“Selamat malam, Mrs. Rayhan, ada yang bisa kami bantu?” sapa General Manager hotel dengan sopan.
“Saya ingin menemui anak saya yang sedang menginap di hotel ini.”
“Boleh saya tau nomor kamarnya?”
“1818.”
“Suite room di lantai 18. Baiklah saya akan antarkan anda kesana,” tawar sang General Manager, berusaha memberi pelayanan terbaik pada tamunya.
“Tidak perlu. Bantu akses lift saja!”
“Baik.”
Mrs. Rayhan yang tidak lain adalah mommy Carol melangkah tegas hendak memastikan informasi yang didapatnya hampir 30 menit yang lalu. Apakah benar putra sulungnya itu tidur di kamar hotel dengan wanita? Wanita mana pula? Dan seperti apa?
Dengan tidak sabar mommy Carol memencet bel dan saat pintu terbuka dirinya langsung merangsek masuk, tidak mempedulikan kekagetan putranya. Dugaannya semakin menguat saat melihat putranya tampil topless tanpa pakaian! Hanya celana panjangnya saja yang masih dikenakannya itu.
Semakin masuk ke dalam, mommy Carol menemukan seorang gadis berwajah polos dan sedang menatapnya bingung. Rafael melangkah mengekori mommynya.
“Mom! Mommy kenapa bisa datang kesini?”
“Tuan? Mana dress untuk saya?” tanya Kirei polos.
Karena bukannya pegawai hotel yang muncul untuk mengantar dress tapi malah seorang ibu yang tampak begitu cantik meski usianya sudah tidak muda lagi dan tampil begitu elegan, menunjukkan kelasnya yang sudah pasti dari kelas atas. Bukan orang sembarangan. Pasti kaum elite!
“Rafael! Sejak kapan kamu berkelakuan nakal seperti ini? Bagaimana bisa kamu membawa seorang gadis ke hotel? Bagaimana kalau para pencari berita memergoki kamu?!” omel mommy Carol membuat Rafael semakin pusing.
“Mom! Ini tidak seperti yang Mommy pikirkan. Kami tidak melakukan apa-apa!”
Kirei yang mulai memahami kalau yang ada di depannya adalah ibu dari sang pria menjengkelkan itu berusaha menjelaskan juga.
“Benar, Nyonya. Ini tidak seperti yang anda pikirkan. Kami tidak melakukan apapun. Saya murni hanya membantu teman dari tuan ini untuk memapahnya tadi. Karena saat di tempat karaoke tuan Rafael sudah tidak sadar karena terlalu mabuk.”
“Benar apa yang dikatakan gadis ini, Mom.”
“Lalu kenapa kamu tidak pakai baju? Dan kenapa gadis ini hanya mengenakan kimono?” cecar mommy Carol masih tidak menerima alasan mereka berdua begitu saja! Apalagi melihat kondisi mereka yang begitu mencurigakan!
“Itu karena….”
Rafael belum selesai menjelaskan saat pandangan mommy Carol tertumbuk pada seprei putih di ranjang yang terkena percikan wine tadi hingga menyebabkan warna merah pekat yang tampak begitu jelas membuat wanita paruh baya itu semakin salah paham dengan putranya sendiri!
“Astaga! Ya Tuhan! Jangan pernah kamu berani membohongi Mommy, Rafael! Bagaimana bisa kalian tidak melakukan apapun tapi ada noda darah disitu? Kamu telah merenggut kegadisannya?” tuduh mommy Carol membuat Rafael terkaget karena tuduhan mommynya itu.
“Apa? Aku tidak….”
“Kami tidak…”
Penjelasan Kirei dan Rafael terpotong begitu saja dengan ucapan mommy Carol yang seolah tidak terbantahkan.
“Tidak apa? Kamu masih berani menyangkalnya? Bukti sudah ada di depan mata dan kamu masih mengelak? Apa Mommy dan Daddy pernah mengajarkan kamu untuk menjadi seorang pengecut?!”
