Ayah menghubungiku melewati telepati, saat ini masih pukul 4 dini hari.
Ayah mengatakan bahwa di perbatasan para petugas patroli mencium bau yang menyerupai Sylvia dan Brandon, keadaan pack berubah menjadi bahaya.
Aku disuruh ayah Untuk memindahkan Nadja, sementara ayah akan memindahkan Lydia ke tempat persembunyian di tempat lain. Aku langsung terduduk dan mencoba membangunkan Nadja. Ia tidur terlalu lelap, aku sudah berusaha menggoyangnya beberapa kali, namun Nadja sama sekali tak membuka matanya.
Akhirnya aku menggendongnya dan langsung membawanya keluar kamar dan menuruni tangga, di depanku... sudah ada Charlie yang membopong Lidya dalam keadaan tertidur.
Kami keluar dari rumah dan menelusuri hutan ke jalur yang hanya aku dan ayahku ketahui. Ini adalah jalur khusus menuju tempat persembunyian Devanna. Perempuan itu adalah seorang manusia serigala yang memiliki darah peri dari leluhurnya. Kami aka
"Kenapa kau memutuskan mundur...sayang?" Tanya Brandon dengan suara manja kepadaku.Aku dan Brandon sekarang berada di dekat gua, tak terlalu jauh dari pack Charlie. Aku memikirkan ulang sebuah hal...kalau aku membunuh Charlie dan anak-anakku...bukankah aku akan terpengaruh? Aku harus memastikan...kalau aku takkan melemah nantinya. Terlebih, aku mendapatkan kabar bahwa Balthier dan perempuan manusia itu bukanlah Erasthai. Tapi kenapa ia kabur ke pack ayahnya dan meminta pertolongan untuk melindungi perempuan itu?"Sayang....." Brandon memelukku dari belakang. Tangannya yang besar dan kasar meremas payudaraku dengan sensual. Ia tahu aku menyukainya, hanya satu hal...yang membuatku kesal...ia selalu berbau alkohol, menjijikkan."Diamlah! Aku sedang mengatur strategi.""Apa sayang....?" Brandon sekarang menciumi leher dan punggungku yang terbuk
“What did you see?” Kudengar Devanna bertanya dengan nada penasaran. Aku masih memucat dan tak bisa percaya dengan apa yang baru saja kulihat.Wajah Devanna tampak sangat penasaran, ia mendekatkan wajahnya ke depan wajahku, seperti ia ingin melihat lebih jelas ke wajahku.“Xander mencium seseorang, di bibir.” Ucapku memucat. Mengucapkannya ternyata lebih sulit.Devanna memundurkan wajahnya, ia terlihat menyesal. “Jangan langsung percaya dengan apa yang kau lihat, kau belum tahu yang sebenarnya….kan?”“Tapi…mereka berciuman. Devanna…apa ada cara untuk memutuskan hubunganku dengan Xander?”“Kau gila? Jangan gegabah…kau minta penjelasan dulu. Lagipula, kau tak bisa seenaknya memutuskan hubungan dengan Erasthaimu! Kau sudah terikat selamanya!” Jelas Devanna.Aku ingin menangis, namun sepertinya air mataku mengering, kalau saja aku bisa menangis mungkin akan l
“Xander…kau harus cepat kembali, keadaan pack sedang dalam gawat darurat!” Devanna memberitahuku dengan wajah panic.Mana bisa aku pergi ke pack, kalau aku belum menemukan Nadja…sudah dua hari ia hilang entah kemana aku sempat mengikutinya, aku sengaja berjalan beberapa langkah di belakangnya karena aku ingin memberinya sedikit privasi…memberikannya waktu untuk meredam amarahnya, namun saat aku kembali menengok ke arahnya ia sudah tak terlihat. Terakhir kali aku melihatnya berjalan di sebuah lapangan yang menjorok kea rah hutan di dekat gunung yang terlihat hitam pekat. Aku mencarinya sampai malam hari, bahkan aku berubah menjadi serigalaku agar bisa melihat dalam gelapnya malam, aku memutar dan berulang kali mengulanginya. Nihil.Aku menghubungi Devanna saat dini hari dan aku belum menemukan jejak Nadja sedikitpun. Devanna tertegun sesaat, ia seperti sedang berpikir. Lalu menit berikutnya ia bilang bahwa Nadja tersesat di hutan kelam. Sebuah nama t
