Seorang gadis tengah bercermin di depan kaca melihat apakah penampilannya cukup bagus untuk pagi hari ini. "Aku tidak mengerti mengapa kakak menyuruhku seperti ini," ucap Perry sendiri di depan cermin.
"Ponsel, dimana ponselku?" Gumam Perry melirik ke arah meja namun tak menemukan.
"Baiklah kurasa aku harus segera berangkat, aku tidak ingin nama baik kakakku menjadi jelek akibat aku terlambat," ucap Perry mengambil tas selempang yang sudah ia siapkan.
Gadis cantik itu menaiki taksi dan berkata kepada sopir untuk segera mengantarnya ke Geoffrey Jewelry, tak lama kemudian taksi itu telah sampai tepat di depan Geoffrey Jewelry.
Di dalam taksi Perry dapat melihat bangunan yang begitu megah, sebuah pondasi kokoh berukirkan G.J (Geoffrey Jewelry) bewarna silver mengkilap disana, pintu terbuat dari kaca tembus pandang, dan dua orang pria memakai kacamata hitam berdiri di depan pintu.
"Terima kasih, emm... apakah ini benar Geoffrey Jewelry?" Tanya Perry di dalam taksi diikuti memberikan uang kepada sopir taksi.
"Benar nona," jawab sopir taksi mengangguk.
Perry mencoba yakin jika memang ini adalah Geoffrey Jewelry dimana kakaknya memang bekerja disini, Perry keluar dari taksi segera menuju pintu Geoffrey Jewelry.
"Selamat pagi nona Kyle," dua pria yang bertubuh kekar memakai baju hitam membuka pintu tersenyum lebar kepada Perry, hanya saja pria itu menyebut Kyle sebagai sang manager disana.
"Pagi," Balas Perry tersenyum sedikit tertekan.
"Lalu apa tugas ku disini?" Batin Perry tak mengerti sama sekali.
Perry melihat seluruh sisi ruangan begitu indah, etalase kaca dipenuhi berlian-berlian terpajang disana. "Aneh," ucap Perry merasa aneh, karena ia tak melihat seseorang selain dirinya sendiri.
"Oh ya Kyle? Menurut mu apa yang aneh?" Suara seorang pria dari belakang, Perry menoleh dan melihat pria itu membuka kaca mata hitamnya, pria itu adalah Sam.
"Maaf, apakah hanya aku yang bekerja disini?" Tanya Perry begitu polos, sedangkan Sam tersenyum licik melangkah mendekati Perry perlahan.
"Ya, aku meliburkan semua karyawan ku, karena ada hal yang lebih penting," balas Sam.
Perry memundurkan langkahnya, semakin Perry mencoba menghindar semakin pula Sam mencoba mendekat. "Bisakah kau bersikap sedikit tidak menyeramkan," ucap Perry terus mencoba mundur.
Sam mengeluarkan sebuah sapu tangan dari sakunya, lalu ia membekap mulut Perry seketika. "Eeemmmppphh," rontah Perry namun gadis itu berakhir pingsan.
"Sam kita harus segera membawa Kyle pergi dari sini," ucap Charles dari belakang.
"Tentu Charles, aku sudah menyiapkan tempat istimewa untuk gadis cantik ini," balas Sam mengendong tubuh Perry.
_____******_______
Byuurr
"Aaahhkkk," suara Perry terbangun akibat guyuran air.
Perry mengedipkan matanya berulang kali merasa perih, Perry mencoba mengangkat tangannya namun kini kedua tangan itu telah terikat kencang oleh sebuah tali, gadis itu hanya duduk diam di bawah lantai dalam ruangan yang entah Perry sendiri tak mengerti. Yang pasti ruangan itu sangat minim cahaya dan tak banyak orang.
"Cha- Charles?" Ucap Perry melihat pria di depan membawa sebuah ember.
Charles membanting kasar ember plastik tersebut, pria itu berjongkok agar lebih dekat dengan Perry. "Kau memanggilku apa Kyle? Charles? Bukankah kau tak mengenal ku? Bukankah kau menuduh ku pencuri sehingga semua orang memukuli wajahku," balas Charles mengangkat dagu Perry.
"Charles aku tak pernah menuduh mu pencuri, bahkan kau tahu kita pernah bertemu di Los Angles, aku adalah Pe-" Perry terhenti sejenak, "aku adalah Kyle, yah... kita pernah bertemu di Los Angles," ucap Perry menjelaskan namun Charles enggan mendengar.
