Aku tidak tahan terus menatapnya dari ruang tamu. Aku pun mendekat dan menghampirinya, lalu perlahan...kusibakkan rambut panjangnya sehingga punggungnya yang terbuka itu pun terekspos. Dengan lembut kusentuh punggungnya dan mulai mencium leher Gwen yang jenjang dan mulus. Ia terdiam dan tidak bereaksi apapun terhadap apa yang kulakukan. Hingga akhirnya, Gwen berbalik dan ia mendorongku untuk menjauh darinya.
***
“Jangan coba melakukan ini padaku! Apa para jalang itu tidak cukup untuk memuaskanmu? Dan asal kau tau, aku tidak mau terluka karnamu!” ucap Gwen kemudian berpaling dan meninggalkanku sendiri di dapur.
Sangat mengesalkan! Ya, selama ini bahkan belum ada satu wanita pun yang sanggup menolak diriku. Tapi hal ini selalu terjadi berulang kali antara aku dan Gwen. Aku tidak tau apa yang terjadi padaku, selama ini bagiku wanita adalah bagian dari kenikmatan dunia yang sayang jika dilewatkan.
Tapi Gwen...entahlah. Bagiku dia adalah wanita yang sangat berbeda. Tapi...tidak! Aku berusaha untuk tidak terlalu bermain hati dengannya walau kenyataannya Gwen selalu berhasil menarik perhatianku.
Ah, lupakan itu. Kembali fokus pada kasus hilangnya Jerry Thompson, aku pun melangkahkan kakiku menuju ruang tamu dan duduk di samping Gwen yang sedang mempersiapkan dokumen-dokumen di laptop. Dan sepertinya kini ia telah selesai dengan tugasnya, dan dengan datar ia berkata, “Apa yang akan kau lakukan sekarang?”
“Jika dilihat dari apa yang dituliskan oleh Jerry di buku diary, sepertinya aku akan pergi menemui Tom,”
“Apa kau akan menggunakan dokumen untuk penyelidikan?” tanya Gwen yang masih menatap pada layar laptop.
“Tidak, aku hanya ingin melihat seperti apa sahabat Jerry itu. Dan aku tidak ingin terlihat kaku dan formal,” kataku.
Setelah semua dokumen yang kubutuhkan beres, aku pun bergeas pergi untuk menemui Tom. Kutenggak habis secangkir kopi yang Gwen buat untukku kemudian beranjak dari sofa. Namun langkahku terhenti ketika hampir sampai di depan pintu rumah Gwen.
Aku kembali teringat ketika tadi pagi kutemukan dia bersama para predator. Aku tau, alasan dari kegilaannya pagi ini tidak lain adalah karna aku. Maka aku pun berbalik pada Gwen dan berkata, “Kuharap kau tidak akan lagi bertingkah seperti pagi ini. Ya...kau tau? Itu tidak cocok denganmu!”
Tapi Gwen hanya melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan yang dingin dan datar. Aku pun keluar dari rumah Gwen dengan senyum yang menurutku sendiri sangat aneh. Astaga! Aku tidak percaya kalau aku melakukan hal ini pada Gwen.
Lupakan tentang diriku dan juga Gwen. Aku berusaha kembali fokus dan melajukan mobilku ke sebuah alamat yang Janet berikan padaku. Ya, alamat rumah Tom tentunya. Sebenarnya tadi aku berjanji pada Janet akan menghubunginya, tapi aku tidak sabar dan ingin sgera menyelesaikan kasus ini dengan secepat mungkin.
Bukan karna bayaran, tapi sebenarnya beberapa minggu ini adalah waktu istirahat untukku sebelum akhirnya tiba rentetan jadwal kerjaku. Dan...aku sedikit terkejut. Alamat yang diberikan Janet ternyata semakin mengarah ke wilayah perbatasan kota London yang latar belakangnya adalah hutan.
Bahkan bisa dibilang, tempat ini sangat sepi dan tidak ada penduduk yang tinggal di sini. Tapi tunggu! Di kejauhan nampak sebuah rumah yang terletak di tepi hutan. Sebuah rumah kayu sederhana yang menurutku sangat reot dan juga bobrok.