Aku dan Tidus berlari, kami melewati barrier pembatas dari tempat ini menuju Black Blood pack. Saat aku dan Tidus tiba di pack, kami berlari menuju rumah ayah, dari sini aku bisa mencium bau darah yang sangat pekat. Apakah terjadi pertumpahan dara besar-besaran? Kenapa bisa tercium sejauh ini. Aku dan Tidus berlari semakin kencang. Jantungku berdetak dengan sangat cepat, karena tak sabar aku langsung berubah menjadi serigalaku, begitu juga dengan Tidus. Saat berlari dengan serigala kami, kami akan berlari dengan jauh lebih cepat.Ah tidak! Aku mencium darah semakin pekat, amis dan memuakkan. Aku langsung berpikir tentang ayah. Apa benar, Balthier ikut berkhianat dan menyerang pack ini? Kenapa ia bisa berubah pikiran?Pikiranku, kakiku, mataku dan semua sendiku serasa kaku, aku tak bisa berpikir dan bergerak melihat apa yang terjadi di depan mataku. Aku melihat ayah dalam wujud manusianya dan tak berpakaian berbaring lemah di atas tanah di pekarangan
Aku berubah menjadi serigalaku, begitu juga dengan Balthier. Aku sengaja berputar dan sedikit menjauh dari ayahku. Aku melihat dadanya masih naik dan turun, tanda ia masih hidup. Aku menjauh dan Balthier mengikutiku, ia sudah berubah menajdi serigalanya. Tidus bertindak cepat dan membawa ayah pergi. Semoga saja ia selamat. Ada sebuah klinik, yang kuharap dokter dan perawatnya masih hidup, kalau mereka mati…aku sudah tak tahu siapa yang bisa merawat ayahku yang berada dalam keadaan kritis.Sekarang hanya aku dan monster berwujud Balthier ini.Ia melompat dan mengincar kepalaku, aku yang sedikit lengah…lambat dalam menghindar, sehingga kaki depan sebelah kananku terkena dampak serangannya. Aku merasakan sedikit rasa nyeri di kakiku, lalu aku menyerang balik dengan mengincar kakinya. Balthier menghindar dengan cepat. Kami kembali memutar, mencari celah dan momentum yang cepat. Bagi serigala, momen yang pas bisa langsung membawa ke sebuah kemenangan. Sa
Aku sudah menunggu lebih dari satu jam di balik kaca tebal klinik pack. Terlihat dokter sedang menjahit kaki ayah yang sedikit terkoyak. Tifus juga berdiri tegang dengan wajah kosong ke dalam ruang penanganan. Ada seorang perawat yang keluar dan langsung kuhampiri."Bagaimana Alpha?" Tanyaku langsung kepadanya."Ia sudah lebih stabil, kami memeriksa keseluruhan. Tak ada yang fatal...hanya kakinya saja yang hampir putus!" Ucap sang perawat lalu berjalan pergi, menit berikutnya ia kembali dengan sebuah Bali berisi air.Tidak ada yang fatal? Tapi ia bilang kakinya hampir putus? Benar-benar tenaga medis di pack ini! Bahkan hal seperti itu tidak dibilang fatal... tapi mungkin karena kemampuan penyembuhan manusia serigala khususnya Lycan, lebih cepat dibandingkan manusia, hal itu tidak digolongkan sebagai sesuatu yang fatal.Aku kembali memperhatikan para dokter i
