Home / Fantasi / Dewa Iblis Gerbang Neraka / Dewi Iblis, Pedang Iblis Suci, dan Dewa Penjagal

Share

Dewi Iblis, Pedang Iblis Suci, dan Dewa Penjagal

Author: Bebby
last update Last Updated: 2024-10-20 22:06:24

Shin Kui Long kembali menuju Desa Iblis Merah dengan Mustika Iblis di tangannya. Saat ia memasuki desa, kabut merah tampak semakin tebal, hampir seolah-olah menyelimuti setiap sudutnya dengan aura mistis yang semakin menakutkan. Para penduduk yang melihat kembalinya Kui Long memandangnya dengan penuh harap—mereka tahu bahwa keberhasilannya melawan Minotaur Iblis adalah satu-satunya harapan mereka untuk terbebas dari ancaman yang menghantui desa selama ini.

Ketika ia sampai di tempat kediaman Dewi Iblis, sebuah bangunan kuno yang dipenuhi patung-patung iblis dan naga, sosok wanita yang anggun namun menakutkan muncul di hadapannya. Dewi Iblis, dengan rambut hitamnya yang berkilauan seperti bulan di balik kabut merah, menatap Kui Long dengan mata yang penuh kebijaksanaan dan kegelapan. Di tangannya, ia memegang Pedang Iblis Suci, pedang berwarna hitam legam yang tampak memancarkan aura misterius, seolah-olah mengisap energi di sekitarnya.

"Kui Long," suara Dewi Iblis terdengar lembut nam
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
semakin misterius
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   Kesombongan Dewa Penjagal Langit

    Shin Kui Long memacu langkahnya menuju Lembah Tiga Penjagal, tempat yang dikenal sebagai sarang terakhir dari para Dewa Penjagal. Lembah itu bukanlah tempat biasa—kabarnya dipenuhi jebakan berbahaya, makhluk-makhluk buas, dan penuh dengan aura kegelapan yang menakutkan. Namun, bagi Kui Long, tidak ada pilihan lain. Wei Hua berada di tangan salah satu Dewa Penjagal, dan ia harus menyelamatkannya, bagaimanapun caranya.Saat ia memasuki lembah, suasana berubah drastis. Angin terasa semakin dingin, dan kabut tebal menyelimuti jalur berbatu di depannya. Tiba-tiba, suara-suara aneh terdengar, seperti erangan makhluk buas yang tersembunyi dalam kegelapan."Ini pasti jebakan mereka," bisik Kui Long kepada dirinya sendiri, waspada terhadap setiap gerakan.Langkahnya tetap mantap, dan tak lama kemudian ia melihat sosok tinggi yang berdiri di kejauhan. Seorang pria bertubuh besar, mengenakan baju besi hitam yang berkilauan dalam kabut. Matanya merah menyala, dan pedang besar berwarna hitam legam

    Last Updated : 2024-10-20
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   Dewa Penjagal Langit vs Shin Kui Long

    Kui Long mulai menyerang dengan kekuatan penuh dan cepat. Ia mengerahkan kekuatan dari Tapak Pendekar Sakti dan melangkah maju. Dengan satu gerakan yang mengalir, ia memukul dengan Jurus Tapak Angin Berbisik Tajam. Energi dari telapak tangannya berputar seperti badai, menghempas ke arah Dewa Penjagal Langit.Dewa Penjagal Langit tertawa keras. "Badai kecil? Itu tak akan cukup!" Ia mengayunkan pedangnya lagi, memecahkan badai angin dengan kekuatan brutal. Gelombang energi mereka saling berbenturan, membuat ledakan besar yang mengguncang tanah di sekitar mereka.Pertarungan semakin sengit. Kedua petarung saling melempar jurus, masing-masing mengeluarkan teknik andalan mereka. Dewa Penjagal Langit menggunakan Jurus Langit Murka dan Serangan Pedang Setan, serangan mematikan yang menghantam dengan energi hitam yang dapat merobek apa saja di jalurnya. Setiap tebasan pedang menghancurkan tanah dan batu di sekitarnya, membuat lembah terasa seperti medan perang neraka.Sementara itu, Kui Long

