Seorang wanita paruh baya membuka ponsel dan terkesiap kaget saat melihat foto yang masuk ke dalam ponselnya, secepat kilat wanita itu meminta supir melarikan mobilnya menuju lokasi yang tertera. Hendak memastikan satu hal.
Sementara itu di hotel….
“Berapa nomor kamarnya, Tuan?”
Hendra menatap access card di tangannya dan menjawab pelan,
“Lantai 18. Nomor kamar 1818.”
Akhirnya Kirei dan Hendra berhasil membaringkan Rafael ke atas ranjang dengan susah payah. Nafas mereka tersengal karena beban tubuh Rafael yang begitu berat membuat mereka seolah mengangkat beban berton-ton.
Ponsel Hendra berbunyi hingga pria itu harus menyingkir sejenak keluar kamar dan kembali beberapa detik kemudian dengan raut panik.
“Saya pulang duluan. Ayah saya kena serangan jantung!”
“Ta.. tapi…”
Kirei belum sempat menyelesaikan ucapannya saat pintu kamar berdebum tertutup, meninggalkan dirinya berdua saja dengan Rafael yang masih tampak mabuk.
‘Aduh! Mesti gimana nih? Tinggal aja gak apa kan? Lagian kata pria tadi cuma perlu bantu papah aja. Dan sekarang karena dia udah tidur disini jadi gak masalah dong ditinggal?’ gumam Kirei galau.
Kirei menatap lekat wajah Rafael, wajah yang tampak jelas sedang kalut. Baru saja Kirei menatap wajah Rafael saat kedua mata pria itu terbuka lebar dan Rafael berlari menuju kamar mandi karena rasa mual yang tidak tertahankan membuat Kirei terkesiap kaget!
Rafael keluar beberapa saat kemudian tanpa mengenakan kemejanya. Topless. Membuat Kirei berteriak kaget.
“Akhh! Kenapa anda buka baju? Pakai lagi!” perintah Kirei sambil menutup kedua matanya yang awalnya polos tapi sekarang sudah terkontaminasi dengan tubuh Rafael yang terlihat begitu bugar dengan otot perut yang tercetak jelas di tubuhnya! Astaga! Kenapa di hari pertama kerja Kirei mendapat kesialan dan godaan seperti ini?
Rafael menatap Kirei dengan dongkol, teriakannya telah membuat Rafael kaget setengah mati. Rafael menatap Kirei dengan linglung.
“Pakai baju kamu, cepat!” perintah Kirei lagi.
“Aku sengaja melepasnya karena bau alcohol!”
“Lebih baik bau alcohol daripada telanjang seperti itu!”
“Telanjang darimana? Aku kan masih pakai celana!” elak Rafael membuat rona merah menjalari wajah Kirei.
“Tetap saja tidak tertutup semua!” keluh Kirei takut.
“Lagipula siapa kamu?”
“Saya Ki…”
“Ngapain kamu disini?” potong Rafael.
“Maaf, tadi saya hanya membantu tuan Hendra memapah anda. Dan karena sekarang anda sudah sadar jadi lebih baik saya pergi. Permisi!”
“Tunggu!”
Kirei berhenti melangkah dengan gugup.
“Ambilkan botol itu!”
Kirei menggelengkan kepala saat tangan Rafael menunjuk ke salah satu botol yang berisi red wine. Tanpa dapat dicegah Kirei menyatakan keheranannya.
“Tuan kan masih mabuk. Kenapa mau minum lagi?”
“Bukan urusanmu. Ambil dan bukakan saja botol sialan itu!” umpat Rafael kesal karena Kirei bertanya-tanya.
Kirei menghela nafas dan menuruti permintaan Rafael. Mengambil, membuka dan menuangkan red wine itu ke dalam gelas. Dan menyodorkannya kepada Rafael.
“Silahkan diminum. Saya pulang dulu.”
Rafael mengambil gelas dan botol wine dari tangan Kirei dengan kasar hingga membuat percikan anggur itu mengotori dress Kirei hingga gadis itu terpekik kaget.
“Aduh!”
Kirei berusaha menghilangkan noda di dressnya namun sia-sia, noda wine masih menempel erat di dressnya. Rafael menghela nafas kesal dan merasa sedikit bersalah.
“Aku akan membelikanmu dress yang baru.”
