Putri Qin Feng berdiri di atas geladak kapal Serikat Tengkorak Putih, pandangannya tertuju ke arah horizon. Angin laut membawa aroma asin yang menyegarkan, dan desiran ombak yang tenang menambah suasana damai. Di kejauhan, bayangan seorang pria tampak mendekat, dan senyumnya merekah saat ia mengenali sosok itu. Ryu Zhen kembali, wajahnya penuh debu dan pakaiannya koyak, namun matanya masih memancarkan semangat yang tak pernah padam."Ryu Zhen!" seru Qin Feng, berlari menghampirinya. Dalam sekejap, ia sudah berada di hadapannya, mata mereka bertemu, dan senyumannya semakin lebar."Aku senang kau kembali dengan selamat," katanya, suaranya lembut seperti angin laut yang menyentuh kulit.Namun, Ryu Zhen tidak tersenyum. Wajahnya yang biasanya tenang dan penuh rasa percaya diri kini menampilkan gurat-gurat kekalahan dan kemarahan. "Aku gagal menemukan Naga Emas," gumamnya dengan suara serak, kepalanya tertunduk.Qin Feng merasakan perih di dadanya mendengar kata-kata itu. Dia tahu betapa p
Putri Qin Feng, dengan hati yang berdebar penuh penyesalan, membawa tubuh Ryu Zhen yang tak sadarkan diri menuju Negeri Assassin. Dengan cincin dimensi di jarinya, ia juga membawa dua pedang legendaris, Pedang Naga Emas dan Pedang Naga Hitam.Setibanya di istana, Raja Assassin menyambutnya dengan sukacita. Di singgasana yang megah, dengan mata yang berkilat penuh kebanggaan, ia berseru, "Selamat datang kembali, putriku!"Qin Feng, dengan raut wajah yang tegang, memberi perintah kepada beberapa prajurit untuk membawa Ryu Zhen ke Paviliun Tamu agar bisa beristirahat. Sementara itu, ia melaporkan kepulangannya kepada sang raja."Aku melihat Pedang Naga Emas ini tampak lebih kecil dari yang seharusnya. Apa kamu yakin ini adalah pedang yang kita cari?" tanya Master Assassin, mengernyitkan dahi.Putri Qin Feng menjawab dengan tenang, meski dalam hatinya berkecamuk, "Apa Master yakin Pedang Naga Emas adalah pusaka milik Negeri Assassin? Setahuku, pedang ini adalah milik Dewa Immortal, Ryu Zhe
Keesokan harinya, suasana di istana Negeri Assassin terasa lebih tegang. Ruang utama, tempat Cermin Kebenaran akan digunakan, telah dipersiapkan dengan teliti. Cermin itu, yang terbuat dari kristal hitam legam, diletakkan di atas altar batu yang dikelilingi lilin-lilin berwarna merah gelap. Cahaya lilin memantul pada permukaan cermin, menciptakan kilauan misterius yang membuat suasana semakin dramatis.Putri Qin Feng, dengan wajah tegang dan harapan di matanya, berdiri di samping pedang yang terletak di meja batu di depan Cermin Kebenaran. Master Assassin, dengan ekspresi serius dan penuh konsentrasi, mempersiapkan ritual. Raja Assassin mengamati dari kursi kebesarannya, wajahnya menunjukkan campuran kekhawatiran dan harapan.Master Assassin memulai ritual dengan mengucapkan mantra kuno, suaranya bergema di ruangan yang sunyi. "Oh ... Cermin Kebenaran, tunjukkanlah keaslian yang tersembunyi. Biarkan cahaya pencerahan menyingkap segala tipu daya."Cermin Kebenaran mulai bersinar dengan
Di Negeri Assassin, suasana mencekam terasa ketika Ryu Zhen berdiri di tengah alun-alun utama. Langit mendung seolah merespon amarah yang berkobar dalam dirinya. Para penghuni negeri itu menatap dengan ketakutan, mengetahui bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi. Ryu Zhen memusatkan energinya, mempersiapkan jurus legendaris yang hanya diketahui oleh sedikit orang: Jurus Immortal Penghancur. Dengan mata yang menyala penuh kebencian, dia mengangkat tangannya ke langit, menggambar tanda-tanda misterius di udara. Tanah bergetar, dan udara menjadi berat, seolah-olah alam semesta menahan napasnya sendiri. Sementara itu, di tepi alun-alun, Qian Feng berdiri dengan tenang, matanya mengamati setiap gerakan Ryu Zhen. "Aku tidak pernah berpikir kau akan menggunakan jurus itu di sini," kata Qian Feng dengan nada dingin, namun penuh perhatian. "Mengapa kau melakukan ini, Ryu Zhen? Apa yang kau harapkan dengan menghancurkan Negeri Assassin?" Ryu Zhen memandang Qian Feng dengan tatapan
