Terlalu dini untuk percaya pada salah satu pihak. Tapi sudah jelas, di sini Jerry berdiri sebagai korban. Ada banyak hal yang masih ingin kutanyakan pada Tom, tapi pria menyebalkan ini malah membanting pintu dengan keras hingga membuat debu-debu di pintu berhamburan dan menempel pada jaket kulitku.
***
“Sial! Dasar pria perundung!” dengusku dengan kesal.
Well, aku cukup penasaran dengan pernyataan Tom tentang Janet. Dan penting bagiku untuk memastikan siapa yang berbohong di antara mereka. Jika terbukti bahwa Janet telah berbohong dan memanipulasi semua ini, maka sudah pasti aku tidak akan melanjutkan kasus yang merepotkan ini.
Beralih dari rumah reot milik Tom menuju rumah Janet. Tak jauh berbeda dengan lokasi rumah Tom yang cukup jauh dari kota. Tapi sudah pasti, rumah keluarga Thompson jauh lebih baik dari rumah Tom. Tapi aku terkejut karna kupikir rumah Janet sangat sederhana layaknya rumah seorang pekerja pabrik yang upahnya tidak seberapa.
Suasana peternakan kental terasa ketika memasuki pekarangan rumah Janet. Meski bukan peternakan besar, tapi keluarga Thompson punya cukup aset di sana. Itu terlihat dari sebuah traktor tua, mobil box kuno dan beberapa binatang ternak yang hasilnya cukup lumayan. Bahkan kulihat, Janet juga mempunyai kebun sayur di atas tanah yang luasnya lumayan.
Melihat semua itu aku pun berpikir, jika Jerry mempunyai aset yang kutafsir mampu untuk menunjang biaya hidup keluarganya. Untuk apa dia harus repot-repot bekerja dengan menjadi buruh di sebuah pabrik kayu? Bukankah itu tidak logis!
Janet keluar dari rumahnya dan segera menghampiriku yang masih duduk di dalam mobil. Aku tidak menyadari kedatangannya jika saja ia tidak mengetuk kaca mobilku. Dan ya, aku pun keluar dari mobil dan berusaha bersikap wajar pada Janet. Wajah Janet nampak begitu senang ketika ia tau bahwa aku datang. Bahkan tanpa basa-basi seperti biasanya, ia pun mulai bertanya tentang kasus hilangnya suaminya itu.
“Jadi, bagaimana Tuan Black? Apakah kau sudah mendapat kabar tentang suamiku?” tanya Janet.
“Um...apakah...kita bisa bicara di dalam rumah? Jika kau tidak keberatan tentunya,”
“Oh maafkan aku Tuan Black. Aku sampai tidak mepersilahkanmu untuk masuk ke dalam. Mari, silahkan masuk!”
Kami pun masuk ke rumah milik keluarga Thompson. Sederhana, tapi sangat terlihat nyaman dan juga terawat. Janet mempersilahkanku untuk masuk ke ruang tamu yang hanya memiliki dua kursi panjang dan satu meja kayu. Perabotan yang ada di sana pun tidak banyak, tapi sepertinya sebagian besar barang di sana adalah barang kuno dan antik
Menurutku, selera mereka cukup bagus. Bahkan aku sangat terkesan dengan sebuah alat pemutar piringan hitam dengan type model yang sangat langka. Jika dibandingkan dengan milikku, mesin pemutar piringan hitam milik Janet di bandrol dengan harga selangit di pasaran. Ya, karna benda ini selain antik tapi juga limited edition.
“Mau kuputarkan salah satu koleksi piringan hitam milik Jerry?” tanya Janet yang tiba-tiba muncul di belakangku seraya menyodorkan secangkir teh dan cokies yang aromanya sangat harum.
