Kota Akhir, Pulau Kambangan Darah. Lao Aidan memasuki sebuah istana megah yang dikelilingi ratusan prajurit berzirah lengkap, didalam istana terlihat puluhan prajurit yang berdiri sejajar menciptakan lorong untuk Penyihir tua Seta dan Lao Aidan yang mengekorinya di belakang. "Salam hormat tuan tua Seta!" Pekik puluhan prajurit menangkupkan tangan memberi hormat kepada Penyihir tua. Penyihir tua hanya tersenyum, lalu berhenti di depan sebuah singgasana yang berada tinggi diatasnya. "Kamu mau kemana tuan muda?" Tanya penyihir tua menangkap kerah Lao Aidan yang hendak naik tangga menuju singgasana, lalu menariknya kembali.Seorang Prajurit menghampiri mereka. "Tuan tua yang terhormat, tuan Joshua sedang berada di perjalanan." Ucap prajurit itu dengan hormat. "Silahkan duduk terlebih dulu sembari menunggu tuan Joshua datang." Lanjut prajurit itu mengarahkan Penyihir tua dan Lao Aidan untuk duduk di kursi yang berada di sebelah kiri. Dimana selain singgasana di ruangan yang luas itu
Hutan monster. Derrick yang baru menginjakkan kaki di kedalaman hutan monster lebih jauh secara tidak sengaja bertemu dengan seseorang yang membawa monster ular, sontak Derrick bersiap menyerang jika orang itu berniat menyerangnya. "Permisi, sobat!" Ucap orang itu dengan senyum kecil dan sangat ramah, Derrick merasa rileks. "Silahkan." Ucap Derrick sopan dan tak sengaja mereka saling tatap. Setelah orang itu sedikit jauh, Derrick melanjutkan langkahnya memasuki hutan monster lebih dalam lagi.Derrick yang lebih jauh memasuki hutan secara tidak sengaja bertemu beruang hitam dengan punggung terbakar dan memiliki luka cakar menyilang di wajahnya. "Binatang iblis, beruang api mileak?" Gumam Derrick terkejut bertemu dengan seekor beruang api yang merupakan binatang iblis. "Siapa yang menduga di hutan monster ini bersemayam binatang iblis langkah 8, beruang api mileak." Batin Derrick menatap tajam beruang yang juga menatapnya. Grargh!!!Raung beruang itu menciptakan gelombang suara y
Alam bawah sadar. Di sebuah lembah yang sangat gersang, di sebuah batang pohon besar dengan sebuah rumah gubuk dengan atap daun rumbia di belakangnya, di batang pohon besar tersebut terlihat seorang pria tua yang sedang duduk bersila memandang tajam sesosok pemuda yang tertunduk. "Derrick..." Pria tua itu buka suara memecah kesunyian. "Guru, maafkan murid yang lemah ini, murid yang lemah ini tidak mampu menyelesaikan janji yang murid buat karena... karena murid yang bodoh ini terbunuh." Sela Derrick dengan memelankan suaranya di akhir kalimat dengan air mata menetes membasahi pipi. Pria tua itu hanya diam mendengarkan Derrick yang meminta maaf, pria itu menghela nafas berat beberapa detik setelah Derrick menyelesaikan kata-katanya. "Huuh, benar juga, Kaisar iblis bukanlah lawanmu untuk saat ini, kamu terlalu lemah dan tidak memiliki pengalaman, bahkan terbunuh oleh seorang pemuda yang hanya ranah langit." Ucap pria tua itu dengan senyum remeh dan tatapan merendahkan. "Ini salahk
Hutan monster. Derrick yang terus masuk ke dalam hutan monster akhirnya sampai di sebuah danau yang sangat indah dengan air yang begitu tenang dibawah teriknya matahari. "Danau yang sangat indah." Puji Derrick terkesima melihat danau tersebut. Derrick terus mendekati pinggir danau dan tidak menyadari ada sepasang mata yang menatapnya tajam di balik semak-semak yang berada di pinggiran danau. "Aahh... aku sangat ingin berenang di danau ini, tapi aku takut." Ucap Derrick bergidik ngeri ketika membayangkan binatang monster penunggu danau yang akan menerkamnya. Alhasil Derrick hanya bisa melihat keindahan danau itu dari pinggir saja, dia takut untuk berenang di danau meskipun dia sangat ingin berenang. Clung! Karena penasaran Derrick melempar batu krikil ke dalam danau untuk menguji apakah ada monster atau tidak di dalam danau, Derrick kembali melempar kerikil karena tidak ada respon di dalam danau. "Hmz, sepertinya aman." Gumam Derrick mendekat ke pinggir danau. "Tapi itu mana m
