Beranda / Fantasi / Dewa Iblis Gerbang Neraka / 2.31. Gunung Bayangan Jiwa

Share

2.31. Gunung Bayangan Jiwa

Penulis: Bebby
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-06 22:17:46

Langit di atas Gunung Bayangan Jiwa mulai berubah, rona oranye dari matahari terbenam meresap melalui celah kabut tebal. Kui Long berdiri di puncak pertama jalur pendakian, tempat di mana bayangan dirinya telah hancur. Namun, gunung ini tidak memberi waktu untuk istirahat. Angin dingin menyapu tubuhnya, membawa bisikan yang menggema seperti suara ribuan jiwa yang terperangkap.

Ia melihat jalan di depannya—jalur batu yang sempit dengan jurang menganga di kedua sisi. Batu-batu hitam yang berserakan tampak bergerak samar, seperti menyimpan nyawa mereka sendiri. Meskipun kakinya terasa berat, ia melangkah maju dengan tekad.

"Ketua, berhenti di situ!" Sebuah suara menggema dari belakang. Kui Long menoleh dan melihat Zhang Yue berlari mendekat, napasnya terengah. Guru Xian mengikuti dari belakang, lebih tenang tetapi dengan ekspresi waspada.

"Kau tidak seharusnya ikut," kata Kui Long tajam. "Ini bukan perjalanan yang bisa dilalui oleh siapa pun tanpa persiapan."

Zhang Yue berdiri tegak, men
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   2.32. Bandit Gunung

    Langit di atas Gunung Bayangan Jiwa menggantung suram, seperti tirai hitam yang melingkupi dunia. Kilau bulan tersembunyi di balik awan kelabu, hanya menyisakan semburat cahaya redup yang sulit menembus kabut tebal. Jalan setapak semakin terjal, licin oleh lumut dan tanah basah. Udara yang dingin membawa bau lembap yang menusuk, membuat napas mereka terlihat seperti uap putih di kegelapan malam.Kui Long memimpin perjalanan, langkahnya mantap meskipun bahunya tampak tegang. Pedang di pinggangnya berayun perlahan, berkilat samar saat cahaya bulan mencapainya. Di belakangnya, Zhang Yue menghela napas, berusaha menjaga keseimbangan di jalanan curam, sementara Guru Xian berjalan dengan tenang, matanya menyapu sekitar seperti seekor burung hantu yang mengintai mangsa.Ketenangan malam itu buyar ketika suara langkah berat terdengar dari semak belukar. Ranting-ranting kering berderak, dan bayangan hitam bermunculan, menutup jalan setapak. Mereka adalah bandit—lima pria bersenjata dengan seny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   2.33. Naga Ular Malam

    Kui Long, Zhang Yue, dan Guru Xian beristirahat sejenak di dalam gua. Hembusan angin dingin menyelinap melalui celah-celah batu, membuat api kecil yang mereka nyalakan berkedip-kedip. Gua itu gelap dan sempit, tetapi untuk sementara waktu, mereka merasa aman dari bahaya yang mengintai di luar.Zhang Yue memecah keheningan, suaranya lirih tapi penuh rasa ingin tahu. "Ketua, mengapa bandit itu terlihat begitu percaya diri? Mereka tahu siapa kita, tapi tetap menyerang."Kui Long, yang sedang menyeka darah dari pedangnya dengan kain lusuh, mengangkat pandangannya. "Bukan soal siapa kita. Gunung ini menarik kekuatan gelap, bukan hanya makhluk-makhluk buas, tapi juga manusia yang ingin mengambil keuntungan dari kekacauan."Guru Xian menambahkan dengan nada serius, "Gunung Bayangan Jiwa bukanlah tempat biasa. Ada sesuatu di sini yang memanipulasi hati dan pikiran mereka. Ketamakan, kebencian, semua itu diperbesar oleh aura gunung ini."Tiba-tiba, suara geraman rendah terdengar dari kegelapan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   2.34. Kitab Cahaya Abadi

    Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, Kui Long, Zhang Yue, dan Guru Xian akhirnya tiba di kaki Gunung Bayangan Jiwa. Kabut tebal menyelimuti lereng gunung, menciptakan suasana misterius yang membuat bulu kuduk meremang. Angin berhembus lembut, membawa aroma pinus dan tanah basah, sementara suara gemerisik dedaunan menambah kesan angker di sekitar mereka. "Inilah dia, Gunung Bayangan Jiwa," ujar Guru Xian dengan nada penuh hormat. "Di puncaknya tersembunyi Kitab Cahaya Abadi, yang berisi jurus Langkah Jiwa Cahaya Abadi. Jurus ini adalah satu-satunya harapan kita untuk menutup Gerbang Dimensi Akhir jika pria bertopeng itu berhasil membukanya." Mereka mulai mendaki, melewati jalan setapak yang terjal dan licin. Setiap langkah terasa semakin berat, seolah-olah gunung itu sendiri menantang keberanian mereka. Di tengah perjalanan, mereka tiba di sebuah dataran luas dengan batu-batu besar yang tersusun rapi membentuk lingkaran. Di tengah lingkaran itu, terdapat sebuah prasasti kuno de