“Oh, maaf Nyonya Thompson aku tidak bermaksut lancang. Hanya saja aku juga mempunyai benda seperti ini, tapi...milikmu ini adalah benda langka dan premium,”
Janet tersenyum kemudian duduk di salah satu kursi kayu di ruang tamu seolah berusaha mengingat sebuah kenangan yang terhubung oleh mesin pemutar piringan hitam itu. Aku pun duduk di sampinganya dan ia pun mulai bercerita, “Mesin pemutar piringan hitam itu, Jerry membelinya ketika ulang tahun pernikahan kami yang pertama. Saat itu, dia langsung memutar sebuah lagu klasik yang sangat romantis dan mengajakku untuk berdansa. Ya...saat itu kami masih sangat muda dan penuh hasrat.”
“Wow! Sangat menarik. Apakah kalian menikah di usia yang sangat muda?” tanyaku ingin tau tentang latar belakang keluarga Thompson.
“Benar. Kami memutuskan untuk menikah ketika usia kami bahkan belum genap 20 tahun. Tapi, saat itu adalah hal yang wajar untuk menikah di usia muda karna belum banyak orang yang lebih mengejar karir dari pada keluarga,”
“Sepertinya, kau dan Jerry adalah pasangan yang sangat romantis. Tapi...setelah sekian lama kalian menikah, apakah itu tidak terasa membosankan? Maksutku, pada era ini kami bahkan berganti teman kencan setiap hari!”
Entah kenapa Janet malah menatap padaku seraya tersenyu penuh arti. Ia kemudian memegang tanganku kemudian berkata, “Tidak jika kau sudah menemukan belahan jiwamu.”
Seketika aku pun tertawa karna mendengar ucapan Janet. Astaga! Roman picisan sudah lama punah dari dunia ini. Apalagi untukku, bayangkan saja! Aku bahkan tidak bisa menghitung berapa wanita yang sudah kukencani sampai detik ini.
“Yang benar saja! Teori itu mungkin berhasil pada zamanmu, Nyonya Thompson. Tapi itu tidak berlaku lagi untuk era ini!” argumenku pada Janet.
“Manusia diciptakan dengan sebuah hati di dalamnya. Karna itu, apapun yang terjadi hati pasti akan selalu mencari cinta sejati. Hanya saja...manusia sering mengingkari hati nuraninya sendiri dan lari untuk menjauhi cinta,”
“Jika kau merasa bahwa Tuan Thompson adalah cinta dan belahan jiwamu, kenapa Tuan Tom mengatakan bahwa kau dan suamimu sering terlibat pertengkaran?” tanyaku menyelidik.
Kali ini, Janet terdiam dengan tatapan yang nanar. Ia tidak membenarkan atupun menyangkal ucapan Tom yang menyudutkan dirinya. Cukup lama Janet bungkam hingga akhirnya ia menghela nafas kemudian berkata, “Ya, apa yang dikatakan oleh Tom memang tidak salah. Kami memang saling mencintai, tapi bukan berarti kehidupan tidak akan diwarnai pertengkaran. Bukankah semua itu adalah sesuatu yang wajar terjadi pada setiap pasangan?”
“Maafkan aku Nyonya Thompson, sebenarnya tadi aku menemui Tom tanpa sepengetahuanmu. Dan...sepertinya, hubungan kalian tidak berjalan dengan baik. Apa itu benar?” tanyaku lagi.
Entah kenapa lagi-lagi Janet kembali tersenyum getir. Janet kemudian beranjak dari duduknya dan berdiri di depan sebuah jendela seraya menatap ke arah kebun miliknya. “Dulu hubungan kami lebih dari sekedar baik. Seperti yang kukatakan suamiku dan Tom adalah sahabat sejak mereka kecil. Saat itu usiaku baru 10 tahun ketika orang tuaku membawaku pindah ke kota ini. Sebenarnya Tom lah yang pertama kali mengenalku, sampai akhirnya ia mengenalkanku pada Jerry...
Kami bertiga tumbuh bersama dan menjadi sangat dekat satu sama lain. Hingga ketika suatu hari, Tom mengatakan padaku bahwa ia mencintaiku. Saat itu kami baru berusia 17 tahun, dan Tom tidak tau jika aku dan Jerry bahkan sudah menjalin hubungan sejak beberapa tahun sebelumnya. Ya...aku tidak bisa membalas cinta Tom karna aku sangat mencintai Jerry dan kami bahkan akan menikah.