“Bukan begitu, Tuan. Hanya saja dress ini bukan punya saya,” keluh Kirei, takut menghadapi kemarahan Leon, boss barunya.
“Kalau begitu buka dress kamu dan pakai kimono hotel. Aku akan minta pihak hotel untuk melaundrynya segera.”
“Bu… buka dress saya? Tidak mau! Tidak apa, nanti saya akan jelaskan kepada si boss. Dia pasti akan memakluminya!” tolak Kirei. Takut jika hanya berdua di dalam kamar dengan seorang pria asing dan terlebih hanya mengenakan kimono saja!
“Aku tidak akan berbuat macam-macam!” tegas Rafael, sadar kalau gadis di hadapannya curiga padanya.
Kirei mengerutkan kening dan menyadari kalau pria itu rasanya sudah tidak mabuk lagi dan malah mulai bersikap menyebalkan!
“Tidak perlu! Saya pulang saja. Sudah larut malam. Permisi!”
Kirei berbalik hendak pergi saat tangan Rafael menahan pundaknya, refleks Kirei menepisnya membuat tangan Rafael yang memegang gelas wine tidak siap dan malah menyebabkan tumpahan wine semakin banyak ke dress Kirei, bahkan sampai ke atas sprei yang berwarna putih! Sial!
“Akhhh!! Bagaimana ini?! Kenapa anda memegang pundak saya?! Bikin kaget saja!” omel Kirei. Rafael menyipitkan mata saat Kirei malah memarahinya, dirinya jelas tidak terima dimarahi oleh Kirei begitu saja.
“Siapa suruh kamu menepis tanganku?”
“Saya kan kaget!”
“Aduh! Sekarang bagaimana ini?” lanjut Kirei dengan panik.
“Buka saja dress kamu, jika tidak segera dilaundry besar kemungkinan nodanya tidak akan hilang.”
Kirei dilema hingga suara Rafael kembali menerpa telinganya.
“Tenang saja. Aku juga tidak berminat dengan gadis sepertimu!” tegas Rafael membuat Kirei sakit hati.
‘Gadis sepertinya? Memang dia pikir Kirei gadis seperti apa?’ umpat Kirei dalam hati.
Terpaksa Kirei menurut dan mengganti dressnya dengan kimono hotel, menutup tubuhnya dengan kimono itu rapat-rapat, tidak ingin ada celah sedikit pun! Berjaga-jaga agar terhindar dari hal buruk yang mungkin terjadi!
“Aku sudah meminta pihak hotel untuk membelikanmu dress baru. Tunggu saja.”
Kirei mengangguk dan duduk di pojok kamar, berusaha duduk sejauh mungkin dari Rafael yang melanjutkan minumnya. Kirei cukup heran bukankah tadi pria itu mabuk tapi kenapa sekarang tampak segar?
‘Dasar pria gila! Sudah minum alcohol sekian banyak dan sekarang masih minum red wine juga? Tidak sadar kesehatankah? Apa dia tidak tau kalau alcohol berbahaya bagi kesehatan? Tidak mungkinkan? Semua orang juga tau kalau alcohol tidak bagus untuk tubuh!’ gumam Kirei tak habis pikir.
Entah dapat keberanian darimana, Kirei merebut gelas itu dari tangan Rafael membuat pria itu mendelik kesal karena kesenangannya diganggu!
“Apa yang kamu lakukan?” raung Rafael kesal.
“Jangan minum lagi! Anda sudah minum terlalu banyak, Tuan! Bagaimana kalau nanti anda tidak sadar dan merugikan saya?” omel Kirei membuat Rafael tak percaya kalau gadis asing ini berani mengomelinya! Dua kali pula!
“Merugikan kamu? Aku kan sudah bilang kalau aku tidak berminat dengan kamu!”
“Itu kalau anda dalam keadaan sadar! Kalau dalam keadaan mabuk siapa yang tau!”
“Lagipula aku memang masih sadar sekarang!”
“Tapi tadi anda sudah sempat mabuk! Dan jangan sampai mabuk lagi! Setidaknya jika ingin mabuk tunggu saya pulang dulu, Tuan!”
“Meski mabuk aku tidak akan pernah tergoda dengan kamu! Aku juga tidak sudi menyentuh kamu!”