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   2.35. Pedang Kultivasi Kegelapan

    Angin di Lembah Pedang Kultivator menghembus dingin, membawa aroma lembap dari tanah yang dipenuhi lumut hitam. Lembah itu dipenuhi kabut tebal, menyelimuti jalanan berbatu yang berliku. Di sepanjang dinding lembah, reruntuhan kuno terpahat dengan simbol-simbol kultivasi kegelapan, bercahaya samar dalam gelap. Di sini, tidak ada suara burung atau binatang kecil—hanya desis halus, seperti napas sesuatu yang tak kasat mata.Kui Long berdiri di puncak jalan masuk lembah, memandang ke dalam jurang yang gelap gulita. Ia menggenggam pedangnya erat, napasnya teratur, tetapi pikirannya waspada. "Lembah ini menyimpan rahasia yang tidak pernah dijamah manusia selama ratusan tahun," gumamnya, menatap ke bawah. "Namun, aku harus mendapatkannya. Pedang Kultivasi Kegelapan adalah kunci untuk menyempurnakan kekuatanku."Sambil melangkah ke dalam lembah, ia merasakan tekanan spiritual yang segera menyelimuti tubuhnya. Setiap langkah seolah semakin berat, seperti tanah itu sendiri menolak kehadirannya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   Arc 3 : Song Kui dan Tubuh Kui Long

    Kui Long melangkah keluar dari Lembah Pedang Kultivator dengan langkah tertatih-tatih, tubuhnya penuh luka yang menganga, namun sorot matanya tidak lagi menunjukkan kelemahan. Angin malam berhembus, dingin menusuk tulang, tetapi ia berdiri tegak, menghadapi dunia yang kini terasa berbeda. Udara di sekitarnya seolah bergetar, menyesuaikan diri dengan auranya yang lebih pekat dan murni. Pedang Kultivasi Kegelapan di punggungnya mengeluarkan suara denting lembut, seperti bisikan halus dari jiwa yang baru bangkit. Setiap langkahnya meninggalkan jejak energi gelap yang meresap ke tanah, membentuk pola-pola rumit yang memudar perlahan. Dunia tampak terdiam, seolah takut menyentuh kekuatan yang baru saja terbangun dalam dirinya.Dari kejauhan, Negeri Song terbentang di bawah sinar bulan pucat. Tanah kelahirannya itu kini menjadi sarang musuh bebuyutannya, Song Kui, yang dengan kejam telah merampas tubuh aslinya. Kui Long mengepalkan tinjunya, merasakan aliran kekuatan baru yang membakar urat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   3.1. Kekuatan Song Kui

    Song Kui melangkah maju dengan tatapan penuh kebencian, tangannya terangkat tinggi saat ia mengumpulkan energi merah menyala yang berdenyut seperti jantung yang marah. Dengan satu gerakan cepat, ia melepaskan gelombang energi yang memancar seperti badai api ke arah Kui Long. Ledakan itu menghancurkan tiang-tiang kuil yang sudah rapuh, mengirimkan pecahan batu yang beterbangan ke segala arah. Lantai batu di bawah mereka retak, menciptakan jurang kecil di tengah aula. Namun, Kui Long tidak bergeming.Ia mencabut Pedang Kultivasi Kegelapan dari punggungnya, bilahnya berkilauan dalam rona hitam pekat. Dengan ayunan tunggal yang cepat dan presisi, ia membelah gelombang energi itu menjadi dua, memisahkannya seolah hanya sekedar kain tipis. Angin dari serangan itu menerpa wajahnya, tetapi Kui Long tetap berdiri kokoh, matanya memancarkan determinasi yang tak tergoyahkan.“Aku bukan bayanganmu, Song Kui,” ucap Kui Long dengan suara rendah yang membawa kekuatan. Ia mengangkat pedangnya lagi, k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   3.2. Shen Wu Hei

