Selesai acara konferensi pers, Rafael menjamu para wartawan dengan hidangan lezat, hitung-hitung sebagai permintaan maaf karena telah menyembunyikan berita pernikahannya selama ini.
Tidak jarang ada beberapa wartawan yang masih merasa belum puas dan berusaha mengorek informasi dari Rafael maupun Kirei, terlebih daddy Rayhan, mommy Carol dan Reynard juga muncul. Ikut bergabung kedalam acara santap malam ini.
Namun bagaimanapun mereka mencoba mengorek informasi, tidak ada cerita baru yang dapat ditangkap membuat mereka capek sendiri hingga akhirnya menyerah.
Rafael menatap Kirei yang sudah tampak lelah.
“Mau pulang sekarang?”
“Nggak usah, Beb. Aku masih bisa kok.”
“Jangan memaksakan diri, Bee. Ingat bayi kita,” tegur Rafael.
Kirei menunduk, menyadari kecerobohannya.
“Sorry,” cicit Kirei.
“Aku gak marah, Bee. Tapi lain kali jangan memaksakan diri, okay? Aku nggak mau kam
Reynard sedang asyik bersiul sambil berjalan memasuki rumahnya saat melihat sang mommy bersiap pergi.“Mau kemana, Mom?”“Ke rumah Rafa.”“Tumben. Ada apa?”“Hanya ingin menjenguk Kirei dan membawakan buah buahan untuknya.”“Mom, Rafa bisa membeli toko buah jika dia mau. Jadi untuk apa lagi Mommy membawakan buah untuk Kirei? Aku yakin kalau Rafa sudah menyediakan begitu banyak stok buah untuk istri kecilnya itu. Apalagi Rafa seorang dokter, dia pasti tau yang terbaik untuk istri dan bayinya,” cerocos Reynard tidak habis pikir dengan niat mommynya.“Berisik kamu! Biarkan aja. Biar buah yang Kirei makan lebih banyak!”“Baiklah, terserah Mommy saja,” ujar Reynard pada akhirnya.“Ya sudah Mommy pergi dulu.”“Mom, aku antar ya?” tawar Reynard mengajukan diri.“Memang kamu tidak sibuk?”“Aku juga ingin menjenguk kakak iparku itu. Aku mau lihat bagaimana Kirei saat hamil, pasti lucu!”“Kamu tuh kalo ngomong sembarangan!”“Sudahlah, Mom! Sini aku antar. Kita berangkat sekarang.”Mommy Carol t
Selepas kepulangan mommy dan adiknya, Rafael menatap Kirei dan bertanya lembut,“Jadi makan apa kita malam ini? Atau kamu mau makan diluar?”“Makan diluar? Makan apa?”“Tergantung kamu aja mau makan apa? Aku ikut istriku yang cantik ini.”“Dasar genit!”“Lho, genit sama istri sendiri gak apa donk! Daripada sama istri orang lain?”“Ihh! Dasar! Ngeselin!” rajuk Kirei dan berlalu meninggalkan Rafael begitu saja.Rafael menatap kepergian istrinya sambil tersenyum simpul, melihat Kirei yang sedang merajuk seperti itu malah semakin menggemaskan membuat Rafael semakin suka menggodanya!“Bee! Jangan marah donk!”Rafael berjalan cepat menghampiri Kirei dan menggendongnya ala bridal style hingga Kirei terpekik kaget, tidak menyangka tindakan suaminya itu.“Aduh! Kamu mau ngapain sih?”“Jangan marah, okay?”“Abis kamu nyebelin.”“Iya, maafin aku ya?”“Hmm…”“Jadi kamu dan bayi kita mau makan apa malam ini?” ulang Rafael sambil terus melangkah menuju kamar dengan Kirei yang berada di dalam gendon