Tom sangat kecewa dan sejak itu dia marah padaku dan juga Jerry. Meski begitu, bagi kami Tom tetaplah sahabat kami walau apapun yang terjadi. Hanya karna kecewa pada kami, Tom menjalani hidupnya dengan buruk. Ia jadi pemabuk dan hanya mengurung diri di rumah. Berkali-kali kami menwari Tom untuk mengelola peternakan kecil ini bersama, tapi ia selalu menolak dan memilih hidup luntang lantung tanpa tujuan...” ungkap Janet padaku.
Tom sangat kecewa dan sejak itu dia marah padaku dan juga Jerry. Meski begitu, bagi kami Tom tetaplah sahabat kami walau apapun yang terjadi. Hanya karna kecewa pada kami, Tom menjalani hidupnya dengan buruk. Ia jadi pemabuk dan hanya mengurung diri di rumah. Berkali-kali kami menwari Tom untuk mengelola peternakan kecil ini bersama, tapi ia selalu menolak dan memilih hidup luntang lantung tanpa tujuan...” ungkap Janet padaku.***Sebenarnya, belum tentu semua yang telah diungkapkan oleh Janet bukanlah kebohongan. Tapi entah kenapa aku merasa bahwa Janet berkata jujur. Bukan karna aku mudah luluh, tapi sorot mata Janet menggambarkan kebenaran dari ucapannya.Dan menurutku, Tom juga tidak mengatakan kebohongan meski ia mencoba menutupi sesuatu. Aku pun kembali ke rumah dengan penuh rentetan pertanyaan di kepalaku. Baru saja kulangkahkan kakiku menuju ruang tamu, nampak Calvin sedang duduk di sofa dan menatapku dengan wajahnya yang selalu menyebalkan.
“Ya...tapi seharusnya itu ditangani oleh Negara ‘kan? Kenapa kau mengatakan ini padaku?”“Karna kudengar, kau sedang menangani sebuah kasus yang menurutku berhubungan dengan pria kesayangan kita ini,” ungkap Albert.***Ucapan Albert semakin membuatku bingung dan tidak mengerti. Bagaimana bisa kasusku berhubungan dengan buronan Emyrat? Bahkan secara teknis aku tidak sedang menangani kasus.“Omong kosong apa ini? Katakan saja dengan jelas dan jangan bertele-tele!” kataku dengan sedikit kesal.“Pria yang kau temui tadi pagi, dia bekerja di sebuah pabrik kayu yang baru berdiri beberapa bulan. Kuat dugaan bahwa pabrik kayu itu adalah milik si pria buronan. Well, mungkin istilah ‘Sambil menyelam minum air’ akan tepat untukmu,”Wow! Mengejutkan juga. Aku tidak menduga bahwa niatku yang semula hanya ingin membantu Janet, ternyata berbuntut sampai tidak kriminal internasional. Tapi en
Ia memasang nama yang berbeda pada setiap akun yang ia miliki. Bahkan akun bank pun memiliki nama yang berbeda-beda. Dan aku sama sekali idak terkejut, jika jumlah uang dalam setiap rekening jumlahnya sangat fantastis.***Dan dari data yang berhasil kuretas, ternyata pabrik kayu itu bukanlah satu-satunya perusahaan yang ia dirikan di London. Dan Albert benar, beberapa perusahaan bahkan sudah beridiri di London selama 10 tahun terakhir.Pertanyaannya, kenapa nama Jerry Thompson ada dalam daftar investor yang ditanam untuk pabrik kayu? Dan ini sungguh di luar dugaanku. Aku tidak menyangka jika ternyata Jerry terlibat cukup jauh dengan perusahaan itu.Bahkan jika dipikir, seorang Jerry Thompson yang sangat sederhana dengan peternakan kecilnya. Ternyata memiliki saham sebesar 50 persen, yang artinya ia memiliki uang yang sangat banyak. Ya...lagi-lagi fakta mencengangkan tentang keluarga Thompson.Kuputuskan untuk kembali menemui Janet dan memastikan t
