Bab 34
Sesaat ingatan Anesia flasback, pada kejadian saat ia akan direnggut oleh sang malaikat maut, dimana David ingin menghabisinya.
Tatapan itu!! tatapan datar dengan penuh amarah bagai berkobar di bola mata lelaki itu. Tatapan seperti itulah yang ia lihat saat ia akhirnya dibuang kesungai yang deras, dan saat ini ia melihatnya kembali dari mata yang sama, seorang David Edward, diiringi dengan senyum simpul yang menyiratkan banyak arti yang terlihat sangat menakutkan.
Tanpa Anesia sadari, tangannya telah meremas pakaian yang dikenakannya dengan sangat kuat, dengan tangan sebelahnya berusaha melepas cengkraman David di dagunya.
"Aku peringatkan padamu, aku tidak sedang meminta kepadamu. ini adalah sebuah perintah, yang tak bisa kau tolak, jika kau ingin hidupmu tetap aman sayang,"ucap David sambil menyelipkan anak rambut Anesia yang menutupi wajah cantiknya.
David seketika menghempaskan wajah Anesia dari cengkraman tangannya, dan
"Jangan menyerarah dengan keadaan tapi taklukan keadaan didalam genggamanmu." ~kurni naziha Jangan lupa vote dan coment yah readers uwu.
Bab 35 Anesia mendongakkan kepalanya dan alangkah kagetnya ia ketika melihat seorang wanita dengan pakaian kantor yang sangat pas ditubuhnya. perpaduan warna hitam dan putih kulitnya membuat pakaian itu sanagat cocok untuknya, sedang berdiri sambil menatapnya. "Hah!" Anesia hanya bisa melongo. Saat itu juga Anesia menelan ludahnya, Seolah dia akan mengalami suatu yang buruk yang membuatnya harus siap dengn situasi itu. Ia mencengkram ponsel itu, ponsel yang ia jatuhkan beberapa detik yang lalu. Dihadapannya kini telah berdiri seorang wanita dengan tatapan tajamnya yang diarahkan untuk Anesia dan melipat kedua tangannya di dada. 'Apakah kakak melihatnya?' batin Anesia. Yah, saat ini yang berdiri dihadapannya adalah Felisia kakaknya. Bagaimana bisa Anesia tidak menyadari saat ia menjatuhkan dan mengambil ponsel itu. Memang wanita yang ceroboh. 'Ya Tuhan, pasti kakak melihatnya. Lihatlah tatapan marahnya.' "Hemmm, kamu yahh!_" sek
Bab 36 *** Alice menghela napasnya saat mendengar ucapan Alex yang secara jelas hanya ingin menolaknya. Kekecewaan dan rasa sedih terpancar jelas di wajahnya yang beberapa menit yang lalu menampilkan keceriaan. Ia telah bersusah payah untuk membuat Alex menyukainya, tetapi hasilnya tetap saja nihil. Sejenak Alex merasa kasihan. merasa sifatnya terlalu keras kepada Alice yang tetap ia tutupi dengan raut wajah datarnya. Tetapi Alice bukanlah wanita yang lemah. Ia adalah wanita kuat yang tak akan mudah menyerah dengan semudah itu. walau ia juga merasakan sakit hati, tetapi menurutnya itu belum seberapa dan itu akan terbayar lunas jika ia berhasil mendapatkan Alex dan itu membuat senyum Alice kembali merekah bak bunga matahari dipagi hari. "Emang kak Alex mau kemana? Aku tetap ikut yah!! Walau nggak keperusahaan nggak apa apa, asal bersama dengan Kak Alex aku selalu bahagia. "Lagian aku lagi bosan, nggak ada teman. Boleh yah? Nggak b
Bab 37 **** Pertempuran itu akhirnya berakhir dengan Alex yang menjadi penengah keduanya dan tentu saja ia pula yang harus menghadapi amukan kedua gadis itu. Tampilan Alex terlihat sangat berantakan dengan rambut acak acakan dan beberapa ada yang rontok terlihat dari rambutnya yang menempel di pakaiannya. 'Lebih mudah untukku menghadapi 10 preman sekaligus daripada menghadapi 2 orang wanita yang sedang bertengkar.' batin Alex. Alice memandang tangannya yang sejak tadi digenggam oleh Alex, ada rasa bahagia dihatinya karena Alex menengahi pertengkarannya dengan Laura si nenek lampir walau rambutnya acak acakan tak apalah, kalau ia bisa merasakan perhatian Alex yang seperti ini padanya. Rambutnya bahkan lebih kusut dari sapu ijuk. "Makasih yah." Langkah Alex tiba-tiba terhenti ketika mendengar ucapan Alice ia memandang Alice yang tersenyum padanya. Kemudian dia langsung melepaskan tangannya yang memegang Alice.
