59Mengingatkan"Kami ingin bertemu Tuan Hardian. Apa beliau ada di kantor?" tanya Arfan saat mereka sudah sampai di perusahaan milik Shirya."Maaf, apa sudah ada janji temu sebelumnya?" tanya resepsionis kantor."Bilang saja, Cahya sudah menunggu di bawah. Silahkan temui atau dia akan menyesal!" seru Cahya.Karyawan tersebut mengangguk dan menelpon ke ruangan Hardian. Baru saja dia selesai rapat dan baru saja dia duduk di kursinya dan mendapati telpon di mejanya berdering."Selamat siang, Pak Hardian. Ada Bu Cahya di bawa, Bapak katanya diminta turun. Apa Bapak kenal dan membuat janji temu dengan beliau?" tanya resepsionis."Cahya?" Hardian sedikit kaget dengan berita itu. Sosok Cahya ke kantornya? Namun, ini di kantor. Bisa saja Shirya memergokinya dan berkata banyak hal yang bisa menyakiti Cahya."Baik. Saya akan ke bawah. Tolong, minta dia tunggu sebentar," titah Hardian.Hardian akan mengajak Cahya berbicara di luar. Ia tak ingin mengambil resiko menerima tamu di luar pekerjaanny
"Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Luka yang paling menyakitkan dalam berumah tangga adalah kurangnya kasih sayang dan perselingkuhan pasangan. Jika Mas bisa berpikir dengan akal, seharusnya Mas tidak melakukan hal yang sama seperti dulu saat bersamaku. Aku dan Silvia berbeda. Kami memiliki cara yang berbeda dalam penyelesaian masalah rumah tangga itu. Daripada Mas menyesal, perbaiki yang ada dan jangan lagi membuat masalah baru. Apa untungnya berselingkuh dengan wanita yang lebih berumur seperti Shirya? Toh Silvia sekarang sudah berubah baik."Kata-kata Cahya memang terdengar menasehati. Namun sayangnya, meninggalkan Shirya bukanlah perkara yang mudah. Ia harus rela miskin jika meninggalkan Shirya dan yang pastinya ia akan sulit mendapatkan pekerjaan karena akses pekerjaan dirinya pasti akan dibuat buruk oleh Shirya."Sayangnya tidak semudah itu meninggalkan Shirya. Dia istriku kini dan semua kekayaan yang aku dapatkan ada darinya. Silvia sendiri yang menuntutku untuk memberinya
60Ikhlas"Siapa yang meninggal, Pak?" tanya Cahya."Tadi belum sempat meninggal. Tapi barusan, pihak rumah sakit menelpon jika saudari atas nama Martakali meninggal di saat penanganan. Pasien satunya kritis dan sedang ditindaklanjuti pihak dokter ahli rumah sakit. Senjata tajam yang dikalungkan pada lehernya, membuatnya kehilangan banyak darah dan sepertinya ini akan semakin lama kasus penyelesaiannya," ucap petugas kepolisian.Hardian shock. Bagaimana mungkin ibunya meninggal? Ia pasti salah dengar. Ia mengira ini adalah mimpi dan ia tak bisa lagi berkata-kata dan berpikir."Di mana Ibu saya?! Di mana!!" teriak Hardian.Seperti bukan hanya shock. Namun, ia jua terpukul mendengar kabar ini. Gegas ia berlari keluar halaman rumah dan hendak pergi. "Kita tenangkan Hardian dan bantu dia untuk bisa menerima semuanya," lirih Arfan.Dia mengambil alih kemudi dan menyusul Hardian yang sudah berlari ke jalanan. "Mas, jangan begini. Lebih baik kita sekarang ke rumah sakit dan melihat keadaan
