"Makasih, Pak, atas bantuannya," ucap Cahya saat Hardian sudah pergi dari restoran."Makasih buat hal yang memang harus saya lakukan karena dia memang melakukan kesalahan-kesalahan di kantor. Bukan hanya karena dia yang memutuskan menikah lagi," terang Hasbi.Waiters mengantarkan pesanan mereka. Rio dan Mentari sangat senang melihat makanan begitu banyak tersaji di atas meja. "Wah, tiap hari gini bisa gendut aku, Ya," celetuk Rio."Laki-laki gendut ya jelek, Rio. Lelaki tuh yang gantle, sangar, macho, maskulin, sixpack. Bukan gendut macam ibu hamil," protes Mentari yang tidak setuju Rio mengatakan hal tersebut."Gak apa. Gendut asal sehat, fine-fine aja. Ya nggak, Pak?" seloroh Rio pada Hasbi yang sedari tadi diam memainkan ponselnya."Papa!!" Panggilan seorang anak kecil berumur 6 tahun, membuat semuanya menoleh. Termasuk Cahya yang kaget melihat gadis kecil yang sangat manis menurutnya itu, mendekat setengah berlari pada Hasbi."Hei, Nau. Sama siapa, Sayang?" tanya Hasbi ramah sam
"Pak, ini nggak ver dong. saya merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Kenapa saya dipecat?" tanya Hardian dengan wajah tanpa dosanya."Yakin?" tanya Hasbi memandang Hardian tajam."Yakin, Pak."Hasbi mengeluarkan sebuah map berisi catatan rincian keuangan yang digarap oleh salah satu karyawan baru di bagian keuangan."Kenapa hasil laporan keuangan bulan lalu tidak sesuai dengan laporan yang kamu buat dan laporkan kepada saya? Ini juga! Kenapa kamu membuat satu karyawan dipecat padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun. Ini juga! Kamu sudah menuliskan rincian yang salah tentang apa yang sudah dikeluarkan perusahaan sehingga perusahaan mengalami kerugian yang lumayan. Masih mengelak mau tanya apa salahnya? Perlu saya beberkan juga foto-foto tentang hubungan kamu dengan wanita yang bernama Silvia itu?" tunjuk Hasbi pada semua bukti yang ada di dalam map yang tadi ia tunjukkan pada Hardian. Tentu saja Hardian kaget karena melihat foto Silvia saat masih bersamanya dahulu, ketika menja
"Mas, kalau kamu nggak ada kerjaan, kita gimana dong? Anakmu ini pasti butuh banyak biaya buat persalinan nanti. Belum lagi kebutuhan kita yang banyak. Belum lagi acara nikahan kita yang pastinya akan diadakan secara meriah 'kan?" berondong Silvia."Diam! Apakah kamu tidak tahu Kalau suamimu sedang pusing memikirkan hal yang sangat berat? Kamu malah memikirkan pernikahan yang tidak penting," omel Hardian."Kok tidak penting? Kan kamu sudah janji kalau Cahya sudah bercerai dengan kamu, kamu akan menikahiku secara negara. Jangan jadi lebih pembohong, Mas!" omel Silvia."Ya. Mas memang kamu menyukaimu secara negara tapi mas tidak janji mengadakan resepsi meriah untuk pernikahan kita. Sudah sana pergi, lebih baik kamu lakukan pekerjaan yang lain dan jangan ganggu aku yang sedang pusing ini!" usir Hardian."Tapi, Mas_""Pergi!"Satu bentakan Hardian membuat Silvia terkejut. Dia pergi dari ruang kamar Hardian dan memilih kembali ke kamarnya.***"Sil, bikin kopi!"Silvia diam saja tidak mer