Bab 38 **** "Ini semua salah kamu!" ucap Anesia dengan intonasi tinggi. Tatapan kemarahan dan bingung nampak dari wajah cantik itu, buliran bening yang mengalir diwajahnya sebagai pelengkapnya. "Apa yang harus aku lakukan? Hiks hiks hikss, pasti saat ini kak Felis sangat marah padaku. Ini semua salahmu David? Bicaralah!" Anesia mengcengkram kerah baju David yang sejak tadi hanya diam. "Apa yang loh lakuin! Emangnya gue harus ngelakuin apa!" David melepaskan cengkraman Anesia dengan kasar dan langsung mencengram dagu Anesia, "Jangan berani berani loh nyentuh gue, kalau gue nggak ngizinin loh. Loh itu bukan siapa-siapa gue." "Yahh, memang aku bukan siapa-siapa, lalu kenapa kau harus melibatkan aku dengan permasalahanmu hah! Jawab aku brengs*k." "Hahaha, permasalahan apa maksud loh? Ini semua kan karena loh sendiri, kenapa saat itu loh nggak langsung memberitahu semua kebenarannya, aku kan sudah menyuruhmu." "Jadi sekarang kau men
Bab 39 "Akhhhhh.... i hate you Anesia! damn it.. akhhh." Teriakan frustasi Laura terdengar menggema di dalam kamar mandi. Semua barang-barang yang ada di wastafel telah berantakan tak pada tempatnya lagi. Dilempar sana dan sini oleh Laura. Tangan Laura telah mencengkram rambutnya dengan kuat. Menariknya dan melampiaskan kekesalannya. "Aku akan membalasmu Anesia. Jangan pikir aku akan diam saja, lihat saja. David akan tetap menjadi milikku. Harta, jiwa dan raganya tak akan ada seorangpun yang dapat memilikinya selain aku." Laura terdiam dengan dada yang kembang kempis tak teratur. Terdengar samar kebisingan dari luar kamar mandi. Entah ada apa, namun itu dapat mengalihkan perhatian Laura yang sejak tadi diselimuti amarah. Ditambah lagi, sejak tadi ada yang terus mengetuk pintu itu, mungkin karena Laura terlalu lama didalam kamar mandi. "Akhh, sialan." Seketika senyum Laura terbit saat memandang kaca wastafel
Bab 40 ***** "Sebenarnya apa yang kau lakukan?" Anesia terduduk lesu sembari menundukkan kepalanya dan menumpahkan semua air mata. Kedua tangannya menutup wajah dan menyembunyikan air mata yang sudah luruh tak terbendung. "Kenapa kau membuat kakakku seperti itu? Mengapa kau makin merusak hubungan kami hikss hikss hikss, aku sungguh menyayanginya, selain Ibu, dialah salah satu yang paling aku sayangi." Anesia menengadahkan kepalanya menatap Netra kelam milik David. Seketika netra keduanya bertemu. David merasa ia telah berlebihan terhadap Anesia ketika melihat air mata itu dan rasa bersalah seketika hinggap walau hanya sedikit. "Ehmmm, memangnya apa yang saya lakuin, dia pantas menerima itu. Dia telah menginjak nginjak harga diri saya, bagaimana bisa saya biarin." "Harga diri?" Anesia langsung berhenti dari tangisnya dan mengusap air matanya dengan kasar. Ia langsung bangkit dari duduknya. "Ya. Bagaim
Bab 41 Setelah David meninggalkan perusahaan, Anesia juga melakukannya, ia sangat khawatir dengan kakaknya Felisia dan itu berakibat Alex harus kembali ke perusahaan untuk menghandle semuanya. Sesampainya ia di depan rumah. Raut khawatir semakin nampak jelas di wajahnya. Bagaimana tidak, Anesia mendengar suara Felisia yang terus berteriak dengan mengatakan ia sangat membenci Anesia. "Akhhh" "Aku membencimu Anesia." Tak ada tangis kepiluan yang terdengar, hanya amarah yang meledak ledak. Anesia melangkahkan kakinya, berjalan dengan perlahan, air mata mulai menetes di pelupuk matanya. 'Aku sangat bodoh, bagaimana bisa aku tidak berpikir sampai disini, lihatlah sekarang! Kak Felis harus menderita karenaku' batin Anesia menangis 'Kau bodoh! Sangat bodoh!" Retina Anesia memandang sekeliling dengan detail. setiap langkah yang diambil rasanya sangat menyayat, semua barang, dari ruang tamu sampai ke kamar telah hancur b