Ucapan Rafael begitu menyakitkan hati Kirei. Bukannya Kirei berniat disentuh oleh pria asing ini tapi tetap saja ucapannya membuat harga dirinya sebagai wanita terluka!
“Aku juga tidak sudi disentuh oleh pria asing seperti anda, Tuan!” balas Kirei galak membuat Rafael semakin geram.
“Kalau begitu jangan larang saya minum! Saya tidak akan mabuk dan bersumpah tidak akan menyentuhmu sama sekali!” ulang Rafael.
“Tidak ada yang bisa menjamin! Semua bisa saja terjadi kalau anda mabuk! Maka dari itu jangan buat diri anda mabuk! Tunda mabuk anda sampai saya pulang!” tegas Kirei membuat Rafael menggertakkan giginya karena kesal. Bagaimana bisa gadis ini mengomeli dan melarangnya minum? Memangnya dia pikir Rafael akan tertarik padanya jika dirinya mabuk? Mimpi aja!
Keduanya saling menatap dengan emosi hingga bel kamar berbunyi membuat Rafael beranjak dari sofanya dengan kesal.
“Itu pasti pihak hotel yang mengantarkan baju baru untuk kamu. Setelah ini kamu bisa langsung pulang dan aku bisa minum lagi!”
“Okay!”
Rafael membuka pintu kamar dan terbelalak kaget, tidak menyangka kalau yang ada di hadapannya adalah orang lain, bukan pihak hotel seperti yang diduganya tadi!
“Selamat malam, Mrs. Rayhan, ada yang bisa kami bantu?” sapa General Manager hotel dengan sopan.“Saya ingin menemui anak saya yang sedang menginap di hotel ini.”“Boleh saya tau nomor kamarnya?”“1818.”“Suite room di lantai 18. Baiklah saya akan antarkan anda kesana,” tawar sang General Manager, berusaha memberi pelayanan terbaik pada tamunya.“Tidak perlu. Bantu akses lift saja!”“Baik.”Mrs. Rayhan yang tidak lain adalah mommy Carol melangkah tegas hendak memastikan informasi yang didapatnya hampir 30 menit yang lalu. Apakah benar putra sulungnya itu tidur di kamar hotel dengan wanita? Wanita mana pula? Dan seperti apa?Dengan tidak sabar mommy Carol memencet bel dan saat pintu terbuka dirinya langsung merangsek masuk, tidak mempedulikan kekagetan putranya. Dugaannya semakin menguat saat melihat putranya tampil topless tanpa pakaian! Hanya celana panjangnya saja yang masih dikenakannya itu.Semakin masuk ke dalam, mommy Carol menemukan seorang gadis berwajah polos dan sedang menat
Rafael mengernyitkan kening saat mendengar ucapan Kirei pada siapapun orang yang sedang berbicara dengannya di seberang telepon.‘Suster? Apakah ibunya sedang sakit?’ batin Rafael penasaran.“Keadaan ibu anda tiba-tiba menurun drastis. Tolong anda datang secepatnya ke rumah sakit,” beritahu suster di seberang sana membuat Kirei panik.“Baik, saya segera kesana!”Kirei menutup ponselnya dan memandang kedua orang di hadapannya dengan kalut, tidak peduli dengan tatapan bertanya-tanya yang ada di wajah mereka.“Maaf, saya harus pergi sekarang. Nyonya, anda tidak perlu khawatir, tidak ada yang terjadi antara saya dan tuan Rafael. Mengenai noda di seprei itu abaikan saja. Saya permisi!” pamit Kirei tergesa.“Kirei!” panggil mommy Carol namun diabaikan oleh Kirei yang sudah melesat pergi begitu saja. Berlari kencang dengan perasaan cemas dan takut, berharap bahwa ibunya baik-baik saja.“Mom!” panggil Rafael pada mommynya yang masih fokus memandangi kepergian Kirei yang sudah melesat menjauh
