Kota Naga Langit. Di suatu tempat yang tidak diketahui, terlihat sebuah kawah besar yang terus disambar petir hitam berkali-kali. Petir itu terus menyambar kawah tersebut seakan-akan memiliki dendam pribadi kepada tanah di hutan tersebut. Tempat itu sebelumnya adalah hutan yang dikelilingi formasi sihir pelindung yang melindungi sebuah bangunan besar yang menjadi lokasi 20 orang dewa untuk membuat pilar formasi sembilan surgawi. Ya, tempat itu adalah lokasi Pembuatan Pilar Formasi Sembilan Surgawi. Jika diperhatikan secara seksama terlihat banyak mayat yang berserakan di sekitar kawah besar tersebut, mayat-mayat itu tampaknya adalah manusia yang mati di sambar petir. Terlihat 20 bendera putih melayang yang menampilkan simbol unik dan kuno bertinta emas, di belakang bendera putih tersebut terlihat sesosok mayat tua yang mati melayang dan terus disambar petir. Suasana seperti itu benar-benar mengerikan dan membuat orang takut. 20 bendera yang melayang itu secara bersamaan jatuh dan
Derrick yang bersembunyi dalam dunia dimensi akhirnya memutuskan keluar setelah berada jauh dari keberadaan Fioren, namun baru saja muncul di permukaan Derrick bertemu dengan seseorang yang sedang duduk di sebuah pohon tumbang dengan ratusan mayat monster berserakan di sekitarnya. "Aku kira ada apa hingga hutan ini bergejolak beberapa hari belakangan, ternyata itu ulahmu, Derrick sang pemerkosa." Ucap pemuda itu dengan tinju menopang pipi kanan. "Kamu siapa?" Tanya Derrick heran dengan keberadaan orang tersebut. Derrick menyimpan kubus kayunya ke dalam gulungan segel tanpa mengalihkan pandangan dari pemuda misterius tersebut, lalu mencoba mengukur kemampuan sang pemuda misterius. Derrick yang mencoba mengukur kemampuan pemuda misterius itu terkejut sesaat karena tidak merasakan apapun, dapat dikatakan pemuda misterius itu hanyalah manusia biasa. Namun, keberadaannya di hutan berbahaya ini menandakan bahwa dia bukan pemuda biasa. "Kamu tidak perlu mengukur kekuatanku, aku tidak me
Derrick yang memiliki keyakinan penuh akan kekuatan teknik Bolnagi berbalik pergi karena menganggap Witan si murid jenderal besar tersebut telah mati. Namun sebuah tebasan energi mengerikan melewati dan menggores kecil pipi kanannya, Derrick melirik pipinya yang berdarah dengan ekspresi ngeri dan takut karena hampir terpenggal. "Jangan pernah alihkan pandanganmu dari lawan, meskipun kamu memiliki keyakinan telah membunuhnya. Jika lawanmu bukan aku, sudah pasti kepalamu terpenggal saat ini. Kamu cukup beruntung melawanku, seorang ksatria yang tidak akan pernah mengambil keuntungan dari orang bodoh." Ucap Witan dengan acuh dan mengandung hawa mengancam. Energi tenaga dalam tipis yang menyelimuti tubuh Derrick (mode tahap pertama evolusi naga) bahkan tidak mampu menahan rasa mengancam dari keberadaan Witan. Derrick menancapkan tongkat hitamnya ke tanah dan menyebarkan petir hitam ke berbagai arah. "Zona petir hitam!" Dengus Derrick dan berbalik kearah Witan yang berdiri dengan angkuh
Witan terhempas jauh menembus beberapa pohon besar hingga menghancurkan batu besar, lalu berhenti menghancurkan dinding gunung dengan memuntahkan seteguk darah segar. Witan yang muntah darah itu langsung menangkis pukulan tongkat hitam Derrick yang tiba-tiba muncul menggunakan teknik pertukaran. Trang! Trang! Trang! Serangan demi serangan Derrick lancarkan, sementara Witan dengan santainya menangkis serangan Derrick tersebut menggunakan pedangnya dan sesekali menyerang balik Derrick. Slash! Witan melancarkan tebasan horizontal dan kebetulan kemampuan tebasan mutlak (salah satu kemampuan spesial aura) aktif, Derrick yang mati langkah hanya bisa menggunakan pelindung energi padahal dia tahu sudah 5 detik berlalu dan kemungkinan tebasan itu mutlak. Benar saja, hasilnya Derrick tertebas dan terluka cukup parah karena kemampuan pasif aura tersebut. Derrick mundur menjauh, Witan langsung melakukan dash dimensi dan menusuk Derrick yang berteriak kesakitan, namun tusukan itu ditahan ole