    Last Updated : 2024-10-20
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   Tapak Dewa Mabuk Immortal

    Setelah mengantar Wei Hua kembali ke Pegunungan Pendekar, Shin Kui Long bersiap melanjutkan perjalanan menuju Pulau Arak. Wei Hua, yang telah jatuh hati pada Kui Long, merasa berat hati melepaskannya. Ia menatap pria pujaannya dengan mata berkaca-kaca, perasaan sedih tergores dalam hatinya."Kui Long...," bisik Wei Hua saat ia duduk di tepi ranjang, luka-luka yang dideritanya memaksanya untuk beristirahat. "Kembalilah dengan selamat. Aku akan menunggumu."Kui Long menatapnya dengan lembut. Meski ia memahami perasaan Wei Hua, ia tahu misinya belum selesai. Dewa Bandit tengah merencanakan sesuatu yang jauh lebih besar, dan waktu tidak berpihak padanya. Ia tidak bisa berlama-lama."Aku akan kembali, Wei Hua," jawab Kui Long sambil tersenyum. "Istirahatlah dan sembuhkan lukamu. Saat semua ini berakhir, kita akan bertemu lagi."Wei Hua hanya bisa mengangguk pelan, menyembunyikan kesedihannya di balik senyum tipis. Saat Kui Long berbalik dan meninggalkan Pegunungan Pendekar, Wei Hua menatap

    Last Updated : 2024-10-21
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   Jurus Tapak Dewa Mabuk Immortal

    "Jurus kedua ini seperti tegukan anggur yang memabukkan," lanjut Kong Ming. "Serangan ini dimulai dengan langkah ringan, tetapi saat kau menyerang, energimu terkonsentrasi pada telapak tangan, menghasilkan serangan mendadak yang menghantam sekeras guntur."Kong Ming mempraktikkan jurus itu, mengayunkan tangannya dengan lambat namun tiba-tiba berubah menjadi kilat yang menghantam pohon di dekatnya hingga roboh. "Pukulan ini tidak hanya mengenai fisik, tetapi juga menyerang jiwa lawan, membuat mereka merasakan efek mabuk yang melumpuhkan.Sekarang coba kamu ikuti gerakanku tadi.”Kui Long memusatkan kekuatan di telapak tangannya dan mulai mempraktikkan serangan itu. Setiap pukulan membuatnya semakin merasa terhubung dengan energi mabuk yang dipadukan dengan serangan tajam. Ia merasakan kekuatan pukulannya makin kuat dan cepat.“Hahaha ... kamu memang berbakat, Kui Long. Langsung jurus ketiga!”Langkah Ilusi Bayangan"Ini adalah teknik penghindaran," kata Kong Ming sambil berjalan dengan

    Last Updated : 2024-10-21
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   Keangkuhan Dewa Bandit

    Setelah menyelesaikan pelatihannya bersama Dewa Mabuk dan mempelajari Tapak Dewa Mabuk Immortal, Shin Kui Long meninggalkan Pulau Arak sendirian. Shiu Ling, yang telah menemani dan mendukungnya selama ini, tetap tinggal di pulau itu. Saat mereka berpisah, Shiu Ling menatapnya dengan penuh harapan dan sedikit kecemasan, sadar bahwa perjalanan yang akan ditempuh Kui Long penuh bahaya.“Kau yakin tak butuh pendamping dalam perjalananmu?” tanya Shiu Ling.Kui Long mengangguk dengan tegas, memberikan senyuman yang menenangkan. “Aku harus melakukan ini sendiri, Shiu Ling. Dewa Bandit Huang Shan adalah musuh yang harus kuhadapi dengan kekuatan penuh dan fokus. Jangan khawatir, aku akan kembali secepatnya.”Dengan satu pandangan terakhir, Kui Long pun menaiki perahu yang akan membawanya ke daratan terdekat, meninggalkan Pulau Arak dan Shiu Ling di balik ombak.Setelah tiba di kota pelabuhan, Kui Long merasa ada sesuatu yang berbeda di udara. Rasa perpisahan itu memang membebani, namun tekad d