20"Mbak, bisa ketemu sama Cahya?" tanya Hardian pada Mentari yang kala itu sedang mengurus loundrynya hari ini."Siapa ya?" tanya Mentari pura-pura tidak mengingat Hardian."Saya Hardian. Bisa ketemu Cahya?""Oh, Bu Cahya sudah pergi, Mas. Dia sudah tidak mengurus loundry ini. Katanya, beliau sudah memiliki pekerjaan baru yang lebih menjanjikan.""Betulkah?" Terlihat Hardian kaget mendengarkan apa yang Mentari ucapkan tadi."Iya. Laundry ini sudah dijual kepada bos saya yang orang tajir melintir. Pemilik PT ... PT apa ya? Pokoknya PT yang gedungnya tinggi itu. Lupa namanya," dusta Mentari.Sebenarnya Mentari hanya menutupi keberadaan Cahya yang kini tinggal di rumah milik Hasbi. Mentari sudah diminta Cahya untuk mengatakan hal ini Jika Hardian datang ke tempat laundry-nya."Punya nomer ponselnya?" tanya Hardian."Nomor ponselnya Masih yang lama kok, Pak.""Nggak bisa saya hubungi. Coba kamu yang hubungi, saya mau ngomong sebentar.""Maaf, Pak. Saya sibuk! Bapak coba saja hubungi send
"Hardian mana tahu kalau semuanya akan menjadi seperti ini. Awalnya Hardian pikir Cahya akan takut ketika Hardian bentak dan mintanya untuk tidak datang sementara waktu ke rumah. Sebenarnya Hardian hanya ingin membuat Cahya berpikir bahwa suaminya ini harus benar-benar dihormati dan dihargai sebagai kepala rumah tangga. Apa susahnya menerima pernikahan sementara antara Hardian dan Silvi? Hardian sudah yakin dia mengerti, karena setelah mengatakan hal itu, Cahya terlihat fine fine aja. Hardian sudah menjelaskan dari awal bahwasanya anak Silvia nanti akan Cahya asuh. Tapi kenyataannya dia malah memikirkan ucapan Hardian secara serius dan mengajukan perceraian kita, tanpa Hardian minta" ucap Hardian pasrah."Pasti kamu membuat Cahya curiga mengenai hubungan kamu dengan Silva di rumah kamu itu. Kamu terlalu bodoh membuang Cahya. Dia itu istri yang penurut dan mudah kamu mintai bantuan ini dan itu.""Kok jadi Hardian yang disalahin? Selama ini Ibu juga mendukung kedekatan Haridan dengan S
21"Ya, tadi pagi mantan suami kamu datang ke sini." Pesan Mentari membuat Cahya seketika penasaran. Ia langsung membalas pesan sahabatnya itu."Ngapain?""Nanyain kamu. Aku jawab, kalau loundry ini udah dijual ke aku. Hahaha, liat wajahnya yang kayak kecewa berat, nggak akan deh bikin kapok ngerjain dia. Dia kagak malu apa, udah jadi mantan masih aja gangguin," ujar Mentari."Tanya aku doang?""Iya. Nanyain nomer ponselmu, di mana kamu tinggal. Ah, pokoknya dia dia kepo bingit. Langsung aja aku sembur dia. Aku langsung masuk dan enggan ditanya-tanya. Siapa dia, enak aja! Untung nomor kamu sudah ganti ya, Ya.""Hahaha, oke. Thanks ya. Eh, kayaknya aku akan jarang datang ke loundry-an. Anaknya pak Hasbi lumayan sensi kalau aku pergi-pergi. Ini aja aku gak boleh pulang.""Jadi nginep?" "Nginap kayaknya. Tapi misal aku mau minta cuti, harus nunggu Pak Hasbi libur. Dia sibuk banget soalnya. Maka dari itu, pantas anaknya kesepian dan suka ngambek kalau Pak Hasbi jarang di rumah.""Siplah.