    Makhluk itu menjulang di hadapan mereka, tubuhnya terdiri dari asap hitam pekat yang bergerak seperti ombak liar. Matanya, dua bulan merah menyala, memancarkan intimidasi yang menusuk. Suaranya bergema seperti ribuan suara berbicara serentak, menciptakan atmosfer yang mengguncang jiwa. “Selamat datang di Ruang Kekekalan,” katanya. “Aku adalah Shen Wu Hei, Penjaga Dimensi Kegelapan. Tidak ada yang meninggalkan tempat ini hidup-hidup.”Kui Long dan Song Kui saling melirik, wajah mereka sama-sama serius. Meski mereka saling bermusuhan, keberadaan Shen Wu Hei adalah ancaman yang lebih mendesak. Keduanya mengambil posisi bertahan, tubuh mereka tegang seperti busur yang ditarik penuh.Dengan gerakan yang cepat dan bertenaga, Shen Wu Hei mengangkat salah satu cakar raksasanya dan menghantam mereka. Serangan itu cukup kuat untuk membuat ruang gelap di sekitar mereka berguncang hebat. Kui Long melompat ke samping, menghindari cakar yang menghantam lantai hingga retak dan hancur berkeping-kepin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   3.3. Perjalanan Ke Pegunungan Yin Mo

    Kui Long berdiri dengan nafas yang masih berat, menatap langit yang kini mulai terang oleh cahaya matahari. Dunia di sekitarnya terasa damai untuk sesaat, tetapi di dalam hatinya, ia tahu kedamaian ini tidak akan bertahan lama. Song Kui terbaring lemah di sampingnya, namun matanya masih menyiratkan kebencian yang membara.“Kau menyelamatkanku, Kui Long,” gumam Song Kui dengan nada getir. “Tetapi jangan kira aku akan berterima kasih.”Kui Long tidak menanggapi. Ia menatap Pedang Kultivasi Kegelapan di tangannya, energi dari senjata itu tampak lebih stabil setelah pertempuran di Ruang Kekosongan Kegelapan. Namun, pedang itu menyimpan rahasia yang lebih dalam—sebuah kekuatan yang Kui Long tahu harus ia pahami sebelum bisa menggunakannya sepenuhnya.“Song Kui,” ujar Kui Long akhirnya, “aku tidak menyelamatkanmu karena aku percaya padamu. Aku menyelamatkanmu karena aku butuh tubuh asliku kembali!""Aku tidak bisa mengembalikan tubuhmu ini karena aku juga terperangkap di dalamnya. Kaisar Qi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10

Bab terbaru

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.6. Konflik di Hutan Seribu Petir

    Kilatan petir membelah langit, menggetarkan udara dengan suara gemuruh yang menggetarkan dada. Hutan Seribu Petir bersinar dalam cahaya biru dan ungu, menciptakan bayangan bergerak di antara pepohonan yang hitam legam akibat terbakar petir berkali-kali. Udara di sekitar begitu tebal dengan energi listrik hingga bulu kuduk berdiri, dan setiap tarikan napas terasa seperti menyedot api ke dalam paru-paru. Kui Long berdiri di atas batu besar, matanya tajam menatap ke kedalaman hutan yang penuh kilatan cahaya. Di tangannya, tombak pusaka itu bergetar halus, seolah hidup dan merespons setiap guntur yang meledak di angkasa. Ia menggerakkan jari-jarinya di sepanjang gagang tombak, merasakan aliran energi yang mendesir di dalamnya. "Semakin kita melangkah ke dalam, semakin kuat tarikan pusaka ini," gumamnya, suaranya serak oleh udara yang dipenuhi listrik. Di sampingnya, Song Lien Hwa mengangkat kepala, mata elangnya menyapu sekeliling dengan penuh kewaspadaan. "Aku tidak suka perasaan ini,"

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.5. Pertemuan Sekte Besar

    Malam semakin larut, dan angin dingin berembus menerpa puncak-puncak berbatu di Negeri Song. Di langit yang kelam, awan petir menggantung berat, seolah menahan kilatan cahaya yang siap meledak kapan saja. Aroma tanah basah bercampur dengan kepekatan malam, sementara di dataran tinggi Lembah Petir, dua sosok berdiri di bawah sinar rembulan yang meredup.Kui Long merasakan riak energi dari pusaka yang tergenggam di tangannya—sebuah kehadiran yang berdenyut, nyaris hidup, seakan menuntut untuk dilepaskan. Song Lien Hwa berdiri tak jauh darinya, mata elangnya mengamati cakrawala. Keduanya menyadari bahwa mereka bukan satu-satunya yang merasakan keberadaan pusaka itu. Sekte-sekte besar Negeri Song telah lama mengintai, dan kini, saat senjata legendaris itu kembali ke dunia, badai baru tak terelakkan.Di puncak tertinggi, aula megah Sekte Langit Mentari memancarkan cahaya keemasan dari lentera-lentera besar yang tergantung di balok kayu raksasa. Ruangan itu luas, namun udara di dalamnya ter