Tak ada balasan lagi. Cahya yakin, Shirya akan datang."Aku sudah menghubungi Shirya. Kamu mencintainya, bukan? Lanjutkan hidupmu dengan baik dan ikhlas terima semua ini. Cahya akan pamit, jaga diri Mas baik-baik," pamit Cahya membuat Hardian berbalik dan memeluk Cahya sambil terisak."Maafkan Mas, Cahya. Karena Mas selama ini sudah menyakiti hatimu dan semua yang terjadi saat ini adalah semua kesalahan Mas padamu. Maafkan Mas, Cahya."Cahya melepas pelukan Hardian dengan pelan, agar keduanya bisa saling memaafkan. Arfan yang melihat kejadian itu merasa cemburu. Namun, melihat situasi sekarang sepertinya ini bukan yang terbaik untuk membuat keributan."Semua orang pasti pernah berbuat salah dan Mas belum terlambat untuk menyadarinya. Namun, jangan karena hal ini lalu Mas berpikir untuk kembali kepada masa lalu karena hal itu tidak akan pernah sama.""Tapi Mas tidak mencintai Shirya, sungguh. Bahkan, setelah ini Mas tak tahu bagaimana nasib kehidupan Mas tanpa Ibu.""Bisa. Mas bisa ta
60Jodoh Tak akan Kemana"Ini kan berkas untuk untuk PT … ah, ya. Lebih baik tidak usah ditandatangani. Bikin rusuh!" sarkas Arfan saat melihat berkas dari perusahaan milik Shirya.Setelah 5 bulan menggeluti bisnis bersama, Hasbi, Arfan dan Cahya akhirnya bisa membuat perusahaan mereka maju pesat. Bukan hanya sektor pembuatan bahan pangan yang digeluti, tetapi juga bisnis kuliner, jasa dan juga ekspor impor barang baku pangan yang akhirnya membuat perusahaan Shirya kalah telak. Cahya mampu bekerja tanpa hambatan, meski Arfan dan Hasbi seperti ada rasa kepadanya. Dia mampu bekerja konsisten dengan prinsip yang dipegangnya, tanpa goyah dan yakin akan tujuannya untuk meningkatkan hasil dan sumber pendapatan keluarga Hasbi."Sepertinya ini sudah terlalu lama, Ya," ucap Arfan setelah memeriksa berkas yang hendak ia tanda tangani."Apanya yang lama? Kita lagi bahas berkas, bukan yang lain lagi," decak Cahya. "Eh, jadi Irma daftar di perusahaan ini?" tanya Cahya mengalihkan pembicaraan yan
"Sudah. Saya sudah memikirkan matang-matang semua ini. Sampai saya tidak bisa tidur karenanya. Makanya, saya harap kamu bisa membantu saya sekarang. Saya janji, saya akan memberikan apapun yang kamu minta jika kamu berkenan membantu saya. Termasuk, menikahimu secara sah. Saya akan melakukan dengan senang hati, karena saya rasa kamu adalah wanita yang tepat untuk putriku," ucap Hasbi.Cahya memandang Hasbi serius. Semudah itu dia mengatakan hal yang cukup rumit. Menikah? Ah, jika alasannya menikah untuk menutupi ketidaksukaan dirinya terhadap perjodohannya dengan Irma, kenapa harus dengannya? Ini bukan tawaran yang bagus dan Cahya pasti akan jadi pihak yang disalahkan atas hal ini."Maaf, saya tidak bisa. Menikah bagi saya adalah hal sakral. Saya tidak akan memainkan pernikahan seperti keinginan Bapak. Cari saja wanita yang lain, yang mau Bapak bayar untuk menjadi istri bohongan dan pengasuh Bapak. Saya pikir, Bapak ini orang bijak. Sayangnya, permohonan semacam ini hanya untuk lelaki
62PernyataanCahya kembali ke rumahnya setelah seharian lelah dari kantor dan berkutat di layar monitor. Jabatannya yang kini hampir setara dengan Arfan, membuat Cahya juga sudah seperti punya kantor tersendiri di sana."Assalamualaikum," salam Cahya."Waalaikumsalam."Lila membukakan pintu untuk sang Kakak yang baru pulang bekerja."Loh, kamu di sini, La? Datang sama siapa?" tanya Cahya."Sama Mas Gilang.""Ibu mana?""Di dalam."Cahya memberikan bingkisan di tangannya pada Lila yang berisi bakso yang dia beli dari pedagang langganannya."Nggak tahu kamu di rumah, jadi cuma beli bakso dua bungkus. Ya udah gih, kamu makan sono! Ajak Ibu sekalian," titah Cahya sebelum masuk kamarnya.Cahya melepas jaket kerjanya dan melepas hijab serta kaos kaki yang dikenakan. Ia sungguh sangat lelah hari ini dan ingin segera mandi untuk beristirahat dan melepas penat. Namun, ia justru merebahkan diri terlebih dahulu dan terlelap dengan sendirinya karena kelelahan seharian bekerja."Mbak, ada tamu,"