Sama Mam sama Om juga. Mam nggak bisa pake mobil ini, Mam takut. Nanti kalau misal mobilnya nabrak gimana? Mam dimarahi Pap, nanti Mam pergi lagi. Hayo," bujuk Revan.Naura diam, lalu menengok ke arah Cahya. "Baiklah.""Nah, anak pinter. Yuk!"Arfan menggendong Naura dan membawa dia masuk ke dalam mobil. Cahya yang merasa lega, akhirnya ikut juga ke dalam mobil. Bukan ia tak bisa, jujur ia takut menaiki mobil yang harganya ber MM itu."Naura suka minta yang aneh-aneh ya?" tanya Arvan sambil mengemudi."Sejauh ini sih enggak. Sebenarnya tadi kalau Nau mau naik mobil yang lain, kita udah sampai kantor Pak Hasbi. Maunya minta pake mobil ini soalnya.""Nau memang suka mobil ini sejak lama. Dia yang meminta dibelikan ini saat ulangtahunnya dua tahun lalu dan nangis minta dibelikan. Dia bilang, mau beli ini buat Mamahnya.""Langsung dibelikan?"Arfan tersenyum. "Naura ini anak satu-satunya Kak Hasbi dengan mendiang istrinya. Sayang Kakak sama Naura ini, tak terhingga. Sampai detik ini, Kak
"Dari mana jam segini baru pulang?" selidik Hardian pada Silvia. Jam di tangannya menunjukan pukul 10 malam dan Hardian sangat geram melihat Silvia yang keluyuran tengah malam dan tak tahu waktu kapan harus pulang."Suka-suka aku, lah. Kamu aja yang pergi pagi pulang pagi, aku tanyain dari mana jawabnya nggak jelas. Jadi, jangan salahkan aku jika aku tiba-tiba pergi siang pulang malam. Yang penting, aku masih pulang dan bisa beli skincare buat nyenengin kamu."Silvia berlalu begitu saja tanpa memperhatikan dan memperdulikan tatapan wajah Hardian yang tidak suka. Hari ini ia menjanjikan pertemuan dengan rekan kerjanya dahulu saat di tempat karaoke.Ternyata keluar rumah, bikin mood Silvia mendadak kembali membaik. Bukan ia ingin menambah masalah baru, tetapi Hardian yang selalu saja membuat ia kesal dan akhirnya memilih suasana baru agar bisa menjalani kehamilan yang sehat.Sengaja ia menghindari dunia malam, demi bisa mendapatkan perlindungan atas kehamilan yang sengaja ia limpahkan p
Hardian turun dari pelaminan. Dia langsung keluar dari gedung pesta yang digunakan untuk acara resepsi Arfan dan Cahya. Dia langsung kembali setelah urusannya selesai karena memang dia tidak berniat untuk merusak pernikahan Cahya maupun Arfan. Meski Hardian merasakan rasa yang menyakitkan, tetapi Ini semua adalah hasil dari apa yang sudah ia berbuat di masa lalu saat bersama Cahya."Jangan cemburu, A. Cahya gak mengundangnya," bisik Cahya saat mereka masih menyalami beberapa tamu namun wajah Arfan terlihat berubah dingin."Aku tahu, tapi kedatangannya merusak moodku," ucap Arfan kesal.Hiburan yang membuat acara pesta bertambah begitu meriah, menandakan resepsi Arfan dan cahaya sukses dan membuat semua yang hadir ikut merasakan kebahagiaan pengantin baru itu. Kini, acara telah usai dan keluarga sudah kembali ke rumah masing-masing. Tinggallah Arfan dan Cahya, yang akhirnya memilih menginap di hotel tempat mereka melakukan resepsi."Langsung tidur aja, ya? Capek kan?" tanya Cahya senga
Di depan cermin besar Cahya tengah mematut diri. Wajah perempuan itu sudah selesai di rias, gaun dari bahan brukat terbaik melekat pas di tubuhnya yang ramping. Di bantu seorang asisten MUA ia memakai heels. “Masyallah, Mbak Cahya cantik sekali. Begini juga yang namanya bidadari kalah cantik, Mbak,” seloroh Tari yang ditugaskan menjemput calon pengantin. “Kamu jangan ngeledek. MUA dan semua yang aku pakai ini dari pemberian dari keluarga Arfan!”“Aku serius, kamu memang cantik banget. Suer!” Tari mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V. “Akhirnya kamu ketemu juga dengan laki-laki yang tulus mencintai kamu, Ya. Aku ikut seneng, selamat ya atas pernikahan kamu. Sekarang kamu udah sah jadi istrinya Arfan.” Tari dan Cahya berpelukan. Cahya merasa haru bercampur bahagia. “Makasih, Tari.”“Yuk keluar, kamu udah di tunggu banyak orang.”Hati-hati Tari membimbing Cahya keluar dari kamar hotel, membawanya ke aula yang di sana sudah hadir seluruh keluarga kedua mempela
