Hutan monster. Derrick yang terus masuk ke dalam hutan monster akhirnya sampai di sebuah danau yang sangat indah dengan air yang begitu tenang dibawah teriknya matahari. "Danau yang sangat indah." Puji Derrick terkesima melihat danau tersebut. Derrick terus mendekati pinggir danau dan tidak menyadari ada sepasang mata yang menatapnya tajam di balik semak-semak yang berada di pinggiran danau. "Aahh... aku sangat ingin berenang di danau ini, tapi aku takut." Ucap Derrick bergidik ngeri ketika membayangkan binatang monster penunggu danau yang akan menerkamnya. Alhasil Derrick hanya bisa melihat keindahan danau itu dari pinggir saja, dia takut untuk berenang di danau meskipun dia sangat ingin berenang. Clung! Karena penasaran Derrick melempar batu krikil ke dalam danau untuk menguji apakah ada monster atau tidak di dalam danau, Derrick kembali melempar kerikil karena tidak ada respon di dalam danau. "Hmz, sepertinya aman." Gumam Derrick mendekat ke pinggir danau. "Tapi itu mana m
Hutan monster.Derrick duduk di sebuah batang pohon besar yang dia robohnya sembari ditemani monster buaya yang dia bunuh sebelumnya. "Rumput betadin sudah, daun kelor perak sudah, ginseng merah hati sudah." Gumam Derrick sembari mencoret tiga tanaman herbal pesanan Fioren. "Jadi hanya tinggal melati putih kabut dan juga tanaman bunga seribu es." Gumam Derrick melirik dua tanaman yang tersisa, lalu menyimpan daftar tanaman herbal tersebut. "Baiklah, aku harus cepat menemukan dua tanaman herbal itu dan kembali ke kota." Ucap Derrick melakukan gerakan peregangan badan dan sedikit olahraga pemanasan. Saat peregangan Derrick menangkap sesosok burung kecil yang mengawasinya, namun Derrick mengabaikannya karena bagi Derrick itu hanyalah burung biasa. 3 menit berlalu. "Kenapa aku merasa tidak nyaman ditatapnya?" Gumam Derrick dalam hati sembari melihat burung pipit tersebut. Mereka berdua saling tatap. "Hm." Gumam Derrick terus menatap burung pipit tersebut. Burung pipit yang sedari
Istana megah, kediaman raja pulau Kambangan darah. Kediaman Joshua terlihat hancur lebur dengan api yang membakar di berbagai tempat akibat serangan Lao Aidan kepada Joshua sang raja pulau Kambangan darah, pertarungan mereka menarik perhatian semua penghuni pulau, termasuk Kyle yang berada tidak jauh dari istana raja Joshua. "Lalu bagaimana dengan ini." Ucap Lao Aidan mengalirkan energi tenaga dalam dalam jumlah besar ke pedangnya. "Teknik pedang api: tebasan dewa pedang api pembelah gunung!" Pekik Lao Aidan melepaskan tekniknya. Slash! Tebasan api itu memotong apapun, bahkan istana besar milik Joshua terpotong dua akibatnya, namun Joshua terlihat baik-baik saja, tanpa terluka sama sekali. "Apa? Dia masih bertahan, bahkan tidak terluka sama sekali." Lao Aidan sangat terkejut. Kyle melompat dari burung rajawali dan mengagetkan Joshua, di sisi lain Lao Aidan berlari melancarkan tebasan ke leher Joshua dengan pedang apinya dan Kyle melancarkan tusukan dari belakang. Serangan mere
Rumah pandai besi. Setelah menghadiri pertemuan dengan Tiger Long, Derrick memutuskan mengunjungi seorang pandai besi yang membuka toko di pinggiran kota awal untuk menjual monster buaya yang dia dapatkan. Ketika sampai di tempat pandai besi, Derrick disambut oleh seorang bapak-bapak berwajah garang yang menatapnya tajam. "Pak..." Sapa Derrick dengan senyum ramah, pria pandai besi bernama Jones itu terus menatap tajam Derrick tanpa mengatakan sepatah kata pun. "Apakah anda bisa menempah senjata sihir?" Tanya Derrick kemudian karena Jones tidak menjawab sapaannya. "Apakah kamu tidak lihat papan nama itu?" Tanya Jones dengan ketus sembari menunjuk papan nama di atas depan tokonya. Dimana papan nama itu bertulis "Rumah pandai besi Jones""Haha, aku melihatnya." Derrick tertawa canggung sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tidak perlu basa-basi, senjata apa yang ingin kamu buat?" Tanya Jones tidak sabar. "Niat awalku ingin membuat tongkat menggunakan monster ini, tapi..."