“Tapi kami sungguh tidak melakukannya, Mom!”
“Jangan bohong! Darah itu sudah menjadi bukti nyata kalau kamu sudah mengambil keperawanannya, Rafael!”
“Nyonya! Bukan seperti itu. Sungguh!” sela Kirei dengan wajah pucat saat menyadari kalau dirinya sudah disalahpahami seperti ini.
“Kamu jangan menutupinya lagi, Sayang. Ngomong-ngomong nama kamu siapa?”
“Saya Kirei, Nyonya.”
“Kirei? Hmm… nama yang cantik seperti wajah kamu yang juga cantik.”
“Ahh! Terima kasih, Nyonya,” jawab Kirei gugup.
“Tapi Nyonya kami sungguh tidak melakukan apapun,” ucap Kirei lagi berusaha membersihkan nama baiknya. Kirei tidak mau dianggap wanita gampangan yang dengan mudahnya tidur dengan pria asing! Meski memerlukan uang tapi Kirei tidak serendah itu!
“Sudahlah, kamu tidak perlu menutupinya lagi. Pasti pria ini yang sudah mengancam kamu hingga kamu harus berkata seperti itu. Tapi Mommy lebih percaya dengan bukti yang ada di depan mata,” jawab mommy Carol membuat Kirei mendesah frustasi. Matanya melirik kearah Rafael dengan pandangan memelas, berharap pria itu dapat membantunya keluar dari kesalahpahaman yang begitu memalukan ini!
“Mom….”
“Sudah! Jangan katakan apapun lagi. Mommy sudah putuskan kalau kamu harus menikahi Kirei, Rafael!”
“A… apa? Menikah? Tidak mau!” tolak Kirei langsung dengan tegas tanpa berpikir, membuat Rafael memicingkan mata dengan kesal. Tersinggung karena langsung ditolak mentah-mentah oleh Kirei!
Bukan berarti Rafael menyetujui ide pernikahan dari mommynya tapi tetap saja saat mendengar penolakan Kirei harga diri Rafael langsung seperti diinjak-injak. Hello! Dirinya adalah Rafael, dokter tampan dengan wajah blasteran yang digandrungi oleh para wanita dan gadis di hadapannya ini menolak dirinya begitu saja? Sudah gilakah gadis itu?
“Nyonya, saya tidak ingin menikah apalagi dengan pria yang tidak saya kenal.”
“Tapi kalian harus tetap menikah! Bagaimana kalau ada anak dari hubungan kalian malam ini?”
‘Ya Tuhan! Hubungan apa? Kami bahkan tidak melakukan apapun!’ erang Kirei frustasi meski hanya dalam hati.
“Mom, aku tidak bisa menikahi Kirei. Mommy tau sendiri kalau aku sudah memiliki seorang kekasih. Bagaimana bisa aku menikah dengan gadis lain?”
“Mommy tidak peduli! Siapa suruh kamu meniduri dan merenggut kegadisan Kirei! Jadi kamu harus bertanggung jawab dan menikahinya!”
“Argh!”
Rafael mengerang frustasi saat mommynya lagi-lagi membahas mengenai hal itu. Harus dijelaskan seperti apa lagi agar mommynya percaya kalau dirinya dan Kirei tidak melakukan hal itu? Ya Tuhan! Rafael masih perjaka tulen dan belum pernah menyentuh gadis manapun meski usianya sudah lebih dari 30 tahun! Berani sumpah demi apapun juga!
Rafael sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau ia hanya akan melakukan hubungan itu dengan istrinya sendiri nanti! Tapi bagaimana cara meyakinkan mommynya kalau tidak ada hal yang terjadi dengan mereka?
Padahal Rafael dan Kirei sudah berusaha menjelaskan tapi mommynya menolak semua penjelasan mereka! Semua ini gara-gara wine sialan itu! Jika tidak ada noda wine itu pasti urusannya tidak akan menjadi serumit ini. Sekarang bagaimana? Apa yang harus dilakukannya?