Rafael menatap Kirei yang sedang bersandar nyaman di dalam pelukannya, rutinitas yang biasa mereka lakukan sebelum terlelap. Tanpa dapat dicegah pikiran Rafael kembali melayang pada laporan kesehatan milik mama Inara.“Kabar mama Inara gimana, Bee?”“Baik-baik aja. Tapi aku ngerasa Mama sembunyiin sesuatu sama aku!” adu Kirei setengah mengeluh.“Sembunyiin sesuatu seperti apa?”“Entah, aku juga nggak tau, cuma perasaanku gak enak aja.”Hati Rafael semakin kebat kebit saat mendengar ucapan istrinya. Bagaimana ini? Sepertinya Kirei sudah memiliki feeling kalau kondisi mama Inara memang tidak sebaik yang terlihat. Apa harus memberitahu Kirei kondisi mama Inara yang sebenarnya sekarang? Tapi bagaimana kalau Kirei jadi stress?“Aku takut terjadi sesuatu sama Mama. Apalagi aku udah gak bisa jagain Mama lagi kayak dulu,” sesal Kirei.Ucapannya itu membuat Rafael merasa bersalah. Apa Kirei menyesal menikah dengannya? Karena jika tidak menikah dengannya, bukankah Kirei masih bisa menemani mama
“Kirei?”Rafael mengerutkan kening saat Kirei tidak merespon panggilannya. Tampak asyik dengan pikirannya sendiri.“Kirei?” ulang Rafael dengan suara sedikit lebih keras dan sengaja menyentuh bahu istrinya dengan lembut namun tetap membuat Kirei terlonjak kaget.“Astaga! Kamu bikin aku kaget!” sungut Kirei.“Sorry, abis aku panggil kamu daritadi tapi gak respon, lagi mikirin apa, Bee?”“Gak ada kok.”“Kamu gak jago bohong,” balas Rafael.“Hmmm… aku mikirin Mama. Perasaanku kayaknya makin gak enak. Kenapa ya?” jawab Kirei pada akhirnya, memutuskan untuk jujur pada suaminya.Jawaban Kirei membuat Rafael membeku. Sepertinya Kirei sudah harus tau semuanya, Rafael sudah tidak mungkin lagi menyembunyikannya. Terlebih lagi lebih dari sekali Kirei mengucapkan kalimat seperti itu.“Kirei, ada yang mau aku omongin sama kamu.”
Alice menjejakkan kaki di bandara internasional Soekarno Hatta. Sudah lebih dari setahun, jika bukan karena mendengar berita pernikahan Rafael, dirinya tidak akan kembali secepat ini.Alice mencoba kembali menghubungi Rafael namun tetap tidak diangkat dan malah dialihkan ke kotak suara! Kemana pria itu? Sudahlah! Sekarang lebih baik kembali ke apartemennya dulu, baru setelah itu datang ke rumah sakit.Alice memanggil salah satu taksi dan menyebutkan alamat apartemennya. Kemacetan di Jakarta yang tidak pernah berubah membuatnya kesal karena harus memakan waktu begitu lama untuk tiba di apartemennya!Alice menatap jam tangannya dan menghela nafas kesal, karena sudah terlalu sore tidak mungkin datang ke rumah sakit sekarang. Rafael pasti sudah pulang! Besok pagi saja dirinya baru muncul untuk menemui Rafael. Memikirkan hal itu membuat Alice menjadi tidak sabar!‘Aku penasaran apa yang akan kamu lakukan saat melihatku kembali kesini, Sayang!’
