Saat ini aku duduk di kelas Xander, paginya aku bersenang-senang dengan Lidya di cafeteria, kami memesan makanan. Semua kelas libur, kecuali kelas Xander yang mengadakan quiz. Aku dan Lidya berpesan kudapan bertema daging, Lidya tiba-tiba sangat rindu dengan Balthier dan memesan sebuah pizza daging dengan extra bacon. Akupun tak mengerti korelasi antara Balthier dan daging.
“Kenapa kau sumpek begini Lidya?” Tanyaku kepada Lidya yang kulihat hanya memainkan makanannya. Pizza dagingnya sejak tadi hanya digigitnya sekali. Padahal ia sendiri yang memesannya.
“Balthier tak memberikan kabar sama sekali. Ia seperti hilang ditelan bumi.” Keluh Lidya dengan bibir mengerucut. Ia tampak tak bersemangat masuk kuliah.
“Mungkin saja ia sedang sangat sibuk. Kau bilang ia mengurus urusan demo buruh di sana.” Ucapku berusaha menenangkan.
“Ya terakhir kali ia
“I love to kiss you…”“My hands feel cold, tanganku dingin kalau tak menyentuhmu…”Semua bisikanku sepanjang perjalanan pesawat akhirnya membuat pertahanan Nadja runtuh. Nadja membalas bibirku yang sedang mengkslplorasi mulutnya. Lidahku yang hangat menyentuh bibir, mulut, lidah dan lehernya.“Pergi denganku?” Bisikku menggoda.“Pergi ke mana? Kita sudah dalam perjalanan pulang, kita di pesawat jet pribadimu, ingat?”“Ya , justru Nadja sangat ingat kalau ini jet oribadiku. Nadja tahu betul fasilitas apa saja di dalam pesawat ini.”“Lalu apa maskudmu?”“Follow me, ikuti Nadja.” Nadja melepaskan seatbeltnya, dan Nadja melakukan hal yang sama. Aku berdiri dan mengulurkan tangan menggandeng tangan Nadja. Aku berjalan ke belakang kabin. Ada seorang pramugari yang duduk di belakang. Pramugari itu menunduk saat tahu si pemilik pesawat menggandeng seorang
“Xander jadi kau mimpi basah?” Tanyaku untuk kesekian kalinya, aku suka menggodanya…wajahnya akan sedikit memerah, kapan lagi ia bertingkah memalukan seperti ini?Kami sedang dalam perjalanan kami menuju apartemen Xander, benar dugaanku. Aku mendapatkan nilai 95 untuk quiz tadi, Xander langsung memeriksanya dan mengumumkan tiga puluh menit berikutnya. Sungguh dosen teladan. Aku memergokinya bergerak dengan gerakan yang aneh, lalu ia menggeram dan mendesah beberapa kali. Aku sudah menemukannya dalam posisi duduk di kursi kerjanya saat aku memasuki ruang kerjanya di kampus. Aku membelalak kaget dan menutup pintu ruang dosen itu rapat-rapat. Aku berjalan dengan berjinjit…aku ingin mendengar apa yang ia desahkan…ada sebuah nama.“Nadja…”“Plane…”“Privat Cabin…”Ia lalu mendesah lagi.&nb
Aku masih menunggu di dalam ruang tamu. Aku mendengar ada suara gesekan benda berat dari pintu depan menuju dapur. Aku benar-benar setengah mati penasaran, semoga ini benar-benar kejutan yang luar biasa. Aku tertawa dalam hati. Ternyata Xander lucu juga, aku harus sering-sering mengerjaimu seperti ini, mungkin bisa ku jadwalkan setiap minggu.Aku menunggu hampir satu jam, sebelum Xander memanggilku."Nadja...""Nadja ..."Ia masuk ke dalam kamar tamu dan menghampiriku yang masih tidur malam alasan di atas ranjang."Ada apa?" Jawabku santai.Ia tersenyum dan meraih tanganku, ia memintaku untuk berdiri."Ayo ikut aku!" Ia mengeluarkan sebuah kain kecil yang digunakan sebagai penutup mataku."Hmm...seperti ada harum
"Jadi! Bagaimana rencana kita setelahnya?" Tanya Xander yang sejak tadi memandangiku. Aku sedang sibuk memindahkan kue tart ke dalam kulkas, karena aku tidak mungkin menghabiskannya malam ini juga. Aku akan menyimpannya untuk besok.Setelah selesai, aku duduk kembali di kamar dan saat ini aku sedang menghabiskan buah-buahan dan mencelupkannya ke fondue coklat dan keju, secara bergantian. Ini seperti surga! Batinku.Xander berdeham kencang, membuat aku tersadar, kalau ia sedang menunggu jawabanku."Maksudmu apa?" Tanyaku masih dengan mulut penuh dengan makanan."Janjimu tentang mind blowing sex?""Hmm..itu, aku sebentar lagi mau ujian. Kau kan tahu! Dalam 4 hari lagi, aku akan menghadapi ujian semesterku yang pertama, jadi aku tidak bisa melakukan hal itu dalam waktu dekat. Ya setidaknya sampai ujian