Charles mencekram leher Perry lalu mencium bibir gadis itu penuh nafsu dan kasar. "Eemmpphh... eemmpphh," erangan Perry terdengar jelas di ruangan itu seakan menggema.
"Charles apa yang kau lakukan? Charles ada sesuatu ingin kusampaikan padamu, bahwa sebenarnya aku-" ucap Perry terpotong.
"Eemmpphh.... eeemmmppphh," Charles kembali mencium bibir Perry lebih liar.
Tangan Charles meremas kedua payudara Perry sangat kasar, membuat tubuh Perry merosot semakin ke bawah. "Charles apa yang kau lakukan?" Ucap Perry memalingkan wajah saat Charles ingin menciumnya lagi.
"Aku ingin memperkosa mu, apakah itu terdengar buruk?" Balas Charles terus menerus meremas buah dada Perry.
"Tidak Charles, kita adalah teman," ucap Perry ketakutan.
"Teman? Mengapa kau menyebutku teman setelah aku memperlakukan mu seperti ini Kyle? Dimana ucapan teman untukku saat kita bertemu kemarin?" Tegas Charles merobek habis pakaian Perry menyisakan bra dan rok kerjanya.
"Charles hentikan," ucap Sam begitu tenang mendekati keduanya.
Buah dada Perry bagaikan pemandangan indah bagi kedua pria itu, belum lagi deru nafas Perry mulai tak teratur membuat semakin bergairah.
"Kau terlalu lembut pada gadis tak tahu sopan santun seperti ini Charles," Kata Sam menatap jijik wajah Perry.
"Charles biarkan aku memberi pelajaran terlebih dahulu pada gadis ini," ucap Sam tak bisa menahan amarah yang sudah bergemuruh di dadanya.
"Baiklah Sam, aku akan menunggu dan meminum obat yang sudah kita siapkan bukan," ucap Charles berdiri pergi.
"Bisakah kau membuka ikatan di tanganku?" Perry memohon pada Sam.
"Sini kau gadis angkuh, aku sudah mempersiapkan tempat istimewa untuk kita," ucap Sam dengan menggeret tubuh Perry, menarik lengan Perry agar mengikuti langkahnya.
"Lepaskan! Lenganku terasa sakit jika kau seperti ini," pekik Perry menahan rasa sakit.
Sam menghempaskan kasar tubuh Perry di bawah. "Ini adalah tempat istimewa untuk kita berdua," ucap Sam melepas ikatan tali di tangan Perry.
Perry melihat di atas sudah ada dua buah borgol bergelantung di sisi kanan dan kiri, tersambung sebuah besi kecil seperti berbentuk pipa panjang memopong borgol itu. "Tidak, mau kau apakan aku? Siapa kau?" Rontah Perry saat Sam berhasil memasangkan borgol di tangan kanan Perry.
"Aaahhkkk," ucap Perry sedikit kesakitan ketika kedua tangannya telah berhasil terpasang sempurna di atas borgol, posisi kaki Perry kini hanya berjinjit, hanya jari-jari kaki Perry yang menyentuh lantai.
"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Perintah Perry tak bisa terus-menerus menahan tubuhnya dengan kaki berjinjit.
"Aku tak melihat sisi arogan mu Kyle, apakah kau mulai takut sekarang?" Tanya Sam menikmati pemandangan gadis di depan itu.
"Aku Perry, bukan Kyle," balas Perry.
Sam melepaskan rok yang dikenakan Perry, menyisakan celana dalam Perry, kini gadis itu hanya memakai bra dan celana dalam dengan tubuh yang bergantung di atas borgol, tentu masih keadaan sama yaitu kakinya yang berjinjit mencoba membopong tubuhnya sendiri.
"Kumohon lepaskan aku! Aku lupa berkata pada Charles bahwa aku memiliki saudara kembar disini," ucap Perry namun Sam tak ingin mendengar itu.
Sam mengambil sebuah pil dan segelas air putih di meja, ia menyodorkan kasar ke dalam mulut Perry. "Ayo minumlah ini Kyle! Ini adalah obat penguat agar kau tak kelelahan saat melayani aku dan Charles," paksa Sam memasukkan segelas air putih ke dalam mulut Perry.
