"Oh!" Ucap Xander saat memegang sebuah mini dress tanpa lengan dengan motif bunga matahari dan berwarna dasar kuning mencolok. Ia menunjukkan gaun itu kepadaku.
"Bukankah itu terlalu terang!" Protesku.
"Kau akan terlihat seperti musim semi yang berjalan!" Ucapnya dengan wajah dingin, aku ikut tertawa dengan ucapan Xander mengenai warna mencolok di mini dress yang baru saja ia tunjukkan.
Xander mengembalikan baju itu ke dalam rak, ia mencari lagi dari rak paling ujung, ia menemukan sebuah blouse berlengan panjang yang memiliki setelan rok mini bermotif strawberry kecil dengan warna dasar putih.
"Ini! Kalau jelas harus menggunakan ini!" Ucap Xander memberikan blouse lengan panjang berwarna sky blue dengan sebuah rok pendek bermotif starwberry kepadaku. "Ayo pakai ini! Ganti di ruang gantinya! Aku ingin melihat kamu menggunakan ini!" Perintah Xander dengan wajah serius.
Aku memandan
Aku dan Xander menghabiskan sisa perjalanan kami di mall dengan memesan makanan, aku sudah resmi membuat dompetnya jebol dengan memesan hampir semua menu yang ditawarkan restoran elit itu. Xander hanya tersenyum kecil, ia sudah paham aku jadi seperti ini karenanya.“Waktu kecil…saat kau mau transform…apa kau mengalami hal yang sama denganku?” Tanyaku menyuap sebuah sushi ke dalam mulut, entah aku sudah habis berapa porsi sushi di sini, yang jelas tumoukan piring sudah cukup tinggi di sampingku.“Worse…aku lebih parah..mungkin karena aku pria. Aku harus makan hampir dua jam sekali.” Jawabnya mengunyah makanan dengan santai, matanya mengikuti gerakan bibirku.“Habis ini…kita mau kemana?” Tanyaku lagi.“Pulang ke hotel. Aku mau mandi dan istirahat dulu.” Jawabnya memandang penuh arti ke arahku. Aku yang bingung dengan pandangannya akhirnya meny
Xander mengeringksn tubuhku dan membawaku ke kamar. Ia merebahkanku di atas kasur, aku gugup penuh dengan ekspektasi…apalagi yang akan dilakukan pria gila ini. Xander seperti tau aku sedang berpikir tentangnya membuka kedua kakiku, membuat aku terekspose seluruhnya.“I’ve been dying to eat you alive!” Ucapnya sebelum menciumku di bawah sana. Lidahnya menyentuh dan menyeruak ke area paling pribadiku membuat aku bergelinjang penuh desahan. Apakah ia sengaja menghukumku? Dengan cara ini? What a sweet punishment.Saat mulutnya menghisapku lama, aku berteriak dan meledak. Tubuhku bergetar hebat dengan mata terpejam, menikmati sensasi yang diberikan Xander kepadaku. Ia bangkit dari posisinya dan melakukan penyatuan kami, gerakannya cepat sampai aku merasakan ada sesuatu yang sedikit hangat. Seakan otakku langung terkoneksi. Apakah ia menggunakan kondom?“Apa kau memakainya?” Tanyaku
Aku berjalan santai, sedeikit memegang bawahan dress berlengan sabrinaku menuju kampus, hari ini hari pertama aku masuk kuliah lagi, tadi Xander yang mengantarkanku sekolah. Ia meminta ijin kepada Ibuku untuk aku seterusnya akan tinggal bersamanya, bahkan Xander berbohong kalau ia sudah menikahiku. Aku sempat marah saat ia berbohong dengan Ibuku…tapi menurutnya untuk manusia serigala saat pasangan sudah saling memberikan tanda dan mate…atau sudah berhubungan fisik..itu sudah otomatis hubungan seperti suami istri, bahkan lebih dalam dan life long, alasannya kepadaku sepulangnya kami dari rumah ibuku. Jadilah aku membawa sebagian besarr barangku dan ditempatkan di apartemen Xander saat ini, ia tadi hanya mengantarkanku kkuliah…karena ia tak ada jadwal pagi. Xander baru mengajar jam sebelas siang sampai sore.Aku sedikit malu dengan pakaian yang kupakai saat ini, terlalu feminime…terlalu berkelas…tak cocok untukku. Namun Xander te