Kirei menatap Rafael dengan pandangan memelas, sarat akan keputusasaan membuat Rafael menjadi tidak tega, merasa iba seketika.
“Mom, kita tidak bisa memaksakan pernikahan ini pada Kirei. Mommy lihat sendiri kalau Kirei menolak pernikahan ini mentah-mentah,” bujuk Rafael mulai melunak.
“Tapi kamu tetap harus bertanggung jawab, Rafael.”
“Nyonya, tapi sungguh di antara kami tidak terjadi hal apapun,” jelas Kirei lirih, mulai merasa lelah.
“Tapi….”
Ucapan mommy Carol terputus saat bel kamar kembali berbunyi, terpaksa Rafael membuka pintu dan menemukan salah satu karyawan hotel menyodorkan dress baru yang tadi diminta oleh Rafael.
“Thank you.”
“You are welcome, Mr. Rafael. Apa ada lagi yang bisa kami bantu?”
“No, thanks.”
“Kalau begitu saya permisi dulu. Selamat malam!”
Rafael menutup pintu kamar dan melihat Kirei yang sudah menunduk lesu dan begitu putus asa, tanpa kata langsung menyodorkan dress baru yang diberikan karyawan hotel barusan pada Kirei.
“Pakailah dulu dress ini sekarang. Setelah itu kita baru akan membahasnya lagi,” perintah Rafael.
“Terima kasih,” jawab Kirei lesu dan beranjak menuju kamar mandi untuk mengganti kimono sialan ini dengan dress baru.
“Kamu juga lebih baik pakai baju kamu sekarang, Rafa!” perintah mommy Carol yang langsung dituruti oleh Rafael saat itu juga.
Kirei keluar dari kamar mandi dan meraih tasnya yang berisi dompet dan ponsel.
“Nyonya…”
“Jangan panggil saya Nyonya. Panggil saya Mommy,” sela mommy Carol membuat bola mata Kirei membulat kaget. Bagaimana bisa ia memanggil ibu dari orang lain dengan sebutan mommy? Dan bukan hanya Kirei yang kaget tapi juga Rafael!
Bertahun-tahun Rafael menjalin kasih dengan Alice tidak sekalipun mommynya meminta Alice memanggilnya dengan sebutan mommy. Tapi kenapa dengan Kirei mommynya bisa langsung berbicara seperti ini? Meminta Kirei memanggilnya mommy? Apa yang gadis itu miliki sehingga mommynya begitu menyukai Kirei?
“Maaf, tapi saya tidak bisa, Nyonya. Dan juga saya tegaskan tidak akan menikah dengan tuan Rafael karena tidak ada yang dirugikan disini,” lanjut Kirei.
Rafael mendengus kesal saat lagi-lagi Kirei menolak dirinya! Huh! Seharusnya Rafael yang menolak gadis biasa macam Kirei! Tapi ya sudahlah! Yang penting Kirei sudah mewakilinya untuk menolak pernikahan dadakan ini.
Mommy Carol baru hendak menjawab saat ponsel Kirei berdering nyaring membuat pembicaraan mereka tertunda sementara. Kirei mencari ponselnya dan menatapnya dengan cemas. Telepon dari rumah sakit. Dengan jantung berdetak kencang Kirei mengangkatnya dan menjawab gugup,
“Halo?”
“Dengan Nona Kirei?”
“Iya, saya sendiri. Apa ada masalah dengan ibu saya, Suster?”
“Keadaan ibu anda tiba-tiba menurun drastis. Tolong anda datang secepatnya ke rumah sakit,” beritahu suster di seberang sana membuat Kirei panik seketika.
“Baik, saya segera kesana!”