Kalau saja aku tau akan pergi ke hutan sejak awal. Maka suadah pasti aku akan memakai sepatu boot. Bukan apa-apa, tumpukkan salju di hutan sangat tebal dan menyulitkan langkah kami.***Di tengah dinginnya udara dan tumpukkan salju. Kami berusaha untuk mencari dan menemukan sesuatu yang entah apa itu. Mungkin ini terlihat bodoh dan konyol. Tanpa tau apa yang kami cari, kami nekat menerobos hutan di saat salju sedang turun dengan lebat.Konyolnya lagi, bahkan sudah hampir satu jam kami mengitari hutan sekitar pabrik kayu. Tapi kami tidak juga menemukan sesuatu atau apapun yang terlihat mencurigakan. Dan yang sebenarnya, aku sangat khawatir dengan wanita tua keras kepala ini.Jelas-jelas sekarang ini dia sangat kedinginan. Tapi tetap saja ia menolak ketika kuminta untuk masuk dan menunggu di dalam mobil saja. Hampir putus asa dan aku bahkan berencana akan kembali dan melanjutkan pencarian esok hari. Aku benar-benar tidak sanggup lagi melihat Janet yang sebe
Karna terus memikirkan Janet, tanpa sadar ternyata kulajukan mobilku menuju rumah Gwen. Aku tidak mengerti kenapa aku bisa menuju pada Gwen? Entahlah. Mungkin saja, dengan bersamanya akan sedikit meredakan rasa sesak di hatiku.***Sebenarnya, setiap kali menyelesaikan kasus sering kali kuhabiskan waktu di rumah Gwen. Bukan karna karna ingin ditemani olehnya, tapi karna semua berkas-berkas yang kubutuhkan ada di sana. Tapi kali ini, sebenarnya aku bahkan tidak membutuhkan berkas apapun...Entahlah. Aku sama sekali tidak mengerti kenapa aku mulai menjadi emosional seperti ini. Bahkan ini adalah pertama kalinya perasaanku ikut bermain.Gwen nampak sedikit heran ketika melihat kedatanganku dengan wajah kusut dan sedikit galau. Tapi Gwen selalu tau apa yang kurasakan meski aku tidak mengatakan apapun padanya. Kusandarkan diriku pada sofa di ruang tamu dan berusaha untuk kembali menetralkan perasaanku.Tapi ternyata semua itu tidak mudah. Ekspresi histe
Bagus! Gwen memang selalu bisa kuandalkan. Kulajukan mobilku menyusuri jalanan London yang cukup licin akibat salju yang turun semalam. Dan sesampainya di sana, Albert pun segera menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat padaku.***“Apa ini?” tanyaku dengan bingung.“Buka saja!” jawab Albert dengan singkat.Amplop itu pun kubuka dengan cepat kemudian kutumpahkan semua isi di dalamnya di atas meja kerja Albert. Dan ternyata, isi dari amplop itu adalah beberapa dokumen bukti dari hasil otopsi jenazah Jerry.Dari hasil otopsi yang dilakukan oleh tim forensik menyatakan, Jerry telah meninggal 5 hari yang lalu. Dan itu artinya, hari ketika pertama kali Janet datang padaku untuk mencari suaminya. Pada saat itu Jerry memang sudah meninggal.Laporan otopsi itu juga menyatakan bahwa penyebab dari kematian Jerry adalah akibat jeratan di leher yang membuatnya tercekik. Dan itu bisa kulihat dengan sangat jelas dari foto yang men
Kami pun duduk di sudut kedai sembari menunggu Frank meracik kopi untuk kami. Dan tiba-tiba Gwen bertanya, “Aku cukup terkejut kau mau datang di acara pemakaman Tuan Thompson. Kenapa kau lakukan itu?”***“Apa maksudmu? Kenapa kau bertanya pertanyaan aneh seperti itu?”“Tentu saja tidak! Sejak aku mengenalmu, tidak pernah sekalipun kau datang di sebuah acara pemakaman. Kau bahkan selalu punya banyak alasan!” ucap Gwen.Wajar saja jika Gwen bertanya seperti itu. Bahkan aku sendiri merasa sangat aneh. Dan bagaimana bisa kujelaskan semuanya pada Gwen.“Kau tau? Jika saja kau tidak terus bertanya maka aku tidak akan mengatakannya. Ini sangat...sangat menyakitkan...”“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti,” desak Gwen.“Well, 20 tahun yang lalu dan saat itu usiaku baru menginjak 10 tahun. Tapi di saat itulah aku kehilangan semua dalam hidupku. Kedua orangtuaku mengalami kecelakaa