Hutan monster.Derrick duduk di sebuah batang pohon besar yang dia robohnya sembari ditemani monster buaya yang dia bunuh sebelumnya. "Rumput betadin sudah, daun kelor perak sudah, ginseng merah hati sudah." Gumam Derrick sembari mencoret tiga tanaman herbal pesanan Fioren. "Jadi hanya tinggal melati putih kabut dan juga tanaman bunga seribu es." Gumam Derrick melirik dua tanaman yang tersisa, lalu menyimpan daftar tanaman herbal tersebut. "Baiklah, aku harus cepat menemukan dua tanaman herbal itu dan kembali ke kota." Ucap Derrick melakukan gerakan peregangan badan dan sedikit olahraga pemanasan. Saat peregangan Derrick menangkap sesosok burung kecil yang mengawasinya, namun Derrick mengabaikannya karena bagi Derrick itu hanyalah burung biasa. 3 menit berlalu. "Kenapa aku merasa tidak nyaman ditatapnya?" Gumam Derrick dalam hati sembari melihat burung pipit tersebut. Mereka berdua saling tatap. "Hm." Gumam Derrick terus menatap burung pipit tersebut. Burung pipit yang sedari
Istana megah, kediaman raja pulau Kambangan darah. Kediaman Joshua terlihat hancur lebur dengan api yang membakar di berbagai tempat akibat serangan Lao Aidan kepada Joshua sang raja pulau Kambangan darah, pertarungan mereka menarik perhatian semua penghuni pulau, termasuk Kyle yang berada tidak jauh dari istana raja Joshua. "Lalu bagaimana dengan ini." Ucap Lao Aidan mengalirkan energi tenaga dalam dalam jumlah besar ke pedangnya. "Teknik pedang api: tebasan dewa pedang api pembelah gunung!" Pekik Lao Aidan melepaskan tekniknya. Slash! Tebasan api itu memotong apapun, bahkan istana besar milik Joshua terpotong dua akibatnya, namun Joshua terlihat baik-baik saja, tanpa terluka sama sekali. "Apa? Dia masih bertahan, bahkan tidak terluka sama sekali." Lao Aidan sangat terkejut. Kyle melompat dari burung rajawali dan mengagetkan Joshua, di sisi lain Lao Aidan berlari melancarkan tebasan ke leher Joshua dengan pedang apinya dan Kyle melancarkan tusukan dari belakang. Serangan mere
Rumah pandai besi. Setelah menghadiri pertemuan dengan Tiger Long, Derrick memutuskan mengunjungi seorang pandai besi yang membuka toko di pinggiran kota awal untuk menjual monster buaya yang dia dapatkan. Ketika sampai di tempat pandai besi, Derrick disambut oleh seorang bapak-bapak berwajah garang yang menatapnya tajam. "Pak..." Sapa Derrick dengan senyum ramah, pria pandai besi bernama Jones itu terus menatap tajam Derrick tanpa mengatakan sepatah kata pun. "Apakah anda bisa menempah senjata sihir?" Tanya Derrick kemudian karena Jones tidak menjawab sapaannya. "Apakah kamu tidak lihat papan nama itu?" Tanya Jones dengan ketus sembari menunjuk papan nama di atas depan tokonya. Dimana papan nama itu bertulis "Rumah pandai besi Jones""Haha, aku melihatnya." Derrick tertawa canggung sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tidak perlu basa-basi, senjata apa yang ingin kamu buat?" Tanya Jones tidak sabar. "Niat awalku ingin membuat tongkat menggunakan monster ini, tapi..."
Jalanan kota. Derrick yang jalan menuju penginapan tiba-tiba diserang oleh seseorang menggunakan tongkat yang mengeluarkan listrik hitam, sontak Derrick menjauh dan membuat serangan itu gagal. Bang! Duar! Ledakan besar terjadi di tengah-tengah keramaian para pejalan kaki akibat pukulan keras tongkat tersebut dan menciptakan asap tebal, sebuah tongkat emas terlempar dari asap ledakan menuju Derrick. "Pelindung!" Pekik Derrick menahan tongkat tersebut, namun pelindungnya tidak bertahan lama dan hancur, Derrick dengan sigap menangkap tongkat tersebut. Tongkat itu bergetar dan mengeluarkan petir hitam yang merambat ke tubuh Derrick dan memaksa Derrick melepaskan pegangannya, tongkat itu kembali ke pemiliknya. "Kamu..." Derrick mengenal si penyerang, dimana si penyerang tidak lain adalah orang yang dia tabrak di paviliun harta. "Siapa yang membuat keributan, Brengsek!" Pekik seseorang pejalan kaki dengan marah, namun dia seketika terkejut melihat siapa yang membuat keributan. "Hm,