Buuff
Perry memuncratkan air putih itu tepat di wajah Sam saat ia mendengar kata 'melayani', membuat amarah Sam kian bertambah besar. "Shit," ucap Sam mengelap wajahnya.
"Aku Perry bukan Kyle, aku Perry," ucap Perry berusaha menjelaskan di tengah-tengah rasa takut.
Sam merobek bra yang membungkus indah payudara Perry, terpampanglah pemandangan itu tepat di depan mata Sam. "Kau sangat cantik Kyle," ucap Sam meremas kedua payudara Perry.
"Lepaskan aku, jangan seperti ini, kumohon!" Pinta Perry ingin menghindar namun tak bisa, kedua tangannya benar-benar tak bisa berkutik.
"Aaahhkkk... ahhkk..." desis Perry saat Sam semakin gila dengan aksinya.
"Lepaskan aku! Lepaskan aku! Kumohon!" Ucap Perry berusaha menjaga harga dirinya.
Sam berhenti sejenak, menatap wajah Perry mulai lesuh, pria itu mengeluarkan sebuah silet kecil dari sakunya. "Tidak, tidak apa yang kau lakukan?" Ucap Perry membelalakkan matanya.
Sret
"Aaaahhhhcccccckkkk," teriak Perry sangat kencang saat Sam berhasil menggoreskan silet di payudaranya dengan sebuah pisau kecil tersebut, tepat di atas puting Perry.
"Aaaahhhkk," Perry meneteskan air matanya, ia tak mengerti mengapa pria itu begitu tega memperlakukan dirinya sekejam ini.
"Tenanglah Kyle, ini hanya pelajaran kecil untukmu, apakah ini sakit Kyle?" Ucap Sam meremas erat payudara Perry yang baru saja ia lukai.
"Aaasshhh... lepaskan aku!" Ucap Perry mendongak ke atas.
"Aku bertanya padamu apakah ini sakit?" Teriak Sam semakin erat mencekram payudara Perry.
"Aaahhkkk.... in-ini sakit," teriak Perry tak bisa menahan rasa sakit itu, seakan itu adalah hal tersakit selama hidupnya.
Sam melihat darah di telapak tangannya, ya, tentu itu adalah darah Perry karena Sam terlalu erat meremasnya. "Kau akan merasakan lebih dari ini Kyle, Kau akan merasakan sakit lebih dari ini, aku akan membuatmu berteriak sekencang mungkin, ya, kau akan merasakannya saat ini juga," teriak Sam begitu kencang menampar keras pipi Perry, Sam melepas seluruh pakaiannya, ia mengambil sebuah tongkat panjang terbuat dari kayu di belakang dan mendekati Perry kembali.
Ctas
Sam memukulkan tongkat kayu itu pada paha kanan Perry. "Aahhk," teriak Perry merasakan sakit luar biasa di pahanya, membuat kakinya semakin tak kuat untuk berjinjit.
"Kyle apa kau masih virgin?" Tanya Sam menarik celana dalam Perry dengan tongkat kayu itu.
Tak ada jawaban dari bibir Perry, sekujur tubuh Perry bergetar mendengar pertanyaan itu. "Baiklah aku akan membuktikannya sendiri," ucap Sam mendekati tubuh Perry dan menyentuh alat kewanitaannya.
_______________________________________
VOTE DAN KOMENTAR WAJIB...
hai... ha-ha-ha... kayaknya udah ketebak ya next chapter apa yang bakal terjadi...
Tunggu kelanjutannya yaaa...
Muawchhh...
I*: Hes_Ree
Vote dan komentar yang banyak biar aku semangat ketik cerita ini ha-ha-ha... karena jujur aku sangat sibuk... tapi aku sempetin ketik ini... 😳😳😳😳
Belum sadis kok ini... next mah bakal sadis.. dikit tapi...