Tidak ada apapun di sana selain kapak pembelah kayu yang masih menancap pada sebuah kayu. Meski tidak yakin jika rumah kayu itu berpenghuni, tidak ada salahnya untuk mencari tau dan mendekat ke sana.
Oh astaga! Ternyata pemandangan semakin buruk ketika aku turun dari mobil dan menapakkan kakiku di tempat itu. Bagaimana tidak, halaman rumah itu penuh dengan sampah dan juga botol wisky yang berserakan. Bahkan semakin buruk lagi dengan aroma busuk khas sampah yang sangat memuakkan.
Kuabaikan semua pemandangan yang menjijikkan itu dan melangkah masuk ke dalam rumah kayu reot itu. Saking reotnya sampai-sampai lantainya mengeluarkan suara berdencit ketika kuinjak. Aku mengernyitkan dahi dan berpikir mungkin Janet salah memberikan alamat padaku. Karna dari penampakkan rumah yang sangat berdebu dan dipenuhi sarang laba-laba ini, mustahil jika ada orang yang tinggal di dalamnya.
Tapi karna penasaran, kucoba mencari tau dengan mengintip lewat kaca jendela. Dan ya...tidak banyak yang bisa dilihat karna bahkan aku tidak bisa melihat dengan jelas karna kaca penuh dengan debu yang tebal. Tapi...memang ada seseorang di dalam rumah itu.
Seorang pria yang berusia sekitar 50 tahun yang menurutku itu adalah Tom. Tak ingin membuang banyak waktu, aku pun segera menuju pintu dan berniat mengetuk pintunya. Tapi astaga! Semua debu ini akan rontok dan jatuh ke tanganku jika kuketuk pintunya.
Tapi mau bagaimana lagi, aku harus bertemu dengan pria di dalam rumah rumah itu. Berulang kali kuketuk pintu yang hampir roboh itu hingga akhirnya sang pria di dalam rumah itu pun membuka pintu juga. Dan menurutku, dia adalah pria yang sangat tidak bersahabat.
Ia terus menatapku dengan tajam dan mulai memperhatikanku mulai dari atas kepala hingga ujung kaki. “Siapa kau? Apa maumu?!” tanya pria itu dengan ketus.
“Hallo, aku Draco Black. Apakah benar kau adalah Tuan Tom?” aku berusaha bertanya dengan sopan.
“Ya, aku Tom? Ada perlu apa denganku?!”
“Um...sebenarnya, aku adalah temannya Janet. Dan hari ini dia mengeluh padaku, katanya sejak semalam suaminya tidak pulang. Dan ya...Janet sangat khawatir dan mungkin kau tau di mana Jerry?” tanyaku sedikit berbasa-basi.
“Kenapa kau berpikir jika aku tau tau di mana Jerry berada?! Dan apa kau pikir aku bodoh hah! Kau pasti orang suruhan Janet! Dia itu suka sekali menghabiskan uang Jerry dengan membayar orang bodoh sepertimu!” hardik Tom dengan kasar.
“Tapi, bukankah kau adalah sahabatnya Jerry? Jadi wajar saja jika aku mencarinya ke sini,”
Tom tersenyum miring sarat akan makna merendahkan. Aku tidak mengerti, kenapa sepertinya dia sangat tidak suka dengan Janet. Dan sepertinya, hubungan Tom dan Janet tidak berjalan dengan baik.
“Kudengar, kemarin kau sempat bertengkar dengan Jerry di rumahnya. Apa yang terjadi pada kalian?”
“Apa pedulimu?! Lagipula semua orang juga suka bertengkar dengan Jerry, termasuk istrinya sediri yang bahkan hampir setiap hari bertengkar dengan Jerry!” ungkap Tom padaku.
Well, itu sangat mengejutkan. Kupikir, keluarga Thompson adalah pasangan yang bahagia yang sangat harmonis. Entah Tom yang sengaja mengada-ada karna ia membenci Janet, ataukah memang Janet berbohong dan menutupi sesuatu dariku.