Aku dan Lidya akhirnya bersama menghabiskan sore dengan menyantap makanan yang diberikan Devanna. Lidya banyak bertanya mengenai Tidus, which is aku tak bisa sepenuhnya menjawab.“Apa kau yakin ia sama sekali tak pernah bertemu perempuan?” Tanyanya untuk ke seratus kali…aku sampai bosan mendengar pertanyaan itu. Aku hanya menjawab dengan malas, ‘yeah!’“Lalu… apa kau yakin aku adalah perempuan yang ditakdirkan untuknya untuk seumur hidup?” Tanyanya lagi, kali ini aku tak menjawab, karena terlalu malas.“Apa Tidus, benar-benar menyukaiku…oh apa ia mau menerimaku? Lalu…bagaiamana nanti kalau aku bertemu dengan serigalanya, akankah serigalanya menyukaiku? Apa ia bisa berbicara? Oh my God…pasti ia hebat di ranjang… mengingat ia adalah setengah serigala.”Lidya memulai monolognya untuk kesekian kalinya hari ini, aku hanya berharap Tidus cepat datang, karena sungguh aku sudah tak sanggup mendengarkan ocehan sahabatku ini.
Aku masih terkejut dengan apa yang kulihat. Devanna dalam balutan tepung terigu dengan wajah yang kelihatan seperti orang bingung. Apa yang sebenarnya terjadi?“Ah…Kalian? Bagaimana kalian tahu aku ada di sini?” Tanyanya dengan raut wajah sedih.“Tak mau mempersilahkan masuk?” Kali ini Lidya yang bertanya.“Uh…Kalian mau masuk? Ya…ya.” Ia akhirnya mundur dua langkah untuk memberi ruang bagi kami untuk masuk.Aku memandang berkeliling, aku tahu bahwa in imemang rumah yang dikhususkan untuk membuat kue, dan sudah pasti ruangan rumah ini akan erantakan dengan tepung, gula..susu, atau bahan kue lainnya. Namun tak separah ini. Rumah ini, yang terdiri dari dua ruangan yang hanya dipisahkan oleh sekat kecil..terlihat kacau balau…seperti sebuah kontener yang berisi bahan kue di tumpahkan dalam waktu yang sama. Semua bahan kue berceceran di lantai da
“Nadja…”“Nadja..” Bisikku.Aku melihat kelopak matanya bergerak perlahan. Sebuah kemajuan.“Nadja…”“Nadja..”Kepalaku terasa berat sekali, aku merasa berada di dalam dunia yang sangat gelap dengan tubuh yang sangat sakit. Seongatku...m Aku tadi memakan sebuah kue, lalu mengantuk. Tapi kenapa aku jadi seperti ini? Aku seperti sadar namun tidak bisa membuka mataku dan aku tidak bisa mengontrol tubuhku. Aku tidak bisa merasakan Jemima berada di dalam tubuhku lagi. Apakah aku sudah mati? Apakah kue itu beracun?Aku, dalam keadaan seperti ini... Dan merasa sangat lama, mungkin berhari-hari atau berminggu-minggu atau berbulan-bulan? Yang jelas, aku berada dalam kehampaan yang sangat lama. Sampai aku merasa ada sebuah sentuhan di tanganku yang sangat dingin, teramat dingin seperti aku terkena frost note, seperti aku tertimpa oleh es batu yang teramat b
“Tidurkan ia di kasur!” Perintah Devanna saat tiba di kabin. Aku sangat khawatir dengan Nadja, karena tubuhnya tak sehangat biasanya.Setelah Nadja kutidurkan di ranjang, Devanna memeriksa tangannya…mungkin memeriksa nadinya, Chralie terlihat memucat… pandangannya beralih dari Nadja kepadaku.“Kau tak merasakan apapun, Xander?” Tanya ayah kepadaku, apa maksudnya?“Nope. Aku baik-baik saja. Apa maksudnya?”“Kalau terjadi apapun yang berbahaya kepada Nadja, kau akan merasakannya… setidaknya kau tak merasakan apapun…berarti tak ada yang serius dengan Nadja.” Jelas Charlie.Aku mengembuskan napas lega, ia benar. Aku tak merasakan apapun, tak ada rasa sakit. Masalahnya adalah aku tak bisa memanggil Jemima, dan Nadja di kepalanya. Aku sama sekali tak bisa menghubungi mereka scara telepati.Devanna, berdiri dan memandang Charlie dengan pandangan cemas. “Ini jauh lebih berbahaya daripada lu