Kami berjalan melewati jembatan batu menuju tempat kami akan naik taksi air. Sesampainya di hotel, aku langsung meminta jalan-jalan menyusuri kanal yang terkenal di tempat ini, membuat Balze cemberut dan kesal. Xander membeli tiket dan naik ke atas, tetap...walaupun ia kesal ..ia tetap membantuku. Kedua tangan kamu terus bergandengan, Xander memintaku untuk duduk di sampingnya. Kami duduk dan menunggu taksi air untuk berlayar. Langit dan udara Venize hari ini cukup sejuk, walaupun matahari terik menyinari, suhu di sini cukup rendah. Beberapa orang mengambil foto dan berpose untuk membuat sebuah kenangan, pemandangan indah Venezia memang sangat menakjubkan untuk diabadikan di dalam foto.Aku menatap pasangan di depanku yang sedang berfoto dengan iri, betapa enak dan menyenangkan apabila mempunyai kekasih dan berlibur ke tempat yang indah dan romantis seperti ini, Xander ..masih dengan mood buruknya.Xander mendekatkan wajahnya ke telingaku, "kenap
Xander hanya memberikanku waktu istirahat selama dua jam, berikutnya ia kembali melaksanakan scenario mesumnya, dan menepati janjinya tentang berbagai macam gaya dan posisi. Saat pagi tiba, entah sudah berapa bayak gaya yang sudah ia perkenalkan denganku. Gaya lotus, gaya bayi gajah, gaya anjing dan berbagai macam nama yang ia ciptakan sendiri.Xander mulai membelai kulitku yang masih super sensitive akibat kegilaannya semalaman. Aku baru beristirahat setangah jam dan ia sudah mulai lagi.“Xander…aku sudah terlalu lemas. Biarkan aku istirahat!: Rengekku.“Kau lelah? Pegal? Mau aku memijatmu?” Tawarnya. Xander memijat? Aku sangat skeptic kalau ia hanya akan memijatku, pasti ia berniat lain. Aku akhirnya menggeleng.“Atau kau mau mandi dengan air hangat? Aku bisa memijatmu di sana?” Tawarnya lagi dengan wajah serius. Xander berbaring dengan wajahnya di dekatkan kepadaku. Sekilas memang wajahnya terlihat prih
“Kau mau apa? Aku sudah mandi barusan, kita lelah…kau lelah. Ayo tidur saja!” Pintaku, aku khawatir karena ada kilatan nafsu di dalam mata Xander yang sekarang terlihat menyala. Pria ini memang tidak boleh dipercaya.“Don’t worry. Kau akan semakin cantik, kalau sering mandi. Sekarang yang harus kita pikirkan adalah memandikanmu!”“Aku bisa mandi sendiri, sana!”“Tapi kita sudah lama tak pernah mandi bareng! Kau bilang sendiri…aku lelah…ini adalah stress reliefku yang paling manjur, setelah seminggu penuh tak bisa menyentuhmu. Mandi besamamu!” Xander mulai membuka artikel pakaian terakhir yang ia kenakan.Mereka berdua saling berhadapan tanpa selembar busana, di bawah pancuran air shower kamar mandi yang dingin. Sesekali Xander mengecup bibir kekasihnya di depannya. Ia memaksa memberi sabun dan membilasnya. Walau beberapa kali ia ketahuan menyabuni area yang sama berulang kali, s
Aku sudah siap untuk berangkat ke kampus untuk mengerjakan ujian akhir pertamaku. Hari ini ada dua mata kuliah yang diujiankan. Perjalanan kami ke Venice hanya berisi aktivitas ranjang yang tak pernah selesai, Xander benar-benar tak bisa berhenti. Aku hany amenikmati keindahan kota itu di hari pertama aku menginjakkan kaki…selebihnya ia tak membiarkanku keluar dari kamar hotel. Ia benar-benar tak menyia-nyiakan uangnya yang telah ia habiskan untuk mnyewa hotek super mahal itu. Tiba di aparemen Xander aku langsung mengambil buku untuk mempersiapkan ujianku. Xander sudah berjanji…akan memberikanku waktu untuk belajar. Karena ini adalah ujian akhir pertama untukku, dan ia tahu betapa ini sangat penting untukku. Ia berjanji akan menahan hasratnya sampai ujian usai.Xander menyetir mobil, sementara aku duduk di kursi penumpang depan dengan sebuah big mac di sebelah kanan dan buku catatan di sebelah kiri. Aku memakan sarapanku sambil belajar di detik terakhir. Xander suda
