Pagi hari Devano sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumahnya Caramel. Tidak lupa Devano membawakan bunga mawar merah dan cokelat ke sukannya, dengan alasan agar Caramel tidak sedih lagi karena ulah kasarnya Anton.
Langsung saja Devano menancap gas mobilnya itu dengan kecepatan sedang. Saat ini Devano sudah tinggal bersama Jack yaitu di mansionnya dulu masa dia kecil.
Tidak lupa sebelum itu Devano berpamitan kepada Jack, dan Jack sudah pergi ke kantornya Devano dan Lauder. Bagaimanapun Jack juga mengerti soal bisnis karena sebelum dia menjadi criminal dia juga pernah mempunyai bisnis yang di sebut bisnis haram juga. Beda dengan sekarang, dia menjadi baik.
Akhirnya Devano sudah tiba di depan rumah Caramel, hari ini Devano meminta izin karena dia tidak masuk sekolah begitupun Caramel dia tidak sekolah.
Devano melihat Caramel sedang bersantai di pinggir kolam, terlihat di raut wajahnya Caramel menyimpan banyak masalah. Dengan begitu Devano langsung menemui
"Ah sudahlah, semoga dokter itu bukan ciri-ciri dari keluargaku." ucap Jack membuat Lauder bingung. "Ayah aku sudah memasuki kelas 3 SMA, sebentar lagi aku akan masuk universitas pilihanku sendiri." "Iya, selamat untumu. Aku bangga kepadamu, kamu bisa mandiri meski pamanmu sekarang sudah tidak bersamamu lagi. Dan terimakasih Jack sudah bersedia membantu anakku," "Tidak apa-apa, santai saja. Lagian aku juga menyayangi Devano, bahkan aku anggap dia anakku juga." "Terimakasih paman," ucap Devano. Akhirnya mereka berdua berpamitan untuk pulang ke mansionnya itu. Setiba di Mansion, Jack mendapatkan telepon dari Emillio. Emillio menyuruh Jack untuk pergi ke Italia, dengan berat hati Jack meninggalkan Devano sendirian. Devano awalnya ingin pergi ke Italia, ikut bersama Jack namun dia juga harus mengawasi kantornya itu. Dengan begitu besok pagi Jack sudah berangkat ke Italia, dan Devano sudah pergi ke kantornya untuk memeriksa semua data penghasilan dan memeriksa kehadiran para karyawann
Pagi hari di sekolah Bangsawan, sekolah yang megah dan mewah itu di gemparkan oleh seseorang yang begitu misterius. Melainkan dia adalah murid baru, yang kini dia kelas 3 SMA sama seperti Devano dan kawan-kawannya. Semua murid begitu heboh dan terus saja membicarakan sampai-sampai Devano menjadi penasaran, sifat Devano begitu teliti dan jika dia ingin tahu lebih dalam maka dia akan mencari tahunya sampai hasil yang dia dapatkan sudah cukup baginya. Devano melihat perempuan, murid baru itu bersama ibu-ibu. Masuk ke dalam ruangan kepala sekolah, kemungkinan besar untuk membicarakan soal kelasnya dia nanti. Bel masuk sudah berbunyi maka semua murid di wajibkan untuk masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Dengan rasa kecewa dan terpaksa mereka semua bubar dan pergi ke kelasnya, Devano juga pergi ke kelas untuk mematuhi aturan. Pada saat di kelas, Caramel datang dengan santainya. Lalu teman-temannya Caramel menghampiri Caramel mereka memberikan gosip barunya kepada Caramel, membuat Caram
"Bodoh sekali diri ini, mengapa aku mengatakan bahwa aku lebih mengenal Devano di banding Satria. Ah sudahlah semoga dia tidak mencurigaiku, semoga saja aku tidak satu kelas dengan Devano." ucap Clare dalam hatinya. Dengan begitu Satria kembali menemui Clare yang sedang duduk sendirian, lalu Satria berkata kepada Clare. "Pemahamanmu cepat sekali, sepertinya entah besok atau lusa kamu akan segera mendapatkan kelas." ucap Satria. "Semoga saja, dan ini semua berkat kamu jugakan sudah mengajariku." "Sudahlah lupakan," ucap Satria. Akhirnya mereka berdua pulang, Clare sudah di tunggu oleh sopir pribadinya. Terlihat bahwa Clare bukan orang biasa, namun penampilannya saja yang sederhana tidak beda dengan fasilitas yang dia pakai. Clare siswi cantik dan anggun dia memiliki tinggi badan 170 Cm. Warna rambut cokelat, itu begitu menawan dan paras yang begitu cantik dan menyejukan orang yang memandangnya. Tiba-tiba saja saat Satria akan pulang. Satria di hampiri oleh Anton dan kawan-kawannya