Aku mencari Charlie dan Devanna di kabinnya. Ya, dugaanku benar. Mereka ada di sana."Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanyaku heran."Xander? Dimana Nadja?" Tanya Devanna menghampiriku dengan wajah gusar. Aku melihat ke arah ayahku yang duduk bersandar di sofa. Ada sebuah cast di kakinya yang terluka."Aku menyembunyikannya di trap door di kamar." Jawabku terus terang.Devanna tak langsung menjawab, ia menengok ke arah Charlie. Aku bisa merasakan ada yang salah di sini."Pamanmu datang!" Ucap Charlie! "Ia mau membunuhku! Sepertinya ia sudah mengambil alih pack house, entah yang lain." Jelas Charlie dengan wajah suram.Aku ingin percaya bahwa Nadja baik-baik saja. Ia aman, hanya aku yang tahu tempat itu...ya ia aman."Xander, ka
Aku dan Xander sampai di pack house, aku sempat kebingungan bagaimana cara kembali berubah menjadi manusia...karena aku akan berubah dalam keadaan telanjang, atau aku naik ke atas dalam bentuk serigala?"Wait! Kau pakai pakaianku!" Ucap Xander di dalam kepalaku.Aku menengok ke arahnya, serigala Xander berubah menjadi bentuk pria tinggi besar dan tanpa pakaian, ia dengan cepat memakai celana bahannya yang ternyata ia simpan di moncongnya, jadi selama ini ia membawa pakaian dengan menggigitnya! Wow! Smart!Ia lalu memberikan kausnya dan menunjukkannya kepadaku. Aku berubah...aku membayangkan diriku berkaki dua, dan rambutku yang sebahu... Jemari tangan, dan detik berikutnya aku berubah menjadi tubuh manusiaku. Xander langsung meloloskan kaus lewat kepalaku dan memasangkannya dengan sempurna.Jadilah aku dan Xander berada di depan pack house,
‘Kau penghianat!’ Ucapku kesal kepada Jem.‘Aku hanya memberitahu Cain!’ Jawabnya merasa tak bersalah.‘Sama saja!’Setengah jam setelahnya, Xander datang dengan membawa satu buah plastic berisi beberapa test pack. Ia sudah gila!Aku memandang aneh ke arahnya. “Kau beli berapa?”“Satu…untuk setiap merek.” Jawabnya menyerahkan semuanya kepadaku. Ada sekitar dua puluh stik pemeriksaan kehamilan dalam plastic itu.“Kau kira aku bisa mengeluarkan urin satu gallon? Untuk mengetes semua alat yang kau beli?” Jawabku kesal, aku berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi, setelah membaca instruksi aku melakukannya, walau dalam box instruksi dikatakan bahwa terbaik dilakukan pada urin pertama di pagi hari…ini hanya untuk memastikan saat ini. Besok pagi aku akan men
Aku dan Lidya ada di kelas ke dua dan terakhir kami di kampus hari ini.“Praktically, Kau akan keluar dari kampus ini…jadi kurasa kau di skors atau tidak, tak akan berpengaruh dnegan IPKmu? Kan?” Tanya Lidya.“Kau mengingatkanku atas derita hidupku Lidya!” Ucapku kesal.“Kapan kau pergi?” Tanyanya.“Xander bilang dalam dua minggu, ia harus berada di dalam pack. Aku meminta liburan, jadi mungkin kami akan pergi lebih awal.”“Kemana?”“Entahlah… Japan or Korea.”“Japan is cool. South Korea…is mouth watering.”“Mungkin Jepang. Ada yang ingin kulakukan di sana.”Lidya mengangguk dan diam, dosen kami telah datang. Aku berpikir, memang Lidya ada benarnya, mau aku belajar atau dapat skors sekalipun…tak akan berpengaruh dengan nilai akhirku. Karena pada akhirnya aku takkan berkuliah di sini lagi.
