar nada bicara Ronaldo, bunga itu, selama dia melihatnya, pasti akan mengenalinya.Jadi, Xavier tidak bertanya lagi.Ronaldo melanjutkan. "Di Via Braga, masih ada banyak harta karun, kamu juga harus ekstra hati-hati saat mengambilnya, tidak hanya harus berhati-hati dengan Pasukan Draken yang ada di depan harta pusaka itu, tetapi juga berhati-hati dengan kekuatan Super Grandmaster yang sudah mencapai Alam Kesempurnaan, berhati-hatilah ketika kamu berhasil mengambilnya, mereka akan membunuhmu dan merebut harta itu."Setelah jeda, Ronaldo berkata lagi, "Masih ada .... Pedang Alunan Naga milikmu itu, waspadalah agar tidak direnggut saat berada di dalam."Xavier mengangguk dengan sungguh-sungguh.Xavier juga tahu Ronaldo menganggapnya sebagai cucunya sendiri, jadi dia memperingatkan padanya. Kalau orang lain, Ronaldo pasti tidak akan mengatakannya.Memikirkan hal ini, hati Xavier terasa hangat dan