Terlalu dini untuk percaya pada salah satu pihak. Tapi sudah jelas, di sini Jerry berdiri sebagai korban. Ada banyak hal yang masih ingin kutanyakan pada Tom, tapi pria menyebalkan ini malah membanting pintu dengan keras hingga membuat debu-debu di pintu berhamburan dan menempel pada jaket kulitku.
“Sial! Dasar pria perundung!” dengusku dengan kesal.
Terlalu dini untuk percaya pada salah satu pihak. Tapi sudah jelas, di sini Jerry berdiri sebagai korban. Ada banyak hal yang masih ingin kutanyakan pada Tom, tapi pria menyebalkan ini malah membanting pintu dengan keras hingga membuat debu-debu di pintu berhamburan dan menempel pada jaket kulitku.***“Sial! Dasar pria perundung!” dengusku dengan kesal.Well, aku cukup penasaran dengan pernyataan Tom tentang Janet. Dan penting bagiku untuk memastikan siapa yang berbohong di antara mereka. Jika terbukti bahwa Janet telah berbohong dan memanipulasi semua ini, maka sudah pasti aku tidak akan melanjutkan kasus yang merepotkan ini.Beralih dari rumah reot milik Tom menuju rumah Janet. Tak jauh berbeda dengan lokasi rumah Tom yang cukup jauh dari kota. Tapi sudah pasti, rumah keluarga Thompson jauh lebih baik dari rumah Tom. Tapi aku terkejut karna kupikir rumah Janet sangat sederhana layaknya rumah seorang pekerja pabrik yang upahnya tidak seberap
Tom sangat kecewa dan sejak itu dia marah padaku dan juga Jerry. Meski begitu, bagi kami Tom tetaplah sahabat kami walau apapun yang terjadi. Hanya karna kecewa pada kami, Tom menjalani hidupnya dengan buruk. Ia jadi pemabuk dan hanya mengurung diri di rumah. Berkali-kali kami menwari Tom untuk mengelola peternakan kecil ini bersama, tapi ia selalu menolak dan memilih hidup luntang lantung tanpa tujuan...” ungkap Janet padaku.***Sebenarnya, belum tentu semua yang telah diungkapkan oleh Janet bukanlah kebohongan. Tapi entah kenapa aku merasa bahwa Janet berkata jujur. Bukan karna aku mudah luluh, tapi sorot mata Janet menggambarkan kebenaran dari ucapannya.Dan menurutku, Tom juga tidak mengatakan kebohongan meski ia mencoba menutupi sesuatu. Aku pun kembali ke rumah dengan penuh rentetan pertanyaan di kepalaku. Baru saja kulangkahkan kakiku menuju ruang tamu, nampak Calvin sedang duduk di sofa dan menatapku dengan wajahnya yang selalu menyebalkan.
“Ya...tapi seharusnya itu ditangani oleh Negara ‘kan? Kenapa kau mengatakan ini padaku?”“Karna kudengar, kau sedang menangani sebuah kasus yang menurutku berhubungan dengan pria kesayangan kita ini,” ungkap Albert.***Ucapan Albert semakin membuatku bingung dan tidak mengerti. Bagaimana bisa kasusku berhubungan dengan buronan Emyrat? Bahkan secara teknis aku tidak sedang menangani kasus.“Omong kosong apa ini? Katakan saja dengan jelas dan jangan bertele-tele!” kataku dengan sedikit kesal.“Pria yang kau temui tadi pagi, dia bekerja di sebuah pabrik kayu yang baru berdiri beberapa bulan. Kuat dugaan bahwa pabrik kayu itu adalah milik si pria buronan. Well, mungkin istilah ‘Sambil menyelam minum air’ akan tepat untukmu,”Wow! Mengejutkan juga. Aku tidak menduga bahwa niatku yang semula hanya ingin membantu Janet, ternyata berbuntut sampai tidak kriminal internasional. Tapi en
