Kirei menuju rumah sakit untuk melakukan check up rutin. Dirinya sudah janjian dengan Rafael yang menunggu di ruangannya. Meski awalnya Rafael mengatakan mau menjemputnya di rumah tapi Kirei melarangnya.
Untuk apa? Bukankah seperti orang bodoh jika harus bolak balik seperti itu? Sudah jelas-jelas suaminya bekerja di rumah sakit ini! Jadi lebih baik Kirei langsung datang kesini dengan diantar supir. Lebih efisien waktu!
Kirei sedang berjalan menuju ruangan Rafael saat suara suster yang bergosip kembali menerpa telinganya. Rasa was-was kembali hadir dihatinya.
“Istri dokter Rafael di usia semuda itu sudah langsung hamil, apakah dia sengaja melakukannya untuk mengikat dokter Rafael agar tidak pergi meninggalkannya?”
Itulah kalimat pertama yang Kirei dengar!
“Mungkin saja! Jika tidak begitu kemungkinan besar dokter Rafael pasti akan mencari wanita yang lebih cantik dan lebih sederajat dengannya.”
“Kalian bisa gak si
Rafael melangkah dengan tidak sabar menuju ke ruangan daddy Rayhan. Mengetuk pintu sekali dan langsung masuk meski belum dipersilahkan, kening daddy Rayhan mengerut bingung saat melihat wajah putra sulungnya yang tampak begitu marah.“Ada apa, Rafa?”“Aku akan panggil suster Dessy dan suster Indri ke ruangan ini besok.”“Apa lagi yang mereka lakukan kali ini hingga membuat kamu begitu gusar?”“Mereka kembali menjelek-jelekkan Kirei lagi dan sialnya Kirei mendengar ucapan mereka untuk yang kedua kalinya! Untung aku ketemu Kirei, kalau nggak aku pasti gak akan tau kalau suster brengsek itu lagi-lagi menjelekkan istriku!”“Jadi apa yang mau kamu lakukan kepada kedua suster itu?”“Menurut Daddy bagusnya bagaimana?” Rafael balik bertanya.“Potong gaji? Skorsing? Teguran tertulis? Oper ke pelosok? Pemotongan cuti tahunan? Penurunan nilai DP 3?”“Aku pikir lebih baik teguran tertulis dan pemotongan cuti tahunan saja, Dad, agar mereka tidak berbuat seperti it
Alice memaki kasar. Geram karena rencananya untuk kembali ke Jakarta harus berantakan karena ulah sponsor brengsek! “Marah? Tidak terima?” sindir Mr. Mark saat melihat Alice membanting handbagnya begitu saja.“Kenapa mereka mengubah jadwal seenaknya? Bukankah sudah kukatakan sejak lama kalau bulan ini aku harus kembali ke Jakarta?”“Kau bisa tanyakan langsung hal itu pada mereka.”“Bertanya?”“Hmm… bertanyalah dengan menggunakan tubuhmu seperti biasa. Bukankah itu keahlianmu sejak dulu? Selalu merangkak naik ke atas ranjang siapapun asalkan orang itu bisa memuluskan rencanamu?” hina Mr. Mark membuat Alice bergetar marah. Tidak terima.“Kau…”“Kenapa? Apa omonganku salah?”“Brengsek!”“Kaulah wanita brengsek! Kau pikir di dalam dunia ini bisa ambil cuti semaumu? Kau tau sendiri kalau jadwal kita begitu padat!”“Tapi kau sudah mengiyakannya!”“Aku memang setuju tapi tidak dengan pihak sponsor! Maka dari itu aku bilang lakukanlah keahlianmu
“Sakit! Pelan-pelan!” rintih Alice saat pria yang kesekian menggilir tubuhnya. Alice hanya bisa meringis perih saat kewanitaannya dihujam begitu dalam. Kasar. Tanpa jeda. Tanpa ampun. Dirinya hanya dianggap seonggok daging bernyawa untuk memuaskan nafsu liar para pria yang memiliki kedudukan tinggi untuk memuluskan kariernya! Tidak pernah menganggapnya seperti manusia sama sekali!Kali ini lagi-lagi Alice kembali memuaskan para pria bejat agar dirinya tidak didepak begitu saja setelah kembali ke Jakarta nantinya. Sumpah tubuhnya terasa begitu remuk. Sakit. Perih. Ngilu. Dan entah apalagi!“Shit! Fuck!” Alice tersentak saat tubuhnya dihentak semakin kasar dan milik pria tua di atasnya menghujam begitu dalam ke miliknya. Menyatu erat.“Arghh!” Rasa hangat kembali menjalari rahimnya saat pria itu menyemburkan lahar panasnya begitu saja. Alice hanya bisa berharap kalau alat kontrasepsi yang dipilihnya benar-benar manjur untuk mencegah kehamilan. Karena se