Rafael kembali ke ruangannya dengan kalut, untungnya Alice sudah tidak berada di dalam ruangannya lagi, jika tidak Rafael tidak tau harus berbuat apa. Setiap ucapan daddy Rayhan dan Reynard masih terngiang jelas di benaknya. Setiap ucapan mereka membuat Rafael yakin kalau dirinya memang pria brengsek!Bagaimana bisa dirinya menjadi goyah seperti ini dengan kedatangan Alice? Bukankah beberapa waktu kemarin Rafael sudah dengan yakin menyatakan pada Kirei kalau ia mencintai istrinya itu? Tapi kenapa saat Alice datang keyakinan itu mendadak lenyap? Apa Kirei hanya menjadi pelariannya saja? Tidak mungkin!Rafael menggeleng pelan saat memikirkan semua itu. Rasanya menjadi semakin memusingkan! Lalu sekarang harus bagaimana? Alice menagih janjinya agar Rafael dapat menikahinya. Sedangkan istrinya sedang hamil! Tidak mungkin bercerai dari Kirei karena Rafael memang tidak menginginkan perceraian!Astaga! Apa dirinya berniat memiliki 2 istri? Sudah gilakah Rafael? Hingga t
Keesokan harinya…..Rafael masih tersenyum bahagia mengingat percintaan panas mereka semalam. Terlebih saat teringat pernyataan cinta Kirei padanya! Ahh! Rafael tidak menyangka kalau pada akhirnya Kirei akan mengucapkan kalimat yang sudah ditunggunya sejak lama! Sejak Rafael mulai menyadari perasaannya untuk Kirei.Senyuman Rafael lenyap saat mendengar suara gaduh.“Nona anda tidak bisa sembarang masuk seperti ini!” tegur asisten Rafael namun sama sekali tidak digubris oleh Alice.Rafael menoleh saat mendengar suara ribut diluar ruangan dan rahangnya mengeras saat kembali melihat Alice muncul hari ini.“Gak apa, Sus. Biar saya yang bicara dengan nona ini.”“Baik, Dok. Permisi.”“Ada apa lagi kamu datang kesini?”“Rafael, apa perlu kamu bersikap sesinis ini padaku? Apa salahku?” tanya Alice tidak terima dengan perlakuan Rafael.‘Kamu tidak salah! Aku
“Rafa, kalau kamu banyak pekerjaan kembalilah ke rumah sakit,” lirih Kirei, enggan bersama dengan suaminya lebih lama. Tidak setelah kehadiran Alice tadi! Kirei merasa seperti seorang pelakor meski yang sebenarnya terjadi bukanlah seperti itu.Dan yang lebih parah, Kirei tidak menyangka kalau Rafael bisa dengan tega mengajak Alice untuk datang kedalam ruang rawatnya. Kenapa? Apa agar Kirei tau kalau wanita itu sudah kembali? Apa itu semacam kode agar Kirei mundur dan meminta perceraian? Bisa saja kan?“Tapi kamu baru sembuh, Bee.”“Aku baik-baik saja. Jangan khawatir. Lagipula aku ingin istirahat sekarang.”Rafael sangat paham kalau Kirei sedang berusaha menghindarinya sejak pertemuan mendadaknya dengan Alice barusan.“Baiklah. Kamu istirahat saja. Aku kembali ke rumah sakit dulu.”“Hmmm…”Sepeninggalan Rafael, Kirei memandang ponselnya dan menghubungi Vanya, berharap
Mata Kirei membola terkejut, otaknya mulai memahami apa yang terjadi. “Kalian berdua udah jadian?” tanya Kirei memastikan kepada Vanya. Regan mengernyit, tidak memahami arti ucapan Kirei membuat mommy muda itu tersadar dan kembali memperbaiki pertanyaannya. “Yes, we are officially dating!” jawab Regan, jawaban yang membuat pekik kebahagiaan Kirei muncul begitu saja. Sesaat Kirei lupa kalau dirinya baru melahirkan! Dan saat merasakan sentakan rasa nyeri di bagian sensitifnya, barulah Kirei meringis membuat Rafael khawatir. “Astaga, kamu jangan bergerak mendadak seperti itu, Kirei! Gimana kalau jahitan kamu terbuka lagi?” omel Rafael setengah hati dengan raut cemas. “Sorry! Aku kaget, nggak nyangka akhirnya kedua sahabatku ini resmi berubah status menjadi sepasang kekasih!” ucap Kirei dengan wajah berbinar. Tampak jelas Kirei begitu tulus saat mengucapkan kalimat itu. Regan tersenyum kecil dan mengangguk. “Aku bersyukur karena Tuhan mempertemukanku dengan Vanya di hari pernikahan k