    Last Updated : 2024-10-26
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   Pertarungan di Gurun Pasir

    Di tengah padang pasir yang berdebu dan mencekik, Dewa Bandit tersenyum sinis. Matanya berkilat penuh kebencian saat ia mengangkat tangannya, mengawali jurus Pusaran Rantai Bayangan. “Bersiaplah, Kui Long! Kau takkan lepas dari ini!” Dengan gerakan tangannya, rantai-rantai bayangan berwujud gelap mulai muncul, meluncur dari kegelapan seperti ular berbisa, mendesis dan bergerak cepat ke arah Kui Long. Kui Long dengan cekatan menghindari rantai-rantai itu, melompat ke samping dan meluncur mundur. Namun, Dewa Bandit hanya menyeringai lebih lebar, “Kau takkan bisa menghindarinya selamanya.” Ia mengayunkan lengannya, dan rantai-rantai itu menjerat Kui Long, menyeretnya perlahan ke tengah badai pasir yang mengamuk. Kui Long tak tinggal diam. Ia menancapkan kakinya ke tanah berpasir, tubuhnya menunduk rendah, dan energi kekuatannya mulai berkumpul di kakinya. “Jurus Tapak Dewa Mabuk—Tarian Langit Mabuk!” ia berteriak, menghentakkan kakinya dengan kekuatan besar, membuat pasir di sekelilingn

    Last Updated : 2024-11-04
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   Dewa Kematian

    Ketika Shin Kui Long berbalik dan melihat sosok Dewa Bandit yang bangkit sebagai Dewa Kematian, ia tersentak. Sosok yang ada di hadapannya jauh berbeda dari sebelumnya—besar, berotot, dan mengambang di udara, diliputi aura pekat yang memancarkan kengerian. Senyumnya bengis, mata emasnya menatap Kui Long dengan amarah yang mengerikan.“Kui Long! Kau tidak akan pernah bisa lari dari kematian,” Dewa Kematian berteriak, memulai serangannya. Dia mengayunkan tangan besarnya, mengirimkan gelombang energi dalam jurus Bayangan Neraka Melahap Dunia. Energi hitam berputar seperti pusaran, menciptakan badai pekat yang mendesak Kui Long untuk bertahan.Kui Long berhasil menghindar dengan susah payah, mengingat satu demi satu jurus yang pernah ia pelajari saat masih menjadi Dewa Iblis Gerbang Neraka. Ia memasang kuda-kuda dan mulai melancarkan jurusnya sendiri, Pukulan Neraka yang Menghantam Jiwa. Pukulan tersebut menciptakan gelombang energi merah tua yang langsung menghantam ke arah dada Dewa Kem

    Last Updated : 2024-11-12
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   Racun Tanpa Raga

    Kui Long, yang kini terkenal sebagai Pendekar Mabuk, diundang ke istana Kaisar Qing. Undangan itu datang dengan alasan mulia: penghormatan kepada pendekar yang telah menegakkan keadilan di Dunia Pendekar. Namun, di balik senyum hangat Kaisar Qing, tersembunyi siasat licik. Kaisar Qing merasa kehadiran Kui Long adalah ancaman bagi kedudukannya sebagai penguasa.Kui Long tiba di istana dengan hati waspada, namun rasa penasaran mengalahkan instingnya. Ia ingin mengetahui informasi rahasia tentang tubuh aslinya yang telah lama terpisah darinya. Dalam jamuan megah yang dipenuhi hidangan mewah, Kui Long mulai mencicipi makanan yang ternyata telah dicampur dengan Racun Tanpa Raga, ramuan mematikan yang bekerja perlahan, menyerang organ dalam tanpa meninggalkan jejak.Di tengah pesta, tubuh Kui Long mulai melemah. Penglihatannya kabur, dan rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya. Ia menyadari bahwa dirinya telah diperdaya. Kaisar Qing berdiri, menatapnya dengan senyum dingin. “Pendekar Mabuk,