Ia memasang nama yang berbeda pada setiap akun yang ia miliki. Bahkan akun bank pun memiliki nama yang berbeda-beda. Dan aku sama sekali idak terkejut, jika jumlah uang dalam setiap rekening jumlahnya sangat fantastis.***Dan dari data yang berhasil kuretas, ternyata pabrik kayu itu bukanlah satu-satunya perusahaan yang ia dirikan di London. Dan Albert benar, beberapa perusahaan bahkan sudah beridiri di London selama 10 tahun terakhir.Pertanyaannya, kenapa nama Jerry Thompson ada dalam daftar investor yang ditanam untuk pabrik kayu? Dan ini sungguh di luar dugaanku. Aku tidak menyangka jika ternyata Jerry terlibat cukup jauh dengan perusahaan itu.Bahkan jika dipikir, seorang Jerry Thompson yang sangat sederhana dengan peternakan kecilnya. Ternyata memiliki saham sebesar 50 persen, yang artinya ia memiliki uang yang sangat banyak. Ya...lagi-lagi fakta mencengangkan tentang keluarga Thompson.Kuputuskan untuk kembali menemui Janet dan memastikan t
Kalau saja aku tau akan pergi ke hutan sejak awal. Maka suadah pasti aku akan memakai sepatu boot. Bukan apa-apa, tumpukkan salju di hutan sangat tebal dan menyulitkan langkah kami.***Di tengah dinginnya udara dan tumpukkan salju. Kami berusaha untuk mencari dan menemukan sesuatu yang entah apa itu. Mungkin ini terlihat bodoh dan konyol. Tanpa tau apa yang kami cari, kami nekat menerobos hutan di saat salju sedang turun dengan lebat.Konyolnya lagi, bahkan sudah hampir satu jam kami mengitari hutan sekitar pabrik kayu. Tapi kami tidak juga menemukan sesuatu atau apapun yang terlihat mencurigakan. Dan yang sebenarnya, aku sangat khawatir dengan wanita tua keras kepala ini.Jelas-jelas sekarang ini dia sangat kedinginan. Tapi tetap saja ia menolak ketika kuminta untuk masuk dan menunggu di dalam mobil saja. Hampir putus asa dan aku bahkan berencana akan kembali dan melanjutkan pencarian esok hari. Aku benar-benar tidak sanggup lagi melihat Janet yang sebe
Karna terus memikirkan Janet, tanpa sadar ternyata kulajukan mobilku menuju rumah Gwen. Aku tidak mengerti kenapa aku bisa menuju pada Gwen? Entahlah. Mungkin saja, dengan bersamanya akan sedikit meredakan rasa sesak di hatiku.***Sebenarnya, setiap kali menyelesaikan kasus sering kali kuhabiskan waktu di rumah Gwen. Bukan karna karna ingin ditemani olehnya, tapi karna semua berkas-berkas yang kubutuhkan ada di sana. Tapi kali ini, sebenarnya aku bahkan tidak membutuhkan berkas apapun...Entahlah. Aku sama sekali tidak mengerti kenapa aku mulai menjadi emosional seperti ini. Bahkan ini adalah pertama kalinya perasaanku ikut bermain.Gwen nampak sedikit heran ketika melihat kedatanganku dengan wajah kusut dan sedikit galau. Tapi Gwen selalu tau apa yang kurasakan meski aku tidak mengatakan apapun padanya. Kusandarkan diriku pada sofa di ruang tamu dan berusaha untuk kembali menetralkan perasaanku.Tapi ternyata semua itu tidak mudah. Ekspresi histe
Bagus! Gwen memang selalu bisa kuandalkan. Kulajukan mobilku menyusuri jalanan London yang cukup licin akibat salju yang turun semalam. Dan sesampainya di sana, Albert pun segera menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat padaku.***“Apa ini?” tanyaku dengan bingung.“Buka saja!” jawab Albert dengan singkat.Amplop itu pun kubuka dengan cepat kemudian kutumpahkan semua isi di dalamnya di atas meja kerja Albert. Dan ternyata, isi dari amplop itu adalah beberapa dokumen bukti dari hasil otopsi jenazah Jerry.Dari hasil otopsi yang dilakukan oleh tim forensik menyatakan, Jerry telah meninggal 5 hari yang lalu. Dan itu artinya, hari ketika pertama kali Janet datang padaku untuk mencari suaminya. Pada saat itu Jerry memang sudah meninggal.Laporan otopsi itu juga menyatakan bahwa penyebab dari kematian Jerry adalah akibat jeratan di leher yang membuatnya tercekik. Dan itu bisa kulihat dengan sangat jelas dari foto yang men