Penjahat itu membuatku sangat geram dan akan kupastikan dia harus membayar untuk semua ini. Seolah mendapat kekuatan berlipat, kucengkeram leher pria yang membuat wajahku menjadi memar. Kutinju wajahnya dengan membabi buta dan kurasa aku telah mematahkan tulang hidungnya.***Tapi mereka bukanlah penjahat kelas teri. Satu berhasil kulumpuhkan dan yang dua kini menodongkan pistol padaku. Okay, kali ini mereka menang lagi dan berhasil membuatku tak bergerak.Dengan pistol di tangan, kedua penjahat yang tersisa berusaha untuk semakin mendekat padaku. Dan ketika mereka semakin dekat padaku, tiba-tiba saja Gwen melemparkan sepatu high hells nya dan tepat mengenai kepala salah satu dari mereka.Kabar baiknya, kedua penjahat itu akhirnya berpaling pada Gwen. Artinya kini kesempatan untukku membalikkan serangan. Secepat kilat kulepas jaket kulitku dan dengan gesit kulilitkan pada tangan salah satu dari mereka dan memelintir ke belakang tubuhnya.Dengan beg
Aku tidak tahan melihat itu. Maka kubuat satu tanda merah di lehernya, tapi nyatanya memberi satu tanda pada Gwen tidaklah cukup. Akhirnya kini hampir seluruh leher dan dada Gwen dipenuhi dengan tanda kepemilikkan dariku.***Hingga akhirnya, aksi panas di atas ranjang pun terjadi pada malam pertama pernikahanku dan Gwen. Kupikir hanya aku saja yang terlalu bersemangat untuk ini, tapi nyatanya Gwen pun sangat luar biasa di atas ranjang.Tak kusangka rupanya Istriku sangat luar biasa dan panas. Astaga! Bahkan di luar ekspektasi kami pun terus bercinta sampai berkali-kali dalam semalam. Aku bahkan sudah lupa berapa ronde kami lakukan. Tak ayal hal itu akhirnya membuat kami kelelahan.Hingga akhirnya ramainya kicauan burung mulai membangunkanku. Entah sudah berapa lama aku tidur, yang pasti sampai aku bangun pun Gwen masih terlelap di sampingku. Tidak biasanya ia bangun lebih siang dariku. Biasanya Gwen selalu bangun pagi karna ia suka menyiapkan sarapan.
“Untuk apa harus menunggu selama itu? Apa kau tau, Sayang? Diberi kesempatan sekali lagi untuk hidup dan bersama, adalah hal yang tidak boleh disia-siakan. Jadi, ayo kita menikah!”***“Ta-tapi...ada apa denganmu? Kenapa mendadak kau ingin kita menikah dengan cepat?” kata Gwen bingung.“Sudah kubilang untuk memenuhi janjiku padamu. Lagipula apa yang kau tunggu? Bagaimana kalau sebelum kita sempat menikah ternyata aku atau kau lebih dulu meninggal?! Kau mau seperti itu?!”Aku tau aku sedikit memaksa. Tapi tidak ada cara lain karna bahkan Gwen juga lupa kalau dulu dialah membuatku berjanji untuk segera menikahinya. Tapi dari apa yang kukatakan pada Gwen, sepertinya ia pun mulai berpikir. Hingga akhirnya ia berkata, “Baiklah. Aku setuju untuk menikah. Tapi kau janji tidak akan ada yang berubah bukan?”“Tentu saja ada yang berubah. Kita tidak akan lagi hanya berdua, karna akan ada anak-anak kita buk
Aku pun berpaling ke belakang dan lagi-lagi aku kembali dikejutkan dengan apa yang kulihat. Aku bahkan tidak percaya dengan semua ini. Aku bahkan berpikir mungkin benturan itu membuat kepalaku cidera dan aku mulai gila!***Bagaimana semua ini adalah nyata? Bagaimana bisa aku melihat diriku sendiri? Berdiri di hadapanku dan menatapku dengan sorot mata yang tajam. Tidak! Semua ini pasti hanyalah sebuah mimpi. Tapi...kenapa meski sudah berkali-kali kugosok mataku dan menampar pipiku sendiri, sosok yang mirip sepertiku itu tetap saja ada?Malahan, kini ia mulai melangkahkan kakinya dan berjalan mendekatiku. Bersama dengan itu, aku pun melangkahkan kakiku mundur semakin menjauh darinya. Bukannya aku takut padanya. Tapi aku takut pada diriku sendiri.Hingga akhirnya kulihat liontin Naga yang tergantung di leher pria yang wajahnya sama denganku itu. Aku pun mulai berpikir, apakah mungkin dia adalah Panglima Dragori? Tapi...kenapa wajahnya mirip sepertiku?
