Aku berubah menjadi serigalaku, begitu juga dengan Balthier. Aku sengaja berputar dan sedikit menjauh dari ayahku. Aku melihat dadanya masih naik dan turun, tanda ia masih hidup. Aku menjauh dan Balthier mengikutiku, ia sudah berubah menajdi serigalanya. Tidus bertindak cepat dan membawa ayah pergi. Semoga saja ia selamat. Ada sebuah klinik, yang kuharap dokter dan perawatnya masih hidup, kalau mereka mati…aku sudah tak tahu siapa yang bisa merawat ayahku yang berada dalam keadaan kritis.
Sekarang hanya aku dan monster berwujud Balthier ini.
Ia melompat dan mengincar kepalaku, aku yang sedikit lengah…lambat dalam menghindar, sehingga kaki depan sebelah kananku terkena dampak serangannya. Aku merasakan sedikit rasa nyeri di kakiku, lalu aku menyerang balik dengan mengincar kakinya. Balthier menghindar dengan cepat. Kami kembali memutar, mencari celah dan momentum yang cepat. Bagi serigala, momen yang pas bisa langsung membawa ke sebuah kemenangan. Sa
Aku sudah menunggu lebih dari satu jam di balik kaca tebal klinik pack. Terlihat dokter sedang menjahit kaki ayah yang sedikit terkoyak. Tifus juga berdiri tegang dengan wajah kosong ke dalam ruang penanganan. Ada seorang perawat yang keluar dan langsung kuhampiri."Bagaimana Alpha?" Tanyaku langsung kepadanya."Ia sudah lebih stabil, kami memeriksa keseluruhan. Tak ada yang fatal...hanya kakinya saja yang hampir putus!" Ucap sang perawat lalu berjalan pergi, menit berikutnya ia kembali dengan sebuah Bali berisi air.Tidak ada yang fatal? Tapi ia bilang kakinya hampir putus? Benar-benar tenaga medis di pack ini! Bahkan hal seperti itu tidak dibilang fatal... tapi mungkin karena kemampuan penyembuhan manusia serigala khususnya Lycan, lebih cepat dibandingkan manusia, hal itu tidak digolongkan sebagai sesuatu yang fatal.Aku kembali memperhatikan para dokter i
Aku dan Lidya akhirnya bersama menghabiskan sore dengan menyantap makanan yang diberikan Devanna. Lidya banyak bertanya mengenai Tidus, which is aku tak bisa sepenuhnya menjawab.“Apa kau yakin ia sama sekali tak pernah bertemu perempuan?” Tanyanya untuk ke seratus kali…aku sampai bosan mendengar pertanyaan itu. Aku hanya menjawab dengan malas, ‘yeah!’“Lalu… apa kau yakin aku adalah perempuan yang ditakdirkan untuknya untuk seumur hidup?” Tanyanya lagi, kali ini aku tak menjawab, karena terlalu malas.“Apa Tidus, benar-benar menyukaiku…oh apa ia mau menerimaku? Lalu…bagaiamana nanti kalau aku bertemu dengan serigalanya, akankah serigalanya menyukaiku? Apa ia bisa berbicara? Oh my God…pasti ia hebat di ranjang… mengingat ia adalah setengah serigala.”Lidya memulai monolognya untuk kesekian kalinya hari ini, aku hanya berharap Tidus cepat datang, karena sungguh aku sudah tak sanggup mendengarkan ocehan sahabatku ini.
