Zhou Shen masih terkagum-kagum melihat rumah kecilnya yang sangat bersih dan rapi setelah lama ditinggalkan olehnya."Paman Zhang benar-benar merawat rumah ini seperti rumahnya sendiri. Tidak salah aku memberikan koin emas yang cukup buat paman Zhang, tapi kok kehidupannya masih tampak sederhana saja ya?"Suatu keanehan yang harus dicari tahu kebenarannya.Walikota Mao sudah jelas memberikan koin emas ini, bahkan paman Zhang juga sudah mengakuinya tapi kemana semua koin emas ini? Kehidupan paman Zhang masih saja sama seperti dahulu.“Aku harus menyelidikinya nanti! Bisa saja paman Zhang dipaksa mengaku menerima koin emas ini padahal tidak pernah diberikan oleh Walikota Mao. Tapi, tidak mungkin juga Walikota Mao bersikap picik seperti itu. Kekayaannya sangat besar, mengambil jatah yang seharusnya diberikan kepada paman Zhang merupakan kesalahan besar apabila Walikota Mao memang melakukannya.Pendekar Naga Putih ini segera menutup pintu rumahnya agar kabut putih ini bisa segera muncul d
HA-HA-HA ....!!!Suara tertawa yang keras mengiringi munculnya sosok yang sudah lama dinanti-nantikan oleh Zhou Shen.Namun, betapa terkejutnya pendekar ini saat melihat sosok naga hitam besar dengan ekor merah dan tanduk merah menyala keluar dari dalam kabut putih. Bukan makhluk Beast buas seperti yang diharapkannya."Naga hitam?"Pandangan bingung Zhou Shen juga dialami oleh Naga Putih."Bukannya kamu sudah musnah ribuan tahun yang lalu, Naga Hitam!" seru Naga Putih."Kamu kenal dengan naga hitam ini?" tanya Zhou Shen yang semakin bingung."Kami adalah teman lama!" sahut Naga Hitam.“Teman lama?” tanya Zhou Shen lagi semakin bingung."Apa kamu yang membunuh orangtua Zhou Shen, Naga Hitam?" tanya Naga Putih.Naga ini agak bingung sejenak dengan pertanyaan Naga Putih."Aku tidak pernah membunuh makhluk lemah seperti manusia!" sahut Naga Hitam.Ternyata penghuni kabut putih selama ini adalah Naga Hitam. Jadi makhluk apa yang memanfaatkan kabut putih untuk bersembunyi dan membunuh orang
Paman Zhang masih terdiam dengan tubuh gemetaran karena gugup. Baru kali ini dia melihat wajah Zhou Shen yang penuh kebencian terhadap dirinya, tapi dia masih berusaha berkelit dengan berpura-pura tidak mengetahui permasalahannya."Kenapa Pendekar Zhou marah-marah? Apa ada kata-kataku yang salah terhadap Pendekar Zhou?" tanyanya dengan hati-hati.Sikap Paman Zhang yang tenang semakin membuat Zhou Shen yakin kalau ada yang disembunyikan oleh tetangganya ini. "Paman tidak perlu berpura-pura lagi! Aku tahu kalau paman telah membohongiku selama ini tentang makhluk buas di dalam kabut putih! Sebenarnya apa yang telah paman lihat? Aku sudah menganggap paman sebagai pamanku sendiri, jadi aku mohon agar paman Zhang tidak membohongiku lagi!" ujar Zhou Shen.Dahi paman Zhang berkerut sambil menghembuskan nafas panjang.Matanya menatap dalam-dalam ke mata Zhou Shen kemudian berkata, "Maafkan aku, Zhou Shen ... aku tidak ingin kamu memburu sesuatu yang tidak mungkin kamu lakukan dan di luar kuasam
