"Mau ....""Di ponsel ayah juga bisa download game belajar ngaji. Mau Mama bantu download?""Iya, Ma. Bisa?""Mama coba ya?"Wajah Naura amat senang. Ia kemudian memberikan ponsel Hasbi dan membukanya. Saat baru membuka, terlihat foto profil ibu kandung Naura. Cantik dan sekilas memang mirip Naura, tapi hanya hidung dan bibirnya saja. Lainnya, sangat mirip dengan Hasbi.Ternyata ponsel Hasbi tidak dikunci layar. Ia langsung membuka playstore dan mendownload aplikasi mengaji untuk Naura."Mau yang mana?" tanya Cahya menawarkannya pada Naura."Ini. Yang ada gambar buahnya. Kok ngaji malah ada mainan gambar buah, Ma?""Itu hanya biar Naura gak bosen kalau lagi belajar mengaji di ponsel. Kalau nanti mama sudah sembuh, Mama kasih hadiah Iqro buat belajar kamu.""Yee ..."Naura tampak senang mendengar Cahya memberikan dan menunjukkan bagaimana cara membaca huruf hijaiyah. Ia sangat tidak sabar menunggu cahaya sembuh agar bisa mendapatkan hadiah itu."Ma, Naura ngantuk.""Mau tidur?" "Boleh
Ancaman"Kenapa?" tanya Hasbi saat Deni menelponnya."Gawat, Pak.""Gawat?""Perusahaan cabang di Bogor, dibakar. Entah siapa pelakunya, ini seperti sebuah kesengajaan," lapor Deni."Cek CCTV," perintah Hasbi kalap."Tidak bisa. CCTV semuanya dihancurkan. Sepertinya ini adalah sebuah kesengajaan. Kita selesaikan sekarang, Pak?""Ya. Kamu ke sana dulu. Nanti saya menyusul.""Baik, Pak."Hasbi nampak berpikir keras, ancaman saingan bisnis lumayan berat karena dia yang merupakan pebisnis baru mampu menyaingi saingan bisnis yang lain.Hasbi kembali ke ruang inap Cahya, menatap wanita yang sedang lelap bersama anaknya itu lekat. Ia tak mungkin membangunkannya untuk pamit pergi kali ini. Ia menelpon Arfan, dan memintanya untuk datang ke rumah sakit menemani Cahya selama dirinya tidak ada di sana.***"A."Cahya terbangun. Saat ia membuka mata, ia melihat Arfan yang sedang duduk di sofa ruangannya."Sudah bangun? Nyenyak banget tidurnya, sampai aku masuk nggak kedengeran ,ya?" tanya Arfan te
36Pergi Saja"Cahya, Ibu senang kamu sangat bisa diandalkan untuk mengasuh Naura. Bahkan, sangat jarang seorang wanita bisa sangat dekat dengan cucuku yang introvert itu. Namun, saya tidak senang kamu dekat-dekat dengan anak saya. Baik Hasbi, maupun Arfan. Saya harap kamu bisa bekerja secara profesional, jika kamu tidak bisa melakukannya, baik kamu meminta mundur dari pekerjaan ini. Saya tidak ingin memecat kamu karena pastinya anak-anak akan menyalakan saya atas perbuatan itu. Maka dari itu, Saya hanya bisa menegaskan hal itu dan saya harap kamu cukup mengerti dengan maksud yang saya lontarkan tadi," ucap Ratri."Kenapa Ibu berbicara seperti itu? Saya bekerja secara profesional. Bahkan, pekerjaan yang bukan tanggung jawab saya, pun saya lakukan. itu semua bukan keinginan saya, tetapi anak-anak ibu yang meminta. Saya akan mencoba menjaga jarak, namun jika nanti saya tidak sanggup pasti saya sudah mengundurkan diri."Meski banyak pertanyaan yang Cahya ingin tanyakan, tetapi ia meras
37Jangan Ganggu DuluSetelah mengirim pesan pada Arfan tentang alamat laundry yang selama ini menjadi tempat usaha Cahya, Hasbi dibuat kaget dengan pesan dari nomer Cahya. Pesan Cahya yang sudah dikirim siang tadi, baru ia buka karena tertimbun pesan yang lain.'Pak Hasbi yang terhormat, terima kasih atas segala waktunya dan kesempatan buat saya bekerja di tempat Bapak. Namun, sehubungan kondisi saya yang tidak fit, saya memutuskan untuk resign dan mengundurkan diri sebagai baby sitter Naura. Maaf jika terkesan tidak sopan, tetapi saya benar-benar tidak bisa lagi bekerja di tempat Bapak. Bapak cukup baik memperlakukan saya dan saya juga sangat terbantu dengan gaji yang Bapak berikan selama beberapa bulan ini. Mohon untuk tidak menjadi masalah serius, saya mohon pamit. Untuk gaji bulan ini, tidak usah dibayarkan. Anggap sebagai rasa terimakasih saya karena sudah pernah numpang hidup di keluarga Bapak.'Hasbi begitu kaget. Pesan yang Cahya kirimkan, langsung membuat otaknya buntu. Acar