“Beb, aku mau makan strawberry cheese cake.”Rafael melirik jam di samping ranjangnya. Sudah jam 10 malam dan istrinya ini minta strawberry cheese cake? Beli dimana?“Besok pagi aku beliin ya?” bujuk Rafael, berharap istrinya mengerti namun Kirei malah menggeleng cepat.“Gak mau besok. Maunya sekarang. Ngeliat mereka makan itu kayaknya enak,” tunjuk Kirei kearah TV.‘Film sialan! Coba Kirei tidak nonton film ini pasti tidak akan minta beli cake itu!’ omel Rafael dalam hati.“Tapi ini udah malam, Bee. Mau beli dimana?”“Gak tau. Keliling cari aja yuk?” pinta Kirei dengan wajah memelas.Rafael menghela nafas pasrah dengan keinginan istrinya dan mengangguk. Berusaha memahami kemauan Kirei seperti nasehat daddynya kemarin. Lagipula Rafael tidak ingin membuat Kirei kembali kesal padanya. Takut tidak bagus untuk kesehatan bayi mereka. Jadi lebih baik menuruti apapun permintaan Kirei. Termasuk mencari strawberry cheese cake di jam 10 malam seperti ini! Ahh! Tuga
Rafael tidak menjawab dan malah mencium bibir Kirei dengan lembut. Rasanya masih begitu manis membuat Rafael tidak bisa berhenti dan melumatnya semakin ganas. Rafael sadar kalau Kirei meremas kaosnya dengan erat.“Bibir kamu manis, Bee. Aku suka,” ucap Rafael parau disela-sela pagutannya.Mengikuti nalurinya, Kirei membalas ciuman suaminya yang terasa semakin menuntut. Lidah saling beradu. Tangan Rafael dengan lihai membuka kancing baju istrinya. Kirei pun tidak melawan sama sekali karena jujur saja semenjak hamil Kirei merasakan gairahnya semakin besar.Jadi saat Rafael meminta haknya seperti ini, Kirei tidak akan menolak karena tubuhnya juga menginginkannya. Hanya saja Kirei khawatir, takut membahayakan bayi mereka.“Pelan-pelan, Rafa,” pinta Kirei.“Iya, Bee. Aku janji akan melakukannya perlahan. Aku tidak akan membuat kamu atau bayi kita merasa tidak nyaman,” balas Rafael lembut.Rafael menatap kearah
Kirei berkunjung ke rumah mamanya hari ini. Mama Inara menyambut kedatangan putrinya dengan senyum terkembang lebar, terlebih saat melihat perut Kirei yang sudah mulai membuncit.“Gimana kondisi kamu, Nak?”“Kirei baik, Ma.”“Calon cucu Mama?”“Sangat sehat. Mama jangan khawatir. Rafael bisa menjaga kami dengan baik.”“Syukurlah. Mama bisa lega mendengarnya.”“Kondisi Mama sendiri bagaimana?”“Sudah jauh lebih baik. Setidaknya meski hanya hidup dengan satu ginjal yang sehat, tapi Mama masih bisa beraktivitas, hanya saja tidak boleh terlalu lelah.”“Jangan mengerjakan hal yang terlalu berat, Ma. Minta bantuan bibi dan perawat ya? Kirei gak mau Mama sakit lagi.”“Iya, kamu tenang aja. Tapi kamu tau sendiri kalau nggak ngapa-ngapain malah jadi bosan kan? Jadi Mama tetap melakukan hal kecil untuk mengusir rasa bosan.”Kirei mengangguk mendengar ucapan mamanya, apa yang mamanya ucapkan barusan memang benar. Sejak dulu mereka sudah terbiasa hidup mandiri dan melakukan segala sesuatunya send