Pintu ruang rawat di depannya terbuka menampilkan wajah Kirei yang terlihat sembab, terlihat jelas kalau gadis itu baru saja menangis cukup lama, meski sekarang air matanya tidak mengalir lagi.“Lho? Tuan kok masih disini? Saya tadi udah bilang terima kasih kan ya?” ucap Kirei polos, merasa heran dengan keberadaan Rafael di rumah sakit ini.“Bagaimana kondisi mama kamu?” tanya Rafael mengabaikan pertanyaan Kirei yang ditujukan padanya.“Kata suster kondisinya sudah mulai normal tapi masih belum sadar,” jawab Kirei letih.Kirei memaksakan senyum di wajahnya yang tampak sedih, berusaha agar tidak ada satu orangpun yang mengasihaninya seperti yang sedang dilakukan oleh Rafael sekarang.“Mama pasti akan baik-baik saja. Oh ya terima kasih atas tumpangannya tadi. Ini sudah malam lebih baik tuan pulang.”“Kamu tidak pulang?”“Saya akan tidur disini.”“Tidur disini?” ulang Rafael bingung.“Iya,” balas Kirei tidak memahami kebingungan Rafael.Bagaimana caranya gadis ini tidur di rumah sakit? D
Kirei bekerja seperti biasa, membersihkan kantor kecil yang untungnya tidak terlalu melelahkan namun selain menjadi cleaning service, Kirei merangkap sebagai office girl dan harus membantu karyawan untuk membeli sarapan atau makan siang sebelum dirinya pulang dan berlanjut ke pekerjaan paruh waktu selanjutnya.Di pekerjaan kedua saat Kirei sedang bertugas sebagai kasir, muncul Rafael lagi, membeli kopi. Meski heran tapi Kirei tidak berkata apapun dan hanya menyiapkan pesanannya tanpa kata.Di pekerjaan ketiga Kirei begitu sibuk melayani pembeli, entah itu mencatat dan mengantar pesanan atau hanya sekedar membersihkan meja. Lagi-lagi Kirei menemukan Rafael duduk memesan sesuatu membuat gadis itu tidak habis pikir!Dan sekarang disaat dirinya bekerja di tempat karaoke, lagi-lagi Rafael meminta Kirei menemaninya!Astaga! Sudah gilakah pria itu? Kenapa harus muncul terus menerus di depan Kirei?! Memangnya Rafael tidak punya pekerjaan? Bukannya dia seorang dokter? Atau pria itu memang seor
“Syarat apa, Tuan?”“Aku akan menikahimu dalam bulan ini!” tegas Rafael membuat Kirei terbelalak.“Hah? Apa?! Menikah?! Tidak mau!”“Aku akan memberikan uang kompensasi yang besar untukmu. Hanya pernikahan kontrak selama satu tahun.”“Astaga! Pernikahan itu hal sakral, Tuan. Bagaimana bisa anda mempermainkannya begitu saja? Sambil ngajak saya pula! Bikin saya ikutan dosa juga nantinya,” sungut Kirei kesal.“Jika tidak Mommy akan terus menerus mendesakku untuk menikahimu dan aku yakin kalau Mommy akan mencari kamu juga.”“Astaga! Apa Nyonya masih dengan niatnya itu?”“Iya!”“Ya Tuhan! Apakah ucapan saya kemarin kurang jelas, Tuan? Perlu saya ulang berapa kali lagi supaya Nyonya mengerti dan tidak memaksakan pernikahan itu pada kita?” tanya Kirei tak percaya.“Sangat jelas. Tapi Mommy memang seperti itu. Makanya lebih baik kita pura-pura menikah, setelah satu tahun kita akan bercerai. Lagipula aku memiliki pacar sekarang.”“Ya sudah kalau begitu nikahi pacar anda saja! Kenapa harus deng
“Kalau perlu saya berani cek ke dokter untuk buktiin kalau saya masih tersegel alias perawan ting ting!” ucap Kirei membuat Rafael mendengus, menahan tawa yang hendak keluar begitu saja akibat ucapan polosnya barusan.Ucapan Kirei yang begitu jujur membuat Rafael menahan tawanya menjadi senyum tipis, tidak menyangka ada gadis yang berani mengaku di hadapan pria dewasa sepertinya kalau dirinya masih perawan ting ting! Gadis ini sungguh lucu dan tidak terduga!“Baiklah, aku akan coba jelaskan ke Mommy tapi kalau misal Mommy masih memaksa maka aku akan cari kamu dan kita bahas masalah pernikahan ini bertiga, okay?”“Okay! Ya udah saya pulang dulu. Bye!”Rafael bangkit mengejar gadis yang sudah berjalan pergi mendahuluinya. Dengan kaki panjangnya bukan hal yang sulit karena hanya perlu beberapa langkah dan Rafael dapat langsung mensejajari langkah Kirei, menahan langkah gadis itu.“Aku antar kamu ke rumah sakit biar lebih cepat.”“Eh! Gak usah, Tuan. Saya udah biasa sendiri.”“Ini udah ma