    Last Updated : 2024-11-17

Latest chapter

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.18. Dewa Pedang vs Immortal Kuno

    Langit retak, seperti kaca yang meleleh di bawah panas yang tak terlihat. Angin yang biasanya liar kini membeku, menggantung di udara seperti helaian kain rapuh. Di tengah dunia yang membisu itu, Dewa Pedang dan Immortal Kuno berdiri berhadapan, bagaikan dua puncak gunung abadi yang menolak runtuh. Waktu sendiri seolah menahan napas, menonton dalam diam.Di belakang Dewa Pedang, bayangan pedang-pedang raksasa melayang megah. Namun, ini bukan sekadar ilusi. Setiap pedang adalah kenangan hidup, gema dari senjata yang pernah ia genggam dan kuasai—dari pedang batu kasar yang ia tempa sendiri di masa fana, hingga Pedang Tanpa Nama, yang konon sanggup mengiris garis waktu dan membelah masa.Dewa Pedang melangkah maju. Tapak kakinya terdengar ringan, hampir tanpa suara, namun setiap sentuhan kakinya membuat tanah mengelupas, retakan membelah bumi bagai jaring laba-laba raksasa. Aura pedang yang menguar dari tubuhnya cukup untuk membuat rerumputan hangus dan batu-batu kecil melayang.Mengitar

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.17. Kehebatan Dewa Mabuk

    Dewa Mabuk tersenyum miring, getir, dan menambahkan ..."Anggur Takdir Terbalik ... Biarlah kenyataan pun mabuk bersamaku malam ini."Tanpa ragu, ia meneguk seluruh isi cangkir itu. Dalam sekejap, dunia bergidik. Awan di langit berputar terbalik, suara gemuruh mengeras seperti teriakan jutaan jiwa yang terseret arus waktu.Tiga detik. Dalam rentang sesingkat itu, dunia seolah melangkah mundur.Formasi Surga Agung—pilar energi—semua bergerak mundur, melawan kodrat mereka sendiri. Tapi tubuh para Immortal, makhluk hidup yang terikat pada alur waktu normal, tidak ikut serta.Apa yang terjadi berikutnya bukanlah pertempuran—melainkan pembantaian tanpa pedang.Tubuh para Immortal mendadak kejang, wajah mereka pucat membiru. Dari dalam daging dan tulang mereka, retakan-retakan kecil muncul, memancarkan cahaya ungu aneh. Lalu, satu per satu, tubuh-tubuh agung itu meledak dari dalam, seolah mereka dihukum oleh paradoks yang tidak bisa mereka lawan.Darah spiritual menguap menjadi kabut ung

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.16. Dewa Mabuk vs Immortal - II

    Pergerakan Dewa Mabuk berubah.Awalnya ia hanya bergoyang goyah seperti dedaunan kering tertiup angin senja. Namun, dalam sekejap, gerakannya menjadi lebih cepat—lebih halus, lebih sulit diikuti. Tubuhnya melayang, berputar-putar, dan tiap jejak langkahnya membentuk pusaran-pusaran bercahaya, menciptakan pola sihir rumit yang berdenyut, menyedot energi spiritual dari udara sekitarnya. Tanah di bawah kakinya bergetar, lalu retak, dan dari retakan-retakan itu... mengalir sesuatu yang tak wajar.Dalam kelipan waktu yang nyaris tak terdeteksi, medan perang berubah drastis.Tanah tandus itu perlahan membasahi dirinya sendiri, mengalir menjadi Danau Anggur Surgawi. Permukaannya berkilau ungu lembut, memantulkan bukan sekadar bayangan, tapi fragmen masa depan dari siapa pun yang berdiri di atasnya.Satu per satu, para Immortal memandang ke bawah—dan apa yang mereka lihat... memaku mereka di tempat."Tidak... kenapa aku..." Seorang Immortal berseru, wajahnya berubah pucat pasi, suaranya pecah