“Kamu suka dress yang mana, Bee?” tanya Rafael pada Kirei yang sedang menatap ke sekeliling, mencari dress yang disukainya.“Gak ada! Modelnya terlalu biasa. Yang ini cantik sih tapi terlalu terbuka, aku nggak suka!” jawab Kirei.“Mau coba cari ke tempat lain?” tawar Rafael, sudah tidak heran jika Kirei menyampaikan ketidaksukaannya secara blak-blakkan seperti barusan karena memang semenjak hamil istrinya ini menjadi lebih frontal.“Tapi aku capek!” keluh Kirei.“Kami memiliki koleksi terbaru yang belum sempat ditampilkan, apa anda berkenan untuk melihatnya, Nyonya?” tanya manager yang mendampingi Kirei, berinisiatif menawarkan produknya. Sayang kalau customer seroyal ini dibiarkan pergi ke tempat lain begitu saja.“Boleh!”Mereka diarahkan menuju salah satu ruangan tertutup. Kirei terkagum saat melihat ruangan yang tampak mewah, jauh berbeda dengan yang baru saja mereka singgahi. Di ruangan yang sekarang tampak sangat luas dengan kaca besar yang mengelilingi mereka, sehingga memudahk
Tiga puluh menit kemudian……Rafael dan Kirei sudah duduk didepan ratusan wartawan yang diundang khusus untuk hadir ke acara konferensi pers malam ini. Sedangkan daddy Rayhan, mommy Carol dan Reynard memutuskan untuk mengawasi keadaan dari belakang layar, tidak ingin menimbulkan pertanyaan karena tidak ada satupun anggota keluarga Kirei yang hadir.Jadi daripada menimbulkan spekulasi negative lebih baik hanya Rafael dan Kirei yang tampil di depan umum, kecuali saat jamuan makan malam nanti, setelah acara konferensi pers usai, barulah mereka bergabung.Tanpa kentara, Rafael selalu menggenggam tangan Kirei, berusaha menenangkan istrinya. Kirei tersenyum lembut dan mengangguk kecil, meyakinkan Rafael kalau dirinya baik-baik saja dan hal itu membuat Rafael lega. Setidaknya Kirei tidak larut dalam kekhawatirannya.“Selamat malam semuanya, sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih atas kesediaan kalian karena telah berkenan untuk hadir d
Mata Kirei membola terkejut, otaknya mulai memahami apa yang terjadi. “Kalian berdua udah jadian?” tanya Kirei memastikan kepada Vanya. Regan mengernyit, tidak memahami arti ucapan Kirei membuat mommy muda itu tersadar dan kembali memperbaiki pertanyaannya. “Yes, we are officially dating!” jawab Regan, jawaban yang membuat pekik kebahagiaan Kirei muncul begitu saja. Sesaat Kirei lupa kalau dirinya baru melahirkan! Dan saat merasakan sentakan rasa nyeri di bagian sensitifnya, barulah Kirei meringis membuat Rafael khawatir. “Astaga, kamu jangan bergerak mendadak seperti itu, Kirei! Gimana kalau jahitan kamu terbuka lagi?” omel Rafael setengah hati dengan raut cemas. “Sorry! Aku kaget, nggak nyangka akhirnya kedua sahabatku ini resmi berubah status menjadi sepasang kekasih!” ucap Kirei dengan wajah berbinar. Tampak jelas Kirei begitu tulus saat mengucapkan kalimat itu. Regan tersenyum kecil dan mengangguk. “Aku bersyukur karena Tuhan mempertemukanku dengan Vanya di hari pernikahan k
Tiga bulan kemudian….Kirei mengernyit saat perutnya terasa diremas, sudah sejak siang tadi Kirei merasakan hal ini tapi biasanya akan mereda dengan sendirinya dan dokter Reni juga sudah memberitahu Kirei kalau itu dinamakan dengan kontraksi palsu, tapi entah kenapa kali ini Kirei merasa remasan yang dirasakannya semakin kuat.Kirei menggigit bibir, tangannya refleks terjulur, berusaha membangunkan Rafael yang asyik tertidur pulas tanpa menyadari kalau sang istri sedang begitu kewalahan merasa desakan rasa sakit pada perutnya.“Rafa, bangun!” ucap Kirei berusaha mengguncang lengan Rafael, tidak peduli meski nanti pria itu terbangun dengan kepala pusing karena Kirei membangunkannya dengan tiba-tiba dan tergesa seperti ini. Disaat rasa mulas yang sudah begitu hebat mana iya Kirei memikirkan hal seperti itu lagi!Rafael yang merasakan guncangan pada lengannya langsung bangun dengan kaget, panik ia memandang sekeliling dan menemukan Kirei s