"Kamu belum menjawab pertanyaanku, Ryu Zhin ... kenapa Naga Hitam yang kira baik hati itu ternyata bersekongkol dengan Kultivator Baju Zirah untuk membunuh orangtuaku?" tanya Zhou Shen.Pendekar Naga Putih ini sangat kecewa terhadap Naga Putih yang terus membohonginya dengan menyembunyikan berbagai masa lalunya di kehidupannya yang sebelumnya, terutama dia dan naga Putih sebenarnya adalah dua sahabat di masa kehidupannya yang sebelumnya."Naga Hitam sebenarnya juga merupakan anggota Sekte Naga Nirvana di Heavenly Nirvana, tempat asalmu sebelumnya, Zhou Shen. Wujud kultivatornya bernama Mao Li Zheng sedangkan wujud naganya adalah Naga Hitam. Kita masih tidak tahu persis peran Naga Hitam di balik kematian orangtuamu, Zhou Shen!' jelas Ryu Zhin."Sudah jelas kata paman Zhang kalau Naga Hitam turut menyaksikan orangtuaku ditarik masuk ke dalam kabut putih oleh Kultivator Baju Zirah ... kok kamu masih ragu, Naga Putih?" tanya Zhou Shen."Ada yang tidak beres dengan kejadian itu! Setahuku Na
Ryu Zhen memutuskan untuk menginap beberapa hari ke depan di Perguruan Wu Tang untuk menunggu Wu Shian merampungkan pembuatan pedang baru dari bahan Pedang Naga Emas yaitu Pedang Naga Emas dan Pedang Naga Hitam.Selama menunggu Wu Shian selesai membuatkan pedang yang bisa diisi oleh Naga ini, Ryu Zhen memutuskan untuk membaca Kitab Pedang Naga Wu Tang agar bisa dipelajari olehnya.Ilmu Pedang Naga Wu Tang memiliki beberapa kombinasi jurus, tapi pada dasarnya ada 8 Jurus inti Ilmu Pedang Naga Wu Tang ini. Apabila sudah memahami inti dari 8 Jurus Inti Pedang Naga Wu Tang ini maka ratusan jurus pedang naga ini akan tercipta dengan sendirinya.Adapun Jurus-Jurus Utama Ilmu Pedang Naga Wu Tang ini adalah1. Pedang Naga Menembus Cakrawala2. Pedang Naga Menembus Bumi3. Pedang Naga Pusaran Awan Angin4. Pedang Kobaran Api Naga Tao5. Pedang Naga Menggulung Ombak Samudra6. Pedang Perisai Naga Cahaya Patkwa7. Pedang Seribu Naga Langit8. Pedang Naga Alam SemestaMasing-masing jurus mengandu
"Bagaimana menurutmu? Bagus, kan?" tanya Wu Shian dengan cemas, hatinya berdegup kencang karena takut kalau Ryu Zhen tidak menyukai pedang buatannya.Pendekar Naga Emas itu memegang pedang yang gagangnya bertahtakan berlian dan batu ruby, sedangkan bilahnya berkilauan dalam warna keemasan, ditempa dari baja kuat yang berasal dari Pedang Naga Emas sebelumnya."Cukup ringan," komentar Ryu Zhen sambil mengayunkan pedang dengan gesit. Cahaya matahari memantul di permukaan emas, menciptakan kilatan yang memukau."Untuk gagangnya, aku menggunakan bahan yang ringan tapi sangat kuat agar pedang ini tidak terlalu berat dibandingkan dengan Pedang Naga Emas yang lama," jelas Wu Shian, senyum tipis menghiasi wajahnya."Apa kamu juga memindahkan racun yang ada di dalam gagang pedang ini, Wu Shian?" tanya Ryu Zhen, matanya menyipit penuh selidik.Racun itu pernah menyelamatkan nyawa Zhou Shen dari serangan Immortal Wu Kai saat bertarung di perjalanan menuju Lembah Naga Emas. Kenangan akan pertarung
Wu Shian menyerahkan Pedang Naga Emas kepada Ryu Zhen, yang langsung mengayunkannya dengan gerakan cepat. Kilatan emas yang memancar dari pedang itu membuat ruangan terasa lebih terang. "Seperti biasanya, pedang ini luar biasa," katanya, senyum puas menghiasi wajahnya.Wu Shian kemudian membuka sebuah peti kecil yang terbuat dari kayu jati. "Ada satu lagi yang ingin aku tunjukkan padamu, Ryu Zhen," katanya sambil mengeluarkan sebuah gulungan sutra."Apa itu?" tanya Ryu Zhen, matanya tertuju pada gulungan tersebut."Gulungan ini berisi teknik rahasia yang aku temukan di reruntuhan kuil kuno. Teknik ini dapat meningkatkan kemampuanmu menggunakan kedua pedang secara bersamaan," jelas Wu Shian, matanya bersinar penuh antusiasme.Ryu Zhen mengambil gulungan itu dengan hati-hati, membuka perlahan dan membaca isi di dalamnya. Teknik-teknik yang tertulis di sana tampak rumit, tetapi sangat menarik. "Ini luar biasa, Wu Shian. Dengan teknik ini, aku akan menjadi tak terkalahkan untuk tingkatan