Rafael mengernyitkan kening saat mendengar ucapan Kirei pada siapapun orang yang sedang berbicara dengannya di seberang telepon.‘Suster? Apakah ibunya sedang sakit?’ batin Rafael penasaran.“Keadaan ibu anda tiba-tiba menurun drastis. Tolong anda datang secepatnya ke rumah sakit,” beritahu suster di seberang sana membuat Kirei panik.“Baik, saya segera kesana!”Kirei menutup ponselnya dan memandang kedua orang di hadapannya dengan kalut, tidak peduli dengan tatapan bertanya-tanya yang ada di wajah mereka.“Maaf, saya harus pergi sekarang. Nyonya, anda tidak perlu khawatir, tidak ada yang terjadi antara saya dan tuan Rafael. Mengenai noda di seprei itu abaikan saja. Saya permisi!” pamit Kirei tergesa.“Kirei!” panggil mommy Carol namun diabaikan oleh Kirei yang sudah melesat pergi begitu saja. Berlari kencang dengan perasaan cemas dan takut, berharap bahwa ibunya baik-baik saja.“Mom!” panggil Rafael pada mommynya yang masih fokus memandangi kepergian Kirei yang sudah melesat menjauh
Pintu ruang rawat di depannya terbuka menampilkan wajah Kirei yang terlihat sembab, terlihat jelas kalau gadis itu baru saja menangis cukup lama, meski sekarang air matanya tidak mengalir lagi.“Lho? Tuan kok masih disini? Saya tadi udah bilang terima kasih kan ya?” ucap Kirei polos, merasa heran dengan keberadaan Rafael di rumah sakit ini.“Bagaimana kondisi mama kamu?” tanya Rafael mengabaikan pertanyaan Kirei yang ditujukan padanya.“Kata suster kondisinya sudah mulai normal tapi masih belum sadar,” jawab Kirei letih.Kirei memaksakan senyum di wajahnya yang tampak sedih, berusaha agar tidak ada satu orangpun yang mengasihaninya seperti yang sedang dilakukan oleh Rafael sekarang.“Mama pasti akan baik-baik saja. Oh ya terima kasih atas tumpangannya tadi. Ini sudah malam lebih baik tuan pulang.”“Kamu tidak pulang?”“Saya akan tidur disini.”“Tidur disini?” ulang Rafael bingung.“Iya,” balas Kirei tidak memahami kebingungan Rafael.Bagaimana caranya gadis ini tidur di rumah sakit? D
Kirei bekerja seperti biasa, membersihkan kantor kecil yang untungnya tidak terlalu melelahkan namun selain menjadi cleaning service, Kirei merangkap sebagai office girl dan harus membantu karyawan untuk membeli sarapan atau makan siang sebelum dirinya pulang dan berlanjut ke pekerjaan paruh waktu selanjutnya.Di pekerjaan kedua saat Kirei sedang bertugas sebagai kasir, muncul Rafael lagi, membeli kopi. Meski heran tapi Kirei tidak berkata apapun dan hanya menyiapkan pesanannya tanpa kata.Di pekerjaan ketiga Kirei begitu sibuk melayani pembeli, entah itu mencatat dan mengantar pesanan atau hanya sekedar membersihkan meja. Lagi-lagi Kirei menemukan Rafael duduk memesan sesuatu membuat gadis itu tidak habis pikir!Dan sekarang disaat dirinya bekerja di tempat karaoke, lagi-lagi Rafael meminta Kirei menemaninya!Astaga! Sudah gilakah pria itu? Kenapa harus muncul terus menerus di depan Kirei?! Memangnya Rafael tidak punya pekerjaan? Bukannya dia seorang dokter? Atau pria itu memang seor