“Mommy tidak peduli dengan alasan-alasan kalian. Pokoknya dalam bulan ini Mommy akan siapkan pernikahan paling meriah untuk kalian!” tegas mommy Carol tidak terbantahkan membuat Kirei menatap Rafael dengan frustasi! Begitu juga dengan Rafael yang menyerah kalah pada keinginan mommynya itu.“Hah? Tetap harus menikah? Kami gak saling cinta gimana kalau pada akhirnya nanti kami cerai? Apa Mommy mau seperti itu?” tanya Kirei.“Kalian tidak akan bercerai. Karena jika sampai kalian bercerai, maka Rafael akan langsung Mommy usir dan coret dari kartu keluarga! Tidak ada ampun bagi pria yang tidak bisa menjaga keutuhan rumah tangganya!”“Mom! Kirei yang menolak menikah kenapa harus aku yang kena imbasnya? Dan lagi Kirei juga yang bahas soal perceraian. Bukan aku!” omel Rafael tak terima.“Maka dari itu kamu harus bisa membujuk Kirei agar mau menikah dengan kamu dan berjanji tidak akan pernah bercerai.”
“Kakak kamu sudah mengambil kegadisan Kirei beberapa malam lalu di hotel!” beritahu mommy Carol membuat semua orang yang ada di dalam ruang makan tersentak kaget!“What?! Lo gila, Bro? Lo mau dipenjara karena udah perkosa cewek polos kayak gini? Atau malah cewek ini masih dibawah umur?” tuduh Reynard.“Meski gue seorang pengacara, gue gak bakal sudi ya bantuin lo dalam kasus itu kalau sampe dibawa ke polisi!” tolak Reynard langsung.Rafael menggeram kesal mendengar tuduhan adiknya. Memperkosa? Polisi? Kasus? Bah! Siapa juga yang melakukan hal terkutuk itu!“Aku tidak pernah melakukannya, Mom! Aku tidak memperkosa Kirei!” raung Rafael, mulai kesal karena dituduh melakukan hal yang tidak pernah dilakukannya.Apalagi di dalam ruang makan ini banyak pelayan yang pasti mendengar ucapan mommynya barusan! Dan itu bahaya karena dapat membuat reputasinya tercoreng!Bagaimana kalau para pelayan itu bergo
Mata Kirei membola terkejut, otaknya mulai memahami apa yang terjadi. “Kalian berdua udah jadian?” tanya Kirei memastikan kepada Vanya. Regan mengernyit, tidak memahami arti ucapan Kirei membuat mommy muda itu tersadar dan kembali memperbaiki pertanyaannya. “Yes, we are officially dating!” jawab Regan, jawaban yang membuat pekik kebahagiaan Kirei muncul begitu saja. Sesaat Kirei lupa kalau dirinya baru melahirkan! Dan saat merasakan sentakan rasa nyeri di bagian sensitifnya, barulah Kirei meringis membuat Rafael khawatir. “Astaga, kamu jangan bergerak mendadak seperti itu, Kirei! Gimana kalau jahitan kamu terbuka lagi?” omel Rafael setengah hati dengan raut cemas. “Sorry! Aku kaget, nggak nyangka akhirnya kedua sahabatku ini resmi berubah status menjadi sepasang kekasih!” ucap Kirei dengan wajah berbinar. Tampak jelas Kirei begitu tulus saat mengucapkan kalimat itu. Regan tersenyum kecil dan mengangguk. “Aku bersyukur karena Tuhan mempertemukanku dengan Vanya di hari pernikahan k
Tiga bulan kemudian….Kirei mengernyit saat perutnya terasa diremas, sudah sejak siang tadi Kirei merasakan hal ini tapi biasanya akan mereda dengan sendirinya dan dokter Reni juga sudah memberitahu Kirei kalau itu dinamakan dengan kontraksi palsu, tapi entah kenapa kali ini Kirei merasa remasan yang dirasakannya semakin kuat.Kirei menggigit bibir, tangannya refleks terjulur, berusaha membangunkan Rafael yang asyik tertidur pulas tanpa menyadari kalau sang istri sedang begitu kewalahan merasa desakan rasa sakit pada perutnya.“Rafa, bangun!” ucap Kirei berusaha mengguncang lengan Rafael, tidak peduli meski nanti pria itu terbangun dengan kepala pusing karena Kirei membangunkannya dengan tiba-tiba dan tergesa seperti ini. Disaat rasa mulas yang sudah begitu hebat mana iya Kirei memikirkan hal seperti itu lagi!Rafael yang merasakan guncangan pada lengannya langsung bangun dengan kaget, panik ia memandang sekeliling dan menemukan Kirei s
