Aku mengerjakan jam terakhir ujianku hari ini, LIdya memiliki kelas lain, aku jadi ingin cepat selesai dan menghadang Lidya apabila ia benar-benar mau ke ruang Andrew itu. Agh…aku jadi tak focus, beruntung mata kuliah ini adalah mata kuliah yang sama sekali tak sulit, dalam waktu kurang dari satu jam aku sudah mengisi semua soal.
Satu-satunya yang kukhawatirkan saat ini adalah Lidya. Agh..sayang sekali peserta ujian baru bisa keluar kalau bel berbunyi. Aku jadi duduk dengan tak sabar menunggu bel berbunyi. Atau…bisakah aku minta izin ke kamar mandi, aku akan mencari Xander dan mencari informasi mengenai Andrew Klienfield. Aku sudah meminta ijin untuk ke kamar mandi. Aku sekarang berjalan menuju ruang Xander, semoga ia tak mendapat jatah mengawas sekarang. Aku mengetuk pintunya dan dijawab oleh suara pria yang selama ini berstatus kekasihku.
“Masuk.”
Aku berjalan masuk dengan senyum lebar.
Tiba di hotel, Xander sudah menatapku dengan intens, uh oh. Bagaimana caranya aku mengulur waktu.“Hei…kulihat di luar ada private swimming pool?”Kamar yang kami tempati berada di lantai paling atas, sebuah suite ekstra mahal yang berhasil membuat Xander menggeleng saat melihat harga satu malamnya. Hha. Di depan balkon kamar tidur ada sebuah kolam renang yang sejak tadi aku incar.“Ya? Lalu?” Tanyanya sudah mulai paham kemana arah pembicaraan ini.“Lets swim!” Ucapku berdiri dan membuka pintu balkon. Sayang aku tak membawa baju renang, akhirnya aku membuka pakaian dan menyisakan pakaian dalamku lalu langsung terjun. Kolam renangnya tak terlalu dalam, airnya hanya sebatas dadaku, aku menoleh kea rah Xander.“Kau tak berenang? Atau takut air?” Godaku. Xander menyeringai lalu membuka semua pakaiannya, maksudku…semua pakaiannya. Ia berenang dalam keadaan telanjang. Oh…apakah ideku ini
Xander hanya memberikanku waktu istirahat selama dua jam, berikutnya ia kembali melaksanakan scenario mesumnya, dan menepati janjinya tentang berbagai macam gaya dan posisi. Saat pagi tiba, entah sudah berapa bayak gaya yang sudah ia perkenalkan denganku. Gaya lotus, gaya bayi gajah, gaya anjing dan berbagai macam nama yang ia ciptakan sendiri.Xander mulai membelai kulitku yang masih super sensitive akibat kegilaannya semalaman. Aku baru beristirahat setangah jam dan ia sudah mulai lagi.“Xander…aku sudah terlalu lemas. Biarkan aku istirahat!: Rengekku.“Kau lelah? Pegal? Mau aku memijatmu?” Tawarnya. Xander memijat? Aku sangat skeptic kalau ia hanya akan memijatku, pasti ia berniat lain. Aku akhirnya menggeleng.“Atau kau mau mandi dengan air hangat? Aku bisa memijatmu di sana?” Tawarnya lagi dengan wajah serius. Xander berbaring dengan wajahnya di dekatkan kepadaku. Sekilas memang wajahnya terlihat prih
“Kau mau apa? Aku sudah mandi barusan, kita lelah…kau lelah. Ayo tidur saja!” Pintaku, aku khawatir karena ada kilatan nafsu di dalam mata Xander yang sekarang terlihat menyala. Pria ini memang tidak boleh dipercaya.“Don’t worry. Kau akan semakin cantik, kalau sering mandi. Sekarang yang harus kita pikirkan adalah memandikanmu!”“Aku bisa mandi sendiri, sana!”“Tapi kita sudah lama tak pernah mandi bareng! Kau bilang sendiri…aku lelah…ini adalah stress reliefku yang paling manjur, setelah seminggu penuh tak bisa menyentuhmu. Mandi besamamu!” Xander mulai membuka artikel pakaian terakhir yang ia kenakan.Mereka berdua saling berhadapan tanpa selembar busana, di bawah pancuran air shower kamar mandi yang dingin. Sesekali Xander mengecup bibir kekasihnya di depannya. Ia memaksa memberi sabun dan membilasnya. Walau beberapa kali ia ketahuan menyabuni area yang sama berulang kali, sampai Aku menepuk tangannya.