“Kau tadi habis bersama dengan Tuan dosen bermata dingin kan? Sudahlah Nadja, aku sudah curiga denganmu sejak di Villa. Pasti kalian ada apa-apanya.” Pancing Lidya.Aku masih mengunyah burger keduaku, kenapa meskipun dalam keadaan diinterogasi oleh LIdya nafsu makanku tetap bagus. “Hmm..” Jawabku.“Oh…ayo ceritakan yang steamy…steamy! Bagaimana ia di ranjang..pasti liar ya?”“Bukankah kau tak boleh mengumbar aktivitas ranjangmu sendiri?” Elakku yang enggan bercerita kepadanya.“Prude! Kau tak fair! Aku sudah cerita kau diam. Bagaimana begini saja…kita masih punya waktu dua jam di sini…sampai kelas berikutnya. Ayo saling berbagi rahasia pasangan masing-masing. Bergantian. Aku duluan, setelahnya baru kau.” Ajak LIdya dengan nada antusias.Aku antara senang, tertarik dan takut. Aku takut LI
“Dua orang perempuan duduk berdekatan saling berbisik, di kantin yang sudah hampir sepi. Memang kalian tidak ada kuliah?” Tanya Xander menatapku dalam.“Hmm…Tuan Xander. Kami sedang membicarakan urusan perempuan…kau menguping ya?” Jawab Lidya dengan menggoda. Aku tersenyum kecil melihat tingkah LIdya.“Kelas kalian akan dimulai sebentar lagi…dan kebetulan sekali dosen kalian adalah pria yang memergoki kalian berbicara tentang fantasi seks di siang hari!” Ucap Xander dingin, walaupun di sudut bibirnya aku melihat ada kedutan kecil, ah…ia menahan tawanya.“Ah….Iya Pak. Kami akan masuk ke kelas.” Ucapku dan berdiri, tanganku memegang LIdya mengajaknya cepat pergi. Xander di kampus tak akan pernah berubah, ia pasti akan memberikan hukuman kepadaku selagi ia bisa…seperti, ia sangat menikmati kalau aku dihukum. Ah…apakah itu fetishnya?“Not You Mi
Dengan nafas cepat aku akhirnya bisa duduk di samping LIdya di kelas Xander. Pria itu belum sampai, entah apa yang ia lakukan di ruangannya, mungkinkah ia membersihkan ruangannya terlabih dahulu. Karena siapapun yang memasuki ruangan itu pasti akan mengira mejanya habis terkena angin tornado.“Kau kenapa Nadja? Kenapa rambutmu basah? Kurasa kau disuruh membersihkan ruangan Xander…sejak kapan meja kerjanya berpindah ke kamar mandi?”Tanya LIdya denga nada menginterogasi, matanya menatap nakal ke arahku. “Kau pasti habis berbuat yang tidak-tidak ya?”“Sush…ini di kampus!” Ucapku cepat tak meladeni pandangan mata menyelidiknya.“Oh…Nadja, sepertinya kisah pertemuan pertamaku dengan Balthier menginspirasimu ya…bagaimana? Kau melakukannya di mobil atau di kamar mandi? Lalu sensasinya luar biasakan?”“Sush…diamlah!&rdqu
Dua puluh menit aku menunggu di dalam ruangan Xander, ada suara ketukan dari luar. Aku membukanya menampilka seorang pengantar makanan. Makanan yang dipesan oleh Xander beberapa saat yang lalu.Aku mengucapkan terima kasih dan membawa beberapa porsi makanan lezat itu ke atas meja kerja Xander. Aku membuka ada tiga bungkusan dengan menu berbeda. Satu bungku berisi mie berwarna cokelat dengan potongan daging, dibungkusan lainnya ada nasi dan chicken curry, satu bungkus lagi berisi kwetiaw basah dengan potonngan sayuran.Aku membuka dan menjejerkan ketiga makanan menggugah slera itu. Aku memulai chicken curry dan menghabiskannya hanya dalam waktu sepuluh menit, aku mengambil kwetiaw basah dan hanya dalam sepuluh menit berikutnya sudah habis…perutku sudah tersenyum bahagia, masih ada mie cokelat dengan daging yang menggugah sleera. Aku menutupnya…aku akan memakannya nanti saat Xander selesai mengajar. Aku meminum se
Aku berjinjit dan mencium Xander dalam. Ia memperdalam ciumannya.“I miss you so bad.”“Kau baru berpisah dariku dua jam!”Ia tertawa…”Still…setiap detik aku tak bersamamu…adalah siksaan.”“Aku masih menyisakan makanan untuk kita makan berdua.” Ucapku.“Bolehkah aku memilih makanan yang lainnya?” Ucaonya menempelkan hidungnya denganku.“Maksudmu…?” Aku pura-pura tak paham, walaupun aku sudah tau maksudnya kemana.“Kau tau persis maksudku apa…”“Wait…di rumah saja!”Bisikku malu. “Ayo makan!” AKu menggandeng tangannya dan mengajaknya duduk, aku duduk di pangkuannya dan membuka bungkusan yang masih berisi makanan.Kami makan bersama, dan hanya waktu singkat sem