Kami pun duduk di sudut kedai sembari menunggu Frank meracik kopi untuk kami. Dan tiba-tiba Gwen bertanya, “Aku cukup terkejut kau mau datang di acara pemakaman Tuan Thompson. Kenapa kau lakukan itu?”***“Apa maksudmu? Kenapa kau bertanya pertanyaan aneh seperti itu?”“Tentu saja tidak! Sejak aku mengenalmu, tidak pernah sekalipun kau datang di sebuah acara pemakaman. Kau bahkan selalu punya banyak alasan!” ucap Gwen.Wajar saja jika Gwen bertanya seperti itu. Bahkan aku sendiri merasa sangat aneh. Dan bagaimana bisa kujelaskan semuanya pada Gwen.“Kau tau? Jika saja kau tidak terus bertanya maka aku tidak akan mengatakannya. Ini sangat...sangat menyakitkan...”“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti,” desak Gwen.“Well, 20 tahun yang lalu dan saat itu usiaku baru menginjak 10 tahun. Tapi di saat itulah aku kehilangan semua dalam hidupku. Kedua orangtuaku mengalami kecelakaa
Aku tidak tahan melihat itu. Maka kubuat satu tanda merah di lehernya, tapi nyatanya memberi satu tanda pada Gwen tidaklah cukup. Akhirnya kini hampir seluruh leher dan dada Gwen dipenuhi dengan tanda kepemilikkan dariku.***Hingga akhirnya, aksi panas di atas ranjang pun terjadi pada malam pertama pernikahanku dan Gwen. Kupikir hanya aku saja yang terlalu bersemangat untuk ini, tapi nyatanya Gwen pun sangat luar biasa di atas ranjang.Tak kusangka rupanya Istriku sangat luar biasa dan panas. Astaga! Bahkan di luar ekspektasi kami pun terus bercinta sampai berkali-kali dalam semalam. Aku bahkan sudah lupa berapa ronde kami lakukan. Tak ayal hal itu akhirnya membuat kami kelelahan.Hingga akhirnya ramainya kicauan burung mulai membangunkanku. Entah sudah berapa lama aku tidur, yang pasti sampai aku bangun pun Gwen masih terlelap di sampingku. Tidak biasanya ia bangun lebih siang dariku. Biasanya Gwen selalu bangun pagi karna ia suka menyiapkan sarapan.
“Untuk apa harus menunggu selama itu? Apa kau tau, Sayang? Diberi kesempatan sekali lagi untuk hidup dan bersama, adalah hal yang tidak boleh disia-siakan. Jadi, ayo kita menikah!”***“Ta-tapi...ada apa denganmu? Kenapa mendadak kau ingin kita menikah dengan cepat?” kata Gwen bingung.“Sudah kubilang untuk memenuhi janjiku padamu. Lagipula apa yang kau tunggu? Bagaimana kalau sebelum kita sempat menikah ternyata aku atau kau lebih dulu meninggal?! Kau mau seperti itu?!”Aku tau aku sedikit memaksa. Tapi tidak ada cara lain karna bahkan Gwen juga lupa kalau dulu dialah membuatku berjanji untuk segera menikahinya. Tapi dari apa yang kukatakan pada Gwen, sepertinya ia pun mulai berpikir. Hingga akhirnya ia berkata, “Baiklah. Aku setuju untuk menikah. Tapi kau janji tidak akan ada yang berubah bukan?”“Tentu saja ada yang berubah. Kita tidak akan lagi hanya berdua, karna akan ada anak-anak kita buk
Aku pun berpaling ke belakang dan lagi-lagi aku kembali dikejutkan dengan apa yang kulihat. Aku bahkan tidak percaya dengan semua ini. Aku bahkan berpikir mungkin benturan itu membuat kepalaku cidera dan aku mulai gila!***Bagaimana semua ini adalah nyata? Bagaimana bisa aku melihat diriku sendiri? Berdiri di hadapanku dan menatapku dengan sorot mata yang tajam. Tidak! Semua ini pasti hanyalah sebuah mimpi. Tapi...kenapa meski sudah berkali-kali kugosok mataku dan menampar pipiku sendiri, sosok yang mirip sepertiku itu tetap saja ada?Malahan, kini ia mulai melangkahkan kakinya dan berjalan mendekatiku. Bersama dengan itu, aku pun melangkahkan kakiku mundur semakin menjauh darinya. Bukannya aku takut padanya. Tapi aku takut pada diriku sendiri.Hingga akhirnya kulihat liontin Naga yang tergantung di leher pria yang wajahnya sama denganku itu. Aku pun mulai berpikir, apakah mungkin dia adalah Panglima Dragori? Tapi...kenapa wajahnya mirip sepertiku?