Cahya menghidupkan ponselnya. Ia ingin melihat, berapa banyak pesan yang masuk setelah izin kepergiannya itu pada Hasbi.Ada 20 panggilan dari Arfan dan 6 pesan darinya. Serta 40 panggilan dari Hasbi dan 2 pesan darinya. Hasbi : "Saya tidak mengizinkan kamu keluar, Cahya. Jika gajimu kurang, katakan saja! Berapapun itu, saya bayar asal anak saya bisa bahagia dalam pengasuhanmu.""Saya tidak tahu apakah kamu sengaja pergi karena kenakalan Naura. Tapi yang saya sayangkan, kamu sama sekali tidak ada i'tikad baik membicarakan apa masalahmu meminta keluar dari pekerjaan ini."Arfan :"Cahya, dimana?""Cahya, Aa jemput di tempat laundry ya?""Kok kamu nggak ada di sana? Katakan di mana. Naura mencarimu.""Naura mencarimu, Ya. Aa bingung.""Apa ada masalah hingga kamu memutuskan pergi, Ya? Apakah kedekatan kita ini membuatmu tidak nyaman?""Bukanya kamu janji membantuku mengembangkan bisnis restoranku? Kabari Aa jika kamu sudah siap bertemu. Jangan datang, lalu pergi tanpa kabar. Ibarat mi
38Bertemu Dia"Ya," panggilan Tania membuat Cahya yang dari tadi merasa bingung dan selingkuhkan mencari keberadaan sahabat itu. "Cariin gue ya?""Ya. Kamu di WA nggak balas," sahut Cahya."Sorry, lagi siapin bahan di dalam. Yuk, masuk!"Cahya ikut masuk ke dalam universitas yang Tania maksud. Ya, Tania bekerja di sini. Lebih tepatnya, dia dosen di universitas ini. Tania cukup pandai, hingga saat SMP dia lompat kelas dan kini bisa menjadi dosen di usia yang hampir sama dengan Cahya."Tan, gue malu. Isinya anak muda semua," lirih Cahya."Kalau isinya aki-aki semua, namanya panti jompo, Cahya," ledek Tania.Cahya tersenyum kecut lalu duduk di meja tamu yang sudah disiapkan."Ini gue ngapain di sini?""Bantu gue buat jadi pembicara mengenai metode bisnis. Kamu bukak loundry yang di Mangga besar, bukan?""Kok tahu?""Tahu dong. Gue gitu loh.""Tahu dari siapa?""Ada deh. Pokoknya, nanti kamu cerita sama semua orang mengenai bisnis kecil-kecilan itu ya. Nanti akan banyak juga tamu yang la
39Ular Bertemu Naga"Bisa ambil cuti satu minggu, Yang? Istriku menelpon minta liburan," ucap Hardian."Satu minggu? Nggak bisa. Aku lebih membutuhkan kamu daripada dia. Lagian, ga ada hal buat dia minta liburan. Bahkan selama ini aku selalu memberikan apa yang dia mau. Lalu, mau minta waktu kamu juga? Gak!" sentak Shirya."Tapi aku ingin pulang. Please …"Shirya terdiam. Membiarkan Hardian di tempat kerja bersamanya setiap hari pastinya membuat Hardian bosan. Namun, berasa di samping Hardian membuat candu baginya dan perasaan tak rela berbagi kini mulai menghinggapi."Aku ikut," pungkas Shirya."Yang benar saja, mana mungkin aku mengajakmu ke rumah? Pastilah akan terjadi peperangan di rumah. Ayolah, Sayang. Aku hanya sebentar," bujuk Hardian."No! Kalau kamu nggak mau ajak aku, aku nggak izinkan kamu pergi. Bagaimana?"Hardian menggeram dalam hati. Perasaan jenuh dan bosan degan pekerjaannya ini, membuat ia ingin sekali menyudahi semuanya. Namun, jika berhenti sampai waktu yang dis