Wu Shian mengeluarkan sebuah gulungan kecil dari dalam jubahnya, permukaannya yang lusuh mengisyaratkan umur panjang dan pengetahuan yang dikandungnya. "Ini adalah instruksi untuk teknik 'Naga Kembar Mengguncang Badai'. Bacalah dengan seksama dan berlatihlah dengan hati-hati. Ingat, kekuatan besar datang dengan tanggung jawab yang besar. Jangan pernah gunakan teknik ini sembarangan," katanya sambil menyerahkan gulungan itu kepada Ryu Zhen."Aku tahu, Wu Shian ... kamu sudah mengatakannya tadi!" ucap Ryu Zhen ."Tidak ada salahnya aku mengingatkanmu sekali lagi!"Ryu Zhen menerima gulungan itu dengan rasa hormat, mata cokelatnya bersinar dengan tekad. "Aku akan berhati-hati, Wu Shian. Terima kasih atas kepercayaanmu," jawabnya, suaranya bergetar bahkan sampai giginya gemeratakan saking senangnya. Bagi yang melihat kondisi Ryu Zhen sekarang tidak akan percaya dengan sikap Pendekar Naga Emas ini.Hari-hari berikutnya dihabiskan oleh Ryu Zhen untuk mempelajari teknik baru itu. Setiap mala
Kemenangan besar yang diraih Negeri Ming tidak serta merta membuat negeri ini aman. Raja Dunia Persilatan yang mulai melihat kelemahan Negeri Ming mulai bergerak untuk menguasai Negeri Ming sehingga Negeri Ming akhirnya terbagi menjadi lima daerah kekuasaan yaitu :Dewa Racun Utara/Zhao Yun : Raja Dunia Persilatan Distrik Utara MingPendekar Pedang Barat/Chen Tian : Raja Dunia Persilatan Distrik Barat MingDewi Naga Timur/Liu Yin : Ratu Dunia Persilatan Distrik Timur MingPendekar Mabuk Selatan/Zhao Long : Raja Dunia Persilatan Distrik Selatan MingKaisar Bela Diri Pusat/Huang Ming : Raja Dunia Persilatan Distrik Pusat MingZhou Shen yang akhirnya memilih Sasha untuk menjadi pasangan hidupnya, kembali ke Eternity Nirvana bersama cinta sejatinya, membawa dendam membara di hati Dewi Naga Emas.Kepergian Zhou Shen ke Eternity Nirvana inilah yang membuat Negeri Ming terbagi menjadi lima kekuasaan besar yang dipimpin oleh masing-masing Raja Dunia Persilatan.Putri Qian Feng akhirnya memaafk
Kekalahan Naga Shankar adalah pukulan telak bagi Khan Agung. Sang raja Mongol, yang dikenal sebagai penguasa tak terkalahkan, berdiri di atas medan perang yang kini mulai berbalik melawan dirinya. Namun, amarahnya tidak surut. Dengan tatapan penuh kebencian, dia mengangkat tangannya ke langit, melafalkan mantra kuno yang menggema seperti gemuruh badai."Aku tidak akan kalah di tangan kalian, manusia lemah!" serunya, suaranya mengguncang bumi. Dari balik langit yang mulai memerah, aura hitam pekat berkumpul di sekeliling tubuh Khan Agung. Di kejauhan, sosok naga berwarna hitam legam dengan mata merah membara muncul dari balik awan.“Naga Hitam Tiamat!” seru Sasha dengan kengerian di wajahnya.Semua pasukan Ming dan Eternity Nirvana terpaku, termasuk Zhou Shen. Naga itu tidak hanya besar tapi ia adalah legenda, makhluk purba yang dianggap sebagai perwujudan kehancuran.“Zhou Shen, kita harus menghentikannya sebelum dia menghancurkan semuanya!” seru Kalindra, pedangnya menyala dengan kek
