Aku dan Lidya akhirnya bersama menghabiskan sore dengan menyantap makanan yang diberikan Devanna. Lidya banyak bertanya mengenai Tidus, which is aku tak bisa sepenuhnya menjawab.
“Apa kau yakin ia sama sekali tak pernah bertemu perempuan?” Tanyanya untuk ke seratus kali…aku sampai bosan mendengar pertanyaan itu. Aku hanya menjawab dengan malas, ‘yeah!’
“Lalu… apa kau yakin aku adalah perempuan yang ditakdirkan untuknya untuk seumur hidup?” Tanyanya lagi, kali ini aku tak menjawab, karena terlalu malas.
“Apa Tidus, benar-benar menyukaiku…oh apa ia mau menerimaku? Lalu…bagaiamana nanti kalau aku bertemu dengan serigalanya, akankah serigalanya menyukaiku? Apa ia bisa berbicara? Oh my God…pasti ia hebat di ranjang… mengingat ia adalah setengah serigala.”
Lidya memulai monolognya untuk kesekian kalinya hari ini, aku hanya berharap Tidus cepat datang, karena sungguh aku sudah tak sanggup mendengarkan ocehan sahabatku ini.
Aku masih terkejut dengan apa yang kulihat. Devanna dalam balutan tepung terigu dengan wajah yang kelihatan seperti orang bingung. Apa yang sebenarnya terjadi?“Ah…Kalian? Bagaimana kalian tahu aku ada di sini?” Tanyanya dengan raut wajah sedih.“Tak mau mempersilahkan masuk?” Kali ini Lidya yang bertanya.“Uh…Kalian mau masuk? Ya…ya.” Ia akhirnya mundur dua langkah untuk memberi ruang bagi kami untuk masuk.Aku memandang berkeliling, aku tahu bahwa in imemang rumah yang dikhususkan untuk membuat kue, dan sudah pasti ruangan rumah ini akan erantakan dengan tepung, gula..susu, atau bahan kue lainnya. Namun tak separah ini. Rumah ini, yang terdiri dari dua ruangan yang hanya dipisahkan oleh sekat kecil..terlihat kacau balau…seperti sebuah kontener yang berisi bahan kue di tumpahkan dalam waktu yang sama. Semua bahan kue berceceran di lantai da
Aku, Lidya dan Devanna menghabiskan waktu kami di rumah berbentuk jamur itu dan membuat berbagai macam kue dan roti. Devanna memang sangat ahli dalam membuat kue-dan roti. Apakah kami lupa dengan masalah kami? Tidak. Sama sekali tidak, tapi setidaknya kami bisa menghabiskan waktu kami melakukan sesuatu hal. Mungkin satu-satunya yang membuat perhatian kami teralih dari tragedy yang terjadi di pack adalah berbagai macam mahluk aneh dan lucu yang muncul di dalam dapur. Aku kembali bertemu Nona Napoli, ia secara langsung me-request muffin bertabur almond favoritenya yang langsung disanggupi oleh Devanna.Kami membuat pesanan Nona Napoli dengan arahan dari Devanna, sementara angsa itu menonton sambil bernbyanyi plus menari di depan kami. Aku dan Lidya…jujur saja sangat terhibur. Tidak sampai satu jam, Devanna mengeluarkan sepuluh cup muffin bertabur almond dengan isian vanilla dan keju. Sang angsa girang dan berterima kasih kepada kami.“Oh ya. Nona Nadj
Tiga hari kami menunggu di rumah sementara Devanna, akhirnya Tidus datang dengan wajah tegang di depan kamar Devanna. Aku merasakan ada sesuatu yang salah. Bukankah seharusnya ia tersenyum?“Ty. Ada apa?” Tanyaku begitu menyadari ada sang beta menuggu di depan pintu kamar. Sementara Lidya sudah luar biasa memerah wajahnya, walau mereka hanya saling memandang dalam beberapa menit saja.“Kalian sudah bisa pulang ke pack.” Ucapnya, masih dengan wajah suram. Rasanya aku ingin sekali menggoyang kepalanya agar ia sedikit tersenyum. Raut wajahnya yang sepeti itu justru membuatku enggan datang ke pack, aku taku ada sesuatu hal buruk yang terjadi.“Ya. Tapi whats with the long face?” Tanyaku lagi. Tidus tak menjawab, ia berbalik dan berjalan menuju ke pintu keluar.“Aku menunggu di luar.” Ucapnya saat sudah di dekat pintu keluar.