"Tuan.. Tuan.. Tuann. Anton di mana kamu berada?" suara salah satu pelayan. "Aishh! Mengapa Tuan Anton bisa tertidur di bathubnya itu. Astaga, jika aku membangunkannya aku takut dia tidak memakai pakaian. Harus bagaimana ini? Oh sudahlah aku berteriak saja. Tuan Antonn!!" Dengan suara yang nyaring Anton berkata. "YA!" "MAID! Mengapa kamu berteriak seperti itu." "Oh tuan maafkan aku! Aku kira tuan tidak memakai baju pada saat merendam di sama." "Ya sudah tidak apa-apa. Aku tertidur sudah lama berarti, sekarang sudah pukul 10.00 malam. Oh iya ada apa kamu menghampiriku?" "Tuan Besar menelepon, dia ingin berbicara denganmu!" "Baiklah, katakan kepada dia. 5 menit lagi aku akan ke sana, aku ganti dulu pakaian." "Baik." Maid itupun keluar, dan Anton langsung menyiram badannya itu lalu memakai handuk dan memakai baju yang kering. Dengan begitu badan Anton berasa ringan karena dia sudah berendam dengan cukup lama. Langsung saja Anton mengangkat teleponnya itu. "Ayah, ada apa? Apakah
Tujuan Anton berbohong kepada Caramel soal sepatu akan di berikan kepada saudaranya itu ialah, agar Caramel tidak memberitahukan bahwa Anton memiliki saudara perempuan. Karena jika satu persatu Devano mengetahui tentangnya maka rahasianya akan terbongkar. Maka dengan itu, Anton berbohong. Pada saat ini Anton sedang berada di posisi dilema, karena dia harus memilih diam atau melanjutkan perasaannya itu. Di sisi lain jika dia lebih dekat mendekati Caramel, sedikit-sedikit Caramel akan mengetahui tujuannya dia tinggal di Britania raya. Di sisi lain, jika dia diam. Dia tidak bisa membohongi isi hatinya kepada Caramel. Dia sangat nyaman sekali dengan Caramel, hanya saja Caramel mendekati Anton hanya untuk memanfaatkan saja. Saat ini Anton hanya berpura-pura saja tidak tahu saja, karena rasa sayangnya kepada Caramel. Dia sanggup menahan diri untuk orang yang dia sayangi, meski Caramel tidak bisa membalasnya. Setidaknya dia bisa lebih dekat dengannya, tidak masalah bagi dia. Meski dalam
Pagi hari Clare mendapatkan pesan bahwa dia sudah memiliki kelas sendiri. Yang berarti, dia sudah tidak akan dibimbing lagi oleh Satria. Kebetulan sekali Clare satu kelas dengan Satria, yang berarti dia juga akan satu kelas dengan Anton, dan Agnes. Agnes senang bisa berteman dengan Clare, begitu juga Clare senang bisa satu kelas dengan Agnes. Meski mereka berdua belum mengetahui bahwa mereka berdua sudah mengenal Devano. Dengan begitu Satria mengucapkan selamat kepada Clare, karena dia sudah mendapatkan kelas seperti murid-murid yang lainnya. Dengan senyum manisnya dia tersenyum dan berterimakasih kepada Satria. "Oh, ini anak baru itu. Ha ha ha!" ucap Anton "Oh ini, anak yang suka membuat onar? Ha ha ha," ucap Clare. "Jangan so cari perhatian kepada Devano lu, ha ha!" "Clare? Apakah kamu sudah mengenal Devano?" tanya Agnes. "Iya waktu itu dia menemuiku," "Ha ha ha, selamat ya kalian berdua sedang bersaing untuk mendapatkan hatinya Devano ha ha ha." ucap Anton sambil pergi denga
Di pagi hari. "Paman aku pergi dulu ke kantor." ucap Devano. "Devano, kamu sudah bangun ternyata sarapan dulu! Aku tidak mengizinkanmu jika kamu pergi tanpa sarapan." "Baik paman aku akan makan dahulu." Devano dan Jack sedang sarapan, di sana Jack menanyakan soal sekertarisnya itu. "Apakah temanmu yang akan menjadi sekertarismu akan datang hari ini?" "Sepertinya tidak paman, karena aku tidak tahu alamat rumah dia jadi aku tidak bisa menjemput dia." "Ohh ya baiklah, aku tidak bisa pergi ke kantor hari ini." Pada saat Devano tiba di kantornya, dia sudah dikejutkan oleh seseorang orang itu ialah Clare. "Clare? Ku kira kamu tidak akan datang kemari." "Kenapa? Perusahaan milik ayahmu ini sudah sangat terkenal sekali jadi aku juga sudah tahu ini perusahaanmu." "Oh baiklah, selamat ya kamu sekarang sudah bisa bergabung dengan kami semua. Sepertinya karyawanku menyukaimu lihatlah banyak sekali orang yang melihatmu, dan sekarang aku minta kalian semua kembali bekerja dan sebentar lagi
"Oh ya pelayan, aku pesan makanan yang tadi aku pesan." "Baik tuan, silahkan tunggu sebentar di meja Anda. Nanti saya akan antarkan ke sana," "Baik terimakasih." Anton pun pergi kembali ke tempat duduk dia dengan Caramel yang sedang memakan-makanannya itu. Anton memandang wajah Caramel dengan tulus, sedangkan Caramel tidak melirik kepada Anton. Dia hanya fokus menyantap makanannya itu saja, dengan begitu Caramel baru menyadarinya. "Anton, mengapa kamu memandangku seperti itu?" "Kamu manis seperti namamu, Caramel." "Semua orang selalu berkata itu," "Semua orang? Oh termasuk Devano?" "Kalo iya kenapa? Lagian kamu dan Devano lebih dulu Devano yang berkata seperti itu, karena dia lebih dulu mengenalku dan satu kelas pula." "Iya aku tahu." "Mengapa Agnes tidak bersamamu lagi?" "Buat apa? Dia juga sudah lama tidak denganku, aku juga tidak tahu kabar dia dan sudahlah lupakan. Saat ini hanya kamu yang sedang bersamaku. Dan yah, kamu berkata Devano lebih lama mengenalmu di banding de