Vote dulu dong... biar aku semangat hehehe.. love you.._______________________________________"aaasshhh," desah Perry saat bagian sensitifnya tersentuh jemari Sam."Apakah ini desah dari seorang wanita yang meludahi ku kemarin?" Ucap Sam kini beralih posisi di belakang Perry."Apa kau lupa Kyle? Aku adalah Sam. Ya, aku adalah Sam Glen Geoffrey seorang pria yang kau ludahi di depan umum waktu aku mencoba melamar mu," ucap Sam menekan kewanitaan Pery dengan jempolnya."Ahhss... Sam? Tidak Sam, kau salah paham tentang ini," bela Perry menyempitkan kedua selangkangannya agar jemari Sam tak semakin dalam."Bagiku itu hanya omong kosong sekarang, aku tak peduli lagi Kyle," ucap Sam menjambak rambut Perry di belakang, menjilati leher bagian belakang Perry penuh nafsu dan sesekali mencecap nya."Aaahh hentikan," ucap Perry dengan mulutnya yang
04:00 AMPerry merasa sedikit susah untuk bernafas, tersadar bahwa tubuhnya tertindih oleh tubuh Charles. "Aku membencimu Charles," ucap Perry sembari mencoba mendorong tubuh Charles.Tak berhasil, Charles malah memeluk erat tubuh Perry semakin erat. Namun ada sebuah tangan kekar mencoba menjauhkan tubuh Charles disana. "Bangunlah Charles," ucap Sam menyampingkan Charles yang tak kunjung bangun.Kini Perry harus menahan malu bertatapan dengan Sam, bagaimana tidak, wanita itu tanpa sehelai benangpun dan berposisi kian menggoda di depan mata Sam.Sam mengendong tubuh Perry ala bridal style disana, Perry mencoba sedikit memberontak ketika Sam berhasil mendekap tubuh mungilnya di dada bidang Sam. "Diamlah Kyle! Diamlah atau aku akan memerkosa mu," bentak Sam mampu membuat Perry terdiam detik itu juga.Sam menidurkan wanita itu di atas sofa yang empuk, lalu pria itu pergi membawa hand
Beberapa jam kemudian.Perry merasakan tidur di suatu tempat yang empuk, namun ia tak ingin membuka matanya, namun perasaan Perry merasa ada keganjalan disana, bukankah ia seharusnya berada di kamar mandi?Seketika wanita itu membuka kedua matanya. "Kauuuuu?" Teriak Perry tak percaya melihat 2 pria di depan mata, pria itu adalah Sam dan Charles.Charles duduk di kursi sofa kecil, sedangkan Sam bersender di dekat meja rias memainkan korek. "Kau harusnya berterimakasih kepadaku! Bukan meneriaki ku seperti itu, dasar jalang," ucap Sam berjalan mendekati Perry dengan tatapan serius."Tolong! Tolong akuuu! Tolong," teriak Perry tak karuan melihat Sam mulai semakin dekat.Sam menarik rambut Perry ke atas, menjepit dagu Perry dengan jemarinya lalu menciumnya tanpa ampun. "Mmpphh-emm-uum," Perry berusaha memundurkan wajahnya namun Sam berhasil menahan perlawanan Perry.
"tidak, lepaskan aku! Untuk apa kau membawaku kemari orang asing?" Suara Perry terdengar takut saat Sam mencoba menarik tangannya."Panggil aku Sam, kenapa kau seolah-olah tak mengenalku sama sekali," jawab Sam mengarahkan tubuh Perry tepat di depannya."Sam, panggil aku Sam," kata Sam penuh tekanan."Sam," ucap Perry dengan terpaksa."Charles bawa dia masuk! Aku akan menyusul mu," Sam mengambil ponsel di dalam sakunya dan pergi."Kemari kau Kyle, aku akan memberimu banyak pelajaran agar kau tak menjadi wanita angkuh," ucap Charles menarik tangan Perry memasuki sebuah ruangan pemandian."Charles kau harus dengarkan aku, aku memiliki kakak disini, maafkan kakakku Charles, tapi sungguh itu bukan aku," Perry berusaha keras meyakinkan Charles, namun Charles tak memperdulikan itu semua.Perry melihat seluruh tamu disana lebih dominan dengan pr