“Syarat apa, Tuan?”“Aku akan menikahimu dalam bulan ini!” tegas Rafael membuat Kirei terbelalak.“Hah? Apa?! Menikah?! Tidak mau!”“Aku akan memberikan uang kompensasi yang besar untukmu. Hanya pernikahan kontrak selama satu tahun.”“Astaga! Pernikahan itu hal sakral, Tuan. Bagaimana bisa anda mempermainkannya begitu saja? Sambil ngajak saya pula! Bikin saya ikutan dosa juga nantinya,” sungut Kirei kesal.“Jika tidak Mommy akan terus menerus mendesakku untuk menikahimu dan aku yakin kalau Mommy akan mencari kamu juga.”“Astaga! Apa Nyonya masih dengan niatnya itu?”“Iya!”“Ya Tuhan! Apakah ucapan saya kemarin kurang jelas, Tuan? Perlu saya ulang berapa kali lagi supaya Nyonya mengerti dan tidak memaksakan pernikahan itu pada kita?” tanya Kirei tak percaya.“Sangat jelas. Tapi Mommy memang seperti itu. Makanya lebih baik kita pura-pura menikah, setelah satu tahun kita akan bercerai. Lagipula aku memiliki pacar sekarang.”“Ya sudah kalau begitu nikahi pacar anda saja! Kenapa harus deng
“Kalau perlu saya berani cek ke dokter untuk buktiin kalau saya masih tersegel alias perawan ting ting!” ucap Kirei membuat Rafael mendengus, menahan tawa yang hendak keluar begitu saja akibat ucapan polosnya barusan.Ucapan Kirei yang begitu jujur membuat Rafael menahan tawanya menjadi senyum tipis, tidak menyangka ada gadis yang berani mengaku di hadapan pria dewasa sepertinya kalau dirinya masih perawan ting ting! Gadis ini sungguh lucu dan tidak terduga!“Baiklah, aku akan coba jelaskan ke Mommy tapi kalau misal Mommy masih memaksa maka aku akan cari kamu dan kita bahas masalah pernikahan ini bertiga, okay?”“Okay! Ya udah saya pulang dulu. Bye!”Rafael bangkit mengejar gadis yang sudah berjalan pergi mendahuluinya. Dengan kaki panjangnya bukan hal yang sulit karena hanya perlu beberapa langkah dan Rafael dapat langsung mensejajari langkah Kirei, menahan langkah gadis itu.“Aku antar kamu ke rumah sakit biar lebih cepat.”“Eh! Gak usah, Tuan. Saya udah biasa sendiri.”“Ini udah ma
“Mommy tidak peduli dengan alasan-alasan kalian. Pokoknya dalam bulan ini Mommy akan siapkan pernikahan paling meriah untuk kalian!” tegas mommy Carol tidak terbantahkan membuat Kirei menatap Rafael dengan frustasi! Begitu juga dengan Rafael yang menyerah kalah pada keinginan mommynya itu.“Hah? Tetap harus menikah? Kami gak saling cinta gimana kalau pada akhirnya nanti kami cerai? Apa Mommy mau seperti itu?” tanya Kirei.“Kalian tidak akan bercerai. Karena jika sampai kalian bercerai, maka Rafael akan langsung Mommy usir dan coret dari kartu keluarga! Tidak ada ampun bagi pria yang tidak bisa menjaga keutuhan rumah tangganya!”“Mom! Kirei yang menolak menikah kenapa harus aku yang kena imbasnya? Dan lagi Kirei juga yang bahas soal perceraian. Bukan aku!” omel Rafael tak terima.“Maka dari itu kamu harus bisa membujuk Kirei agar mau menikah dengan kamu dan berjanji tidak akan pernah bercerai.”