Cahya turun dari mobil dan dia mengikuti langkah Hasbi di belakang. Antara takut dan khawatir, jika nantinya ia akan mendengar umpatan yang tidak lazim dan patut ia dengar."Bersikap apa adanya sesuai dengan karaktermu. Papa pandai menilai seseorang," lirih Hasbi."Assalamualaikum," salam Cahya membuat Antonio dan Ratri menengok.Antonio Regard Alamsyah, adalah pemilik perusahaan textile yang memiliki riwayat hubungan rumah tangga yang pelik. Kehidupan poligami yang ia jalani selama bertahun-tahun, membuat Ratri harus mengalah dan akhirnya menjadi wanita yang tampak berbeda jika suaminya kembali. Kembalinya Antonio kini, berbeda dari alasan kembalinya ia dengan yang sebelumnya. Antonio kembali, karena perusahaannya sedang mengalami penurunan. Bahkan ia mengalami sakit dan tidak bisa dibiarkan tanpa ditangani dengan baik. Ratri bahagia dengan kembalinya Antonio ke rumah. Sehingga hidupnya merasa lengkap, meski kadang ada rasa khawatir jika suaminya akan kembali ke istri nya yang lain s
Hardian turun dari pelaminan. Dia langsung keluar dari gedung pesta yang digunakan untuk acara resepsi Arfan dan Cahya. Dia langsung kembali setelah urusannya selesai karena memang dia tidak berniat untuk merusak pernikahan Cahya maupun Arfan. Meski Hardian merasakan rasa yang menyakitkan, tetapi Ini semua adalah hasil dari apa yang sudah ia berbuat di masa lalu saat bersama Cahya."Jangan cemburu, A. Cahya gak mengundangnya," bisik Cahya saat mereka masih menyalami beberapa tamu namun wajah Arfan terlihat berubah dingin."Aku tahu, tapi kedatangannya merusak moodku," ucap Arfan kesal.Hiburan yang membuat acara pesta bertambah begitu meriah, menandakan resepsi Arfan dan cahaya sukses dan membuat semua yang hadir ikut merasakan kebahagiaan pengantin baru itu. Kini, acara telah usai dan keluarga sudah kembali ke rumah masing-masing. Tinggallah Arfan dan Cahya, yang akhirnya memilih menginap di hotel tempat mereka melakukan resepsi."Langsung tidur aja, ya? Capek kan?" tanya Cahya senga
Di depan cermin besar Cahya tengah mematut diri. Wajah perempuan itu sudah selesai di rias, gaun dari bahan brukat terbaik melekat pas di tubuhnya yang ramping. Di bantu seorang asisten MUA ia memakai heels. “Masyallah, Mbak Cahya cantik sekali. Begini juga yang namanya bidadari kalah cantik, Mbak,” seloroh Tari yang ditugaskan menjemput calon pengantin. “Kamu jangan ngeledek. MUA dan semua yang aku pakai ini dari pemberian dari keluarga Arfan!”“Aku serius, kamu memang cantik banget. Suer!” Tari mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V. “Akhirnya kamu ketemu juga dengan laki-laki yang tulus mencintai kamu, Ya. Aku ikut seneng, selamat ya atas pernikahan kamu. Sekarang kamu udah sah jadi istrinya Arfan.” Tari dan Cahya berpelukan. Cahya merasa haru bercampur bahagia. “Makasih, Tari.”“Yuk keluar, kamu udah di tunggu banyak orang.”Hati-hati Tari membimbing Cahya keluar dari kamar hotel, membawanya ke aula yang di sana sudah hadir seluruh keluarga kedua mempela
"Ya. Papa orang hebat, kamu juga anak hebat. Demi kalian, Mama rela. Mama ikhlas, menerima Cahya sebagai menantu. Kamu harus segera sembuh, karena setelah keluar dari rumah sakit nanti kita akan menambah Cahya untukmu bersama-sama."Arfan sangat bahagia. Ternyata perjuangannya tidak sia-sia. Dia sampai ikut menitikan air matanya. "Makasih, Ma, Pa."**Tiga hari kemudian Arfan sudah sembuh dan boleh pulang dari rumah sakit. Malm harinya keluarga Arfan termasuk papa, mama dan Hasbi sendiri datang ke rumah orang tua Cahya untuk meminang. Kalau takdir cinta sudah tertulis untuk bersatu, seperti apapun halangannya tetap akan bersatu juga. Begitu juga dengan restu dari mamanya Arfan, setelah dibujuk oleh Antonio akhirnya istrinya itu bersedia memberi restu. "Ya, Aa rindu. Aa datang," batin Arfan dalam perjalanan menuju rumah Cahya."Om ganteng banget," celetuk Naura."Iya doang. Naura bentar lagi punya Tante baru.""Tante baru?""Iya. Om mau nikah sama Tante Cahya. Naura seneng nggak?""Y