Kirei menebah dadanya dengan kaget, tidak menduga akan mendengar berita yang begitu tragis tentang Alice malam ini.“Ya Tuhan! Kenapa Alice senekat itu, Rafa?” tanya Kirei tidak percaya.“Kita tidak akan pernah tau jalan pikiran setiap orang, Kirei. Mungkin saja Alice sudah lelah dengan hidupnya. Kamu sendiri juga sudah tau kan apa yang terjadi pada dirinya? Apa yang dilakukan oleh agencynya selama ini?”Kirei mengangguk, paham dengan apa yang dimaksud oleh Rafael. Ya, Kirei melihat semua majalah, koran dan berita online membahas mengenai kasus Alice dan juga agencynya. Kirei tidak menyangka kalau kehidupan seorang model bisa separah itu, lebih baik dirinya dulu meski harus bekerja mati-matian tapi tidak tersiksa lahir batin seperti Alice!“Apa aku boleh memberi peristirahatan terakhir yang layak untuk Alice?” tanya Rafael ragu, takut Kirei tidak setuju.“Astaga! Tentu saja boleh, Rafa! Aku juga tidak tega
Wajah Rafael memerah saat mendengar ucapan adiknya, tidak menyangka kalau aktifitas ranjangnya tertangkah basah oleh keluarganya! Apalagi tadi dirinya memang begitu buas pada Kirei! Bagaimana tidak buas kalau pada akhirnya setelah sekian lama akhirnya Kirei mengijinkan Rafael untuk menyentuhnya tanpa paksaan!“Nggak usah malu gitu. Gue nggak bakal ngomong apapun sama Kirei! Janji!”“Awas kalau ingkar!” ancam Rafael.“Iya! Tapi gue masih nggak habis pikir, kasihan Kirei ya? Udah badannya kecil mungil, lagi hamil besar dan masih digempur abis-abisan sama lo!” kekeh Reynard.“Berisik!” sungut Rafael dengan wajah malu, tidak tau harus menjawab apalagi jika Reynard berbicara mengenai keganasannya saat bercinta dengan Kirei.“Tapi apa Kirei udah setuju buat menikah sama lo lagi?”“Of course! Gue akan langsung urus pernikahan gue sama Kirei secepatnya.”“Wow, congr
Rafael membelai rambut Kirei yang basah akibat keringat. Bukti kalau wanitanya lelah setelah percintaan mereka yang begitu menggebu-gebu. Saat ini Kirei masih asyik bersandar nyaman pada dada bidang Rafael, hal yang sudah begitu lama tidak pernah dilakukannya. Jujur, Kirei sangat merindukan moment ini.“Kita menikah ya?” tanya Rafael membuat Kirei mendongak kaget.Bagaimana tidak kaget? Selesai bercinta dan Rafael langsung mengajaknya menikah? Seperti mimpi! Jika benar mimpi, Kirei tidak ingin bangun! Rasanya terlalu indah. Dan juga tidak bosankah pria itu setelah Kirei menolaknya berulang kali? Sungguh, saat ini Kirei begitu mengagumi kegigihan Rafael!“Kenapa kamu tidak menjawabnya, Kirei?” tanya Rafael was-was, karena meski Kirei sudah mengakui isi hatinya tapi belum tentu wanita itu bersedia menikah lagi dengannya. Mungkin saja kan? Makanya tidak heran kalau Rafael merasa begitu khawatir kalau Kirei akan kembali menolaknya!&ld