Saat pertarungan memuncak, medan perang menjadi ajang pertunjukan kekuatan yang melampaui batas manusia. Naga Shankar, raksasa hitam yang kini mengamuk, menyerang pasukan Ming tanpa henti. Kepakan sayapnya menciptakan badai yang menggulingkan barisan pertahanan, sementara api birunya membakar segala yang disentuhnya.Zhou Shen berdiri di hadapan Zhang Ming. Nafas mereka berat, masing-masing menggenggam senjata dengan penuh kebencian. "Kau mengkhianati segalanya, Zhang Ming. Aku akan memastikan kau tidak melangkah lebih jauh!""Pengkhianatan?" Zhang Ming terkekeh, suaranya penuh ejekan. "Aku melakukan apa yang harus kulakukan untuk bertahan hidup. Kau hanya anak kecil yang terjebak dalam masa lalu. Lihatlah siapa yang menjadi pemenang sekarang!"Zhang Ming meluncur ke depan dengan kecepatan yang sulit diikuti mata biasa. Pedangnya, yang berselimut aura kegelapan, menebas ke arah Zhou Shen. Namun, Zhou Shen, dengan reflek yang terlatih selama bertahun-tahun, menangkis serangan itu denga
Di tengah kemegahan Istana Mongol, Khan Agung duduk di atas takhta emasnya, wajahnya gelap seperti badai yang mengancam. Suara dentang lonceng perang bergema di seluruh aula, menandakan bahwa amarah sang raja telah mencapai puncaknya.“Shanxi tidak boleh berdiri setelah ini!” bentak Khan Agung, suaranya menggema keras. “Aku tidak akan membiarkan Negeri Ming memandang rendah kekaisaranku. Siapkan Naga Shankar. Kita akan menyapu Shanxi hingga menjadi abu!”Di hadapan Khan Agung, Ryu Zhen berdiri dengan kepala tertunduk, meskipun matanya memancarkan api dendam. Kekalahan di Shanxi telah menghancurkan egonya, tetapi itu juga membakar tekadnya untuk membuktikan bahwa ia adalah pendekar sejati.“Aku akan menuntaskan semuanya,” katanya lirih namun penuh keyakinan. “Aku akan menghancurkan Zhou Shen dan saudara kembarku. Dendam lama ini akan berakhir di medan perang berikutnya.”*****Kota Shanxi kembali dilanda kekacauan saat ribuan pasukan Mongol menyerbu di bawah naungan malam. Namun, yang
“Aku tidak akan lupa penghinaan ini, Ryu Zhin,” gumamnya dengan nada berapi-api, matanya membara penuh tekad. “Kita akan bertemu lagi, dan kali itu kau tidak akan selamat!”Di sisi lain, kemenangan ini tidak dirayakan dengan gegap gempita. Zhou Shen memimpin para pasukan naga yang masih utuh untuk mengevakuasi Shanxi dari kerusakan lebih lanjut. Sasha dan Kalindra, meskipun memimpin dengan karisma luar biasa, menyadari bahwa medan perang ini hanya sebagian kecil dari ancaman besar yang sedang berkembang.Zhou Shen berjalan mendekati Zixuan yang kini duduk di punggung Meraharani yang terluka. Naga merah itu mengerang pelan, napasnya berat, namun tatapannya tetap tajam. Zixuan memandang Zhou Shen dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.“Kau datang tepat waktu, seperti biasanya,” ujar Zixuan, mencoba tersenyum meski wajahnya memucat.“Kau bertahan lebih lama dari yang kuduga,” balas Zhou Shen, suaranya tenang namun penuh penghargaan. “Tidak mudah melawan naga emas dan Ryu Zhen.”Zixuan me
Setelah berhasil mendapatkan Nagarium dan menyegel perjanjian damai antara Heaven Eden dan Eternity Nirvana, Queen Savitri merasa utangnya kepada Zhou Shen tak akan terbalas dengan mudah. Di dalam hati, dia tahu ada rasa yang lebih dalam—sebuah cinta yang perlahan tumbuh terhadap Pendekar Naga Putih itu.Namun, Zhou Shen tetap memandang lurus pada tujuannya. Dia harus menemukan Paman Zhang, pria yang kini terungkap sebagai pembunuh orang tuanya. Kebencian yang membara di dalam dirinya membuatnya menolak untuk menyerah pada perasaan apa pun, termasuk cinta.Di aula besar kerajaan, Queen Savitri memanggil Zhou Shen dan menyerahkan Artefak Naga Waktu, sebuah artefak kuno yang mampu membuka portal waktu dan mengembalikan Zhou Shen ke masanya. "Dengan ini," ujar Savitri, suaranya bergetar, "kau bisa kembali dan menghadapi takdirmu di masa depan. Aku ingin kau tahu, Zhou Shen, aku akan selalu mendukungmu."Namun, Zhou Shen mengejutkan semua orang dengan keputusannya. "Aku tak bisa kembali s