Akhir Perjuangan"Ma, kamu tidak kasihan lihat anak kita? Kamu sedih karena Arfan hendak menikahi janda? Apa yang kamu takutkan hingga kamu tak merestui pernikahan Arfan dan Cahya?" berondong Antonio saat dirinya sedang berusaha membujuk istrinya itu. Sengaja ia membawa istrinya ke rumah sakit untuk melihat wajah pucat dan badan yang mulai menyusut itu."Wanita bukan hanya Cahya, Pa! Kenapa sih, Papa nggak ngerti?" sahut Ratri tak suka dengan pertanyaan suaminya."Lalu, wanita mana yang pantas mendampingi anak kita, jika ditinggalkan Cahya saja dia sudah sakit begini? Papa tahu, Mama masih menyimpan dendam lama karena Papa menikah lagi. Tapi Papa janji, jika Mama merestui Arfan, maka Papa tidak akan kembali pada istri Papa yang tak setia itu. Papa sadar, Mama yang terbaik. Mama wanita hebat yang layak untuk disebut istri setia. Maaf kalau selama ini Papa menyakiti hati Mama. Jujur, Papa menyesal. Papa merasa ini karma dan hadirnya Cahya yang menjadi seseorang yang penting di hati anak
“Yang bikin Cahya bingung, Cahya sama sekali enggak punya perasaan apa-apa sama dia, Bu. Tadi sudah Cahya tolak, tapi….” Mengalirlah cerita yang tadi terjadi di rumah sakit. Gayatri mendengarkan dan sesekali mengangguk, lain kali ia menggeleng ketika merasa tindakan Arfan nekat. “Gimana ya, Bu? Cahya enggak mau menjadi zhalim karena hanya Arfan saja yang mencintai Cahya. Dan Cahya juga masih terauma dengan masa lalu, belum lagi mamanya Arfan yang tidak mau merestui hubungan anaknya dengan Cahya. Jujur Cahya pun enggan menjadi bagian dari keluarga itu, tetapi mulut ini sudah terlanjur menjawab iya.” Sulit. Ya, itu yang pertama kali muncul di kepala Gayatri ketika dimintai pendapat. Hubungan dengan cinta sebelah pihak saja sudah berat, harus di tambah dengan restu yang kemungkinan berat akan terhalang ini benar-benar pelik. Gayatri membenarkan posisi duduknya. Kemudian ia menatap wajah anak perempuannya lembut. Gayatri tersenyum kemudian mulai berbicara.“Nak, pernikahan itu bukan un
“Astagfirullah. Cahya kamu dari mana saja, Nak. Kenapa hujan-hujanan?” Gayatri yang sedari tadi cemas menunggu kepulangan sang anak sangat kaget saat akhirnya menyambut kedatangan Cahya. Anak perempuannya itu pulang dengan pakaian basah kuyup, ia tidak mendapati siapapun bersama Cahya. Sebab memang Cahya pulang seorang diri. “Masuk. Ibu sudah siapkan air hangat. Ya ampun, kenapa tidak menunggu hujan reda. Kalau begini kamu bisa masuk angin! Mandilah dulu, Ibu bikinkan susu jahe hangat.” Cahya tidak banyak bicara, ia menuruti perintah Gayatri. Cahya segera membersihkan diri, air hangat yang digunakan mandi lumayan membuat dirinya merasa lebih rileks. Setelah mandi dan berganti pakaian, Gayatri menyusul anaknya ke kamar. Secangkir susu cahe hangat ia hidangkan untuk sang anak. “Di minum susu jahenya, mumpung masih hangat.”Cahya menerima minuman hangat itu dan menyeruputnya sedikit. Aroma jahe yang lembut dan sensai hangat meluncur melewati tenggorokannya, berakhir di dalam perut.