Bab 42 "Baik Tuan, aku akan membebaskannya." Sedikit saja Tuannya lambat, maka Felisia akan dihabisi oleh anak buahnya. "Brengs*k, lepasin gue, siapa yang nyuruh kalian! Apakah David yang nyuruh kalian? Jalang itu, pasti dia udah ngelaporin gue ke David. Ia kan? Jawab!!" Felisia terus saja berteriak. "Lepasin dia!" "Baik Tuan." "Kenapa, apa kalian takut membunuh gue? Dasar pengecut?" Setelah melepaskan Felisia, mereka langsung menghempaskannya tanpa mengantarnya untuk pulang. "Heyy, kemana kalian? Antar gue pulang brengsek, kalian yang bawa gue kemari, jadi kalian harus ngantar gue pulang." Tak ada yang menghiraukan ucapan Felisia. Mereka langsung pergi meninggalkan Felisia. "Ahhh, dasar bajingan, bangsat.aku akan balas dendam padamu Anesia.David Akan tetap menjadi milikku,"teriaknya. ***** Di Kediaman Edward Family. Alice terus saja monar mandir membuat Grandmanya merasa pusing.
Bab 75Alex menyandarkan badannya di bathub, berendam air hangat memang sangat merilekskan badan. Ia kembali berpikir, "Bagaimana yah keadaan Tuan David saat ini? Apakah aku harus turun tangan untuk membantunya? Tapi... ini masalah percintaannya sebaiknya dia memyelesaikannya sendiri? Yahh, kali ini aku tidak akan membantunya. Dia juga tidak meminta padaku, pasti dia gengsi. Dasar keras kepala, sama seperti adiknya." Alex kemudian langsung melemaskan badannya dan menenggelamkan seluruh badannya.~~~'Anesia, maafkan aku yang baru menyadari cintaku selama ini. Aku akan kembali merebutmu. Aku tidak rela kau menikah dengan lelaki itu. Kau hanya akan menjadi milikku atau tidak seorangpun yang boleh memilikimu,' batin David. Es kutub itu akhirnya meleleh.Mobil sedan keluaran terbaru itu melesat dengan kencang, menerjang angin yang menabrak.Dengan semangat berkobar, David mengendarainya. Dia tidak ingin terlambat. Dia harus menghentikan pernikahan itu, lalu
Bab 74Nuansa putih dan beberapa peralatan kesehatan nampak terlihat disekeliling gadis itu. Selang infus, masih menancap ditangannya dan terus mengeluarkan cairan, yang membuat gadis itu kembali bertahan dari mautnya.Tatapannya sungguh dalam, ia tersenyum getir."Hah, sangat lucu. Aku masih hidup! Aku bahkan telah membuat surat perpisahan pada semua orang. Aku sangat malu," ucapnya"Kenapa aku tidak mati! Siapa yang menyelamatkan aku? Apa kak Alex? Apa dia benar benar sepeduli itu padaku sampai mau menemuiku dan percaya ucapanku yang selalu menyusahkannya. Akhhh!" Alice menghentak hentak kakinya di tempat tidur."Nggak, nggak, pasti bukan dia. Pasti yang nyelametin aku kak David. Yah pasti kak David." Alice terus menggelengkan kepalanya. Seketika Alice terdiam dalam lamunan."Ponselku!" Alice teringat akan ponselnya. Ia ingin melihat chatnya pada Alex, apakah telah mendapatkan sebuah jawaban atau tidak.Ponsel telah ditangannya, ditatapnya layar itu den