Aku masih terkejut dengan apa yang kulihat. Devanna dalam balutan tepung terigu dengan wajah yang kelihatan seperti orang bingung. Apa yang sebenarnya terjadi?“Ah…Kalian? Bagaimana kalian tahu aku ada di sini?” Tanyanya dengan raut wajah sedih.“Tak mau mempersilahkan masuk?” Kali ini Lidya yang bertanya.“Uh…Kalian mau masuk? Ya…ya.” Ia akhirnya mundur dua langkah untuk memberi ruang bagi kami untuk masuk.Aku memandang berkeliling, aku tahu bahwa in imemang rumah yang dikhususkan untuk membuat kue, dan sudah pasti ruangan rumah ini akan erantakan dengan tepung, gula..susu, atau bahan kue lainnya. Namun tak separah ini. Rumah ini, yang terdiri dari dua ruangan yang hanya dipisahkan oleh sekat kecil..terlihat kacau balau…seperti sebuah kontener yang berisi bahan kue di tumpahkan dalam waktu yang sama. Semua bahan kue berceceran di lantai da
Aku, Lidya dan Devanna menghabiskan waktu kami di rumah berbentuk jamur itu dan membuat berbagai macam kue dan roti. Devanna memang sangat ahli dalam membuat kue-dan roti. Apakah kami lupa dengan masalah kami? Tidak. Sama sekali tidak, tapi setidaknya kami bisa menghabiskan waktu kami melakukan sesuatu hal. Mungkin satu-satunya yang membuat perhatian kami teralih dari tragedy yang terjadi di pack adalah berbagai macam mahluk aneh dan lucu yang muncul di dalam dapur. Aku kembali bertemu Nona Napoli, ia secara langsung me-request muffin bertabur almond favoritenya yang langsung disanggupi oleh Devanna.Kami membuat pesanan Nona Napoli dengan arahan dari Devanna, sementara angsa itu menonton sambil bernbyanyi plus menari di depan kami. Aku dan Lidya…jujur saja sangat terhibur. Tidak sampai satu jam, Devanna mengeluarkan sepuluh cup muffin bertabur almond dengan isian vanilla dan keju. Sang angsa girang dan berterima kasih kepada kami.“Oh ya. Nona Nadj
Tiga hari kami menunggu di rumah sementara Devanna, akhirnya Tidus datang dengan wajah tegang di depan kamar Devanna. Aku merasakan ada sesuatu yang salah. Bukankah seharusnya ia tersenyum?“Ty. Ada apa?” Tanyaku begitu menyadari ada sang beta menuggu di depan pintu kamar. Sementara Lidya sudah luar biasa memerah wajahnya, walau mereka hanya saling memandang dalam beberapa menit saja.“Kalian sudah bisa pulang ke pack.” Ucapnya, masih dengan wajah suram. Rasanya aku ingin sekali menggoyang kepalanya agar ia sedikit tersenyum. Raut wajahnya yang sepeti itu justru membuatku enggan datang ke pack, aku taku ada sesuatu hal buruk yang terjadi.“Ya. Tapi whats with the long face?” Tanyaku lagi. Tidus tak menjawab, ia berbalik dan berjalan menuju ke pintu keluar.“Aku menunggu di luar.” Ucapnya saat sudah di dekat pintu keluar.
Kami sudah melihat secara langsung keadaan Charlie, ia sudah sadar dan masih harus berbaring di atas kasur. Ia bilang kalau kakinya butuh waktu untuk penyembuhan. Devanna duduk di samping ranjangnya dan memegang tangan Charlie dengan sebuah senyuman lebar. Aku melirik ke Lidya, ia masih dengan wajah murungnya saat itu, tak ada Ty di dalam kamar Charlie, Xander bilang ada yang harus dilakukan oleh sang beta. Ah…kasihan sekali Lidya. Akhirnya aku dan Xander mengantarkannya ke kamarnya untuk istirahat.“Ada apa sebenarnya?” Desakku kepada Xander, kami berdua sudah sampai di kamar kami.“Tak ada ciuman kerinduan…atau make-up sex?” Tanyanya tersenyum menggoda.Aku melempar sebuah bantal dan dengan sukses mengenai kepalanya. “Aku serius! Dan aku masih marah denganmu!”“Whoa…really? Jadi aku harus jelaskan dari mana?” Tanyanya, ia duduk di depanku di atas ranjang kam
Aku berjalan cepat menuju kamar sahabatku. Pagi sekali, Xander memberitahuku bahwa ia mendapat kabar dari Charlie… Lidya akan pulang dengan penerbangan jam delapan malam hari ini. Kenapa ia tak bilang kepadaku? Aku kesal! Aku akan bertanya langsung kepadanya. Lalu bagaimana dengan Ty?Aku mengetuk dengan tak sabaran, saat ini sudah cukup siang, jadi tak adal alasan ia masih tidurkan? Saat ini jam sepuluh pagi. Aku masih mengetuk pintu kamar yang digunakan Lidya.Semenit menunggu, pintu dibuka oleh sosok Lidya yang tersenyum dengan rambut yang basah. What?Tanpa basa- basi aku langsung menerobos masuk dan duduk di atas kasurnya.“Kau harus menjelaskan semuanya!” Ucapku tegas kepadanya.Lidya tersenyum lebar, ia menutup pintu dan duduk persis di depanku. “Kau mau penjelasan tentang apa?”“Semuanya! Aku mendapat kabar, kau akan pulang jam delap