Langit Shanxi memerah oleh api dan energi yang melesat dari pertarungan sengit antara naga merah Meraharani dan naga emas yang dikendarai Ryu Zhen. Namun, kekuatan gabungan naga Mongolia dan kehebatan Ryu Zhen perlahan memukul mundur para penjaga Shanxi. Meraharani terluka parah, sayapnya compang-camping, dan Arlang terempas ke tanah dengan raungan lemah.Zixuan berdiri di punggung Meraharani yang limbung, darah mengalir dari luka di lengannya. Napasnya berat, namun matanya tetap menatap Ryu Zhen yang bersiap mengakhiri perlawanan mereka."Ini akhirnya, Putri Zixuan," ujar Ryu Zhen, mengangkat pedangnya yang bercahaya emas. "Shanxi akan jatuh, dan kau akan menyaksikan kehancurannya!"Namun, sebelum pedangnya terayun, langit mendadak terbelah oleh kilatan cahaya putih. Dari celah dimensi yang terbuka di tengah angkasa, seekor naga putih raksasa muncul. Ia bergerak dengan kecepatan luar biasa, seperti bayangan yang tak dapat dilacak. Dengan raungan yang mengguncang bumi, naga itu mengha
Pemanah menarik busur mereka, api membara di ujung panah. Ketika pasukan musuh mendekat, aba-aba diberikan, dan panah-panah itu dilepaskan, melesat seperti hujan meteor ke arah barisan depan Mongolia. Suara panah menghantam perisai dan tubuh terdengar nyaring, namun pasukan musuh terus maju, tidak terhentikan.Di sisi lain, Zixuan mengeluarkan sesuatu dari kantong kecil di ikat pinggangnya—sebuah kristal berwarna biru kehijauan. Itu adalah Artefak Jiwa Langit, peninggalan kuno yang mampu memanggil kekuatan besar, tetapi dengan harga yang mahal."Aku tidak punya pilihan lain," gumamnya. Ia mengangkat kristal itu tinggi-tinggi, memusatkan energinya. Angin di sekitar Zixuan berputar kencang, rambutnya melayang, dan suara gemuruh datang dari dalam kristal itu. Cahaya biru terang meledak, menarik perhatian semua orang, termasuk Darjikhun.Di kejauhan, salah satu naga penjaga, seekor naga putih dengan tubuh yang ramping dan gerakan anggun, mendekati Zixuan. Namanya Arlang, naga angin yang d
Pertarungan di langit Shanxi dimulai dengan ledakan besar. Meraharani menerjang dengan kekuatan yang luar biasa, mulutnya terbuka, menyemburkan api merah menyala yang menembus langit kelabu. Naga hitam Mongolia menghindar dengan manuver tajam, sayapnya yang besar menciptakan pusaran angin yang membuat debu dan batu kecil beterbangan di bawah. Raungan mereka menggema, memenuhi udara dengan ketegangan dan kengerian.Di atas tembok kota, para pemanah Shanxi bersiap, busur mereka terangkat, ujung panah mengarah ke naga Mongolia. Perwira yang memimpin mereka, seorang pria dengan wajah keras dan mata tajam, berteriak, "Tunggu aba-aba dari Tuan Putri! Jangan tembak sebelum waktunya!"Di alun-alun, Zixuan memejamkan matanya sesaat, menghubungkan pikirannya dengan Meraharani. Ia tidak hanya memanggil naga itu, tetapi juga menyatukan tekad mereka. Suara Meraharani menggema dalam benaknya, tenang namun penuh kekuatan."Aku bersamamu, Zixuan. Kita tidak akan kalah."Di langit, naga hitam meluncur