Aku berjalan santai, sedeikit memegang bawahan dress berlengan sabrinaku menuju kampus, hari ini hari pertama aku masuk kuliah lagi, tadi Xander yang mengantarkanku sekolah. Ia meminta ijin kepada Ibuku untuk aku seterusnya akan tinggal bersamanya, bahkan Xander berbohong kalau ia sudah menikahiku. Aku sempat marah saat ia berbohong dengan Ibuku…tapi menurutnya untuk manusia serigala saat pasangan sudah saling memberikan tanda dan mate…atau sudah berhubungan fisik..itu sudah otomatis hubungan seperti suami istri, bahkan lebih dalam dan life long, alasannya kepadaku sepulangnya kami dari rumah ibuku. Jadilah aku membawa sebagian besarr barangku dan ditempatkan di apartemen Xander saat ini, ia tadi hanya mengantarkanku kkuliah…karena ia tak ada jadwal pagi. Xander baru mengajar jam sebelas siang sampai sore.
Aku sedikit malu dengan pakaian yang kupakai saat ini, terlalu feminime…terlalu berkelas…tak cocok untukku. Namun Xander te
“Kau tadi habis bersama dengan Tuan dosen bermata dingin kan? Sudahlah Nadja, aku sudah curiga denganmu sejak di Villa. Pasti kalian ada apa-apanya.” Pancing Lidya.Aku masih mengunyah burger keduaku, kenapa meskipun dalam keadaan diinterogasi oleh LIdya nafsu makanku tetap bagus. “Hmm..” Jawabku.“Oh…ayo ceritakan yang steamy…steamy! Bagaimana ia di ranjang..pasti liar ya?”“Bukankah kau tak boleh mengumbar aktivitas ranjangmu sendiri?” Elakku yang enggan bercerita kepadanya.“Prude! Kau tak fair! Aku sudah cerita kau diam. Bagaimana begini saja…kita masih punya waktu dua jam di sini…sampai kelas berikutnya. Ayo saling berbagi rahasia pasangan masing-masing. Bergantian. Aku duluan, setelahnya baru kau.” Ajak LIdya dengan nada antusias.Aku antara senang, tertarik dan takut. Aku takut LI
“Dua orang perempuan duduk berdekatan saling berbisik, di kantin yang sudah hampir sepi. Memang kalian tidak ada kuliah?” Tanya Xander menatapku dalam.“Hmm…Tuan Xander. Kami sedang membicarakan urusan perempuan…kau menguping ya?” Jawab Lidya dengan menggoda. Aku tersenyum kecil melihat tingkah LIdya.“Kelas kalian akan dimulai sebentar lagi…dan kebetulan sekali dosen kalian adalah pria yang memergoki kalian berbicara tentang fantasi seks di siang hari!” Ucap Xander dingin, walaupun di sudut bibirnya aku melihat ada kedutan kecil, ah…ia menahan tawanya.“Ah….Iya Pak. Kami akan masuk ke kelas.” Ucapku dan berdiri, tanganku memegang LIdya mengajaknya cepat pergi. Xander di kampus tak akan pernah berubah, ia pasti akan memberikan hukuman kepadaku selagi ia bisa…seperti, ia sangat menikmati kalau aku dihukum. Ah…apakah itu fetishnya?“Not You Mi
Dengan nafas cepat aku akhirnya bisa duduk di samping LIdya di kelas Xander. Pria itu belum sampai, entah apa yang ia lakukan di ruangannya, mungkinkah ia membersihkan ruangannya terlabih dahulu. Karena siapapun yang memasuki ruangan itu pasti akan mengira mejanya habis terkena angin tornado.“Kau kenapa Nadja? Kenapa rambutmu basah? Kurasa kau disuruh membersihkan ruangan Xander…sejak kapan meja kerjanya berpindah ke kamar mandi?”Tanya LIdya denga nada menginterogasi, matanya menatap nakal ke arahku. “Kau pasti habis berbuat yang tidak-tidak ya?”“Sush…ini di kampus!” Ucapku cepat tak meladeni pandangan mata menyelidiknya.“Oh…Nadja, sepertinya kisah pertemuan pertamaku dengan Balthier menginspirasimu ya…bagaimana? Kau melakukannya di mobil atau di kamar mandi? Lalu sensasinya luar biasakan?”“Sush…diamlah!&rdqu