Wajah Rou Yen tiba-tiba berubah pucat, sepucat mayat yang baru diangkat dari kubur. Matanya membulat saat ia meraba saku dan tidak menemukan Cincin Dimensi yang sangat diperlukan."Gawat... Cincin Dimensi-ku hilang!" teriaknya, suaranya gemetar."Hilang? Siapa yang mencurinya, Yen'er?" Zhou Shen bertanya, suaranya penuh kekhawatiran.Rou Yen merenung sejenak, mengingat Dewi Naga Emas yang sempat dekat dengannya. "Apakah Ketua mengambil Cincin Dimensi milikku saat aku lengah?" pikirnya, keraguan menyelimuti wajahnya.Berbagai dugaan berputar-putar dalam benaknya, menciptakan kekhawatiran yang semakin dalam."Jadi, bagaimana caranya kita ke Dunia Atas?" Zhou Shen memecah keheningan dengan pertanyaannya yang penuh harap."Ada seorang kultivator hebat yang mengasingkan diri dan membuat Cincin Dimensi di Negeri Ming. Namun, sifatnya sangat aneh," jawab Rou Yen, matanya menerawang seolah melihat jauh ke depan."Aneh seperti apa?" tanya Zhou Shen, alisnya terangkat penasaran."Dia hanya akan
Kabut yang dingin menyambut Zhou Shen dan Rou Yen yang melangkah ke Pulau Kitaro. Suara gemerisik ombak yang menghantam pantai terdengar lembut, diselingi oleh kicauan burung-burung yang berterbangan di atas kepala mereka. Udara laut yang asin menyelinap ke dalam hidung, menyegarkan namun juga membawa aroma petualangan yang menantang. Zhou Shen, dengan rambut panjangnya yang diikat rapi, berjalan dengan langkah tegas, matanya yang tajam mengawasi setiap detail di sekelilingnya. Rou Yen, di sisi lain, dengan tatapan penuh kewaspadaan, menggerakkan jarinya dengan lincah, seakan-akan siap untuk menghadapi apa pun yang datang. "Tempat ini benar-benar sesuai dengan cerita yang kita dengar," ujar Zhou Shen, suaranya tenang namun penuh kewaspadaan. "Jangan lengah," balas Rou Yen, matanya menyapu area di sekitar mereka. "Fei Shing dikenal tidak pernah membuat jebakan yang sederhana." Setiap langkah yang mereka ambil terasa berat, seakan-akan tanah di bawah kaki mereka menyimpan rahasia ya
Mereka melangkah masuk ke dalam kegelapan, dan pintu di belakang mereka menutup dengan suara berderak. Mata mereka segera menyesuaikan dengan kegelapan, dan di depan mereka, sosok besar mulai terlihat. Makhluk itu memiliki kulit berwarna merah menyala, dengan tanduk panjang dan gigi yang tajam. Mata makhluk itu memancarkan kebencian, dan suara geramannya mengguncang ruangan. "Tetap tenang," bisik Zhou Shen. "Kita harus bekerja sama." Rou Yen mengangguk, meraih pedangnya dan bersiap. Makhluk itu menyerang dengan kecepatan yang mengejutkan, namun Zhou Shen dan Rou Yen bergerak dengan sinkronisasi yang sempurna. Mereka menghindari serangan demi serangan, lalu melancarkan serangan balik dengan cepat dan tepat. Suara dentingan pedang dan raungan makhluk itu memenuhi ruangan, menciptakan atmosfer pertempuran yang dasyat. Setelah beberapa saat, makhluk itu mulai melemah. Darah mengalir dari luka-luka di tubuhnya, dan gerakannya menjadi semakin lambat. "Sekarang!" seru Zhou Shen. Dengan sa
Heavenly Nirvana sebenarnya merupakan negeri yang indah seandainya tidak ada aturan di dunia kultivasi ini yang membenarkan kultivator kuat menindas kultivator lemah atau orang yang tidak mampu untuk berkultivasi.Lembah Pelangi menyimpan keindahan yang mendalam saat Zhou Shen dan Rou Yen tiba di negeri ini melalui Cincin Dimensi.Tanpa kesulitan, Immortal Rou yang merupakan kekasih Zhou Shen di kehidupan sebelumnya ini menciptakan portal cincin dimensi yang membawa mereka ke Heavenly Nirvana tanpa gangguan.Air Terjun yang besar dan berwarna-warni seperti pelangi seperti air bah yang jatuh dari atas tebing curam menuju jurang yang tak berdasar. Hanya Kultivator Naga yang merupakan salah satu Klan Kultivator di Heavenly Nirvana yang sanggup untuk mengetahui rahasia terdalam dari Lembah Pelangi. Konon di dasar lembah yang dalam ini terdapat energi Qi yang sangat langka dan istimewa untuk memperkuat kultivasi."Ada desa terdekat yang bisa kita datangi untuk menanyakan markas Sekte Naga