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.15. Dewa Mabuk vs Immortal

    Kabut racun menggantung tebal di udara, membelai medan pertempuran yang hancur dengan sentuhan kematian. Di tengah reruntuhan dan bau logam darah yang menusuk, terdengar tawa—tawa yang aneh, nyaring, memecah keheningan seperti dentang lonceng tua di pemakaman para dewa."HAAAA—! Sudah kubilang..." Suara itu meraung, parau dan bergaung seperti mabuk badai. "Jangan ganggu orang yang sedang menikmati tegukan terakhirnya!!"Dari pusaran kabut itu, muncul sosok yang mustahil diabaikan. Seorang pria bertubuh tambun dengan langkah limbung, seolah sewaktu-waktu bisa jatuh... namun entah bagaimana, setiap gerakannya justru memancarkan bahaya yang membuat udara terasa berat. Rambutnya kusut, acak-acakan seperti sarang burung gagak, dan jubahnya—oh, jubahnya—robek-robek dengan bekas-bekas tumpahan anggur spiritual berkilau yang menodai kain lusuh itu.Di tangannya, tergenggam erat sebuah botol kaca tua. Dari dalamnya, cairan berwarna ungu tua memancarkan cahaya redup yang hampir hipnotik—Anggur

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.14. Sang Pemusnah Immortal

    Kabut tebal yang menelan seluruh medan pertempuran perlahan-lahan menghilang, bukan karena angin yang meniupnya atau karena kekuatannya telah pudar—melainkan karena semua yang menjadi target kabut itu telah lenyap.Di tanah yang menghitam seperti terbakar, tubuh-tubuh para Immortal membatu dalam keheningan yang mengerikan. Mereka tak lagi hidup, tapi juga belum sepenuhnya mati. Kulit mereka telah mengeras menjadi arang, hitam berkilap seperti obsidian yang retak. Tatapan terakhir mereka membeku dalam rupa yang tak akan pernah dilupakan siapa pun yang melihat—mata terbelalak oleh teror, mulut setengah terbuka oleh ketakjuban, dan alis yang merunduk dalam penyesalan yang tak terselesaikan.Namun, sang pembawa malapetaka belum berhenti. Dewi Racun masih berdiri di tengah medan, jubahnya berkibar pelan oleh hembusan angin beracun yang tersisa. Cahaya dari langit yang lembayung menyorot wajahnya yang tak menunjukkan emosi selain ketenangan dingin.Dari kehampaan, lima cahaya redup mulai be

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.13. Kejamnya Dewi Racun

    —Ketika racun bukan lagi sekadar senjata, tapi kutukan dunia itu sendiri—Medan perang menjadi lautan kehijauan yang membara dalam keheningan yang mengerikan. Tanah yang disentuh jimat Dewi Racun telah berubah menjadi ladang kematian ... bunga-bunga berbentuk tengkorak merekah dari tanah, memuntahkan spora beracun berwarna merah darah, sementara kabut ungu kehijauan merambat seperti tangan-tangan makhluk lapar yang mengincar jiwa.Dewi Racun berdiri di tengah-tengah pusaran itu, rambutnya melayang seperti ular-ular kecil, dan gaunnya bergelombang, seolah dijalin dari kabut itu sendiri. Di tangan kirinya, ia genggam Jimat Racun Kehancuran Tiga Dunia—artefak yang tak pernah diaktifkan sepenuhnya… sampai hari ini.“Kalian para immortal, begitu sombong dengan keabadian kalian... Tapi tidak ada yang abadi di hadapan racun yang benar-benar murni.” Suara Dewi Racun menggema, serak namun memikat, mengandung mantra yang memengaruhi kesadaran.Beberapa Immortal mulai berteriak histeris. Ilusi