Aku berjalan dengan mantap menuruni tangga, kali ini aku sudah ditemani Jemima serigalaku, aku takkan membiarkan perempuan itu seenaknya menjajah hidupku dengan Xander! Apa aku berlebihan? Ya…tapi aku tak peduli! Aku akan buat perhitungan dengannya.‘Jem..kau harus siap! Mengerti?’ Perintahku kepada serigala sassy di dalam kepalaku.‘Aye…aye. Selalu siap. Kenapa tak sejak dulu kau berani seperti ini! Kalau saja sejak dulu kau adalah perempuan yang tegas…tak kan ada perempuan yang berani denganmu!’ Omelnya. Apa aku sudah bilang kalau ia pengatur?‘Dulu aku manusia biasa Jem! Bahkan dengan manusia biasa saja aku kalah saing, apa lagi dengan manusia serigala?!’‘Nope…itu trait bawaanmu…kau sejak awal memang terlalu lemah.’‘Whatever. Kau tahu ia ada dimana sekarang?’ Ta
“Nadja…”“Nadja..” Bisikku.Aku melihat kelopak matanya bergerak perlahan. Sebuah kemajuan.“Nadja…”“Nadja..”Kepalaku terasa berat sekali, aku merasa berada di dalam dunia yang sangat gelap dengan tubuh yang sangat sakit. Seongatku...m Aku tadi memakan sebuah kue, lalu mengantuk. Tapi kenapa aku jadi seperti ini? Aku seperti sadar namun tidak bisa membuka mataku dan aku tidak bisa mengontrol tubuhku. Aku tidak bisa merasakan Jemima berada di dalam tubuhku lagi. Apakah aku sudah mati? Apakah kue itu beracun?Aku, dalam keadaan seperti ini... Dan merasa sangat lama, mungkin berhari-hari atau berminggu-minggu atau berbulan-bulan? Yang jelas, aku berada dalam kehampaan yang sangat lama. Sampai aku merasa ada sebuah sentuhan di tanganku yang sangat dingin, teramat dingin seperti aku terkena frost note, seperti aku tertimpa oleh es batu yang teramat b
“Tidurkan ia di kasur!” Perintah Devanna saat tiba di kabin. Aku sangat khawatir dengan Nadja, karena tubuhnya tak sehangat biasanya.Setelah Nadja kutidurkan di ranjang, Devanna memeriksa tangannya…mungkin memeriksa nadinya, Chralie terlihat memucat… pandangannya beralih dari Nadja kepadaku.“Kau tak merasakan apapun, Xander?” Tanya ayah kepadaku, apa maksudnya?“Nope. Aku baik-baik saja. Apa maksudnya?”“Kalau terjadi apapun yang berbahaya kepada Nadja, kau akan merasakannya… setidaknya kau tak merasakan apapun…berarti tak ada yang serius dengan Nadja.” Jelas Charlie.Aku mengembuskan napas lega, ia benar. Aku tak merasakan apapun, tak ada rasa sakit. Masalahnya adalah aku tak bisa memanggil Jemima, dan Nadja di kepalanya. Aku sama sekali tak bisa menghubungi mereka scara telepati.Devanna, berdiri dan memandang Charlie dengan pandangan cemas. “Ini jauh lebih berbahaya daripada lu
Aku mencari Charlie dan Devanna di kabinnya. Ya, dugaanku benar. Mereka ada di sana."Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanyaku heran."Xander? Dimana Nadja?" Tanya Devanna menghampiriku dengan wajah gusar. Aku melihat ke arah ayahku yang duduk bersandar di sofa. Ada sebuah cast di kakinya yang terluka."Aku menyembunyikannya di trap door di kamar." Jawabku terus terang.Devanna tak langsung menjawab, ia menengok ke arah Charlie. Aku bisa merasakan ada yang salah di sini."Pamanmu datang!" Ucap Charlie! "Ia mau membunuhku! Sepertinya ia sudah mengambil alih pack house, entah yang lain." Jelas Charlie dengan wajah suram.Aku ingin percaya bahwa Nadja baik-baik saja. Ia aman, hanya aku yang tahu tempat itu...ya ia aman."Xander, ka
Aku dan Xander sampai di pack house, aku sempat kebingungan bagaimana cara kembali berubah menjadi manusia...karena aku akan berubah dalam keadaan telanjang, atau aku naik ke atas dalam bentuk serigala?"Wait! Kau pakai pakaianku!" Ucap Xander di dalam kepalaku.Aku menengok ke arahnya, serigala Xander berubah menjadi bentuk pria tinggi besar dan tanpa pakaian, ia dengan cepat memakai celana bahannya yang ternyata ia simpan di moncongnya, jadi selama ini ia membawa pakaian dengan menggigitnya! Wow! Smart!Ia lalu memberikan kausnya dan menunjukkannya kepadaku. Aku berubah...aku membayangkan diriku berkaki dua, dan rambutku yang sebahu... Jemari tangan, dan detik berikutnya aku berubah menjadi tubuh manusiaku. Xander langsung meloloskan kaus lewat kepalaku dan memasangkannya dengan sempurna.Jadilah aku dan Xander berada di depan pack house,