“Benarkah? Kalau begitu mari kita duel satu lawan satu! Dan kita lihat siapa pecundang di antara kita!”***Seperti yang kuduga, akhirnya Edi pun semakin kesal. Ia pun akhirnya meletakkan senapan yang ia bawa dan ia berkata, “Baiklah, kuterima tantanganmu! Tapi tidak akan seru kalau tidak ada hadiahnya!”“Begitu? Apa yang kau inginkan? Setumpuk mayat untuk membuat parfum?”Edi pun mnyeringai dan dengan wajah dingin ia berkata, “Aku bisa mendapatkan mayat dengan sangat mudah. Yang kuinginkan adalah Nona Gwen Gringer. Kalau aku menang dalam duel ini, maka Gwen akan menjadi milikku dan aku bebas melakukan apapun padanya!”Dasar brengsek! Bisa-bisanya dalam keadaan seperti ini ia mengambil kesempatan. Tapi kalau aku sampai menolak, maka artinya aku mengakui kalah sebelum bertarung. Dan sudah pasti aku tidak akan sudi harga diriku direndahkan manusia seperti dia.Tidak ada pilihan. Akhinya kusetujui
Sementara itu, diam-diam aku pun membuka lantai kayu yang ternyata adalah sebuah pintu menuju tempat lain di dalam rumah itu.***Kubuka dengan perlahan lantai kayu itu dan kucoba mengamati sekitar ruangan bawah tanah yang tersembunyi di bawah sana. Rupanya tidak ada siapapun di sana. Aku pun mulai menuruni tangga kayu yang merupakan akses untuk menuju ruangan bawah tanah itu.Seperti sebelumnya, tidak ada siapapun di ruangan bawah tanah. Meski begitu, tetap saja aku harus bersiaga dengan menodongkan pistol ke depan.Kulangkahkan kakiku menyusuri setiap sudut ruangan. Dan aku baru sadar, ternyata ruangan bawah tanah itu dilapisi oleh lapisan kedap suara. Pantas saja tidak terdengar apapun dari luar meski Edi mungkin telah banyak melakukan tindakan melanggar hukum di rumah ini.Masih tidak kutemukan keberadaan Edi dan juga Gwen. Dan itu membuatku semakin frustasi. Aku sangat takut kalau Edi membawa Gwen pergi dan ia melakukan hal yang buruk pada Gwe
Melihat Gwen yang mulai berteriak itu, tak membuat Edi menjadi panik. Ia bahkan kembali terbahak dan semakinmenjadi-jadi layaknya orang gila. Lalu ia mendekatkan wajahnya pada Gwen dan berkata, “Percuma saja kau berteriak. Ruangan ini kedap saura, jadi si bodoh itu tidak akan bisa menemukan kita....”****Draco Pov*Kulajukkan mobilku dengan kecepatan sangat tinggi sembari berusaha menghubungi ponsel Gwen. Tapi bahkan sudah lebih dari lima puluh kali kucoba, tetap saja Gwen tidak menjawab panggilan telpon dariku.Tentu saja hal itu semakin membuatku panik dan khawatir. Hingga akhirnya ponselku tiba-tiba berdering dan kupikir itu adalah Gwen. Tapi sayangnya aku salah. Ternyata itu adalah panggilan dari Edi Tomb yang bahkan sedang kami buru.Segera saja kusambar ponsel yang tadinya kuletakkan di kursi mobil dan kuangkat panggilan telpon itu. “Hallo, Tuan Black! Kau senang mendengar suaraku? Atau mungkin kau ingin mendengar suara yan