"ibu sudah berapa kali aku bilang, aku tidak ingin berkencan dengan wanita yang tidak aku suka ibu," ucap Sam duduk di sofa bersama Livy sang ibu. "Kali ini kau harus menuruti perintah ibu Sam, ibu tidak ingin terulang kembali kejadian memalukan itu," tegas Livy menutup kasar majalah yang berada di pangkuannya. "Ibu aku tidak bisa, mengertilah ibu," ucap Sam penuh permohonan. "Kau harus bertemu dengan Paula, jam 9 malam Sam, ibu harap kau mengingat itu," ucap Livy dan berlalu pergi. "Andai saja kau tidak menolak ku seperti ini Kyle, mungkin semua kejadian ini takkan terjadi," kata Sam pelan sembari memegang kepala. Sam mengambil ponsel dan menelpon Charles. "Charles dimana wanita itu?" Tanya Sam. "Dia masih bersamaku di apartemen, dia tidak bisa berhenti menangis Sam, tapi aku memberinya makanan dan obat tidur, setidaknya bi
"ibu sudah berapa kali aku bilang, aku tidak ingin berkencan dengan wanita yang tidak aku suka ibu," ucap Sam duduk di sofa bersama Livy sang ibu."Kali ini kau harus menuruti perintah ibu Sam, ibu tidak ingin terulang kembali kejadian memalukan itu," tegas Livy menutup kasar majalah yang berada di pangkuannya."Ibu aku tidak bisa, mengertilah ibu," ucap Sam penuh permohonan."Kau harus bertemu dengan Paula, jam 9 malam Sam, ibu harap kau mengingat itu," ucap Livy dan berlalu pergi."Andai saja kau tidak menolak ku seperti ini Kyle, mungkin semua kejadian ini takkan terjadi," kata Sam pelan sembari memegang kepala.Sam mengambil ponsel dan menelpon Charles."Charles dimana wanita itu?" Tanya Sam."Dia masih bersamaku di apartemen, dia tidak bisa berhenti menangis Sam, tapi aku memberinya makanan dan obat tidur, setidaknya biarkan ia tidur
Perry berjalan sendiri usai menemani Sam malam itu. Ya, Sam meninggalkan wanita itu sendirian dan membiarkan angin malam mengelilingi tubuhnya. "Aku akan membuktikan semua ucapanku Sam," ucap Perry sendiri sembari berjalan menyusuri jalanan malam itu.Tak terasa Perry sudah sampai di pintu apartemen, Perry mulai membuka pintu dan melihat pemandangan yang benar-benar membuat paru-parunya sedikit bisa bernafas. "Ka-kakak," ucap Perry tak percaya melihat Kyle tengah asik menggunakan hair dryer di rambutnya.Perry sungguh ingin mengungkapkan semua hal yang terjadi saat Kyle tak ada disini, Perry ingin mengatakan bahwa ia telah diperkosa oleh lelaki yang tak ia kenal mengatasnamakan dirinya, namun Perry memilih diam, karena Perry takut jika Kyle melarikan diri kedua kalinya."Darimana saja kau Perry, bukankah aku sudah bilang padamu, jangan pernah berkeliaran di malam hari," kata Kyle mengibaskan rambut.
"harusnya.. harusnya.." kata Kyle mulai gugup."Harusnya apa Kyle? Katakan padaku apa yang seharusnya terjadi?" Ucap Sam mengangkat dagu Kyle ke atas."Harusnya aku tak mengusir Perry dan mendengarkan semua yang terjadi setelah aku tak disini," batin Kyle menyesal.Sam menarik napas dan mencium aroma bir di bibir Kyle, karena jarak mereka cukup dekat. "Kau meminum alkohol Kyle?" Tegas Sam semakin dalam mencium aroma bir itu."Pergilah Sam! Kau tak seharusnya disini bersamaku!" Ucap Kyle mendorong dada bidang Sam.Sam merobek pakaian Kyle dalam hitungan detik. "Berani-beraninya kau menyuruhku pergi dari sini," Sam sedikit menjambak rambut Kyle."A-aaa.. lepaskan aku!" Teriak Kyle."Sial, rupanya Sam sudah bertemu Perry dan mengira bahwa dia adalah aku," batin Kyle merasakan sakit di kepalanya."Lepaskan aku Sam, karena