Shrya dan Hardian turun dari mobil. Silvia kaget melihat Hardian yang pulang bersama seorang wanita."Assalamualaikum," salam Hardian sambil tersenyum."Waalaikumsalam. Mas? Dia siapa?" tanya Silvia kaget."Perkenalkan, saya Shrya."Shrya mengulurkan tangannya namun Silvia acuh dan menatap suaminya tajam. Shrya kembali menarik tangannya dan menahan kesal dengan sikap diam dan tatapan tajam pada Hardian juga membuat Hardian bingung menghadapi dua wanitanya itu."Silvia, dia karyawan yang diminta kantor mewakili sidak rumah. Yok, masuk dulu. Kita berbicara di dalam," ajak Hardian.Silvia yang masih bingung memilih ikut masuk dan duduk di sofa. Bukannya membuatkan minum, ia justru menatap sengit pada Shrya. "Mas, jangan bercanda deh. Ini gak lucu!" seru Sivia."Kok melucu? Mas kan sudah bilang, Mas sibuk dan ada pekerjaan yang tidak bisa Mas tinggalkan. Shrya ini, perwakilan dari kantor yang bos sengaja kirimkan datang ke sini. Ayolah," bujuk Hardian. "Bikin minum, Sil," titah Hardian.
Hardian turun dari pelaminan. Dia langsung keluar dari gedung pesta yang digunakan untuk acara resepsi Arfan dan Cahya. Dia langsung kembali setelah urusannya selesai karena memang dia tidak berniat untuk merusak pernikahan Cahya maupun Arfan. Meski Hardian merasakan rasa yang menyakitkan, tetapi Ini semua adalah hasil dari apa yang sudah ia berbuat di masa lalu saat bersama Cahya."Jangan cemburu, A. Cahya gak mengundangnya," bisik Cahya saat mereka masih menyalami beberapa tamu namun wajah Arfan terlihat berubah dingin."Aku tahu, tapi kedatangannya merusak moodku," ucap Arfan kesal.Hiburan yang membuat acara pesta bertambah begitu meriah, menandakan resepsi Arfan dan cahaya sukses dan membuat semua yang hadir ikut merasakan kebahagiaan pengantin baru itu. Kini, acara telah usai dan keluarga sudah kembali ke rumah masing-masing. Tinggallah Arfan dan Cahya, yang akhirnya memilih menginap di hotel tempat mereka melakukan resepsi."Langsung tidur aja, ya? Capek kan?" tanya Cahya senga
Di depan cermin besar Cahya tengah mematut diri. Wajah perempuan itu sudah selesai di rias, gaun dari bahan brukat terbaik melekat pas di tubuhnya yang ramping. Di bantu seorang asisten MUA ia memakai heels. “Masyallah, Mbak Cahya cantik sekali. Begini juga yang namanya bidadari kalah cantik, Mbak,” seloroh Tari yang ditugaskan menjemput calon pengantin. “Kamu jangan ngeledek. MUA dan semua yang aku pakai ini dari pemberian dari keluarga Arfan!”“Aku serius, kamu memang cantik banget. Suer!” Tari mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V. “Akhirnya kamu ketemu juga dengan laki-laki yang tulus mencintai kamu, Ya. Aku ikut seneng, selamat ya atas pernikahan kamu. Sekarang kamu udah sah jadi istrinya Arfan.” Tari dan Cahya berpelukan. Cahya merasa haru bercampur bahagia. “Makasih, Tari.”“Yuk keluar, kamu udah di tunggu banyak orang.”Hati-hati Tari membimbing Cahya keluar dari kamar hotel, membawanya ke aula yang di sana sudah hadir seluruh keluarga kedua mempela
"Ya. Papa orang hebat, kamu juga anak hebat. Demi kalian, Mama rela. Mama ikhlas, menerima Cahya sebagai menantu. Kamu harus segera sembuh, karena setelah keluar dari rumah sakit nanti kita akan menambah Cahya untukmu bersama-sama."Arfan sangat bahagia. Ternyata perjuangannya tidak sia-sia. Dia sampai ikut menitikan air matanya. "Makasih, Ma, Pa."**Tiga hari kemudian Arfan sudah sembuh dan boleh pulang dari rumah sakit. Malm harinya keluarga Arfan termasuk papa, mama dan Hasbi sendiri datang ke rumah orang tua Cahya untuk meminang. Kalau takdir cinta sudah tertulis untuk bersatu, seperti apapun halangannya tetap akan bersatu juga. Begitu juga dengan restu dari mamanya Arfan, setelah dibujuk oleh Antonio akhirnya istrinya itu bersedia memberi restu. "Ya, Aa rindu. Aa datang," batin Arfan dalam perjalanan menuju rumah Cahya."Om ganteng banget," celetuk Naura."Iya doang. Naura bentar lagi punya Tante baru.""Tante baru?""Iya. Om mau nikah sama Tante Cahya. Naura seneng nggak?""Y