Aku sudah siap untuk berangkat ke kampus untuk mengerjakan ujian akhir pertamaku. Hari ini ada dua mata kuliah yang diujiankan. Perjalanan kami ke Venice hanya berisi aktivitas ranjang yang tak pernah selesai, Xander benar-benar tak bisa berhenti. Aku hany amenikmati keindahan kota itu di hari pertama aku menginjakkan kaki…selebihnya ia tak membiarkanku keluar dari kamar hotel. Ia benar-benar tak menyia-nyiakan uangnya yang telah ia habiskan untuk mnyewa hotek super mahal itu. Tiba di aparemen Xander aku langsung mengambil buku untuk mempersiapkan ujianku. Xander sudah berjanji…akan memberikanku waktu untuk belajar. Karena ini adalah ujian akhir pertama untukku, dan ia tahu betapa ini sangat penting untukku. Ia berjanji akan menahan hasratnya sampai ujian usai.Xander menyetir mobil, sementara aku duduk di kursi penumpang depan dengan sebuah big mac di sebelah kanan dan buku catatan di sebelah kiri. Aku memakan sarapanku sambil belajar di detik terakhir. Xander suda
Aku mengerjakan jam terakhir ujianku hari ini, LIdya memiliki kelas lain, aku jadi ingin cepat selesai dan menghadang Lidya apabila ia benar-benar mau ke ruang Andrew itu. Agh…aku jadi tak focus, beruntung mata kuliah ini adalah mata kuliah yang sama sekali tak sulit, dalam waktu kurang dari satu jam aku sudah mengisi semua soal.Satu-satunya yang kukhawatirkan saat ini adalah Lidya. Agh..sayang sekali peserta ujian baru bisa keluar kalau bel berbunyi. Aku jadi duduk dengan tak sabar menunggu bel berbunyi. Atau…bisakah aku minta izin ke kamar mandi, aku akan mencari Xander dan mencari informasi mengenai Andrew Klienfield. Aku sudah meminta ijin untuk ke kamar mandi. Aku sekarang berjalan menuju ruang Xander, semoga ia tak mendapat jatah mengawas sekarang. Aku mengetuk pintunya dan dijawab oleh suara pria yang selama ini berstatus kekasihku.“Masuk.”Aku berjalan masuk dengan senyum lebar.Xander hanya memandangku cu
Aku cepat-cepat berjalan ke luar dari kelas, jangan sampai aku kalah cepat dari Nadja, ia sepertinya berencana menghadangku untuk bertemu dengan Andrew.Aku berjalan menyusuri koridor menuju ruang dosen. Di gedung lain. Nadja pasti tak bisa menyusulku, ia tak tahu gedung ini memiliki kompleks ruangan dosen bagian akademik. Aku mencari papan nama bertuliskan Andrew Klienfield. Di ruangan nomor tiga aku menemukannya. Aku mengetuk tiga kali. Lalu ada suara perempuan yang memintaku masuk. Ruangan dosen selalu dihuni lebih dari dua orang dosen. Jadi kemungkinan itu adalah dosen lain yang menghuni ruangan ini.Aku memasukkan kepala mengintip ke dalam, dengan senyum lebar.“Permisi…saya Tuan Klienfield menemuinya di sini.” Ucapku kepada salah satu dosen wanita yang berusia sekitar lima puluhan.“Ah…ya. Silahkan tunggu. Andrew sedang mengawas. Itu mejanya. Kau bisa tungg
"Lidya!" Teriakku saat melihat perempuan berrambut merah menyala berjalan lima belas langkah di depanku. Perempuan yang selama ini kuanggap sahabat. Ia mengatakan sebuah summer dress berwarna pink keunguan dengan aksen biru langit. Sangat manis dan romantis."Lidya...tunggu aku!" Teriakku lagi saat Lidya hanya menoleh dan melanjutkan langkahnya. Haish..."Lidya..." Aku terengah karena berlari. "Kenapa? Kau menghindariku ya?""Hah...untuk apa Nadja. Itu perasaanmu saja!" Elak Lidya, langkahnya masih panjang...seperti sengaja mau meninggalkanku.Hari ini kami memiliki kelas ujian yang sama...aku berusaha berjalan mengimbangi Lidya."Aku kemarin mencarimu...sepulang ujian...kau sudah tak ada....kau kemana? Menemui Andrew ya?" Tuduhku."Aku dijemput supir." Jawabnya cepat tanpa menoleh."Oh ya? Biasanya kau berjalan berlama-lama....kala
Aku berjalan cepat ke ruangan Xander. Aku masuk tanpa mengetuk, toh dia cuma sendirian kan. Aku duduk di kursi kerjanya. Kemana ia...kenapa tak kelihanatan. Seharusnya ia ada di sini.Aku duduk menunggu tiga puluh menit, Xander tak kunjung datang. Kemana sih dia!Setelah satu jam menunggu akhirnya Xander datang, dengan senyum kecut ia memandangku yang sudah sejak tadi cemberut."Kenapa kau yang bad mood? Kan aku yang nunggu sampai satu jam di sini...tanpa ada kejelasan kau kemana...dan tak memiliki makanan apapun!"Xander tak menjawab apapun, ia langsung menciumku cepat. Lalu mengangkatku dari kursi kerjanya...dan duduk di kursi yang kududuki tadi. Ia memangku dan memelukku dari belakang."Aku harus bermanis-manis dengan dosen akademik yang sudah tua untuk menjalankan misi Sherlock Holmesnu, ia beberapa ka