Share

mamah

41

Mamah

"Ya, enggak ngampus lagi?" tanya Mentari.

"Ngapain ke kampus?" Cahya yang sedang sibuk mempacking laundry, hanya menyahuti tanpa menengok.

"Siapa tahu sibuk ngampus lagi kayak kemarin-kemarin."

"Nggak lah. Semuanya hanya aktivitas sesaat. Profesi utamaku, tukang laundry."

"Laundry juga kalau sudah jadi bos macam kamu gini, lumayan. Ibu jadi kamu boyong ke sini?"

"Untuk saat ini belum. Masih nunggu rumah yang di Kencana Residance selesai renovasi. Satu minggu lagi mungkin selesai, tapi aku dulu yang menempati. Ibuku masih betah di rumahnya."

"Keren Lah kamu. Tujuh bulan lebih, sudah bisa beli rumah. Aku kapan?" Mentari berbicara setengah berharap jika dirinya bisa mengikuti jejak sahabatnya itu.

"Bismillah, nanti pasti bisa. Rumah itu nggak terlalu besar, Tari. Type 36 kan bisa terjangkau, kalau kamu mau bisa ambil yang cicilan syariah."

Cahya memang sudah merencanakan membeli rumah jauh-jauh hari, Uang hasil laundry yang sejak menikah dengan Hardian ia sisihkan dan tabung, ak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status