Bab 73"Tidak, jangan berucap seperti itu Anesia! Jangan lupakan aku, aku juga mencintaimu!" tiba-tiba David datang dan berdiri tepat dibelakangnya. Mengenakan setelan jas dan membawa sebuket bunga mawar yang nampak indah ditangannya."David?" Seketika Anesia berbalik saat beberapa menit lalu memandang tubuh itu hanya melalui pantulan kaca."Apa yang kau lakukan disini? Hari ini aku akan menikah,"ucap Anesia bingung."Yah, kau akan menikah. Denganku! Bukan dengan yang lain," ucap tegas David."A_apa maksudmu?"gugup Anesia."Menikahlah denganku Anesia, aku mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu. Apa kau tahu? Beberapa hari ini bahkan aku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena memikirkanmu akan menjadi miilik orang lain. Aku tidak bisa! aku hampir gila Maka menikahlah denganku!" ucapnya sembari melangkah maju dan memberikkan buket itu untuk Anesia."Your grazy!!? aku akan menikah dengan Azka. Aku tidak bisa membatalkannya begitu saja." Anesia berbalik badan
Bab 72"Aku...."Anesia semakin gugup mendengar ucapan tegas Alex. Seketika Anesia menarik napasnya dalam. Dia tidak sanggup lagi memendam semuanya sendiri. Dia berbicara dengan lantang, "ya, aku mencintainya, sangat sangat mencintainya. Aku tidak tahu kapan aku mulai mencintainya, tapi sekarang cinta itu telah tumbuh dan bermekar dihatiku. Aku tahu, seharusnya aku tidak semestinya memiliki perasaan seperti ini pada seseorang yang bahkan mencoba membunuhku. Tapi, cinta ini benar benar rumit Azka, aku tidak mengerti."... aku ingin menghapus dia dan cintaku dari hati ini, tapi tidak bisa. Semakin aku mencoba melupakannya, cintaku malah semakin membesar padanya. Aku harus bagaimana melupakannya?aku bahkan sangat marah saat melihatnya bermesraan dengan empat gadis sekalipun. Aku benci itu. Rasanya aku ingin menyingkirkan tangan tangan nakal mereka dari David. Aku benar benar merasa cemburu Azka."... Sebentar lagi, aku bahkan akan menikah denganmu, tapi jiwaku masih mil
Bab 71"Dokter dokter! "teriak David prustasi.Grandma yang juga sangat khawatir, langsung bergegas keluar. Dia tidak sanggup melihat cucunya seperti itu. Bertaruh dengan nyawanya.Terlihat seorang dokter langsung masuk dan menangani adiknya Eliza. David kacau, dia tidak tahu harus melakukan apa lagi. Di hadapannya, terlihat adiknya terbaring lemah dengan layar monitor yang menampilkan garis lurus." kamu nggak boleh mati Al, Kakak nggak sanggup hidup tanpa kamu," batin David memohon.David memandang adiknya dengan kesedihan. dada gadis kecilnya naik dan turun seiring alat pemicu jantung itu menempel." Maafin Kakak Al, semua salah Kakak. Kakak tahu kamu melakukan ini karena kakak tidak lagi menghiraukan. kakak terlalu sibuk dengan dunia Kakak hingga Kakak lupa sama kamu. Hukumlah aku untuk semua ini Al, tapi, kau jangan pergi meninggalkanku. Aku tidak punya siapa-siapa lagi. Ayah, ibu, Alex, Anesia, mereka semua meninggalkanku. kau juga ingin meninggalkan ku
Bab 70Dalam kondisi seperti ini, Alex sangat bingung harus melakukan apa. Dadanya naik turun tak karuan. Pemandangan dihadapannya saat ini membuatnya kacau. Wanita itu, wanita yang biasanya merusuh padanya, tak pernah diam sedikitpun, kini terbaring lemah dihadapannya. Dia mencoba terus menekan dada Alice untuk membuatnya kembali bernafas. Tak ada hasil untuk itu. Tak ada pilihan. dia segera memberikan napas buatan untuk Alice agar gadis itu dapat kembali bernapas.Dari sudut mata Alex terlihat beberapa pelayan datang dan masih nampak kelimpungan. Mereka bingung, apa yang sedang terjadi?mengapa mereka bisa tertidur dan Ada apa dengan Nona rumah ini? Sampai mereka menyadari dan langsung pergi melaporkannya pada Nyonya yang tak lain adalah Grandma.Grandma yang dibangunkan secara paksa oleh salah satu pelayan, merasa sangat kaget. Dja langsung segera menemui Alice.Sedang Alex tetap berusaha mengembalikan nafas Alice hingga akhirnya berhasil, wanita itu kem