"Ya. Papa orang hebat, kamu juga anak hebat. Demi kalian, Mama rela. Mama ikhlas, menerima Cahya sebagai menantu. Kamu harus segera sembuh, karena setelah keluar dari rumah sakit nanti kita akan menambah Cahya untukmu bersama-sama."Arfan sangat bahagia. Ternyata perjuangannya tidak sia-sia. Dia sampai ikut menitikan air matanya. "Makasih, Ma, Pa."**Tiga hari kemudian Arfan sudah sembuh dan boleh pulang dari rumah sakit. Malm harinya keluarga Arfan termasuk papa, mama dan Hasbi sendiri datang ke rumah orang tua Cahya untuk meminang. Kalau takdir cinta sudah tertulis untuk bersatu, seperti apapun halangannya tetap akan bersatu juga. Begitu juga dengan restu dari mamanya Arfan, setelah dibujuk oleh Antonio akhirnya istrinya itu bersedia memberi restu. "Ya, Aa rindu. Aa datang," batin Arfan dalam perjalanan menuju rumah Cahya."Om ganteng banget," celetuk Naura."Iya doang. Naura bentar lagi punya Tante baru.""Tante baru?""Iya. Om mau nikah sama Tante Cahya. Naura seneng nggak?""Y
Akhir Perjuangan"Ma, kamu tidak kasihan lihat anak kita? Kamu sedih karena Arfan hendak menikahi janda? Apa yang kamu takutkan hingga kamu tak merestui pernikahan Arfan dan Cahya?" berondong Antonio saat dirinya sedang berusaha membujuk istrinya itu. Sengaja ia membawa istrinya ke rumah sakit untuk melihat wajah pucat dan badan yang mulai menyusut itu."Wanita bukan hanya Cahya, Pa! Kenapa sih, Papa nggak ngerti?" sahut Ratri tak suka dengan pertanyaan suaminya."Lalu, wanita mana yang pantas mendampingi anak kita, jika ditinggalkan Cahya saja dia sudah sakit begini? Papa tahu, Mama masih menyimpan dendam lama karena Papa menikah lagi. Tapi Papa janji, jika Mama merestui Arfan, maka Papa tidak akan kembali pada istri Papa yang tak setia itu. Papa sadar, Mama yang terbaik. Mama wanita hebat yang layak untuk disebut istri setia. Maaf kalau selama ini Papa menyakiti hati Mama. Jujur, Papa menyesal. Papa merasa ini karma dan hadirnya Cahya yang menjadi seseorang yang penting di hati anak
“Yang bikin Cahya bingung, Cahya sama sekali enggak punya perasaan apa-apa sama dia, Bu. Tadi sudah Cahya tolak, tapi….” Mengalirlah cerita yang tadi terjadi di rumah sakit. Gayatri mendengarkan dan sesekali mengangguk, lain kali ia menggeleng ketika merasa tindakan Arfan nekat. “Gimana ya, Bu? Cahya enggak mau menjadi zhalim karena hanya Arfan saja yang mencintai Cahya. Dan Cahya juga masih terauma dengan masa lalu, belum lagi mamanya Arfan yang tidak mau merestui hubungan anaknya dengan Cahya. Jujur Cahya pun enggan menjadi bagian dari keluarga itu, tetapi mulut ini sudah terlanjur menjawab iya.” Sulit. Ya, itu yang pertama kali muncul di kepala Gayatri ketika dimintai pendapat. Hubungan dengan cinta sebelah pihak saja sudah berat, harus di tambah dengan restu yang kemungkinan berat akan terhalang ini benar-benar pelik. Gayatri membenarkan posisi duduknya. Kemudian ia menatap wajah anak perempuannya lembut. Gayatri tersenyum kemudian mulai berbicara.“Nak, pernikahan itu bukan un
“Astagfirullah. Cahya kamu dari mana saja, Nak. Kenapa hujan-hujanan?” Gayatri yang sedari tadi cemas menunggu kepulangan sang anak sangat kaget saat akhirnya menyambut kedatangan Cahya. Anak perempuannya itu pulang dengan pakaian basah kuyup, ia tidak mendapati siapapun bersama Cahya. Sebab memang Cahya pulang seorang diri. “Masuk. Ibu sudah siapkan air hangat. Ya ampun, kenapa tidak menunggu hujan reda. Kalau begini kamu bisa masuk angin! Mandilah dulu, Ibu bikinkan susu jahe hangat.” Cahya tidak banyak bicara, ia menuruti perintah Gayatri. Cahya segera membersihkan diri, air hangat yang digunakan mandi lumayan membuat dirinya merasa lebih rileks. Setelah mandi dan berganti pakaian, Gayatri menyusul anaknya ke kamar. Secangkir susu cahe hangat ia hidangkan untuk sang anak. “Di minum susu jahenya, mumpung masih hangat.”Cahya menerima minuman hangat itu dan menyeruputnya sedikit. Aroma jahe yang lembut dan sensai hangat meluncur melewati tenggorokannya, berakhir di dalam perut.