Jalanan kota. Derrick yang jalan menuju penginapan tiba-tiba diserang oleh seseorang menggunakan tongkat yang mengeluarkan listrik hitam, sontak Derrick menjauh dan membuat serangan itu gagal. Bang! Duar! Ledakan besar terjadi di tengah-tengah keramaian para pejalan kaki akibat pukulan keras tongkat tersebut dan menciptakan asap tebal, sebuah tongkat emas terlempar dari asap ledakan menuju Derrick. "Pelindung!" Pekik Derrick menahan tongkat tersebut, namun pelindungnya tidak bertahan lama dan hancur, Derrick dengan sigap menangkap tongkat tersebut. Tongkat itu bergetar dan mengeluarkan petir hitam yang merambat ke tubuh Derrick dan memaksa Derrick melepaskan pegangannya, tongkat itu kembali ke pemiliknya. "Kamu..." Derrick mengenal si penyerang, dimana si penyerang tidak lain adalah orang yang dia tabrak di paviliun harta. "Siapa yang membuat keributan, Brengsek!" Pekik seseorang pejalan kaki dengan marah, namun dia seketika terkejut melihat siapa yang membuat keributan. "Hm,
"Sinta, katakan apa yang Derrick lakukan kepadamu, katakan kepada kami bahwa dia memperkosamu." Desak Fioren ketika sampai di depan Sinta, Sinta bergetar mendengarnya dan menunjukkan ekspresi tidak senang. "Apa yang kamu katakan, pria menjijikkan itu tidak melakukan apapun kepadaku, dia hanya menyiksaku." Ucap Sinta sembari menunjuk lehernya yang bercap merah lima jari akibat cekikan Derrick ketika sedang diperkosa. "Sinta katakan yang sejujurnya, jangan takut, aku akan membantu..." Fioren tentu terkejut mendengar jawaban Sinta dan dia tahu betul alasan cap lima jari di leher Sinta, namun dia menduga Derrick mengancam Sinta agar tutup mulut. "Aku lebih tahu darimu, karena aku korbannya." Sela Sinta, lalu pergi menjauh dengan langkah aneh dan terburu-buru. "Aku mana mungkin menyebarkan aib itu, mana mungkin, sialan!" Batin Sinta mempercepat langkahnya sembari mencoba membuka borgol tangannya. Sinta tidak akan mau mengakui bahwa dirinya diperkosa oleh Derrick, karena menurutnya itu
Derrick kembali ke penginapannya dan terkejut mendapati Fioren berada di kamarnya dengan tangan menyilang di dada, tatapan lurus ke depan, dan menampilkan wajah tidak ramah. Derrick masuk sedikit ke dalam dan mencuci tangannya yang berlumuran darah, Fioren membelalakkan mata melihatnya dan semakin yakin dengan keputusannya. "Lagi mencuci dosa?" Tanya Fioren tiba-tiba, lalu bergumam dalam hati : "Aku harus membunuh pria brengsek ini apapun bayarannya, sekalipun itu nyawaku."Derrick menghentikan kegiatannya : "Dosa? Haha." Derrick tertawa sembari mengeringkan tangannya yang basah dengan sehelai handuk. "Apakah kamu sudah puas bermain dengan wanita malang itu?" Tanya Fioren. Derrick tentu tahu wanita malang yang dimaksudkan Fioren, Derrick tersenyum kecil : "Aku tidak seburuk itu, selain itu apa yang kamu lakukan di kamarku?" "Apakah kamu menginginkan itu setelah menguping kegiatan kami berdua di kamar itu?" Ucap Derrick menggoda Fioren sembari terus mengeringkan tangannya yang seb
Pelabuhan. Lao Aidan menuju kapal perang yang bersandar di pelabuhan setelah menyelesaikan urusannya dengan Light salah satu tahanan sekaligus ketua kelompok di pulau kambangan darah. "Akhirnya kamu datang juga, aku sampai khawatir karena kamu tidak datang-datang hampir 1 jam lamanya." Ucap Kyle menyambut kedatangan Lao Aidan. "Maaf Kyle, aku datang sedikit terlambat karena bernegosiasi dengan mereka bukan hal yang mudah. " Balas Lao Aidan sembari tersenyum ramah kepada Kyle. "Apakah kamu sudah mengaturnya?" Tanya Kyle dengan serius dan juga bersemangat. "Tentu saja, Derrick akan baik-baik saja selama dia mau bergabung dengan kelompok bintang api." Balas Lao Aidan memandang kereta kuda yang baru sampai di depan kapal. "Yang mulia raja Joshua, penguasa pulau kambangan darah telah tiba!"Pekik seorang prajurit seiring dengan sebuah kaki dengan pelindung besi keluar menghentakkan pijakan kereta kuda dan membuat kuda sedikit terkejut, dari dalam kereta kuda muncullah Joshua yang men