Domain Naga langit diaktifkan dan mengurung Witan ke dalamnya. Witan langsung berada di sebuah lembah yang sangat panas dengan tanah yang memiliki retakan dan menyemburkan api. Sebuah Naga raksasa di atas langit terlihat menatap Witan dengan tatapan dingin dengan cakar siap memecahkan kepala Witan. "Cengkram!" Pekik Derrick dingin dan suara bergetar memberikan perintah dengan tangan kanan mencengkeram udara kosong. Witan yang sedikit terpanah dan tertekan dengan aura Naga tersebut, akhirnya bergerak menjauhi lokasi dan membuat Naga besar itu tidak berhasil mencengkram kepalanya. Witan melepaskan tebasan aura setelah sedikit terkejut karena tertekan oleh energi misterius layaknya gravitasi, lalu bergerak mendekati dan menyerang Derrick. "Tekanan ini tidak berakhir?" Tanya Witan yang menyadari dia masih ditekan oleh energi misterius meski dia bergerak. Faktanya seandainya Witan tidak memiliki aura (benar-benar manusia biasa) yang membuat tubuhnya terlindungi mungkin tulang-tulangnya
Derrick sendiri berniat menyerang sebelum Witan sembuh total, namun karena terlalu lelah Derrick tidak mampu menggunakan teknik sihir maupun teknik bertarung untuk merealisasikan rencananya tersebut. Alhasil Derrick hanya bisa menonton Witan yang kepanasan dan terasa terbakar, sembari menunggu rasa lelahnya sedikit berkurang. "...." Keadaan jatuh dalam kesunyian saat Witan yang berteriak kepanasan dan berguling-guling secara tiba-tiba diam membisu. Lima menit berlalu.Setelah kesunyian yang cukup lama, Witan akhirnya berdiri dengan susah payah, lalu mengeluarkan sebuah gulungan segel dan menyentuh salah satu gambar pedang di gulungan. Brak! Tak butuh waktu lama, sebuah pedang panjang dan tipis keluar dari gulungan segel tersebut dan menancap di tanah yang terus menyemburkan api dari sela-sela retakan. Di sisi lain Derrick mengeluarkan perisai kura-kura sebagai tanggapan. Witan mengalirkan pedangnya aura merah dan sedikit aura putih yang menandakan tebasan mutlak aktif. Witan me
Alam Dewa. Di sebuah aula istana megah yang terbuat dari emas terlihat 7 orang yang terluka parah berlutut kepada seseorang yang sangat gagah dan membelakangi mereka. Orang itu adalah raja dewa dan 7 orang lainnya adalah bawahannya sekaligus mata-mata yang ditugaskan untuk mengawasi dunia Naga, terutama mengawasi para pewaris dewa penjaga dan Aliansi Benua Naga hitam.Raja dewa berbalik melihat 7 orang bawahannya yang babak belur tersebut. Raja dewa menggeleng tak percaya karena banyak bawahannya terbunuh demi membunuh Lao Aidan. "Jadi hanya kalian yang tersisa dan berhasil kabur setelah menyergap Lao Aidan sang pewaris dewa penjaga, dewa pedang api?" Tanya Raja dewa dengan dingin. "Hamba tidak pernah menyangka, Lao Aidan mendapatkan bantuan dari..." Balas salah satu dengan takut-takut. "Tidak ada alasan! Gagal tetaplah gagal, terlepas apapun yang terjadi." Sela dan bentak Raja Dewa dengan sangat murka. 7 orang itu hanya menunduk ketakutan. Raja dewa menghela nafas berat melihat
Derrick tertidur pulas dengan menjadikan tangan sebagai bantal tidur, air liur terus mengalir dari mulutnya dengan suara dengkuran pelan. Derrick yang tertidur menggaruk lehernya dan berbalik posisi, saat berbalik Derrick melihat seorang kakek tua dengan jenggot putih panjang sedang tersenyum melihatnya. Derrick mengucek-ucek matanya, lalu melihat lebih jelas siapa sosok kakek tersebut, beberapa kali mengucek mata, Derrick melompat terkejut sekaligus senang."Guru?" Pekik Derrick. "Guru kamu... kamu... kamu masih hidup?" Tanya Derrick dengan tubuh bergetar, lalu hendak memeluk pria tua tersebut. Derrick yang mencoba memeluk pria tua tersebut malah menembusnya, seakan-akan pria tua tersebut hanyalah ilusi. Hal itu membuat Derrick terkejut, sekaligus kembali ke dunia nyata, dimana gurunya sudah lama mati. "Derrick apakah kamu sudah melupakan janjimu?" Tanya pria tua tersebut dengan lembut mengabaikan keterkejutan Derrick. "Ini dunia mimpi?" Gumam Derrick memeluk dirinya sendiri yan