Kirei menebah dadanya dengan kaget, tidak menduga akan mendengar berita yang begitu tragis tentang Alice malam ini.“Ya Tuhan! Kenapa Alice senekat itu, Rafa?” tanya Kirei tidak percaya.“Kita tidak akan pernah tau jalan pikiran setiap orang, Kirei. Mungkin saja Alice sudah lelah dengan hidupnya. Kamu sendiri juga sudah tau kan apa yang terjadi pada dirinya? Apa yang dilakukan oleh agencynya selama ini?”Kirei mengangguk, paham dengan apa yang dimaksud oleh Rafael. Ya, Kirei melihat semua majalah, koran dan berita online membahas mengenai kasus Alice dan juga agencynya. Kirei tidak menyangka kalau kehidupan seorang model bisa separah itu, lebih baik dirinya dulu meski harus bekerja mati-matian tapi tidak tersiksa lahir batin seperti Alice!“Apa aku boleh memberi peristirahatan terakhir yang layak untuk Alice?” tanya Rafael ragu, takut Kirei tidak setuju.“Astaga! Tentu saja boleh, Rafa! Aku juga tidak tega
Wajah Rafael memerah saat mendengar ucapan adiknya, tidak menyangka kalau aktifitas ranjangnya tertangkah basah oleh keluarganya! Apalagi tadi dirinya memang begitu buas pada Kirei! Bagaimana tidak buas kalau pada akhirnya setelah sekian lama akhirnya Kirei mengijinkan Rafael untuk menyentuhnya tanpa paksaan!“Nggak usah malu gitu. Gue nggak bakal ngomong apapun sama Kirei! Janji!”“Awas kalau ingkar!” ancam Rafael.“Iya! Tapi gue masih nggak habis pikir, kasihan Kirei ya? Udah badannya kecil mungil, lagi hamil besar dan masih digempur abis-abisan sama lo!” kekeh Reynard.“Berisik!” sungut Rafael dengan wajah malu, tidak tau harus menjawab apalagi jika Reynard berbicara mengenai keganasannya saat bercinta dengan Kirei.“Tapi apa Kirei udah setuju buat menikah sama lo lagi?”“Of course! Gue akan langsung urus pernikahan gue sama Kirei secepatnya.”“Wow, congr
Rafael membelai rambut Kirei yang basah akibat keringat. Bukti kalau wanitanya lelah setelah percintaan mereka yang begitu menggebu-gebu. Saat ini Kirei masih asyik bersandar nyaman pada dada bidang Rafael, hal yang sudah begitu lama tidak pernah dilakukannya. Jujur, Kirei sangat merindukan moment ini.“Kita menikah ya?” tanya Rafael membuat Kirei mendongak kaget.Bagaimana tidak kaget? Selesai bercinta dan Rafael langsung mengajaknya menikah? Seperti mimpi! Jika benar mimpi, Kirei tidak ingin bangun! Rasanya terlalu indah. Dan juga tidak bosankah pria itu setelah Kirei menolaknya berulang kali? Sungguh, saat ini Kirei begitu mengagumi kegigihan Rafael!“Kenapa kamu tidak menjawabnya, Kirei?” tanya Rafael was-was, karena meski Kirei sudah mengakui isi hatinya tapi belum tentu wanita itu bersedia menikah lagi dengannya. Mungkin saja kan? Makanya tidak heran kalau Rafael merasa begitu khawatir kalau Kirei akan kembali menolaknya!&ld