“Kakak kamu sudah mengambil kegadisan Kirei beberapa malam lalu di hotel!” beritahu mommy Carol membuat semua orang yang ada di dalam ruang makan tersentak kaget!“What?! Lo gila, Bro? Lo mau dipenjara karena udah perkosa cewek polos kayak gini? Atau malah cewek ini masih dibawah umur?” tuduh Reynard.“Meski gue seorang pengacara, gue gak bakal sudi ya bantuin lo dalam kasus itu kalau sampe dibawa ke polisi!” tolak Reynard langsung.Rafael menggeram kesal mendengar tuduhan adiknya. Memperkosa? Polisi? Kasus? Bah! Siapa juga yang melakukan hal terkutuk itu!“Aku tidak pernah melakukannya, Mom! Aku tidak memperkosa Kirei!” raung Rafael, mulai kesal karena dituduh melakukan hal yang tidak pernah dilakukannya.Apalagi di dalam ruang makan ini banyak pelayan yang pasti mendengar ucapan mommynya barusan! Dan itu bahaya karena dapat membuat reputasinya tercoreng!Bagaimana kalau para pelayan itu bergo
“Dalam minggu ini Mama sudah boleh pulang kok, Ma. Kenapa? Udah gak betah ya?” tanya Kirei sambil memaksakan senyumnya.“Bagaimana dengan biayanya? Apa uangnya cukup? Biayanya pasti sangat besar kan, Nak?” tanya mama Kirei khawatir.“Soal itu Mama tenang aja. Kirei yang urus semuanya!” ucap Kirei menenangkan.“Maaf karena Mama selalu membebani kamu, Nak.”“Mama ngomong apa sih? Kirei gak ngerasa kayak gitu kok!”Perbincangan antara ibu dan anak itu terputus saat dokter masuk, namun betapa kagetnya Kirei saat melihat Rafael dalam jubah dokternya.‘Sedang apa pria itu disini? Bukankah biasanya yang visit dokter Hermawan? Kenapa jadi Rafael? Dan sejak kapan pria itu jadi dokter di rumah sakit ini?’ batin Kirei bingung. Berbagai macam pertanyaan berkelebat di otak kecilnya. Bahkan saking kagetnya Kirei sampai tidak memperhatikan kalau Rafael sudah selesai memeriksa mamanya.
Mata Kirei membola terkejut, otaknya mulai memahami apa yang terjadi. “Kalian berdua udah jadian?” tanya Kirei memastikan kepada Vanya. Regan mengernyit, tidak memahami arti ucapan Kirei membuat mommy muda itu tersadar dan kembali memperbaiki pertanyaannya. “Yes, we are officially dating!” jawab Regan, jawaban yang membuat pekik kebahagiaan Kirei muncul begitu saja. Sesaat Kirei lupa kalau dirinya baru melahirkan! Dan saat merasakan sentakan rasa nyeri di bagian sensitifnya, barulah Kirei meringis membuat Rafael khawatir. “Astaga, kamu jangan bergerak mendadak seperti itu, Kirei! Gimana kalau jahitan kamu terbuka lagi?” omel Rafael setengah hati dengan raut cemas. “Sorry! Aku kaget, nggak nyangka akhirnya kedua sahabatku ini resmi berubah status menjadi sepasang kekasih!” ucap Kirei dengan wajah berbinar. Tampak jelas Kirei begitu tulus saat mengucapkan kalimat itu. Regan tersenyum kecil dan mengangguk. “Aku bersyukur karena Tuhan mempertemukanku dengan Vanya di hari pernikahan k
Tiga bulan kemudian….Kirei mengernyit saat perutnya terasa diremas, sudah sejak siang tadi Kirei merasakan hal ini tapi biasanya akan mereda dengan sendirinya dan dokter Reni juga sudah memberitahu Kirei kalau itu dinamakan dengan kontraksi palsu, tapi entah kenapa kali ini Kirei merasa remasan yang dirasakannya semakin kuat.Kirei menggigit bibir, tangannya refleks terjulur, berusaha membangunkan Rafael yang asyik tertidur pulas tanpa menyadari kalau sang istri sedang begitu kewalahan merasa desakan rasa sakit pada perutnya.“Rafa, bangun!” ucap Kirei berusaha mengguncang lengan Rafael, tidak peduli meski nanti pria itu terbangun dengan kepala pusing karena Kirei membangunkannya dengan tiba-tiba dan tergesa seperti ini. Disaat rasa mulas yang sudah begitu hebat mana iya Kirei memikirkan hal seperti itu lagi!Rafael yang merasakan guncangan pada lengannya langsung bangun dengan kaget, panik ia memandang sekeliling dan menemukan Kirei s