‘Kau penghianat!’ Ucapku kesal kepada Jem.‘Aku hanya memberitahu Cain!’ Jawabnya merasa tak bersalah.‘Sama saja!’Setengah jam setelahnya, Xander datang dengan membawa satu buah plastic berisi beberapa test pack. Ia sudah gila!Aku memandang aneh ke arahnya. “Kau beli berapa?”“Satu…untuk setiap merek.” Jawabnya menyerahkan semuanya kepadaku. Ada sekitar dua puluh stik pemeriksaan kehamilan dalam plastic itu.“Kau kira aku bisa mengeluarkan urin satu gallon? Untuk mengetes semua alat yang kau beli?” Jawabku kesal, aku berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi, setelah membaca instruksi aku melakukannya, walau dalam box instruksi dikatakan bahwa terbaik dilakukan pada urin pertama di pagi hari…ini hanya untuk memastikan saat ini. Besok pagi aku akan men
Aku dan Lidya ada di kelas ke dua dan terakhir kami di kampus hari ini.“Praktically, Kau akan keluar dari kampus ini…jadi kurasa kau di skors atau tidak, tak akan berpengaruh dnegan IPKmu? Kan?” Tanya Lidya.“Kau mengingatkanku atas derita hidupku Lidya!” Ucapku kesal.“Kapan kau pergi?” Tanyanya.“Xander bilang dalam dua minggu, ia harus berada di dalam pack. Aku meminta liburan, jadi mungkin kami akan pergi lebih awal.”“Kemana?”“Entahlah… Japan or Korea.”“Japan is cool. South Korea…is mouth watering.”“Mungkin Jepang. Ada yang ingin kulakukan di sana.”Lidya mengangguk dan diam, dosen kami telah datang. Aku berpikir, memang Lidya ada benarnya, mau aku belajar atau dapat skors sekalipun…tak akan berpengaruh dengan nilai akhirku. Karena pada akhirnya aku takkan berkuliah di sini lagi.
"Ty akan di sini bersama Lidya, sebagai gantinya ayah memintaku datang menggantikan tugas Ty. Ayah dan Devanna sepertinya kewalahan mengurus segalanya." Jelas Xander."Lalu...kalau kau nanti menjadi Alpha... Siapa yang menjadi Beta?""Aku masih harus mencari pengganti Ty, akan sangat egois kalau aku memilihnya lagi. Ia berhak menikmati hidupnya."Aku bergegas ke kelas pertamaku, hari ini sepanjang hari aku akan berada di kelas yang sama dengan Lidya. Sejak pagi aku menghiraukan Xander setelah berdebatan kami mengenai kembali ke pack.Ah…Itu dia, Lidya sudah duduk di kursi kelas dengan wajah merona dan berseri, pasti ia semalaman bersama Ty dan ia sudah mendengar kabar itu. Pantas sekali kalau ia sumringah seperti itu!“Lidya!” Sapaku dan langsung duduk di sampingnya.Lidya tersenyum sangat lebar melihatku.“Nadja,
Aku duduk di samping Lidya seperti biasa, kami mengikuti kelas seperti biasa. Aku tiba-tiba ingin ke toilet dan meminta ijin kepada dosen untuk keluar.Toilet di gedung ini terletak di pojok koridor. Hanya ada satu di lantai ini. Aku masuk dan menyelesaikan urusanku, setelah selesai aku mencuci tanganku di wastafel dan kudengar suara pintu bilik toilet terbuka dan tertutup. Aku bisa melihat seorang perempuan berjalan menuju wastafel di sampingku. Ia tersenyum, perempuan itu berambut merah dan berpakaian seksi...wajah yang sangat aku kenali. Cindy."Hai!" Sapaku berusaha tenang."Hai. Dunia sangat sempit, kita bertemu lagi di sini!" Ucapnya ia mencuci tangannya perlahan. Mata kami saling bertemu lewat cermin."Aku duluan. Bye!" Ucapku setelah selesai mencuci tanganku. Jujur saja aku ingin cepat keluar dari tempat ini....pergi menjauhinya...ja
“Mmh…Andrew…ia sengaja memantraiku.”Aku dan Xander berbarengan menjawab. “What?!”“Saat aku pulang ke kota ini, aku tak tahu…aku merasakan sebuah ketertarikan yang luar biasa kepada Andrew..bahkan melebihi perasaanku kepadanya dulu.” Jelas Lidya, ia menggenggam tangan Ty.Ty mengangguk. “Ya. Aku juga merasakan ada yang aneh dengan Lidya, beruntung aku datang ke sini.”“Ya. Dan Devanna memberinya waktu di sini lebih lama. Thanks God. Aku merasa seperti duniaku di selimuti nafsu dengan Andrew…di hari pertama kuliah… di parkiran..bahkan saat aku bersama Ty… aku membayangkannya dengan erotis.”“Lalu?” Xander bertanya sangat penasaran.“Ia manusia biasa. Itu jawaban atas pertanyaanmu. Tapi ia menggunakan seorang shaman untuk memantrai Lidya.” Ty yang menjawab.“Apakah itu mungkin?” Tanyaku.“Ya. Aku gila Nadja. Aku bertanya kepad