Bab 69'Mom, Dad, Grandma, kak David, kak Alex dan kak An terimakasih untuk semuanya. Aku sangat menyayangi kalian, kuharap kalian tidak akan merindukanku nantinya,' racau Alice dengan disusul bening putih membasahi pipinya.Pandangannya mulai mengabur. Sejak tadi dia terus memandangi ponselnya yang bergetar, dia tahu itu pasti dari Alex. 'Maaf kak, tapi aku tidak ingin bicara padamu disaat saat kematianku seperti ini, karena aku akan terdengar menyedihkan nantinya. Aku tidak menginginkan itu, aku ingin mati dengan keren,'ucapnya lemah dengan senyuman sedikit mengembang. Alice menutup matanya, merasakan darah yang terus mengalir dipergelangannya. Rasanya, tubuh itu mulai melemah bersamaan darahnya yang terus tumpah.'Bunuh diri ternyata tidak semenyeramkan seperti yang kubayangkan,' batin Alice.*****Di Tempat lain, seseorang mulai turun dari mobilnya. Dia sangat gelisah. Alice tidak menjawab panggilannya. Dia berlari. Melewati kerumunan oran
Bab 68*****Macet. Satu kata yang menggambarkan suasana jalan yang dilalui Alex saat ini. Kekalutan nampak jelas di wajahnya. Pesan yang dibacanya satu menit yang lalu membuatnya kacau. Dia tidak bisa memikirkan apapun. Ia hanya ingin segera sampai di tempat Alice dan menghentikan segala kebodohan yang hendak dilakukannya."Kumohon! Kumohon, ayolah! Berpihaklah padaku. Aku tidak bisa membiarkan gadis bodoh itu mati begitu saja. Akhhh." Alex sangat frustasi, bahkan sejak tadi dia terus menekan klakson mobilnya hingga beberapa pengendara lain menatap sinis dirinya. Dia tidak peduli.~Flashback"Tuan David, memang sudah gila. Hanya karena pusing memikirkan seorang gadis, dia sampai melibatkan orang lain. Aku bahkan harus mencari gadis-gadis sewaan untuk menenangkannya. Oh Tuhan, semoga aku tidak akan merasakan jatuh cinta sepertinya. Itu sangat merepotkan,"ucap Alex setelah menyelesaikan urusan pekerjaannya yang menumpuk karena kelalaian Tuannya yang mabuk aka
Bab 67Saat ini David ingin menenangkan diri. Ia ingin melupakan masalahnya dengan Anesia. maka itu dia meminta Alex untuk membawa beberapa gadis cantik sebagai peralihan pikirannya.Maka disinilah gadis-gadis itu, dihadapannya. dengan tampilan glamor dan make up yang tebal, dan jangan lupa pakaian yang seksi, entah apa yang mereka pikirkan. Apa mereka mengira David akan tergoda dengan mereka? Tidak, tidak sama sekali. Dia mengundang beberapa gadis itu untuk melampiaskan kemarahannya dan hanya sebagai pelayan saja. Tanpa boleh menyentuhnya sama sekali, karena ia sangat jijik dengan wanita seperti itu.Tiba- tiba seorang gadis mencoba memegang pundaknya. David yang merasa marah, seketika langsung mencengram tangan gadis itu kuat. Belum sempat dia mengatakan apapun, seseorang langsung masuk ke ruangannya yang tidak lain adalah Anesia. Anesia sangat kaget melihat pemandangan dihadapannya, 'Apa yang David lakukan dengan empat gadis ini? Dan itu apa? Kenapa David me