Kirei menebah dadanya dengan kaget, tidak menduga akan mendengar berita yang begitu tragis tentang Alice malam ini.“Ya Tuhan! Kenapa Alice senekat itu, Rafa?” tanya Kirei tidak percaya.“Kita tidak akan pernah tau jalan pikiran setiap orang, Kirei. Mungkin saja Alice sudah lelah dengan hidupnya. Kamu sendiri juga sudah tau kan apa yang terjadi pada dirinya? Apa yang dilakukan oleh agencynya selama ini?”Kirei mengangguk, paham dengan apa yang dimaksud oleh Rafael. Ya, Kirei melihat semua majalah, koran dan berita online membahas mengenai kasus Alice dan juga agencynya. Kirei tidak menyangka kalau kehidupan seorang model bisa separah itu, lebih baik dirinya dulu meski harus bekerja mati-matian tapi tidak tersiksa lahir batin seperti Alice!“Apa aku boleh memberi peristirahatan terakhir yang layak untuk Alice?” tanya Rafael ragu, takut Kirei tidak setuju.“Astaga! Tentu saja boleh, Rafa! Aku juga tidak tega
Wajah Rafael memerah saat mendengar ucapan adiknya, tidak menyangka kalau aktifitas ranjangnya tertangkah basah oleh keluarganya! Apalagi tadi dirinya memang begitu buas pada Kirei! Bagaimana tidak buas kalau pada akhirnya setelah sekian lama akhirnya Kirei mengijinkan Rafael untuk menyentuhnya tanpa paksaan!“Nggak usah malu gitu. Gue nggak bakal ngomong apapun sama Kirei! Janji!”“Awas kalau ingkar!” ancam Rafael.“Iya! Tapi gue masih nggak habis pikir, kasihan Kirei ya? Udah badannya kecil mungil, lagi hamil besar dan masih digempur abis-abisan sama lo!” kekeh Reynard.“Berisik!” sungut Rafael dengan wajah malu, tidak tau harus menjawab apalagi jika Reynard berbicara mengenai keganasannya saat bercinta dengan Kirei.“Tapi apa Kirei udah setuju buat menikah sama lo lagi?”“Of course! Gue akan langsung urus pernikahan gue sama Kirei secepatnya.”“Wow, congr
Rafael membelai rambut Kirei yang basah akibat keringat. Bukti kalau wanitanya lelah setelah percintaan mereka yang begitu menggebu-gebu. Saat ini Kirei masih asyik bersandar nyaman pada dada bidang Rafael, hal yang sudah begitu lama tidak pernah dilakukannya. Jujur, Kirei sangat merindukan moment ini.“Kita menikah ya?” tanya Rafael membuat Kirei mendongak kaget.Bagaimana tidak kaget? Selesai bercinta dan Rafael langsung mengajaknya menikah? Seperti mimpi! Jika benar mimpi, Kirei tidak ingin bangun! Rasanya terlalu indah. Dan juga tidak bosankah pria itu setelah Kirei menolaknya berulang kali? Sungguh, saat ini Kirei begitu mengagumi kegigihan Rafael!“Kenapa kamu tidak menjawabnya, Kirei?” tanya Rafael was-was, karena meski Kirei sudah mengakui isi hatinya tapi belum tentu wanita itu bersedia menikah lagi dengannya. Mungkin saja kan? Makanya tidak heran kalau Rafael merasa begitu khawatir kalau Kirei akan kembali menolaknya!&ld