“Apa maksud dari ucapan kamu barusan, Rafa?” tanya Kirei bingung. “Mommy sudah membebaskanku untuk memilih. Beliau memang pernah memaksaku untuk menikahimu karena kesalahpahaman, Kirei, tapi hanya di awal. Setelah itu beliau tidak pernah lagi memaksa atau mendesakku, bahkan Mommy sudah tidak pernah lagi mengancam untuk mencoretku dari KK, jauh sebelum aku resmi menikahi kamu. Tapi justru setelah Mommy memberi aku kebebasan untuk memilih pasangan hidupku sendiri, aku malah tetap bersikeras ingin menikah denganmu tanpa menyadari perasaanku sendiri! Betapa bodohnya aku kan?” aku Rafael dengan nada penuh penyesalah. Pengakuan Rafael membuat Kirei terkejut, tidak menyangka kalau itulah yang sebenarnya terjadi. “Apa benar kalau Mommy sudah tidak pernah memaksa atau mengancam untuk mencoret nama kamu dari KK?” tanya Kirei dengan suara bergetar. “Benar! Kamu bisa tanya langsung pada Mommy! Bahkan Mommy sempat heran dan bertanya berulang kali mengenai keputusa
Alice hanya bisa memaki kesal saat dirinya digelandang begitu saja. Alice tidak menyangka kalau pada akhirnya dirinya akan ditemukan. Dan kini dirinya harus berada di dalam satu rumah yang tidak dikenalnya.Alice memicingkan mata saat pintu terbuka, sinar matahari yang masuk membuatnya silau dan terpaksa memejamkan mata.“Long time no see, Alice!” sapa Reynard dengan senyum licik.“Ternyata lo! Kenapa lo bawa gue kesini?”“Masih perlu lo tanya? Tentu aja buat bayar semua perbuatan lo sama Kirei!”“Gue heran kenapa lo begitu perhatian sama Kirei? Lo cinta sama dia? Mantan kakak ipar lo?” tuduh Alice.“Otak gue nggak sekotor lo!” balas Reynard tenang.“Gue datang cuma mau kasih tau kalau sebentar lagi akan ada polisi yang datang kesini. Gue udah laporin semua kejahatan lo sama Kirei.”“Lo nggak bisa hukum gue di Indonesia, Rey,” balas Alice puas.
Kirei merasa hatinya sesak, akhirnya setelah tiga tahun lebih dirinya kembali ke Jakarta, kembali ke negara kelahirannya. Kirei pikir dirinya tidak akan pernah kembali kesini tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Kirei mengikuti langkah Rafael tanpa mengucapkan sepatah katapun. Masih terhanyut dengan perasaannya sendiri.“Kirei,” panggil Rafael lembut, sadar kalau wanita itu masih sibuk dengan perasaannya yang pasti campur aduk.“Ya?” tanya Kirei dengan suara serak menahan tangis yang hampir tumpah.Sejak dulu perasaan Kirei selalu menjadi lebih sensitive jika hamil dan sekarang juga sama! Kirei merasa emosinya seperti roller coaster membuat airmata Kirei sudah menggenang di pelupuk matanya tanpa sadar!“Jangan nangis, Kirei. Sejak dulu aku nggak pernah sanggup melihat kamu menangis, rasanya seperti ada tangan yang tak kasat mata sedang meremas jantungku hingga terasa begitu menyakitkan,” aku Rafael lirih.“Sorry, aku hanya tidak menyangka akan kembali ke Jakarta,” desah Kirei.“Aku p
Reynard yang sedang pusing tujuh keliling jadi semakin pusing saat mendengar ocehan kakaknya. Bulan ini sudah harus selesai? Rafael pikir mengurus kasus Alice segampang itu? Dan Reynard semakin dongkol saat dirinya belum sempat menjawab namun Rafael sudah menutup sambungan telepon! Kurang ajar!Reynard melonggarkan dasi yang membuat lehernya begitu sesak. Memang penyelidikan dan juga materi yang memberatkan Alice sudah hampir selesai tapi tetap saja mereka tidak bisa gegabah kan? Reynard yakin kalau nanti Alice tidak akan tinggal diam dan akan menyewa pengacara untuk membantunya.Bukannya Reynard meragukan kemampuan dirinya sendiri ataupun teamnya tapi tetap saja Reynard harus berjaga-jaga. Lebih baik sedia payung sebelum hujan!“Ahh! Kalau bukan karena keluarga sendiri gue pasti udah kasih kasus lo ke pengacara lain! Kasus gue sendiri aja udah numpuk!” sungut Reynard, entah kepada siapa. Dirinya hanya bermonolog sendiri untuk meredakan kekesal