Bab 29
Terlihat kulit Laura kemerahan akibat cakaran Alice dan Alice sendiri sudah mengeluarkan darah dari ujung bibirnya.
'Plak' terdengar suara tamparan yang sangat kuat dari tangan David.
Anesia yang melihatnya langsung menutup mulutnya yang kaget hingga tak bisa berkata kata.
******
Alice melihat David merasa sangat kaget. Bagaimana tidak, kakaknya David menampar wanita dihadapannya dengan sangat kencang sampai wanita yang tak lain adalah Laura tersebut terhempas ke lantai dengan mengeluarkan darah di sudut bibirnya.
"Berani beraninya kamu menyentuhnya jalang!" David berkata dengan luapan emosinya yang membuat dadanya kembang kempis tak karuan. Bagaimana tidak, adiknya belum lama mengalami sebuah insiden yang hampir merenggut nyawanya dan Laura datang kemudian membuat adiknya terluka.
Alice kemudian langsung memeluk David untuk menenangkannya dan David langsung mengangkat dagu Alice untuk membersihkan darah dari sudut bibir
Quotes "semua mahluk, masing masing memiliki cinta dengan kadar seadanya yang telah ditanamkan kehati, hanya kita yang bisa menambah kadar itu dikala mencintai dengan ketulusan dan mengurangi kadar itu dengan kepalsuan." Jangan lupa tambahkan ke rak readers uwu, dan ikutin terus ceritanya:)
Bab 30 "Emm, aku sanagt senang bertemu dengan kalian semua. Rumah kamu dimana Anesia. Bukankah ini sudah malam? Apa kau belum mau pulang?" Anesia bngung ingin menjawab apa, sedari tadi dia memang sudah akan pulang tetapi selalu tertunda. 'Jangan harap kamu akan bahagia Anesia, aku akan menghancurkanmu dan hubunganmu dengan David, sehancur hancurnya karena kau berani merampas Davidku. Tunggu saja tanggal mainnya" batin Laura sambil tersenyum simpul. ***** David yang mendengar pertanyaan Laura tidak tinggal diam. David kembali menarik Anesia yang mulai menjauh tanpa mereka sadari agar menempel padanya, "Memangnya kenapa Laura? Kau tidak perlu khawatir keadaannya. An ku akan selalu aman jika berada disampingku. jika memang waktu sudah larut, itu bukanlah masalah, karena An ku sudah biasa menginap dirumah ini, karena rumahku adalah rumahnya juga," ucap David dengan senyuman khasnya untuk kembali memanas manasi Laura agar ia bisa menjauh da
Bab 31 'Anesia, jawablah pertanyaanku? Apa kau juga mencintaiku? Dan apakah kau mau menjadi ibu dari anak-anakku kelak?' Ucapan itu seperti terus berputar dalam kepala cantik Anesia, terngiang ngiang sampai membuat kepala Anesia rasanya mau pecah saat memikirkan kemustahilan itu yang tanpa disadarinya membuat guratan halus tergambar di dahinya yang menandakan bahwa ia sedang berpikir keras. Sejenak Anesia terlena dengan ucapan David dan hendak percaya dengan ucapannya. hatinya mulai tidak karuan rasanya, bagaimanapun dicintai seorang David adalah sesuatu. Namun Anesia belum menampakkan pada David bahwa ia sudah mulai terpengaruh dan mulai percaya akan ucapan yang dilontarkan David, walaupun jika memang benar, ia akan menolaknya saat itu juga, siapa juga yang mau menjadi teman hidup dari seseorang yang pernah ingin menghabisi nyawanya, bahkan bukan hanya ingin, tetapi sudah menghabisinya hanya saja ia memiliki sembilan nyawa seperti kucing yang m
Bab 32 Sebelumnya Felisia hanya merasa curiga pada sikap Anesia yang sedikit aneh,dimana terkadang ia pulang malam dengan alasan bertemu temannya. namun sekarang ia bukan hanya sekedar curiga tetapi memang kenyataannya Anesia telah merebut cintanya. Felisia menyaksikan semuanya dengan kemarahan, ia kemudian bergegas turun untuk menemui Anesia. setiap langkah yang ia lakukan,bagaikan api yang semakin lama semakin berkobar. Bahkan waktu rasanya juga berhenti saat melihat kemarahan Felisia. Saat ia telah berada di hadapan Anesia, wajah marah dan api dalam dirinya ia tekan dalam dalam. Ekspresinya tiba-tiba berubah 180 derajat dari wajah penuh kebencian menjadi penuh kasih sayang. Felisia memandang Anesia yang berada dihadapannya dengan senyuman manis yang palsu. Sedang dihadapannya Anesia terlihat gugup dan tingkahnya yang terlihat seperti menghindari Felisia juga tanpa sadar menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinganya, yang merupakan