Akhir Perjuangan"Ma, kamu tidak kasihan lihat anak kita? Kamu sedih karena Arfan hendak menikahi janda? Apa yang kamu takutkan hingga kamu tak merestui pernikahan Arfan dan Cahya?" berondong Antonio saat dirinya sedang berusaha membujuk istrinya itu. Sengaja ia membawa istrinya ke rumah sakit untuk melihat wajah pucat dan badan yang mulai menyusut itu."Wanita bukan hanya Cahya, Pa! Kenapa sih, Papa nggak ngerti?" sahut Ratri tak suka dengan pertanyaan suaminya."Lalu, wanita mana yang pantas mendampingi anak kita, jika ditinggalkan Cahya saja dia sudah sakit begini? Papa tahu, Mama masih menyimpan dendam lama karena Papa menikah lagi. Tapi Papa janji, jika Mama merestui Arfan, maka Papa tidak akan kembali pada istri Papa yang tak setia itu. Papa sadar, Mama yang terbaik. Mama wanita hebat yang layak untuk disebut istri setia. Maaf kalau selama ini Papa menyakiti hati Mama. Jujur, Papa menyesal. Papa merasa ini karma dan hadirnya Cahya yang menjadi seseorang yang penting di hati anak
“Yang bikin Cahya bingung, Cahya sama sekali enggak punya perasaan apa-apa sama dia, Bu. Tadi sudah Cahya tolak, tapi….” Mengalirlah cerita yang tadi terjadi di rumah sakit. Gayatri mendengarkan dan sesekali mengangguk, lain kali ia menggeleng ketika merasa tindakan Arfan nekat. “Gimana ya, Bu? Cahya enggak mau menjadi zhalim karena hanya Arfan saja yang mencintai Cahya. Dan Cahya juga masih terauma dengan masa lalu, belum lagi mamanya Arfan yang tidak mau merestui hubungan anaknya dengan Cahya. Jujur Cahya pun enggan menjadi bagian dari keluarga itu, tetapi mulut ini sudah terlanjur menjawab iya.” Sulit. Ya, itu yang pertama kali muncul di kepala Gayatri ketika dimintai pendapat. Hubungan dengan cinta sebelah pihak saja sudah berat, harus di tambah dengan restu yang kemungkinan berat akan terhalang ini benar-benar pelik. Gayatri membenarkan posisi duduknya. Kemudian ia menatap wajah anak perempuannya lembut. Gayatri tersenyum kemudian mulai berbicara.“Nak, pernikahan itu bukan un
“Astagfirullah. Cahya kamu dari mana saja, Nak. Kenapa hujan-hujanan?” Gayatri yang sedari tadi cemas menunggu kepulangan sang anak sangat kaget saat akhirnya menyambut kedatangan Cahya. Anak perempuannya itu pulang dengan pakaian basah kuyup, ia tidak mendapati siapapun bersama Cahya. Sebab memang Cahya pulang seorang diri. “Masuk. Ibu sudah siapkan air hangat. Ya ampun, kenapa tidak menunggu hujan reda. Kalau begini kamu bisa masuk angin! Mandilah dulu, Ibu bikinkan susu jahe hangat.” Cahya tidak banyak bicara, ia menuruti perintah Gayatri. Cahya segera membersihkan diri, air hangat yang digunakan mandi lumayan membuat dirinya merasa lebih rileks. Setelah mandi dan berganti pakaian, Gayatri menyusul anaknya ke kamar. Secangkir susu cahe hangat ia hidangkan untuk sang anak. “Di minum susu jahenya, mumpung masih hangat.”Cahya menerima minuman hangat itu dan menyeruputnya sedikit. Aroma jahe yang lembut dan sensai hangat meluncur melewati tenggorokannya, berakhir di dalam perut.
