Aku terbangun tengah malam dengan keadaan sangat lapar. Aku sangat benci pada diriku sendiri. Sangat benci dengan keadaanku saat ini. Aku terbangun dan menangis, aku menengok ke arah Xander yang masih memunggungiku.
Aku berdiri masih dalam keadaan menangis, aku melihat ke semua meja yang terlihat cantik dan estetik -lihat di kamar ini. Kenapam hidupku menyebalkan sekali. Aku melihat – lihat dan mencari barang tajam. Selagi aku masih menjadi manusia…setidaknya benda tajam akan bisa membunuhku kan?
Tak ada apapun di kamar ini, aku berjalan ke kamar mandi mencari sesuatu, namun harus kecewa karena tak menemukan apapun. Aku kembali ke dalam kamar, kulihat Xander masih tertidur. Satu-satunya yang bisa kugunakan adalah vase bunga yang terletak sebagai hiasan indah di kamar ini.
Aku membawa vase berisi bunga hidup itu ke kamar mandi. Aku mengunci pintu kamar mandi…setidaknya akan butuh waktu yang lama untuk
Aku merengkuh tubuh Nadja yang akhirnya tertidur setelah menangsi. Aku masih tak bisa tidur. kejadian tadi masihmenghantuiku. Saat ini sudah pagi hari, aku sudah meminta salah satu orangku memesan tiket penerbangan ke Russia untuk siang ini. Aku berencana mengclearkan urusan dengan Nadja. Aku harus dalam kondisi yang baik dengannya sebelum berangkat. Ia masih tertidur, sejak tadi aku enggan bergerak, takut gerakanku membuatnya terbangun.Nadja, ternyata kau mau membatalkan hubungan kita! Aku baru mengetahuinya dari salah satu informanku. Kenapa? Apa ia tak puas dengan diriku?Sekarang jam delapan pagi, Nadja mulai bergerak di pelukanku. Aku pura-pura memejamkan mata, namun aku masih bisa meilihat sedikit. Nadja duduk di ranjang dan melihat sekelilingnya, ia memandang takut ke arahku.Nadja merebahkan tubuhnya lagi di ranjang.“Aku tahu kau tak tidur Xander! Sampai kapan kau mend
“Xander…jadi kita pulang?” Tanyaku kepada sosok Xander yang masih mengenakan pakaiannya sejak kemarin. Wajahnya sedikit pucat dengan rambut berantakan.“Aku belum tidur…dan belum makan sejak kemarin.” Ucapnya kepadaku, ia mengambik gagang telepon dan memesan room service untuk mengantarkan makanan berat untuk empat orang. Xander pasti juga berpikir aku sangat lapar, sampai ia member jatah dua porsi untuk kami masing-masing. Setelah meletakkan gagang telepon ia memandangku dengan wajah tegang. Salah apa lagi aku.“Salah apa lagi aku?” Tanyaku dengan wajah bingung, aku tak melakukan sesuatu yang salah..setidaknya belum.“You …being you!” Ucapnya lalu menindihku. Ia menciumku dalam, seperti sebuah hukuman. Lidahnya masuk dan menyentuh semua gigi dan beradu dengan lidahku. Tangannya membelai seluruh tubuhku yang rasanya sedang terbakar, setiap sentuhan dengan Xander seperti aku di
"Oh!" Ucap Xander saat memegang sebuah mini dress tanpa lengan dengan motif bunga matahari dan berwarna dasar kuning mencolok. Ia menunjukkan gaun itu kepadaku."Bukankah itu terlalu terang!" Protesku."Kau akan terlihat seperti musim semi yang berjalan!" Ucapnya dengan wajah dingin, aku ikut tertawa dengan ucapan Xander mengenai warna mencolok di mini dress yang baru saja ia tunjukkan.Xander mengembalikan baju itu ke dalam rak, ia mencari lagi dari rak paling ujung, ia menemukan sebuah blouse berlengan panjang yang memiliki setelan rok mini bermotif strawberry kecil dengan warna dasar putih."Ini! Kalau jelas harus menggunakan ini!" Ucap Xander memberikan blouse lengan panjang berwarna sky blue dengan sebuah rok pendek bermotif starwberry kepadaku. "Ayo pakai ini! Ganti di ruang gantinya! Aku ingin melihat kamu menggunakan ini!" Perintah Xander dengan wajah serius.Aku memandan