“Nadja…”“Nadja..” Bisikku.Aku melihat kelopak matanya bergerak perlahan. Sebuah kemajuan.“Nadja…”“Nadja..”Kepalaku terasa berat sekali, aku merasa berada di dalam dunia yang sangat gelap dengan tubuh yang sangat sakit. Seongatku...m Aku tadi memakan sebuah kue, lalu mengantuk. Tapi kenapa aku jadi seperti ini? Aku seperti sadar namun tidak bisa membuka mataku dan aku tidak bisa mengontrol tubuhku. Aku tidak bisa merasakan Jemima berada di dalam tubuhku lagi. Apakah aku sudah mati? Apakah kue itu beracun?Aku, dalam keadaan seperti ini... Dan merasa sangat lama, mungkin berhari-hari atau berminggu-minggu atau berbulan-bulan? Yang jelas, aku berada dalam kehampaan yang sangat lama. Sampai aku merasa ada sebuah sentuhan di tanganku yang sangat dingin, teramat dingin seperti aku terkena frost note, seperti aku tertimpa oleh es batu yang teramat b
“Tidurkan ia di kasur!” Perintah Devanna saat tiba di kabin. Aku sangat khawatir dengan Nadja, karena tubuhnya tak sehangat biasanya.Setelah Nadja kutidurkan di ranjang, Devanna memeriksa tangannya…mungkin memeriksa nadinya, Chralie terlihat memucat… pandangannya beralih dari Nadja kepadaku.“Kau tak merasakan apapun, Xander?” Tanya ayah kepadaku, apa maksudnya?“Nope. Aku baik-baik saja. Apa maksudnya?”“Kalau terjadi apapun yang berbahaya kepada Nadja, kau akan merasakannya… setidaknya kau tak merasakan apapun…berarti tak ada yang serius dengan Nadja.” Jelas Charlie.Aku mengembuskan napas lega, ia benar. Aku tak merasakan apapun, tak ada rasa sakit. Masalahnya adalah aku tak bisa memanggil Jemima, dan Nadja di kepalanya. Aku sama sekali tak bisa menghubungi mereka scara telepati.Devanna, berdiri dan memandang Charlie dengan pandangan cemas. “Ini jauh lebih berbahaya daripada lu
Aku mencari Charlie dan Devanna di kabinnya. Ya, dugaanku benar. Mereka ada di sana."Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanyaku heran."Xander? Dimana Nadja?" Tanya Devanna menghampiriku dengan wajah gusar. Aku melihat ke arah ayahku yang duduk bersandar di sofa. Ada sebuah cast di kakinya yang terluka."Aku menyembunyikannya di trap door di kamar." Jawabku terus terang.Devanna tak langsung menjawab, ia menengok ke arah Charlie. Aku bisa merasakan ada yang salah di sini."Pamanmu datang!" Ucap Charlie! "Ia mau membunuhku! Sepertinya ia sudah mengambil alih pack house, entah yang lain." Jelas Charlie dengan wajah suram.Aku ingin percaya bahwa Nadja baik-baik saja. Ia aman, hanya aku yang tahu tempat itu...ya ia aman."Xander, ka
Aku dan Xander sampai di pack house, aku sempat kebingungan bagaimana cara kembali berubah menjadi manusia...karena aku akan berubah dalam keadaan telanjang, atau aku naik ke atas dalam bentuk serigala?"Wait! Kau pakai pakaianku!" Ucap Xander di dalam kepalaku.Aku menengok ke arahnya, serigala Xander berubah menjadi bentuk pria tinggi besar dan tanpa pakaian, ia dengan cepat memakai celana bahannya yang ternyata ia simpan di moncongnya, jadi selama ini ia membawa pakaian dengan menggigitnya! Wow! Smart!Ia lalu memberikan kausnya dan menunjukkannya kepadaku. Aku berubah...aku membayangkan diriku berkaki dua, dan rambutku yang sebahu... Jemari tangan, dan detik berikutnya aku berubah menjadi tubuh manusiaku. Xander langsung meloloskan kaus lewat kepalaku dan memasangkannya dengan sempurna.Jadilah aku dan Xander berada di depan pack house,