“Benarkah? Kalau begitu mari kita duel satu lawan satu! Dan kita lihat siapa pecundang di antara kita!”***Seperti yang kuduga, akhirnya Edi pun semakin kesal. Ia pun akhirnya meletakkan senapan yang ia bawa dan ia berkata, “Baiklah, kuterima tantanganmu! Tapi tidak akan seru kalau tidak ada hadiahnya!”“Begitu? Apa yang kau inginkan? Setumpuk mayat untuk membuat parfum?”Edi pun mnyeringai dan dengan wajah dingin ia berkata, “Aku bisa mendapatkan mayat dengan sangat mudah. Yang kuinginkan adalah Nona Gwen Gringer. Kalau aku menang dalam duel ini, maka Gwen akan menjadi milikku dan aku bebas melakukan apapun padanya!”Dasar brengsek! Bisa-bisanya dalam keadaan seperti ini ia mengambil kesempatan. Tapi kalau aku sampai menolak, maka artinya aku mengakui kalah sebelum bertarung. Dan sudah pasti aku tidak akan sudi harga diriku direndahkan manusia seperti dia.Tidak ada pilihan. Akhinya kusetujui
Sementara itu, diam-diam aku pun membuka lantai kayu yang ternyata adalah sebuah pintu menuju tempat lain di dalam rumah itu.***Kubuka dengan perlahan lantai kayu itu dan kucoba mengamati sekitar ruangan bawah tanah yang tersembunyi di bawah sana. Rupanya tidak ada siapapun di sana. Aku pun mulai menuruni tangga kayu yang merupakan akses untuk menuju ruangan bawah tanah itu.Seperti sebelumnya, tidak ada siapapun di ruangan bawah tanah. Meski begitu, tetap saja aku harus bersiaga dengan menodongkan pistol ke depan.Kulangkahkan kakiku menyusuri setiap sudut ruangan. Dan aku baru sadar, ternyata ruangan bawah tanah itu dilapisi oleh lapisan kedap suara. Pantas saja tidak terdengar apapun dari luar meski Edi mungkin telah banyak melakukan tindakan melanggar hukum di rumah ini.Masih tidak kutemukan keberadaan Edi dan juga Gwen. Dan itu membuatku semakin frustasi. Aku sangat takut kalau Edi membawa Gwen pergi dan ia melakukan hal yang buruk pada Gwe
Melihat Gwen yang mulai berteriak itu, tak membuat Edi menjadi panik. Ia bahkan kembali terbahak dan semakinmenjadi-jadi layaknya orang gila. Lalu ia mendekatkan wajahnya pada Gwen dan berkata, “Percuma saja kau berteriak. Ruangan ini kedap saura, jadi si bodoh itu tidak akan bisa menemukan kita....”****Draco Pov*Kulajukkan mobilku dengan kecepatan sangat tinggi sembari berusaha menghubungi ponsel Gwen. Tapi bahkan sudah lebih dari lima puluh kali kucoba, tetap saja Gwen tidak menjawab panggilan telpon dariku.Tentu saja hal itu semakin membuatku panik dan khawatir. Hingga akhirnya ponselku tiba-tiba berdering dan kupikir itu adalah Gwen. Tapi sayangnya aku salah. Ternyata itu adalah panggilan dari Edi Tomb yang bahkan sedang kami buru.Segera saja kusambar ponsel yang tadinya kuletakkan di kursi mobil dan kuangkat panggilan telpon itu. “Hallo, Tuan Black! Kau senang mendengar suaraku? Atau mungkin kau ingin mendengar suara yan