Tiga bulan kemudian….Kirei mengernyit saat perutnya terasa diremas, sudah sejak siang tadi Kirei merasakan hal ini tapi biasanya akan mereda dengan sendirinya dan dokter Reni juga sudah memberitahu Kirei kalau itu dinamakan dengan kontraksi palsu, tapi entah kenapa kali ini Kirei merasa remasan yang dirasakannya semakin kuat.Kirei menggigit bibir, tangannya refleks terjulur, berusaha membangunkan Rafael yang asyik tertidur pulas tanpa menyadari kalau sang istri sedang begitu kewalahan merasa desakan rasa sakit pada perutnya.“Rafa, bangun!” ucap Kirei berusaha mengguncang lengan Rafael, tidak peduli meski nanti pria itu terbangun dengan kepala pusing karena Kirei membangunkannya dengan tiba-tiba dan tergesa seperti ini. Disaat rasa mulas yang sudah begitu hebat mana iya Kirei memikirkan hal seperti itu lagi!Rafael yang merasakan guncangan pada lengannya langsung bangun dengan kaget, panik ia memandang sekeliling dan menemukan Kirei s
Kirei menebah dadanya dengan kaget, tidak menduga akan mendengar berita yang begitu tragis tentang Alice malam ini.“Ya Tuhan! Kenapa Alice senekat itu, Rafa?” tanya Kirei tidak percaya.“Kita tidak akan pernah tau jalan pikiran setiap orang, Kirei. Mungkin saja Alice sudah lelah dengan hidupnya. Kamu sendiri juga sudah tau kan apa yang terjadi pada dirinya? Apa yang dilakukan oleh agencynya selama ini?”Kirei mengangguk, paham dengan apa yang dimaksud oleh Rafael. Ya, Kirei melihat semua majalah, koran dan berita online membahas mengenai kasus Alice dan juga agencynya. Kirei tidak menyangka kalau kehidupan seorang model bisa separah itu, lebih baik dirinya dulu meski harus bekerja mati-matian tapi tidak tersiksa lahir batin seperti Alice!“Apa aku boleh memberi peristirahatan terakhir yang layak untuk Alice?” tanya Rafael ragu, takut Kirei tidak setuju.“Astaga! Tentu saja boleh, Rafa! Aku juga tidak tega
Wajah Rafael memerah saat mendengar ucapan adiknya, tidak menyangka kalau aktifitas ranjangnya tertangkah basah oleh keluarganya! Apalagi tadi dirinya memang begitu buas pada Kirei! Bagaimana tidak buas kalau pada akhirnya setelah sekian lama akhirnya Kirei mengijinkan Rafael untuk menyentuhnya tanpa paksaan!“Nggak usah malu gitu. Gue nggak bakal ngomong apapun sama Kirei! Janji!”“Awas kalau ingkar!” ancam Rafael.“Iya! Tapi gue masih nggak habis pikir, kasihan Kirei ya? Udah badannya kecil mungil, lagi hamil besar dan masih digempur abis-abisan sama lo!” kekeh Reynard.“Berisik!” sungut Rafael dengan wajah malu, tidak tau harus menjawab apalagi jika Reynard berbicara mengenai keganasannya saat bercinta dengan Kirei.“Tapi apa Kirei udah setuju buat menikah sama lo lagi?”“Of course! Gue akan langsung urus pernikahan gue sama Kirei secepatnya.”“Wow, congr
Rafael membelai rambut Kirei yang basah akibat keringat. Bukti kalau wanitanya lelah setelah percintaan mereka yang begitu menggebu-gebu. Saat ini Kirei masih asyik bersandar nyaman pada dada bidang Rafael, hal yang sudah begitu lama tidak pernah dilakukannya. Jujur, Kirei sangat merindukan moment ini.“Kita menikah ya?” tanya Rafael membuat Kirei mendongak kaget.Bagaimana tidak kaget? Selesai bercinta dan Rafael langsung mengajaknya menikah? Seperti mimpi! Jika benar mimpi, Kirei tidak ingin bangun! Rasanya terlalu indah. Dan juga tidak bosankah pria itu setelah Kirei menolaknya berulang kali? Sungguh, saat ini Kirei begitu mengagumi kegigihan Rafael!“Kenapa kamu tidak menjawabnya, Kirei?” tanya Rafael was-was, karena meski Kirei sudah mengakui isi hatinya tapi belum tentu wanita itu bersedia menikah lagi dengannya. Mungkin saja kan? Makanya tidak heran kalau Rafael merasa begitu khawatir kalau Kirei akan kembali menolaknya!&ld