“Nadja…”“Nadja..” Bisikku.Aku melihat kelopak matanya bergerak perlahan. Sebuah kemajuan.“Nadja…”“Nadja..”Kepalaku terasa berat sekali, aku merasa berada di dalam dunia yang sangat gelap dengan tubuh yang sangat sakit. Seongatku...m Aku tadi memakan sebuah kue, lalu mengantuk. Tapi kenapa aku jadi seperti ini? Aku seperti sadar namun tidak bisa membuka mataku dan aku tidak bisa mengontrol tubuhku. Aku tidak bisa merasakan Jemima berada di dalam tubuhku lagi. Apakah aku sudah mati? Apakah kue itu beracun?Aku, dalam keadaan seperti ini... Dan merasa sangat lama, mungkin berhari-hari atau berminggu-minggu atau berbulan-bulan? Yang jelas, aku berada dalam kehampaan yang sangat lama. Sampai aku merasa ada sebuah sentuhan di tanganku yang sangat dingin, teramat dingin seperti aku terkena frost note, seperti aku tertimpa oleh es batu yang teramat b
“Tidurkan ia di kasur!” Perintah Devanna saat tiba di kabin. Aku sangat khawatir dengan Nadja, karena tubuhnya tak sehangat biasanya.Setelah Nadja kutidurkan di ranjang, Devanna memeriksa tangannya…mungkin memeriksa nadinya, Chralie terlihat memucat… pandangannya beralih dari Nadja kepadaku.“Kau tak merasakan apapun, Xander?” Tanya ayah kepadaku, apa maksudnya?“Nope. Aku baik-baik saja. Apa maksudnya?”“Kalau terjadi apapun yang berbahaya kepada Nadja, kau akan merasakannya… setidaknya kau tak merasakan apapun…berarti tak ada yang serius dengan Nadja.” Jelas Charlie.Aku mengembuskan napas lega, ia benar. Aku tak merasakan apapun, tak ada rasa sakit. Masalahnya adalah aku tak bisa memanggil Jemima, dan Nadja di kepalanya. Aku sama sekali tak bisa menghubungi mereka scara telepati.Devanna, berdiri dan memandang Charlie dengan pandangan cemas. “Ini jauh lebih berbahaya daripada lu
Aku mencari Charlie dan Devanna di kabinnya. Ya, dugaanku benar. Mereka ada di sana."Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanyaku heran."Xander? Dimana Nadja?" Tanya Devanna menghampiriku dengan wajah gusar. Aku melihat ke arah ayahku yang duduk bersandar di sofa. Ada sebuah cast di kakinya yang terluka."Aku menyembunyikannya di trap door di kamar." Jawabku terus terang.Devanna tak langsung menjawab, ia menengok ke arah Charlie. Aku bisa merasakan ada yang salah di sini."Pamanmu datang!" Ucap Charlie! "Ia mau membunuhku! Sepertinya ia sudah mengambil alih pack house, entah yang lain." Jelas Charlie dengan wajah suram.Aku ingin percaya bahwa Nadja baik-baik saja. Ia aman, hanya aku yang tahu tempat itu...ya ia aman."Xander, ka
Aku dan Xander sampai di pack house, aku sempat kebingungan bagaimana cara kembali berubah menjadi manusia...karena aku akan berubah dalam keadaan telanjang, atau aku naik ke atas dalam bentuk serigala?"Wait! Kau pakai pakaianku!" Ucap Xander di dalam kepalaku.Aku menengok ke arahnya, serigala Xander berubah menjadi bentuk pria tinggi besar dan tanpa pakaian, ia dengan cepat memakai celana bahannya yang ternyata ia simpan di moncongnya, jadi selama ini ia membawa pakaian dengan menggigitnya! Wow! Smart!Ia lalu memberikan kausnya dan menunjukkannya kepadaku. Aku berubah...aku membayangkan diriku berkaki dua, dan rambutku yang sebahu... Jemari tangan, dan detik berikutnya aku berubah menjadi tubuh manusiaku. Xander langsung meloloskan kaus lewat kepalaku dan memasangkannya dengan sempurna.Jadilah aku dan Xander berada di depan pack house,