Benar saja, anak-anak nakal itu mulai menyeringai melihat kehadiran Gwen di sana. Sementara itu, Gwen pun mulai menelan salivanya dan ia merasa kakinya mulai bergetar.***Benar saja. Kawanan remaja liar itu pun mulai mendekati Gwen. Bahkan kini kondisi Gwen layaknya seekor domba yang terjebak di hadapan kawanan serigala lapar. Tapi Gwen tidak sebodoh itu. tentu saja sejak awal ia sudah menyiapkan alat-alat yang beguna untuk melindungi diri.Diam-diam ia mulai merogoh ke dalam saku celananya dan mengambil sebuah botol semprotan merica. Gwen mulai memasang ancang-ancang untuk melindungi dirinya kalau nantinya anak-anak nakal itu mulai mengganggunya.Seorang remaja laki-laki bertubuh kurus dengan rambut hitam yang berantakkan mulai mendekat pada Gwen dan ia berkata, “Apa kau tersesat, Nyonya? Kurasa kau bukan penduduk di wilayah ini?”Dan pemuda lainnya menimpali, “Wow! Kurasa kami bisa mengantarmu pulang, tapi dengan sedikit upah t
Kalau begitu, kecurigaanku pada Edi ternyata salah. Kalau bukan Edi, lalu siapa sosok berjubah hitam yang telah mencuri mayat-mayat selama ini?***Tanpa membuang banyak waktu aku pun segera menuju pemakaman seperti yang dikatakan oleh Albert. Sejujurnya aku sangat penasaran dengan sosok berjubah hitam itu. kalau memang bukan Edi, lalu siapa orang itu?Dengan kecepatan tinggi akhirnya aku pun sampai di pemakaman kurang dari sepuluh menit. Albert dan sekitar sepuluh orang Polisi ternyata sudah mengintai di sana ketika aku datang. Albert memberi isyarat padaku untuk mendekat ketika melihatku datang.Aku pun segera bergabung bersama Albert dan seperti instruksi yang diberikan Albert aku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Ya, karna terakhir kali aku kehilangan sosok berjubah hitam itu bahkan membuatku berkubang dengan lumpur.Dengan aba-aba dari Albert, kami pun mendekat pada sosok berjubah hitam yang sedang berada di sebuah makam dengan perlahan
Sontak Edi pun mulai beraksi dengan ucapan Gwen. ia memang tidak mengatakan apapun, tapi jelas kalau wajahnya kini terlihat cemas dan ia mulai menjadi tegang. ***Bahkan cukup lama ia terdiam hingga akhirnya, Gwen pun kembali berkata, “Tuan Tomb? Bagaimana?”“Oh...yah. A-apakah harus di rumah? M-maksudku...mungkin kita bisa wawancara di tempat lain?”“Masalahnya, aku bisa sekalian mengambil gambar tentang proses pembuatan produkmu,”Sebenarnya Edi merasa sangat enggan jika Gwen masuk ke dalam rumahnya. Tapi ia juga tidak punya alasan untuk menolak Gwen masuk ke dalam rumahnya. Akhirnya, dengan terpaksa Edi pun membiarkan Gwen masuk ke dalam rumahnya.Benar saja, baru sampai di depan gang. Gwen mulai mencium aroma aneh seperti yang dikatakan oleh Draco. Antara bau busuk, anyir tapi juga wangi yang aneh. Mendadak bulu kuduknya pun mulai merinding. Entah kenapa ia merasa suasana di sana mulai terasa me