"Ty akan di sini bersama Lidya, sebagai gantinya ayah memintaku datang menggantikan tugas Ty. Ayah dan Devanna sepertinya kewalahan mengurus segalanya." Jelas Xander."Lalu...kalau kau nanti menjadi Alpha... Siapa yang menjadi Beta?""Aku masih harus mencari pengganti Ty, akan sangat egois kalau aku memilihnya lagi. Ia berhak menikmati hidupnya."Aku bergegas ke kelas pertamaku, hari ini sepanjang hari aku akan berada di kelas yang sama dengan Lidya. Sejak pagi aku menghiraukan Xander setelah berdebatan kami mengenai kembali ke pack.Ah…Itu dia, Lidya sudah duduk di kursi kelas dengan wajah merona dan berseri, pasti ia semalaman bersama Ty dan ia sudah mendengar kabar itu. Pantas sekali kalau ia sumringah seperti itu!“Lidya!” Sapaku dan langsung duduk di sampingnya.Lidya tersenyum sangat lebar melihatku.“Nadja,
Aku duduk di samping Lidya seperti biasa, kami mengikuti kelas seperti biasa. Aku tiba-tiba ingin ke toilet dan meminta ijin kepada dosen untuk keluar.Toilet di gedung ini terletak di pojok koridor. Hanya ada satu di lantai ini. Aku masuk dan menyelesaikan urusanku, setelah selesai aku mencuci tanganku di wastafel dan kudengar suara pintu bilik toilet terbuka dan tertutup. Aku bisa melihat seorang perempuan berjalan menuju wastafel di sampingku. Ia tersenyum, perempuan itu berambut merah dan berpakaian seksi...wajah yang sangat aku kenali. Cindy."Hai!" Sapaku berusaha tenang."Hai. Dunia sangat sempit, kita bertemu lagi di sini!" Ucapnya ia mencuci tangannya perlahan. Mata kami saling bertemu lewat cermin."Aku duluan. Bye!" Ucapku setelah selesai mencuci tanganku. Jujur saja aku ingin cepat keluar dari tempat ini....pergi menjauhinya...ja
“Mmh…Andrew…ia sengaja memantraiku.”Aku dan Xander berbarengan menjawab. “What?!”“Saat aku pulang ke kota ini, aku tak tahu…aku merasakan sebuah ketertarikan yang luar biasa kepada Andrew..bahkan melebihi perasaanku kepadanya dulu.” Jelas Lidya, ia menggenggam tangan Ty.Ty mengangguk. “Ya. Aku juga merasakan ada yang aneh dengan Lidya, beruntung aku datang ke sini.”“Ya. Dan Devanna memberinya waktu di sini lebih lama. Thanks God. Aku merasa seperti duniaku di selimuti nafsu dengan Andrew…di hari pertama kuliah… di parkiran..bahkan saat aku bersama Ty… aku membayangkannya dengan erotis.”“Lalu?” Xander bertanya sangat penasaran.“Ia manusia biasa. Itu jawaban atas pertanyaanmu. Tapi ia menggunakan seorang shaman untuk memantrai Lidya.” Ty yang menjawab.“Apakah itu mungkin?” Tanyaku.“Ya. Aku gila Nadja. Aku bertanya kepad