“Aku tahu kamu datang ke mari karena di suruh oleh Kak Hasbi, kan? Maafkan Aku karena malah membuatmu repot-repot menjenguk. Tapi, kalau boleh jujur aku memang sangat mengharapkan kedatanganmu, Ya.”“Untuk apa?” tanya Cahya cepat.“Untuk mengungkapkan perasaan aku ini. Aku mencintai kamu, Ya. Cinta sejak pertama memandang kamu.”Pengakuan Arfan sontak membuat Cahya mendongakkan kepala, menatap dengan kening mengernyit. Apa-apaan ini? Batinnya. Meski ia sering mendengar Arfan mengatakan hal ini, namun ia merasa berbeda dengan saat Arfan mengatakannya sekarang. Ia menyusuri lewat tatapan mata, berharap menemukan kebohongan. Namun, ia tidak berhasil menemukan itu, semua yang ia lihat adalah nyata. Mata sayu Arfan memancarkan sesuatu yang sangat kuat. “Cahya mungkin bagimu aku terlalu pengecut sebagai lelaki, hingga untuk menyatakan cinta pun harus menunggu kamu yang datang. Tapi, yang perlu kamu ketahui. Cinta Aa benar-benar tulus, aku tidak ingin menyesal dan mati sebelum mengungkapkan
Kedatangan Hasbi semata bertujuan untuk memberitahukan keadaan Arfan kepada Cahya. Setelah sesaat memberi waktu untuk putrinya bercengkerama dengan Cahya, ia pamit pulang. Sebelum pergi sekali lagi Hasbi meminta untuk Cahya sudi meluangkan waktu menjenguk Arfan. Setelah kepergian Hasbi kini Cahya duduk seorang diri di depan kios. Otaknya berfikir keras, ia bingung harus datang ke rumah sakit atau tidak? Selema ini ia sengaja menghindar dari keluarga Hasbi sebab tidak ingin dianggap biang masalah, usahanya pergi dan melupakan kedua pria itu berhasil dan pernyataan cinta Arfan yang diwakili oleh Hasbi barusan malah membuatnya bingung.Benarkah Arfan menyimpan rasa itu? Benarkah ia sakit sebab cintanya padaku tidak mendapat restu? Benarkah seorang Arfan jatuh cinta pada Cahya? Tanya Cahya dalam hati pada dirinya sendiri. Kemudian bibirnya melengkung, tersenyum. Jangan ke-PD-an Cahya, bisa saja ini hanya sandiara dan pemanis bibir mereka. Ingat siapa kamu! Bercerminlah sebelum memimpikan
Siang ini pekerjaan di londry sangat banyak. Beberapa hari belakangan cuaca memang sedang tidak bersahabat, mendung dan hujan tiba-tiba saja turun diluar prediksi. Situasi demikian membawa rejeki tersendiri untuk usaha Cahya. Banyak orang yang memilih menggunakan jasa londry untuk membersihkan pakaian. Lebih praktis, sebab kebanyakan mereka hanya memiliki mesin cuci rumahan walaupun pakaian yang sudah di keringkan masih perlu waktu untuk diangin-anginkan agar kering. Sedangkan Cahya, ia memiliki mesin cuci yang lebih canggih. Pakaian yang dimasukkan dalam keadaan kotor akan di keluarkan dalam keadaan bersih dan kering. Selanjutnya hanya perlu di setrika dan di lipat rapi."Tari, perasaan hari ini gak enak banget ya?" tanya Cahya yang sedang membantu Mentari melabeli beberapa pesanan laundry para pelanggan."Tanya perasaan aku? Aku mah, setiap hari perasaannya juga nggak enak. Soalnya nggak punya Ayang," jawab Mentari asal."Aku lagi tanya perasaanku. Bukan kamu, Ce Eunah.""Lah, diki