“Aku tahu kamu datang ke mari karena di suruh oleh Kak Hasbi, kan? Maafkan Aku karena malah membuatmu repot-repot menjenguk. Tapi, kalau boleh jujur aku memang sangat mengharapkan kedatanganmu, Ya.”“Untuk apa?” tanya Cahya cepat.“Untuk mengungkapkan perasaan aku ini. Aku mencintai kamu, Ya. Cinta sejak pertama memandang kamu.”Pengakuan Arfan sontak membuat Cahya mendongakkan kepala, menatap dengan kening mengernyit. Apa-apaan ini? Batinnya. Meski ia sering mendengar Arfan mengatakan hal ini, namun ia merasa berbeda dengan saat Arfan mengatakannya sekarang. Ia menyusuri lewat tatapan mata, berharap menemukan kebohongan. Namun, ia tidak berhasil menemukan itu, semua yang ia lihat adalah nyata. Mata sayu Arfan memancarkan sesuatu yang sangat kuat. “Cahya mungkin bagimu aku terlalu pengecut sebagai lelaki, hingga untuk menyatakan cinta pun harus menunggu kamu yang datang. Tapi, yang perlu kamu ketahui. Cinta Aa benar-benar tulus, aku tidak ingin menyesal dan mati sebelum mengungkapkan
Kedatangan Hasbi semata bertujuan untuk memberitahukan keadaan Arfan kepada Cahya. Setelah sesaat memberi waktu untuk putrinya bercengkerama dengan Cahya, ia pamit pulang. Sebelum pergi sekali lagi Hasbi meminta untuk Cahya sudi meluangkan waktu menjenguk Arfan. Setelah kepergian Hasbi kini Cahya duduk seorang diri di depan kios. Otaknya berfikir keras, ia bingung harus datang ke rumah sakit atau tidak? Selema ini ia sengaja menghindar dari keluarga Hasbi sebab tidak ingin dianggap biang masalah, usahanya pergi dan melupakan kedua pria itu berhasil dan pernyataan cinta Arfan yang diwakili oleh Hasbi barusan malah membuatnya bingung.Benarkah Arfan menyimpan rasa itu? Benarkah ia sakit sebab cintanya padaku tidak mendapat restu? Benarkah seorang Arfan jatuh cinta pada Cahya? Tanya Cahya dalam hati pada dirinya sendiri. Kemudian bibirnya melengkung, tersenyum. Jangan ke-PD-an Cahya, bisa saja ini hanya sandiara dan pemanis bibir mereka. Ingat siapa kamu! Bercerminlah sebelum memimpikan
Siang ini pekerjaan di londry sangat banyak. Beberapa hari belakangan cuaca memang sedang tidak bersahabat, mendung dan hujan tiba-tiba saja turun diluar prediksi. Situasi demikian membawa rejeki tersendiri untuk usaha Cahya. Banyak orang yang memilih menggunakan jasa londry untuk membersihkan pakaian. Lebih praktis, sebab kebanyakan mereka hanya memiliki mesin cuci rumahan walaupun pakaian yang sudah di keringkan masih perlu waktu untuk diangin-anginkan agar kering. Sedangkan Cahya, ia memiliki mesin cuci yang lebih canggih. Pakaian yang dimasukkan dalam keadaan kotor akan di keluarkan dalam keadaan bersih dan kering. Selanjutnya hanya perlu di setrika dan di lipat rapi."Tari, perasaan hari ini gak enak banget ya?" tanya Cahya yang sedang membantu Mentari melabeli beberapa pesanan laundry para pelanggan."Tanya perasaan aku? Aku mah, setiap hari perasaannya juga nggak enak. Soalnya nggak punya Ayang," jawab Mentari asal."Aku lagi tanya perasaanku. Bukan kamu, Ce Eunah.""Lah, diki