Benar saja, anak-anak nakal itu mulai menyeringai melihat kehadiran Gwen di sana. Sementara itu, Gwen pun mulai menelan salivanya dan ia merasa kakinya mulai bergetar.***Benar saja. Kawanan remaja liar itu pun mulai mendekati Gwen. Bahkan kini kondisi Gwen layaknya seekor domba yang terjebak di hadapan kawanan serigala lapar. Tapi Gwen tidak sebodoh itu. tentu saja sejak awal ia sudah menyiapkan alat-alat yang beguna untuk melindungi diri.Diam-diam ia mulai merogoh ke dalam saku celananya dan mengambil sebuah botol semprotan merica. Gwen mulai memasang ancang-ancang untuk melindungi dirinya kalau nantinya anak-anak nakal itu mulai mengganggunya.Seorang remaja laki-laki bertubuh kurus dengan rambut hitam yang berantakkan mulai mendekat pada Gwen dan ia berkata, “Apa kau tersesat, Nyonya? Kurasa kau bukan penduduk di wilayah ini?”Dan pemuda lainnya menimpali, “Wow! Kurasa kami bisa mengantarmu pulang, tapi dengan sedikit upah t
Kalau begitu, kecurigaanku pada Edi ternyata salah. Kalau bukan Edi, lalu siapa sosok berjubah hitam yang telah mencuri mayat-mayat selama ini?***Tanpa membuang banyak waktu aku pun segera menuju pemakaman seperti yang dikatakan oleh Albert. Sejujurnya aku sangat penasaran dengan sosok berjubah hitam itu. kalau memang bukan Edi, lalu siapa orang itu?Dengan kecepatan tinggi akhirnya aku pun sampai di pemakaman kurang dari sepuluh menit. Albert dan sekitar sepuluh orang Polisi ternyata sudah mengintai di sana ketika aku datang. Albert memberi isyarat padaku untuk mendekat ketika melihatku datang.Aku pun segera bergabung bersama Albert dan seperti instruksi yang diberikan Albert aku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Ya, karna terakhir kali aku kehilangan sosok berjubah hitam itu bahkan membuatku berkubang dengan lumpur.Dengan aba-aba dari Albert, kami pun mendekat pada sosok berjubah hitam yang sedang berada di sebuah makam dengan perlahan
Sontak Edi pun mulai beraksi dengan ucapan Gwen. ia memang tidak mengatakan apapun, tapi jelas kalau wajahnya kini terlihat cemas dan ia mulai menjadi tegang. ***Bahkan cukup lama ia terdiam hingga akhirnya, Gwen pun kembali berkata, “Tuan Tomb? Bagaimana?”“Oh...yah. A-apakah harus di rumah? M-maksudku...mungkin kita bisa wawancara di tempat lain?”“Masalahnya, aku bisa sekalian mengambil gambar tentang proses pembuatan produkmu,”Sebenarnya Edi merasa sangat enggan jika Gwen masuk ke dalam rumahnya. Tapi ia juga tidak punya alasan untuk menolak Gwen masuk ke dalam rumahnya. Akhirnya, dengan terpaksa Edi pun membiarkan Gwen masuk ke dalam rumahnya.Benar saja, baru sampai di depan gang. Gwen mulai mencium aroma aneh seperti yang dikatakan oleh Draco. Antara bau busuk, anyir tapi juga wangi yang aneh. Mendadak bulu kuduknya pun mulai merinding. Entah kenapa ia merasa suasana di sana mulai terasa me