“Apa maksud dari ucapan kamu barusan, Rafa?” tanya Kirei bingung. “Mommy sudah membebaskanku untuk memilih. Beliau memang pernah memaksaku untuk menikahimu karena kesalahpahaman, Kirei, tapi hanya di awal. Setelah itu beliau tidak pernah lagi memaksa atau mendesakku, bahkan Mommy sudah tidak pernah lagi mengancam untuk mencoretku dari KK, jauh sebelum aku resmi menikahi kamu. Tapi justru setelah Mommy memberi aku kebebasan untuk memilih pasangan hidupku sendiri, aku malah tetap bersikeras ingin menikah denganmu tanpa menyadari perasaanku sendiri! Betapa bodohnya aku kan?” aku Rafael dengan nada penuh penyesalah. Pengakuan Rafael membuat Kirei terkejut, tidak menyangka kalau itulah yang sebenarnya terjadi. “Apa benar kalau Mommy sudah tidak pernah memaksa atau mengancam untuk mencoret nama kamu dari KK?” tanya Kirei dengan suara bergetar. “Benar! Kamu bisa tanya langsung pada Mommy! Bahkan Mommy sempat heran dan bertanya berulang kali mengenai keputusa
Alice hanya bisa memaki kesal saat dirinya digelandang begitu saja. Alice tidak menyangka kalau pada akhirnya dirinya akan ditemukan. Dan kini dirinya harus berada di dalam satu rumah yang tidak dikenalnya.Alice memicingkan mata saat pintu terbuka, sinar matahari yang masuk membuatnya silau dan terpaksa memejamkan mata.“Long time no see, Alice!” sapa Reynard dengan senyum licik.“Ternyata lo! Kenapa lo bawa gue kesini?”“Masih perlu lo tanya? Tentu aja buat bayar semua perbuatan lo sama Kirei!”“Gue heran kenapa lo begitu perhatian sama Kirei? Lo cinta sama dia? Mantan kakak ipar lo?” tuduh Alice.“Otak gue nggak sekotor lo!” balas Reynard tenang.“Gue datang cuma mau kasih tau kalau sebentar lagi akan ada polisi yang datang kesini. Gue udah laporin semua kejahatan lo sama Kirei.”“Lo nggak bisa hukum gue di Indonesia, Rey,” balas Alice puas.
Kirei merasa hatinya sesak, akhirnya setelah tiga tahun lebih dirinya kembali ke Jakarta, kembali ke negara kelahirannya. Kirei pikir dirinya tidak akan pernah kembali kesini tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Kirei mengikuti langkah Rafael tanpa mengucapkan sepatah katapun. Masih terhanyut dengan perasaannya sendiri.“Kirei,” panggil Rafael lembut, sadar kalau wanita itu masih sibuk dengan perasaannya yang pasti campur aduk.“Ya?” tanya Kirei dengan suara serak menahan tangis yang hampir tumpah.Sejak dulu perasaan Kirei selalu menjadi lebih sensitive jika hamil dan sekarang juga sama! Kirei merasa emosinya seperti roller coaster membuat airmata Kirei sudah menggenang di pelupuk matanya tanpa sadar!“Jangan nangis, Kirei. Sejak dulu aku nggak pernah sanggup melihat kamu menangis, rasanya seperti ada tangan yang tak kasat mata sedang meremas jantungku hingga terasa begitu menyakitkan,” aku Rafael lirih.“Sorry, aku hanya tidak menyangka akan kembali ke Jakarta,” desah Kirei.“Aku p
Reynard yang sedang pusing tujuh keliling jadi semakin pusing saat mendengar ocehan kakaknya. Bulan ini sudah harus selesai? Rafael pikir mengurus kasus Alice segampang itu? Dan Reynard semakin dongkol saat dirinya belum sempat menjawab namun Rafael sudah menutup sambungan telepon! Kurang ajar!Reynard melonggarkan dasi yang membuat lehernya begitu sesak. Memang penyelidikan dan juga materi yang memberatkan Alice sudah hampir selesai tapi tetap saja mereka tidak bisa gegabah kan? Reynard yakin kalau nanti Alice tidak akan tinggal diam dan akan menyewa pengacara untuk membantunya.Bukannya Reynard meragukan kemampuan dirinya sendiri ataupun teamnya tapi tetap saja Reynard harus berjaga-jaga. Lebih baik sedia payung sebelum hujan!“Ahh! Kalau bukan karena keluarga sendiri gue pasti udah kasih kasus lo ke pengacara lain! Kasus gue sendiri aja udah numpuk!” sungut Reynard, entah kepada siapa. Dirinya hanya bermonolog sendiri untuk meredakan kekesal