Bab 33 Alice memandang dekorasi sederhana, yang telah ia buat dengan memerintah semua pelayan rumahnya dengan senyum merekah indah. Ada kepuasan sendiri baginya melihat dekorasi tesebut seperti apa yang diinginkannya. Tatanan makanan yang sempurna dengan banyak jenis makanan yang tersaji diatasnya. Juga ada minuman bersoda sebagai pengganti minuman keras yang sangat dibencinya. Tak lupa beberapa balon yang telah diisi udara dan dibiarkan tergeletak disetiap ujung ruangan secara bergerombol yang entah apa tujuannya mungkin hanya agar terlihat lebih ramai, saat dipandang. Mereka semua juga telah berkumpul diruangan itu atas perintah Alice termasuk kakaknya David juga beberapa pelayan yang juga ikut memeriahkan perayaan kecilnya itu, agar menjadi lebih ramai dan tak ketinggalan Laura, yang saat itu juga datang untuk bertemu dengan David, walau sempat beradu mulut dengannya yang tidak senang akan kehadiran Laura diacaranya yang istimewa, namun akh
Bab 34 Sesaat ingatan Anesia flasback, pada kejadian saat ia akan direnggut oleh sang malaikat maut, dimana David ingin menghabisinya. Tatapan itu!! tatapan datar dengan penuh amarah bagai berkobar di bola mata lelaki itu. Tatapan seperti itulah yang ia lihat saat ia akhirnya dibuang kesungai yang deras, dan saat ini ia melihatnya kembali dari mata yang sama, seorang David Edward, diiringi dengan senyum simpul yang menyiratkan banyak arti yang terlihat sangat menakutkan. Tanpa Anesia sadari, tangannya telah meremas pakaian yang dikenakannya dengan sangat kuat, dengan tangan sebelahnya berusaha melepas cengkraman David di dagunya. "Aku peringatkan padamu, aku tidak sedang meminta kepadamu. ini adalah sebuah perintah, yang tak bisa kau tolak, jika kau ingin hidupmu tetap aman sayang,"ucap David sambil menyelipkan anak rambut Anesia yang menutupi wajah cantiknya. David seketika menghempaskan wajah Anesia dari cengkraman tangannya, dan
Bab 35 Anesia mendongakkan kepalanya dan alangkah kagetnya ia ketika melihat seorang wanita dengan pakaian kantor yang sangat pas ditubuhnya. perpaduan warna hitam dan putih kulitnya membuat pakaian itu sanagat cocok untuknya, sedang berdiri sambil menatapnya. "Hah!" Anesia hanya bisa melongo. Saat itu juga Anesia menelan ludahnya, Seolah dia akan mengalami suatu yang buruk yang membuatnya harus siap dengn situasi itu. Ia mencengkram ponsel itu, ponsel yang ia jatuhkan beberapa detik yang lalu. Dihadapannya kini telah berdiri seorang wanita dengan tatapan tajamnya yang diarahkan untuk Anesia dan melipat kedua tangannya di dada. 'Apakah kakak melihatnya?' batin Anesia. Yah, saat ini yang berdiri dihadapannya adalah Felisia kakaknya. Bagaimana bisa Anesia tidak menyadari saat ia menjatuhkan dan mengambil ponsel itu. Memang wanita yang ceroboh. 'Ya Tuhan, pasti kakak melihatnya. Lihatlah tatapan marahnya.' "Hemmm, kamu yahh!_" sek
Bab 36 *** Alice menghela napasnya saat mendengar ucapan Alex yang secara jelas hanya ingin menolaknya. Kekecewaan dan rasa sedih terpancar jelas di wajahnya yang beberapa menit yang lalu menampilkan keceriaan. Ia telah bersusah payah untuk membuat Alex menyukainya, tetapi hasilnya tetap saja nihil. Sejenak Alex merasa kasihan. merasa sifatnya terlalu keras kepada Alice yang tetap ia tutupi dengan raut wajah datarnya. Tetapi Alice bukanlah wanita yang lemah. Ia adalah wanita kuat yang tak akan mudah menyerah dengan semudah itu. walau ia juga merasakan sakit hati, tetapi menurutnya itu belum seberapa dan itu akan terbayar lunas jika ia berhasil mendapatkan Alex dan itu membuat senyum Alice kembali merekah bak bunga matahari dipagi hari. "Emang kak Alex mau kemana? Aku tetap ikut yah!! Walau nggak keperusahaan nggak apa apa, asal bersama dengan Kak Alex aku selalu bahagia. "Lagian aku lagi bosan, nggak ada teman. Boleh yah? Nggak b
Bab 37 **** Pertempuran itu akhirnya berakhir dengan Alex yang menjadi penengah keduanya dan tentu saja ia pula yang harus menghadapi amukan kedua gadis itu. Tampilan Alex terlihat sangat berantakan dengan rambut acak acakan dan beberapa ada yang rontok terlihat dari rambutnya yang menempel di pakaiannya. 'Lebih mudah untukku menghadapi 10 preman sekaligus daripada menghadapi 2 orang wanita yang sedang bertengkar.' batin Alex. Alice memandang tangannya yang sejak tadi digenggam oleh Alex, ada rasa bahagia dihatinya karena Alex menengahi pertengkarannya dengan Laura si nenek lampir walau rambutnya acak acakan tak apalah, kalau ia bisa merasakan perhatian Alex yang seperti ini padanya. Rambutnya bahkan lebih kusut dari sapu ijuk. "Makasih yah." Langkah Alex tiba-tiba terhenti ketika mendengar ucapan Alice ia memandang Alice yang tersenyum padanya. Kemudian dia langsung melepaskan tangannya yang memegang Alice.