‘Kau penghianat!’ Ucapku kesal kepada Jem.‘Aku hanya memberitahu Cain!’ Jawabnya merasa tak bersalah.‘Sama saja!’Setengah jam setelahnya, Xander datang dengan membawa satu buah plastic berisi beberapa test pack. Ia sudah gila!Aku memandang aneh ke arahnya. “Kau beli berapa?”“Satu…untuk setiap merek.” Jawabnya menyerahkan semuanya kepadaku. Ada sekitar dua puluh stik pemeriksaan kehamilan dalam plastic itu.“Kau kira aku bisa mengeluarkan urin satu gallon? Untuk mengetes semua alat yang kau beli?” Jawabku kesal, aku berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi, setelah membaca instruksi aku melakukannya, walau dalam box instruksi dikatakan bahwa terbaik dilakukan pada urin pertama di pagi hari…ini hanya untuk memastikan saat ini. Besok pagi aku akan men
Aku dan Lidya ada di kelas ke dua dan terakhir kami di kampus hari ini.“Praktically, Kau akan keluar dari kampus ini…jadi kurasa kau di skors atau tidak, tak akan berpengaruh dnegan IPKmu? Kan?” Tanya Lidya.“Kau mengingatkanku atas derita hidupku Lidya!” Ucapku kesal.“Kapan kau pergi?” Tanyanya.“Xander bilang dalam dua minggu, ia harus berada di dalam pack. Aku meminta liburan, jadi mungkin kami akan pergi lebih awal.”“Kemana?”“Entahlah… Japan or Korea.”“Japan is cool. South Korea…is mouth watering.”“Mungkin Jepang. Ada yang ingin kulakukan di sana.”Lidya mengangguk dan diam, dosen kami telah datang. Aku berpikir, memang Lidya ada benarnya, mau aku belajar atau dapat skors sekalipun…tak akan berpengaruh dengan nilai akhirku. Karena pada akhirnya aku takkan berkuliah di sini lagi.
"Ty akan di sini bersama Lidya, sebagai gantinya ayah memintaku datang menggantikan tugas Ty. Ayah dan Devanna sepertinya kewalahan mengurus segalanya." Jelas Xander."Lalu...kalau kau nanti menjadi Alpha... Siapa yang menjadi Beta?""Aku masih harus mencari pengganti Ty, akan sangat egois kalau aku memilihnya lagi. Ia berhak menikmati hidupnya."Aku bergegas ke kelas pertamaku, hari ini sepanjang hari aku akan berada di kelas yang sama dengan Lidya. Sejak pagi aku menghiraukan Xander setelah berdebatan kami mengenai kembali ke pack.Ah…Itu dia, Lidya sudah duduk di kursi kelas dengan wajah merona dan berseri, pasti ia semalaman bersama Ty dan ia sudah mendengar kabar itu. Pantas sekali kalau ia sumringah seperti itu!“Lidya!” Sapaku dan langsung duduk di sampingnya.Lidya tersenyum sangat lebar melihatku.“Nadja,
Aku duduk di samping Lidya seperti biasa, kami mengikuti kelas seperti biasa. Aku tiba-tiba ingin ke toilet dan meminta ijin kepada dosen untuk keluar.Toilet di gedung ini terletak di pojok koridor. Hanya ada satu di lantai ini. Aku masuk dan menyelesaikan urusanku, setelah selesai aku mencuci tanganku di wastafel dan kudengar suara pintu bilik toilet terbuka dan tertutup. Aku bisa melihat seorang perempuan berjalan menuju wastafel di sampingku. Ia tersenyum, perempuan itu berambut merah dan berpakaian seksi...wajah yang sangat aku kenali. Cindy."Hai!" Sapaku berusaha tenang."Hai. Dunia sangat sempit, kita bertemu lagi di sini!" Ucapnya ia mencuci tangannya perlahan. Mata kami saling bertemu lewat cermin."Aku duluan. Bye!" Ucapku setelah selesai mencuci tanganku. Jujur saja aku ingin cepat keluar dari tempat ini....pergi menjauhinya...ja
“Mmh…Andrew…ia sengaja memantraiku.”Aku dan Xander berbarengan menjawab. “What?!”“Saat aku pulang ke kota ini, aku tak tahu…aku merasakan sebuah ketertarikan yang luar biasa kepada Andrew..bahkan melebihi perasaanku kepadanya dulu.” Jelas Lidya, ia menggenggam tangan Ty.Ty mengangguk. “Ya. Aku juga merasakan ada yang aneh dengan Lidya, beruntung aku datang ke sini.”“Ya. Dan Devanna memberinya waktu di sini lebih lama. Thanks God. Aku merasa seperti duniaku di selimuti nafsu dengan Andrew…di hari pertama kuliah… di parkiran..bahkan saat aku bersama Ty… aku membayangkannya dengan erotis.”“Lalu?” Xander bertanya sangat penasaran.“Ia manusia biasa. Itu jawaban atas pertanyaanmu. Tapi ia menggunakan seorang shaman untuk memantrai Lidya.” Ty yang menjawab.“Apakah itu mungkin?” Tanyaku.“Ya. Aku gila Nadja. Aku bertanya kepad