Perry terbangun dari tidurnya yang masih tetap dalam dekapan Sam, selimut putih kini menutupi keduanya.Perry menamati wajah Sam yang begitu tampan, ternyata Sam jauh lebih tampan saat ia sedang tertidur.Perry menyusuri wajah Sam dengan telunjuk jarinya, dan berhenti tepat di bibir Sam, "kau sangat tampan," ucap Perry pelan tersenyum sendiri.Sesaat Sam merasa geli dan ia hendak membuka kedua matanya, dengan cepat Perry menutup mata dan berpura-pura tidur.Sam melirik ke wajah Perry, "apa kau sudah selesai dengan tidurmu yang hanya pura-pura?" Tanya Sam kini tubuhnya menghadap ke arah Perry."Hah?" Ucap Perry membuka mata."Kau tidak bisa membohongi ku Perry, jadi jangan harap kau bisa membohongiku," ucap Sam memencet hidung Perry dengan gemas."Menyebalkan," umpat Perry tersenyum penuh paksaan."Kau lelah? Kat
"Haii-haiii.. aku sudah muak dengan drama ini, mari lempar bungamu dan kita lihat siapa yang akan mendapatkannya Perry," ucap Henry tiba-tiba berdiri merangkul Jack dan Kyle di tengah."Baiklah," ucap Perry dan berbalik badan.Semua teman mereka dengan sigap berdiri di belakang mereka kecuali Zoey.123"Noooo... Meeeeeee," teriak salah satu teman mereka."Aku pasti mendapatkan nya," ucap Henry dan Bruno saling berdesakan."Jack katakan dimana bunganya? Aku akan menangkap nya," ucap Kyle mencoba menangkap bunga, walaupun sangat kecil kemungkinannya."Tenanglah Kyle, aku akan mendapatkannya untuk kuberikan padamu," batin Jack begitu sigap.BaaaaaaaaaJack meraih bouqet bunga itu lalu Jack sengaja menaruhnya di tangan Kyle, "dapat," ucap Kyle begitu gembira
2 bulan kemudian......"Sam, kita akan kemana?" Tanya Perry turun dari mobil dengan mata tertutup kain."Kau akan tahu, nanti, aku tak perlu memberitahu nya," ucap Sam terus mengandeng tangan Perry dengan mata tertutup."Sam cukup.. lepaskan ikatan mataku," pinta Perry."Aatssss, tidak Perry, kau tidak bisa melepas begitu saja," tawa Sam menahan tangan Perry yang hendak membuka ikatan matanya."Sini, kau harus tepat berdiri disini," pinta Sam.Dengan perlahan Sam membuka ikatan mata Perry, "tadaaaa, pantaiii," ucap Sam melepas seluruh ikatan mata Perry.Perry kini tersadar ia berdiri di sebuah pantai, di depan Perry sudah ada seluruh keluarganya, Tiffany sang ibu, Eza ayahnya, dan Kyle yang sedang berdiri hanya memegang tongkat di samping Jack.Perry juga melihat kedua orang tua Sam, di sebelahnya terlihat Zoey dengan
"SAMMMMM, kau tak bisa membuatku terpenjara seperti ini, SAMMM!!! aku akan membalas semua perlakuan mu kepadaku," teriak Gilson di balik jeruji besi.Sam hanya tertawa bersendekap dada, "bagaimana kau bisa membalasnya Gilson? Kau telah terkena hukuman seumur hidup, itu adalah gugatan ku, itu adalah hukuman kau membunuh Charles, kau mencelakai Perry, dan kau juga adalah dalang alasan Kyle menjadi buta," balas Sam dengan santai di depan Gilson."Lepaskan aku SAMM!! wanita murahan itu berhutang banyak padaku, kau harus melepaskan aku Sammm!" Teriak Gilson menghentak jeruji besi, dan semua itu hanya percuma.Sam mengambil sebuah debit card di sakunya, "ambillah ini Gilson, bahkan kau bisa membeli rumah dengan uangku yang ada di atm, ambillah, aku memberikannya padamu," tawa Sam penuh mengejek.Bagaimana Gilson bisa mengambil uang itu, dia saja saat ini di dalam penjara, sungguh konyol.