Aku dan Xander menghabiskan sisa perjalanan kami di mall dengan memesan makanan, aku sudah resmi membuat dompetnya jebol dengan memesan hampir semua menu yang ditawarkan restoran elit itu. Xander hanya tersenyum kecil, ia sudah paham aku jadi seperti ini karenanya.“Waktu kecil…saat kau mau transform…apa kau mengalami hal yang sama denganku?” Tanyaku menyuap sebuah sushi ke dalam mulut, entah aku sudah habis berapa porsi sushi di sini, yang jelas tumoukan piring sudah cukup tinggi di sampingku.“Worse…aku lebih parah..mungkin karena aku pria. Aku harus makan hampir dua jam sekali.” Jawabnya mengunyah makanan dengan santai, matanya mengikuti gerakan bibirku.“Habis ini…kita mau kemana?” Tanyaku lagi.“Pulang ke hotel. Aku mau mandi dan istirahat dulu.” Jawabnya memandang penuh arti ke arahku. Aku yang bingung dengan pandangannya akhirnya meny
Xander mengeringksn tubuhku dan membawaku ke kamar. Ia merebahkanku di atas kasur, aku gugup penuh dengan ekspektasi…apalagi yang akan dilakukan pria gila ini. Xander seperti tau aku sedang berpikir tentangnya membuka kedua kakiku, membuat aku terekspose seluruhnya.“I’ve been dying to eat you alive!” Ucapnya sebelum menciumku di bawah sana. Lidahnya menyentuh dan menyeruak ke area paling pribadiku membuat aku bergelinjang penuh desahan. Apakah ia sengaja menghukumku? Dengan cara ini? What a sweet punishment.Saat mulutnya menghisapku lama, aku berteriak dan meledak. Tubuhku bergetar hebat dengan mata terpejam, menikmati sensasi yang diberikan Xander kepadaku. Ia bangkit dari posisinya dan melakukan penyatuan kami, gerakannya cepat sampai aku merasakan ada sesuatu yang sedikit hangat. Seakan otakku langung terkoneksi. Apakah ia menggunakan kondom?“Apa kau memakainya?” Tanyaku
Aku berjalan santai, sedeikit memegang bawahan dress berlengan sabrinaku menuju kampus, hari ini hari pertama aku masuk kuliah lagi, tadi Xander yang mengantarkanku sekolah. Ia meminta ijin kepada Ibuku untuk aku seterusnya akan tinggal bersamanya, bahkan Xander berbohong kalau ia sudah menikahiku. Aku sempat marah saat ia berbohong dengan Ibuku…tapi menurutnya untuk manusia serigala saat pasangan sudah saling memberikan tanda dan mate…atau sudah berhubungan fisik..itu sudah otomatis hubungan seperti suami istri, bahkan lebih dalam dan life long, alasannya kepadaku sepulangnya kami dari rumah ibuku. Jadilah aku membawa sebagian besarr barangku dan ditempatkan di apartemen Xander saat ini, ia tadi hanya mengantarkanku kkuliah…karena ia tak ada jadwal pagi. Xander baru mengajar jam sebelas siang sampai sore.Aku sedikit malu dengan pakaian yang kupakai saat ini, terlalu feminime…terlalu berkelas…tak cocok untukku. Namun Xander te
“Kau tadi habis bersama dengan Tuan dosen bermata dingin kan? Sudahlah Nadja, aku sudah curiga denganmu sejak di Villa. Pasti kalian ada apa-apanya.” Pancing Lidya.Aku masih mengunyah burger keduaku, kenapa meskipun dalam keadaan diinterogasi oleh LIdya nafsu makanku tetap bagus. “Hmm..” Jawabku.“Oh…ayo ceritakan yang steamy…steamy! Bagaimana ia di ranjang..pasti liar ya?”“Bukankah kau tak boleh mengumbar aktivitas ranjangmu sendiri?” Elakku yang enggan bercerita kepadanya.“Prude! Kau tak fair! Aku sudah cerita kau diam. Bagaimana begini saja…kita masih punya waktu dua jam di sini…sampai kelas berikutnya. Ayo saling berbagi rahasia pasangan masing-masing. Bergantian. Aku duluan, setelahnya baru kau.” Ajak LIdya dengan nada antusias.Aku antara senang, tertarik dan takut. Aku takut LI
“Dua orang perempuan duduk berdekatan saling berbisik, di kantin yang sudah hampir sepi. Memang kalian tidak ada kuliah?” Tanya Xander menatapku dalam.“Hmm…Tuan Xander. Kami sedang membicarakan urusan perempuan…kau menguping ya?” Jawab Lidya dengan menggoda. Aku tersenyum kecil melihat tingkah LIdya.“Kelas kalian akan dimulai sebentar lagi…dan kebetulan sekali dosen kalian adalah pria yang memergoki kalian berbicara tentang fantasi seks di siang hari!” Ucap Xander dingin, walaupun di sudut bibirnya aku melihat ada kedutan kecil, ah…ia menahan tawanya.“Ah….Iya Pak. Kami akan masuk ke kelas.” Ucapku dan berdiri, tanganku memegang LIdya mengajaknya cepat pergi. Xander di kampus tak akan pernah berubah, ia pasti akan memberikan hukuman kepadaku selagi ia bisa…seperti, ia sangat menikmati kalau aku dihukum. Ah…apakah itu fetishnya?“Not You Mi