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.6. Perburuan di Hutan Seribu Petir

    Kilatan petir membelah langit, menggetarkan udara dengan suara gemuruh yang menggetarkan dada. Hutan Seribu Petir bersinar dalam cahaya biru dan ungu, menciptakan bayangan bergerak di antara pepohonan yang hitam legam akibat terbakar petir berkali-kali. Udara di sekitar begitu tebal dengan energi listrik hingga bulu kuduk berdiri, dan setiap tarikan napas terasa seperti menyedot api ke dalam paru-paru.Kui Long berdiri di atas batu besar, matanya tajam menatap ke kedalaman hutan yang penuh kilatan cahaya. Di tangannya, tombak pusaka itu bergetar halus, seolah hidup dan merespons setiap guntur yang meledak di angkasa. Ia menggerakkan jari-jarinya di sepanjang gagang tombak, merasakan aliran energi yang mendesir di dalamnya. "Semakin kita melangkah ke dalam, semakin kuat tarikan pusaka ini," gumamnya, suaranya serak oleh udara yang dipenuhi listrik.Di sampingnya, Song Lien Hwa mengangkat kepala, mata elangnya menyapu sekeliling dengan penuh kewaspadaan. "Aku tidak suka perasaan ini," k

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.4. Kembalinya Shen Wu Tian

    Angin malam menampar wajah Kui Long saat ia berdiri di tepi jurang. Pusaka Dewa Petir di tangannya berdenyut pelan, seolah menyesuaikan dengan ritme jantungnya. Kilatan petir yang jauh di cakrawala tampak seperti pandangan penuh amarah dari langit yang gelisah, namun Kui Long hanya mendengus kecil, merasakan energi yang bergolak di dalam tubuhnya.Song Lien Hwa berdiri di belakangnya, matanya penuh kecemasan. "Kui Long," panggilnya dengan suara berat, "kau sadar kan, kekuatan itu tidak hanya memberi. Ia juga akan menuntut sesuatu darimu."Kui Long tidak segera menjawab. Ia mengangkat tombak itu, memperhatikan kilau biru yang bergerak seperti aliran sungai, hidup dan bertenaga. "Kalau memang menuntut, biarkan dia menuntut," gumamnya pelan, namun penuh tekad. Ia memutar tubuh, menatap Song Lien Hwa dengan senyum yang tidak sepenuhnya santai. "Tapi aku yang akan memutuskan apa yang layak diberikan."Sebelum Song Lien Hwa sempat membalas, bumi di bawah kaki mereka bergetar hebat. Sebuah g

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.3. Rahasia Pusaka Dewa Petir

    Petir biru memancar lembut dari Pusaka Dewa Petir, seperti napas kehidupan yang baru saja dibangkitkan. Namun, aroma pekat masih tersisa di udara, bercampur dengan bau debu dan batu yang hancur. Kui Long menarik napas dalam-dalam, dadanya naik turun seiring adrenalin yang perlahan memudar. Jemarinya sedikit gemetar saat ia menggenggam erat gagang tombak itu. Sentuhan logam dingin terasa seperti bara panas, menyengat kulitnya dengan denyut energi yang seolah menuntut penyesuaian segera.Song Lien Hwa berdiri tak jauh darinya, rambut panjangnya yang hitam legam berantakan, sebagian menempel di wajahnya yang berkeringat. Napasnya berat, tapi ia tetap tegak, tatapannya tak beralih dari Kui Long. "Energi petir itu..." suaranya pelan, hampir berbisik, namun penuh makna, "...ia bukan sekadar kekuatan. Itu adalah keinginan langit yang tak dapat kau tolak."Kui Long mengalihkan pandangannya ke Song Lien Hwa, matanya yang keemasan bersinar lembut, tapi di balik itu ada badai emosi yang berkecam

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.2. Pusaka Dewa Petir : Tombak Emas