“Apa maksud dari ucapan kamu barusan, Rafa?” tanya Kirei bingung. “Mommy sudah membebaskanku untuk memilih. Beliau memang pernah memaksaku untuk menikahimu karena kesalahpahaman, Kirei, tapi hanya di awal. Setelah itu beliau tidak pernah lagi memaksa atau mendesakku, bahkan Mommy sudah tidak pernah lagi mengancam untuk mencoretku dari KK, jauh sebelum aku resmi menikahi kamu. Tapi justru setelah Mommy memberi aku kebebasan untuk memilih pasangan hidupku sendiri, aku malah tetap bersikeras ingin menikah denganmu tanpa menyadari perasaanku sendiri! Betapa bodohnya aku kan?” aku Rafael dengan nada penuh penyesalah. Pengakuan Rafael membuat Kirei terkejut, tidak menyangka kalau itulah yang sebenarnya terjadi. “Apa benar kalau Mommy sudah tidak pernah memaksa atau mengancam untuk mencoret nama kamu dari KK?” tanya Kirei dengan suara bergetar. “Benar! Kamu bisa tanya langsung pada Mommy! Bahkan Mommy sempat heran dan bertanya berulang kali mengenai keputusa
Alice hanya bisa memaki kesal saat dirinya digelandang begitu saja. Alice tidak menyangka kalau pada akhirnya dirinya akan ditemukan. Dan kini dirinya harus berada di dalam satu rumah yang tidak dikenalnya.Alice memicingkan mata saat pintu terbuka, sinar matahari yang masuk membuatnya silau dan terpaksa memejamkan mata.“Long time no see, Alice!” sapa Reynard dengan senyum licik.“Ternyata lo! Kenapa lo bawa gue kesini?”“Masih perlu lo tanya? Tentu aja buat bayar semua perbuatan lo sama Kirei!”“Gue heran kenapa lo begitu perhatian sama Kirei? Lo cinta sama dia? Mantan kakak ipar lo?” tuduh Alice.“Otak gue nggak sekotor lo!” balas Reynard tenang.“Gue datang cuma mau kasih tau kalau sebentar lagi akan ada polisi yang datang kesini. Gue udah laporin semua kejahatan lo sama Kirei.”“Lo nggak bisa hukum gue di Indonesia, Rey,” balas Alice puas.
Kirei merasa hatinya sesak, akhirnya setelah tiga tahun lebih dirinya kembali ke Jakarta, kembali ke negara kelahirannya. Kirei pikir dirinya tidak akan pernah kembali kesini tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Kirei mengikuti langkah Rafael tanpa mengucapkan sepatah katapun. Masih terhanyut dengan perasaannya sendiri.“Kirei,” panggil Rafael lembut, sadar kalau wanita itu masih sibuk dengan perasaannya yang pasti campur aduk.“Ya?” tanya Kirei dengan suara serak menahan tangis yang hampir tumpah.Sejak dulu perasaan Kirei selalu menjadi lebih sensitive jika hamil dan sekarang juga sama! Kirei merasa emosinya seperti roller coaster membuat airmata Kirei sudah menggenang di pelupuk matanya tanpa sadar!“Jangan nangis, Kirei. Sejak dulu aku nggak pernah sanggup melihat kamu menangis, rasanya seperti ada tangan yang tak kasat mata sedang meremas jantungku hingga terasa begitu menyakitkan,” aku Rafael lirih.“Sorry, aku hanya tidak menyangka akan kembali ke Jakarta,” desah Kirei.“Aku p
Reynard yang sedang pusing tujuh keliling jadi semakin pusing saat mendengar ocehan kakaknya. Bulan ini sudah harus selesai? Rafael pikir mengurus kasus Alice segampang itu? Dan Reynard semakin dongkol saat dirinya belum sempat menjawab namun Rafael sudah menutup sambungan telepon! Kurang ajar!Reynard melonggarkan dasi yang membuat lehernya begitu sesak. Memang penyelidikan dan juga materi yang memberatkan Alice sudah hampir selesai tapi tetap saja mereka tidak bisa gegabah kan? Reynard yakin kalau nanti Alice tidak akan tinggal diam dan akan menyewa pengacara untuk membantunya.Bukannya Reynard meragukan kemampuan dirinya sendiri ataupun teamnya tapi tetap saja Reynard harus berjaga-jaga. Lebih baik sedia payung sebelum hujan!“Ahh! Kalau bukan karena keluarga sendiri gue pasti udah kasih kasus lo ke pengacara lain! Kasus gue sendiri aja udah numpuk!” sungut Reynard, entah kepada siapa. Dirinya hanya bermonolog sendiri untuk meredakan kekesal