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.12. Naga Azteca vs Naga Wrath

    —Dua kekuatan kuno bertabrakan di langit dunia—Langit seolah mendidih. Darah para bintang menetes ke bumi dalam bentuk kilatan energi liar yang tak terbendung.Naga Wrath, makhluk dari reruntuhan abadi dan badai abadi, meraung liar, memekakkan setiap jiwa yang masih tersisa di medan perang. Petir hitam di tubuhnya kini menebal, menciptakan badai magnetik raksasa yang menghisap segala bentuk energi spiritual di sekitarnya. Ia menggulung udara menjadi tombak-tombak listrik yang melesat ke segala arah. Salah satunya menghantam dada Azteca, meledak menjadi gelombang plasma yang membelah awan.Azteca mengerang, tapi tidak mundur.Matanya yang bersinar biru kehijauan kini berubah menjadi merah darah. Simbol-simbol kuno di tubuhnya menyala lebih terang, berdenyut seperti jantung dunia itu sendiri. Dari sela-sela sisiknya, muncul kilatan emas—bukan emas biasa, melainkan “Ollin”, esensi gerak semesta.“Tlazohcamati, Huehuecoyotl... berikan aku tarian terakhir dari para dewa.”Azteca terangkat

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.11. Pertempuran Dunia Kultivator - V

    Ledakan terakhir dari serangan pusaran hitam yang menelan Lin Feng masih membekas di langit, membelah awan menjadi dua. Debu dan puing dari tanah yang terkoyak beterbangan, sementara api dan es beradu di udara, menciptakan pelangi berdarah di cakrawala. Namun di tengah kekacauan itu, medan perang belum berhenti berdetak.***Di atas langit merah, Naga Azteca menggila. Sisiknya yang bersinar dengan pola kuno berkedip cepat, menandakan amarah yang tak lagi bisa dibendung. Naga Wrath meraung menantang, tubuhnya yang berbalut petir hitam meluncur dengan kecepatan meteor, membentur perisai spiritual Azteca hingga ruang di sekitarnya retak seperti kaca.Namun kali ini, Azteca membuka mulutnya, mengeluarkan suara bernada rendah, nyaris seperti nyanyian ritual. “Hezkani... teotl tlatoani...”—dan tiba-tiba, ribuan simbol kuno terpancar dari tubuhnya, membentuk lingkaran sihir raksasa di langit.Ritual Leluhur Azteca—Sumpah Darah Langit Ketujuh.Ritual itu bukan sekadar serangan. Ia adalah wari

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   6.10. Kui Long vs Lin Feng - II

    Di bawah langit yang muram, dua sosok bertarung dengan intensitas yang mengguncang alam semesta. Kui Long dan Lin Feng saling berhadapan, energi mereka bertabrakan dan menciptakan gelombang dahsyat yang meremukkan segala yang ada di sekeliling.​Lin Feng, dengan Pedang Surgawi yang memancarkan cahaya keemasan, melesat seperti kilat. Setiap ayunan pedangnya meninggalkan jejak cahaya yang membelah udara, menembus kegelapan yang menyelimuti Kui Long. Namun, Dewa Iblis Gerbang Neraka itu tidak tinggal diam. Dengan senyum sinis, ia mengangkat tangannya, menciptakan pusaran bayangan yang berputar ganas, menyerap sebagian besar serangan Lin Feng.​"Tidak buruk, Lin Feng," suara Kui Long bergema, berat dan penuh kekuatan. "Tapi kau harus berusaha lebih keras untuk mengalahkanku!"​Dengan gerakan cepat, Kui Long membentuk tombak hitam raksasa yang berputar liar, dipenuhi energi destruktif. Tombak itu melesat menuju Lin Feng dengan kecepatan yang hampir tak terjangkau oleh mata manusia.​Lin Fe

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status