“Aku tahu kamu datang ke mari karena di suruh oleh Kak Hasbi, kan? Maafkan Aku karena malah membuatmu repot-repot menjenguk. Tapi, kalau boleh jujur aku memang sangat mengharapkan kedatanganmu, Ya.”“Untuk apa?” tanya Cahya cepat.“Untuk mengungkapkan perasaan aku ini. Aku mencintai kamu, Ya. Cinta sejak pertama memandang kamu.”Pengakuan Arfan sontak membuat Cahya mendongakkan kepala, menatap dengan kening mengernyit. Apa-apaan ini? Batinnya. Meski ia sering mendengar Arfan mengatakan hal ini, namun ia merasa berbeda dengan saat Arfan mengatakannya sekarang. Ia menyusuri lewat tatapan mata, berharap menemukan kebohongan. Namun, ia tidak berhasil menemukan itu, semua yang ia lihat adalah nyata. Mata sayu Arfan memancarkan sesuatu yang sangat kuat. “Cahya mungkin bagimu aku terlalu pengecut sebagai lelaki, hingga untuk menyatakan cinta pun harus menunggu kamu yang datang. Tapi, yang perlu kamu ketahui. Cinta Aa benar-benar tulus, aku tidak ingin menyesal dan mati sebelum mengungkapkan
Kedatangan Hasbi semata bertujuan untuk memberitahukan keadaan Arfan kepada Cahya. Setelah sesaat memberi waktu untuk putrinya bercengkerama dengan Cahya, ia pamit pulang. Sebelum pergi sekali lagi Hasbi meminta untuk Cahya sudi meluangkan waktu menjenguk Arfan. Setelah kepergian Hasbi kini Cahya duduk seorang diri di depan kios. Otaknya berfikir keras, ia bingung harus datang ke rumah sakit atau tidak? Selema ini ia sengaja menghindar dari keluarga Hasbi sebab tidak ingin dianggap biang masalah, usahanya pergi dan melupakan kedua pria itu berhasil dan pernyataan cinta Arfan yang diwakili oleh Hasbi barusan malah membuatnya bingung.Benarkah Arfan menyimpan rasa itu? Benarkah ia sakit sebab cintanya padaku tidak mendapat restu? Benarkah seorang Arfan jatuh cinta pada Cahya? Tanya Cahya dalam hati pada dirinya sendiri. Kemudian bibirnya melengkung, tersenyum. Jangan ke-PD-an Cahya, bisa saja ini hanya sandiara dan pemanis bibir mereka. Ingat siapa kamu! Bercerminlah sebelum memimpikan
Siang ini pekerjaan di londry sangat banyak. Beberapa hari belakangan cuaca memang sedang tidak bersahabat, mendung dan hujan tiba-tiba saja turun diluar prediksi. Situasi demikian membawa rejeki tersendiri untuk usaha Cahya. Banyak orang yang memilih menggunakan jasa londry untuk membersihkan pakaian. Lebih praktis, sebab kebanyakan mereka hanya memiliki mesin cuci rumahan walaupun pakaian yang sudah di keringkan masih perlu waktu untuk diangin-anginkan agar kering. Sedangkan Cahya, ia memiliki mesin cuci yang lebih canggih. Pakaian yang dimasukkan dalam keadaan kotor akan di keluarkan dalam keadaan bersih dan kering. Selanjutnya hanya perlu di setrika dan di lipat rapi."Tari, perasaan hari ini gak enak banget ya?" tanya Cahya yang sedang membantu Mentari melabeli beberapa pesanan laundry para pelanggan."Tanya perasaan aku? Aku mah, setiap hari perasaannya juga nggak enak. Soalnya nggak punya Ayang," jawab Mentari asal."Aku lagi tanya perasaanku. Bukan kamu, Ce Eunah.""Lah, diki