Kami sudah melihat secara langsung keadaan Charlie, ia sudah sadar dan masih harus berbaring di atas kasur. Ia bilang kalau kakinya butuh waktu untuk penyembuhan. Devanna duduk di samping ranjangnya dan memegang tangan Charlie dengan sebuah senyuman lebar. Aku melirik ke Lidya, ia masih dengan wajah murungnya saat itu, tak ada Ty di dalam kamar Charlie, Xander bilang ada yang harus dilakukan oleh sang beta. Ah…kasihan sekali Lidya. Akhirnya aku dan Xander mengantarkannya ke kamarnya untuk istirahat.“Ada apa sebenarnya?” Desakku kepada Xander, kami berdua sudah sampai di kamar kami.“Tak ada ciuman kerinduan…atau make-up sex?” Tanyanya tersenyum menggoda.Aku melempar sebuah bantal dan dengan sukses mengenai kepalanya. “Aku serius! Dan aku masih marah denganmu!”“Whoa…really? Jadi aku harus jelaskan dari mana?” Tanyanya, ia duduk di depanku di atas ranjang kam
Aku berjalan cepat menuju kamar sahabatku. Pagi sekali, Xander memberitahuku bahwa ia mendapat kabar dari Charlie… Lidya akan pulang dengan penerbangan jam delapan malam hari ini. Kenapa ia tak bilang kepadaku? Aku kesal! Aku akan bertanya langsung kepadanya. Lalu bagaimana dengan Ty?Aku mengetuk dengan tak sabaran, saat ini sudah cukup siang, jadi tak adal alasan ia masih tidurkan? Saat ini jam sepuluh pagi. Aku masih mengetuk pintu kamar yang digunakan Lidya.Semenit menunggu, pintu dibuka oleh sosok Lidya yang tersenyum dengan rambut yang basah. What?Tanpa basa- basi aku langsung menerobos masuk dan duduk di atas kasurnya.“Kau harus menjelaskan semuanya!” Ucapku tegas kepadanya.Lidya tersenyum lebar, ia menutup pintu dan duduk persis di depanku. “Kau mau penjelasan tentang apa?”“Semuanya! Aku mendapat kabar, kau akan pulang jam delap
Aku berjalan dengan mantap menuruni tangga, kali ini aku sudah ditemani Jemima serigalaku, aku takkan membiarkan perempuan itu seenaknya menjajah hidupku dengan Xander! Apa aku berlebihan? Ya…tapi aku tak peduli! Aku akan buat perhitungan dengannya.‘Jem..kau harus siap! Mengerti?’ Perintahku kepada serigala sassy di dalam kepalaku.‘Aye…aye. Selalu siap. Kenapa tak sejak dulu kau berani seperti ini! Kalau saja sejak dulu kau adalah perempuan yang tegas…tak kan ada perempuan yang berani denganmu!’ Omelnya. Apa aku sudah bilang kalau ia pengatur?‘Dulu aku manusia biasa Jem! Bahkan dengan manusia biasa saja aku kalah saing, apa lagi dengan manusia serigala?!’‘Nope…itu trait bawaanmu…kau sejak awal memang terlalu lemah.’‘Whatever. Kau tahu ia ada dimana sekarang?’ Ta
Hari pertama kuliahku...terasa sangat luar biasa....aneh. Aku merasa sangat aneh...karena aku tergoda oleh kehadiran Andrew. Aku membayangkan semua hal erotis tentangnya di kelas tadi."Tidus! Kenapa kau ada di sini?!" Teriakku sedikit meninggi, aku masih belum pulih dari shock kehadiran mate-ku yang tiba-tiba muncul di dalam mobilku di hari pertama aku kuliah, dan yang paling parah....setelah aku lusting dengan Andrew. Rasa bersalahku semakin memuncak. Kenapa bisa aku memikirkan pria lain kalau aku sudah punya seorang partner hidup? Entahlah aku bingung menyebutnya. Terbesit semua pikiran liarku tadi di kelas ...yang membayangkan Andrew dengan semua kegilaan yang kami perbuat.Pria di depanku tersenyum kecil, "kenapa kau sangat kaget?" Ucapnya dengan nada santai.Aku sendiri tak paham. Kalau berdasarkan penjelasan Nadja, seorang soulmate...tingkat perselingkuhannya dengan orang lain..s
Aku sudah sangat terlambat untuk kuliah, aku baru sampai di apartemen Xander di hari ketiga setelah perkuliahan dimulai untuk semester baru. Aku masih unpacking dan Xander mengganti kartu simnya dengan kartu yang bisa beroperasi di kota ini. Ia sudah berjanji kepadaku, takkan menjadi orang yang keras kepala…dan memberikan kebebasan kepadaku, untuk bergaul.Ia sepertinya menelepon seseorang, aku sudah bisa menebak bahwa ia menelepon pihak kampus dan bertanya mengenai jadwalnya semester ini. Tapi kenapa tidak lewat email saja?Aku meletakkan pakaianku di dalam lemari, saat selesai kulihat Xander masih serius dengan teleponnya dan sesekali mencuri pandang kepadaku. Ada apa ini? Kenapa aku merasa khawatir dengan pandangannya? Aku duduk dan menghadap ke arahnya, aku memperhatikan semua gerakan tak penting yang ia lakukan, Xander sedang nerveous..ia menggaruk tengkuk..lalu memainkan kancing bajunya sambil sesekali melirikku. Ah..ini benar-benar hal