    Petir biru berkilat di udara, membentuk jaring cahaya yang berdenyut di sekitar sosok Shen Wu Tian. Meski hanya berupa kesadaran yang tertanam dalam Pusaka Dewa Petir, auranya begitu menggentarkan, seolah keberadaannya menandingi para dewa sejati. Tubuh transparannya melayang di atas tanah, diselimuti percikan listrik yang berdesis seperti bisikan kemarahan langit.Kui Long berdiri tegak, matanya menyipit saat menatap entitas di hadapannya. Ia menggenggam erat Pedang Kultivasi Kegelapan, jari-jarinya sedikit bergetar, entah karena adrenalin atau kegembiraan yang tersembunyi. Bibirnya melengkung tipis."Kui Long," suara Shen Wu Tian menggema, berat dan penuh wibawa. "Kau mungkin telah kembali sebagai Dewa Iblis Gerbang Neraka, tetapi kekuatanmu belum cukup untuk mengendalikan pusaka ini. Buktikan dirimu, atau tinggalkan tempat ini selamanya."Angin di ruang bawah tanah berputar kencang, membawa aroma ozon dari petir yang berkumpul di langit-langit. Kui Long tertawa kecil, langkahnya pe

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   4.1. Pusaka Dewa Petir dan Artefak Kuno

    Kui Long dan Song Lien Hwa melanjutkan perjalanan mereka ke Lembah Api Abadi, lokasi artefak kedua. Lembah ini terkenal sebagai wilayah terlarang di Dunia Dewa, dikelilingi oleh api abadi yang tidak pernah padam. Bahkan udara di sana beracun, mematikan siapa pun yang tidak memiliki perlindungan kuat.Song Lien Hwa memandang lembah itu dengan raut tegang. "Api ini bukan api biasa. Ini adalah Api Abadi yang berasal dari energi kosmik. Bahkan kultivator tingkat tinggi pun akan sulit bertahan di sini."Kui Long mengangguk. "Itulah sebabnya artefak ini disembunyikan di sini. Tapi aku tidak akan berhenti hanya karena tantangan seperti ini."Keduanya melangkah ke lembah dengan perlindungan energi petir dan kegelapan. Setiap langkah membawa mereka lebih dalam ke panas yang menyengat, seolah-olah api itu mencoba menembus perlindungan mereka. Di tengah lembah, mereka menemukan sebuah altar batu yang dikelilingi oleh kolam lava mendidih. Di atas altar itu, artefak kedua bersinar dengan cahaya em

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   Arc 4 : Kembalinya Dewa Iblis Gerbang Neraka

    Kui Long berdiri di puncak Gunung Langit Biru, tubuhnya diselimuti aura gelap dan petir yang saling bertaut, menciptakan perpaduan energi yang memancarkan kekuatan luar biasa. Udara di sekelilingnya menjadi berat, dan bahkan Song Lien Hwa, yang biasanya tak tergoyahkan, merasakan getaran energi dari tubuh Kui Long."Ini... bukan kekuatan seorang manusia biasa," gumam Song Lien Hwa dengan nada bergetar.Kui Long membuka matanya perlahan. Cahaya merah keemasan menyala dari irisnya, melambangkan perpaduan sempurna antara kegelapan dan kekuatan petir. Pedang Kultivasi Kegelapan di tangannya bergetar seperti hidup, seolah-olah merayakan kembalinya pemilik sejatinya."Aku telah kembali," bisiknya dengan suara berat, yang terasa bergema di seantero gunung. "Aku adalah Dewa Iblis Gerbang Neraka."Namun, sebelum Kui Long bisa melanjutkan langkahnya, langit di atas mereka berubah menjadi gelap gulita. Awan hitam berputar-putar seperti pusaran raksasa, dan dari tengah pusaran itu muncul sosok be

  • Dewa Iblis Gerbang Neraka   3.16. Pencarian Pusaka Dewa Petir

    Kui Long memutuskan untuk tetap tinggal di Kota Kahyangan sementara, membalas budi pada Song Lien Hwa yang telah membantunya dalam pertarungan dengan Shen Wu Hei. Namun, pikirannya selalu tertuju pada Pusaka Dewa Petir, artefak legendaris yang menjadi sumber kekuatan utama Song Lien Hwa dan sektenya, yang kini telah hilang selama bertahun-tahun."Jadi," kata Kui Long pada suatu malam saat mereka duduk di balkon paviliun, menikmati angin malam. "Pusaka Dewa Petirmu. Apa kau tahu siapa yang mencurinya?"Song Lien Hwa memandangnya tajam, matanya menyala dengan kilat amarah yang terpendam. "Itu adalah malam ketika gerbang sekte kami ditembus oleh bayangan yang tidak terdeteksi. Mereka bergerak seperti angin dan meninggalkan kehancuran. Pusaka itu hilang, dan sejak saat itu sekte kami kehilangan kekuatan terbesarnya."Kui Long mengangguk pelan. "Aku mendengar sesuatu yang serupa saat aku masih menjadi Dewa Iblis Gerbang Neraka. Ada desas-desus bahwa sebuah artefak petir diselundupkan kelua

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status