3 bulan kemudian......Perry terbaring di tempat tidur, usai operasi, Perry butuh waktu beberapa bulan untuk menyembuhkan masa kebutaan nya dari masa transplantasi."Perry apa kau sudah bisa melihatku seperti dulu?" Tanya Sam tepat di hadapan Perry."Sam, Sam... Dimana kakakku Kyle?" Tanya Perry mencari-cari Kyle."Kau tenang saja Perry, Kyle aman bersama suster Rena, Rena merawat Kyle dengan baik, aku menempatkan Kyle di sebuah apartemen," balas Sam menyingkirkan selimut yang menutup tubuh Perry."Sam bawa sekarang aku ke apartemen kakakku," pinta Perry memohon."Perry, kau belum sembuh sepenuhnya, aku harus merawat mu terlebih dahulu," ucap Sam memberi Perry segelas minum."Sam aku sudah membaik setelah tiga bulan, aku harus bertemu kakakku," ucap Perry tak sabar ingin bertemu dengan Kyle."Baiklah, kita akan ke apa
"bereskan mayat Charles dengan baik, kau harus memberikannya pada Zoey, biar Zoey memakamkan mayat Charles dengan baik," ucap Gilson di depan Brian, Brian adalah anak buah Gilson."Baik tuan," jawab Brian pergi dan membawa jasad Charles yang sudah ia masukan dalam plastik mayat."Gilson!!! Apa yang terjadi?" Ucap seorang wanita yang baru saja sampai di depan pintu.Dia adalah Luna, Luna adalah wanita yang dekat dengan Gilson selama beberapa bulan ini, Luna adalah mantan seorang pelacur.Tentu Gilson mendekati Luna hanya untuk memuaskan hasrat Sex nya, sedangkan Luna hanya ingin mengambil uang Gilson."Kekasihku," ucap Gilson langsung mencium bibir Luna."Gilson aku mempunyai kabar baik," ucap Luna langsung duduk di sofa."Oh ya? Katakan! Apa itu?" Balas Gilson."Aku hamil," ucap Luna tertawa menunjuk sebuah tespek yan
"Lupakan ini Charles, aku pantas mendapatkan ini, aku akan segera ke Grey Hospital, aku akan menemui Perry dan menjelaskan semua ini," ucap Kyle mengangguk pelan."Kau harus menemui Perry dan Sam, aku akan menuju kediaman Gilson, aku akan memberi pelajaran untuknya," ucap Charles memegang kedua pundak Kyle."Baiklah Charles, kau harus berhati-hati, Gilson bukanlah pria sembarangan," nasehat Kyle."Aku akan berhati-hati Kyle, tenang saja," ucap Charles dan pergi meninggalkan Kyle."Perry, maafkan aku..." Ucap Kyle dan bergegas menuju Grey Hospital._________*********__________Kyle berjalan secepat mungkin saat ia sampai di Grey Hospital. Kyle segera bertanya pada resepsionis dan bertanya tentang dimana ruangan Perry.Dengan cepat Kyle segera menuju ruangan yang sudah di jelaskan oleh sang resepsionis, hati Kyle hancur, sakit... Dimana sem
"Apaaa Sam? Perry mengalami kebutaan?" Suara Charles membalas telepon Sam, saat Charles hendak meminum jus jeruk di dapur."Charles kumohon bantulah aku, aku ingin kau menemukan siapa orang yang sudah mencelakai Perry," ucap Sam dari telepon."Secepatnya Sam, aku akan membawa orang itu tepat di hadapan mu," ucap Charles dan Sam mematikan telponnya."KYLEEEEEE, kau berulah lagi dan lagi," Ucap Charles mengepalkan tangannya."Charles ada apa kau berteriak seperti ini?" Tanya Zoey mendekati Charles di dapur."Kyle, temanmu itu benar-benar tak punya hati, ia mencelakai Perry dan membuat Perry mengalami kebutaan," ucap Charles penuh emosi."Charles, kau yakin jika Kyle melakukan itu?" Tanya Zoey ragu."Siapa lagi Zoey? Kyle rela melakukan apapun demi kebahagiaan nya, dia benar-benar wanita licik, wanita ular," ucap Charles meminum jus jeruk da
Malam ini Sam mengajak Perry berjalan-jalan menuju pusat kota Toronto dengan menggunakan motor ducati berwana hitam miliknya."Kau tahu Perry, aku sengaja memakai motor agar kau memelukku, tapi rupanya kau tak melakukan itu," ucap Sam sedikit tidak terdengar karena Sam memakai helm."Haaaaa?? Apaaa?? Aku tidak mendengarnya Sam," balas Perry sedikit teriak.Blurb...Sam menaikkan kecepatan Motornya membuat Perry harus memeluk Sam dari belakang karena tubuh Perry yang hampir tersentak ke depan."Saammmm," panggil Perry dan melingkarkan pergelangan tangannya di pinggang Sam.Kini Sam dan Perry sudah sampai di tempat yang ia tuju, Sam berjalan kaki bersama Perry, sangat ramai, kota toronto di malam hari ini begitu banyak orang berlalu lalang."Kau ingin pancake? Katakan, Lihatlah, di sepanjang jalan banyak menu makanan kesukaan mu Perry,"