‘Kau penghianat!’ Ucapku kesal kepada Jem.‘Aku hanya memberitahu Cain!’ Jawabnya merasa tak bersalah.‘Sama saja!’Setengah jam setelahnya, Xander datang dengan membawa satu buah plastic berisi beberapa test pack. Ia sudah gila!Aku memandang aneh ke arahnya. “Kau beli berapa?”“Satu…untuk setiap merek.” Jawabnya menyerahkan semuanya kepadaku. Ada sekitar dua puluh stik pemeriksaan kehamilan dalam plastic itu.“Kau kira aku bisa mengeluarkan urin satu gallon? Untuk mengetes semua alat yang kau beli?” Jawabku kesal, aku berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi, setelah membaca instruksi aku melakukannya, walau dalam box instruksi dikatakan bahwa terbaik dilakukan pada urin pertama di pagi hari…ini hanya untuk memastikan saat ini. Besok pagi aku akan men
Aku dan Lidya ada di kelas ke dua dan terakhir kami di kampus hari ini.“Praktically, Kau akan keluar dari kampus ini…jadi kurasa kau di skors atau tidak, tak akan berpengaruh dnegan IPKmu? Kan?” Tanya Lidya.“Kau mengingatkanku atas derita hidupku Lidya!” Ucapku kesal.“Kapan kau pergi?” Tanyanya.“Xander bilang dalam dua minggu, ia harus berada di dalam pack. Aku meminta liburan, jadi mungkin kami akan pergi lebih awal.”“Kemana?”“Entahlah… Japan or Korea.”“Japan is cool. South Korea…is mouth watering.”“Mungkin Jepang. Ada yang ingin kulakukan di sana.”Lidya mengangguk dan diam, dosen kami telah datang. Aku berpikir, memang Lidya ada benarnya, mau aku belajar atau dapat skors sekalipun…tak akan berpengaruh dengan nilai akhirku. Karena pada akhirnya aku takkan berkuliah di sini lagi.
"Ty akan di sini bersama Lidya, sebagai gantinya ayah memintaku datang menggantikan tugas Ty. Ayah dan Devanna sepertinya kewalahan mengurus segalanya." Jelas Xander."Lalu...kalau kau nanti menjadi Alpha... Siapa yang menjadi Beta?""Aku masih harus mencari pengganti Ty, akan sangat egois kalau aku memilihnya lagi. Ia berhak menikmati hidupnya."Aku bergegas ke kelas pertamaku, hari ini sepanjang hari aku akan berada di kelas yang sama dengan Lidya. Sejak pagi aku menghiraukan Xander setelah berdebatan kami mengenai kembali ke pack.Ah…Itu dia, Lidya sudah duduk di kursi kelas dengan wajah merona dan berseri, pasti ia semalaman bersama Ty dan ia sudah mendengar kabar itu. Pantas sekali kalau ia sumringah seperti itu!“Lidya!” Sapaku dan langsung duduk di sampingnya.Lidya tersenyum sangat lebar melihatku.“Nadja,
Aku duduk di samping Lidya seperti biasa, kami mengikuti kelas seperti biasa. Aku tiba-tiba ingin ke toilet dan meminta ijin kepada dosen untuk keluar.Toilet di gedung ini terletak di pojok koridor. Hanya ada satu di lantai ini. Aku masuk dan menyelesaikan urusanku, setelah selesai aku mencuci tanganku di wastafel dan kudengar suara pintu bilik toilet terbuka dan tertutup. Aku bisa melihat seorang perempuan berjalan menuju wastafel di sampingku. Ia tersenyum, perempuan itu berambut merah dan berpakaian seksi...wajah yang sangat aku kenali. Cindy."Hai!" Sapaku berusaha tenang."Hai. Dunia sangat sempit, kita bertemu lagi di sini!" Ucapnya ia mencuci tangannya perlahan. Mata kami saling bertemu lewat cermin."Aku duluan. Bye!" Ucapku setelah selesai mencuci tanganku. Jujur saja aku ingin cepat keluar dari tempat ini....pergi menjauhinya...ja
“Mmh…Andrew…ia sengaja memantraiku.”Aku dan Xander berbarengan menjawab. “What?!”“Saat aku pulang ke kota ini, aku tak tahu…aku merasakan sebuah ketertarikan yang luar biasa kepada Andrew..bahkan melebihi perasaanku kepadanya dulu.” Jelas Lidya, ia menggenggam tangan Ty.Ty mengangguk. “Ya. Aku juga merasakan ada yang aneh dengan Lidya, beruntung aku datang ke sini.”“Ya. Dan Devanna memberinya waktu di sini lebih lama. Thanks God. Aku merasa seperti duniaku di selimuti nafsu dengan Andrew…di hari pertama kuliah… di parkiran..bahkan saat aku bersama Ty… aku membayangkannya dengan erotis.”“Lalu?” Xander bertanya sangat penasaran.“Ia manusia biasa. Itu jawaban atas pertanyaanmu. Tapi ia menggunakan seorang shaman untuk memantrai Lidya.” Ty yang menjawab.“Apakah itu mungkin?” Tanyaku.“Ya. Aku gila Nadja. Aku bertanya kepad