Dua puluh menit aku menunggu di dalam ruangan Xander, ada suara ketukan dari luar. Aku membukanya menampilka seorang pengantar makanan. Makanan yang dipesan oleh Xander beberapa saat yang lalu.Aku mengucapkan terima kasih dan membawa beberapa porsi makanan lezat itu ke atas meja kerja Xander. Aku membuka ada tiga bungkusan dengan menu berbeda. Satu bungku berisi mie berwarna cokelat dengan potongan daging, dibungkusan lainnya ada nasi dan chicken curry, satu bungkus lagi berisi kwetiaw basah dengan potonngan sayuran.Aku membuka dan menjejerkan ketiga makanan menggugah slera itu. Aku memulai chicken curry dan menghabiskannya hanya dalam waktu sepuluh menit, aku mengambil kwetiaw basah dan hanya dalam sepuluh menit berikutnya sudah habis…perutku sudah tersenyum bahagia, masih ada mie cokelat dengan daging yang menggugah sleera. Aku menutupnya…aku akan memakannya nanti saat Xander selesai mengajar. Aku meminum se
Aku berjinjit dan mencium Xander dalam. Ia memperdalam ciumannya.“I miss you so bad.”“Kau baru berpisah dariku dua jam!”Ia tertawa…”Still…setiap detik aku tak bersamamu…adalah siksaan.”“Aku masih menyisakan makanan untuk kita makan berdua.” Ucapku.“Bolehkah aku memilih makanan yang lainnya?” Ucaonya menempelkan hidungnya denganku.“Maksudmu…?” Aku pura-pura tak paham, walaupun aku sudah tau maksudnya kemana.“Kau tau persis maksudku apa…”“Wait…di rumah saja!”Bisikku malu. “Ayo makan!” AKu menggandeng tangannya dan mengajaknya duduk, aku duduk di pangkuannya dan membuka bungkusan yang masih berisi makanan.Kami makan bersama, dan hanya waktu singkat sem
Hampir satu minggu aku selalu menggunakan lingerie yang dibelikan oleh Xander, sepertinya pria itu menyesali keputusannya…pertama keputusan membelikanku pakaian seksi ini…dan kedua karena perjanjian no touching kami. Seandainya saja ia mau mengajarkanku, yang mungkin akan hanya menghabiskan waktunya satu jam…semua pasti akan happy endig. Seakrang hhampir setiap malam, Xander selalu mandi air dingin sebelum mau tidur, kami tidur di ranjang yang sama, otomatis…ia akan selalu melihatku memakai pakaian kekurangan bahan ini. Bahkan ada beberapa kali aku memergokinya tak tidur semalaman, karena di pagi harinya matanya seperti sangat lelah, dan memandang nyalang ke arahku. Aku hanya tertawa puas dalam hati.Lidya sesuai janjinya mengajarkanku mengenai materi yang tak aku mengerti….dan aku sekarang siap untuk mengikuti quiz, aku sudah paham semua misteri materi terakhir mata kuliah Xander.Aku pergi ke dalam kamar mandi
Saat ini aku duduk di kelas Xander, paginya aku bersenang-senang dengan Lidya di cafeteria, kami memesan makanan. Semua kelas libur, kecuali kelas Xander yang mengadakan quiz. Aku dan Lidya berpesan kudapan bertema daging, Lidya tiba-tiba sangat rindu dengan Balthier dan memesan sebuah pizza daging dengan extra bacon. Akupun tak mengerti korelasi antara Balthier dan daging.“Kenapa kau sumpek begini Lidya?” Tanyaku kepada Lidya yang kulihat hanya memainkan makanannya. Pizza dagingnya sejak tadi hanya digigitnya sekali. Padahal ia sendiri yang memesannya.“Balthier tak memberikan kabar sama sekali. Ia seperti hilang ditelan bumi.” Keluh Lidya dengan bibir mengerucut. Ia tampak tak bersemangat masuk kuliah.“Mungkin saja ia sedang sangat sibuk. Kau bilang ia mengurus urusan demo buruh di sana.” Ucapku berusaha menenangkan.“Ya terakhir kali ia
“I love to kiss you…”“My hands feel cold, tanganku dingin kalau tak menyentuhmu…”Semua bisikanku sepanjang perjalanan pesawat akhirnya membuat pertahanan Nadja runtuh. Nadja membalas bibirku yang sedang mengkslplorasi mulutnya. Lidahku yang hangat menyentuh bibir, mulut, lidah dan lehernya.“Pergi denganku?” Bisikku menggoda.“Pergi ke mana? Kita sudah dalam perjalanan pulang, kita di pesawat jet pribadimu, ingat?”“Ya , justru Nadja sangat ingat kalau ini jet oribadiku. Nadja tahu betul fasilitas apa saja di dalam pesawat ini.”“Lalu apa maskudmu?”“Follow me, ikuti Nadja.” Nadja melepaskan seatbeltnya, dan Nadja melakukan hal yang sama. Aku berdiri dan mengulurkan tangan menggandeng tangan Nadja. Aku berjalan ke belakang kabin. Ada seorang pramugari yang duduk di belakang. Pramugari itu menunduk saat tahu si pemilik pesawat menggandeng seorang