“Apa maksud dari ucapan kamu barusan, Rafa?” tanya Kirei bingung. “Mommy sudah membebaskanku untuk memilih. Beliau memang pernah memaksaku untuk menikahimu karena kesalahpahaman, Kirei, tapi hanya di awal. Setelah itu beliau tidak pernah lagi memaksa atau mendesakku, bahkan Mommy sudah tidak pernah lagi mengancam untuk mencoretku dari KK, jauh sebelum aku resmi menikahi kamu. Tapi justru setelah Mommy memberi aku kebebasan untuk memilih pasangan hidupku sendiri, aku malah tetap bersikeras ingin menikah denganmu tanpa menyadari perasaanku sendiri! Betapa bodohnya aku kan?” aku Rafael dengan nada penuh penyesalah. Pengakuan Rafael membuat Kirei terkejut, tidak menyangka kalau itulah yang sebenarnya terjadi. “Apa benar kalau Mommy sudah tidak pernah memaksa atau mengancam untuk mencoret nama kamu dari KK?” tanya Kirei dengan suara bergetar. “Benar! Kamu bisa tanya langsung pada Mommy! Bahkan Mommy sempat heran dan bertanya berulang kali mengenai keputusa
Alice hanya bisa memaki kesal saat dirinya digelandang begitu saja. Alice tidak menyangka kalau pada akhirnya dirinya akan ditemukan. Dan kini dirinya harus berada di dalam satu rumah yang tidak dikenalnya.Alice memicingkan mata saat pintu terbuka, sinar matahari yang masuk membuatnya silau dan terpaksa memejamkan mata.“Long time no see, Alice!” sapa Reynard dengan senyum licik.“Ternyata lo! Kenapa lo bawa gue kesini?”“Masih perlu lo tanya? Tentu aja buat bayar semua perbuatan lo sama Kirei!”“Gue heran kenapa lo begitu perhatian sama Kirei? Lo cinta sama dia? Mantan kakak ipar lo?” tuduh Alice.“Otak gue nggak sekotor lo!” balas Reynard tenang.“Gue datang cuma mau kasih tau kalau sebentar lagi akan ada polisi yang datang kesini. Gue udah laporin semua kejahatan lo sama Kirei.”“Lo nggak bisa hukum gue di Indonesia, Rey,” balas Alice puas.
Kirei merasa hatinya sesak, akhirnya setelah tiga tahun lebih dirinya kembali ke Jakarta, kembali ke negara kelahirannya. Kirei pikir dirinya tidak akan pernah kembali kesini tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Kirei mengikuti langkah Rafael tanpa mengucapkan sepatah katapun. Masih terhanyut dengan perasaannya sendiri.“Kirei,” panggil Rafael lembut, sadar kalau wanita itu masih sibuk dengan perasaannya yang pasti campur aduk.“Ya?” tanya Kirei dengan suara serak menahan tangis yang hampir tumpah.Sejak dulu perasaan Kirei selalu menjadi lebih sensitive jika hamil dan sekarang juga sama! Kirei merasa emosinya seperti roller coaster membuat airmata Kirei sudah menggenang di pelupuk matanya tanpa sadar!“Jangan nangis, Kirei. Sejak dulu aku nggak pernah sanggup melihat kamu menangis, rasanya seperti ada tangan yang tak kasat mata sedang meremas jantungku hingga terasa begitu menyakitkan,” aku Rafael lirih.“Sorry, aku hanya tidak menyangka akan kembali ke Jakarta,” desah Kirei.“Aku p
Reynard yang sedang pusing tujuh keliling jadi semakin pusing saat mendengar ocehan kakaknya. Bulan ini sudah harus selesai? Rafael pikir mengurus kasus Alice segampang itu? Dan Reynard semakin dongkol saat dirinya belum sempat menjawab namun Rafael sudah menutup sambungan telepon! Kurang ajar!Reynard melonggarkan dasi yang membuat lehernya begitu sesak. Memang penyelidikan dan juga materi yang memberatkan Alice sudah hampir selesai tapi tetap saja mereka tidak bisa gegabah kan? Reynard yakin kalau nanti Alice tidak akan tinggal diam dan akan menyewa pengacara untuk membantunya.Bukannya Reynard meragukan kemampuan dirinya sendiri ataupun teamnya tapi tetap saja Reynard harus berjaga-jaga. Lebih baik sedia payung sebelum hujan!“Ahh! Kalau bukan karena keluarga sendiri gue pasti udah kasih kasus lo ke pengacara lain! Kasus gue sendiri aja udah numpuk!” sungut Reynard, entah kepada siapa. Dirinya hanya bermonolog sendiri untuk meredakan kekesal