Rafael tidak menjawab dan malah mencium bibir Kirei dengan lembut. Rasanya masih begitu manis membuat Rafael tidak bisa berhenti dan melumatnya semakin ganas. Rafael sadar kalau Kirei meremas kaosnya dengan erat.
“Bibir kamu manis, Bee. Aku suka,” ucap Rafael parau disela-sela pagutannya.
Mengikuti nalurinya, Kirei membalas ciuman suaminya yang terasa semakin menuntut. Lidah saling beradu. Tangan Rafael dengan lihai membuka kancing baju istrinya. Kirei pun tidak melawan sama sekali karena jujur saja semenjak hamil Kirei merasakan gairahnya semakin besar.
Jadi saat Rafael meminta haknya seperti ini, Kirei tidak akan menolak karena tubuhnya juga menginginkannya. Hanya saja Kirei khawatir, takut membahayakan bayi mereka.
“Pelan-pelan, Rafa,” pinta Kirei.
“Iya, Bee. Aku janji akan melakukannya perlahan. Aku tidak akan membuat kamu atau bayi kita merasa tidak nyaman,” balas Rafael lembut.
Rafael menatap kearah
Kirei berkunjung ke rumah mamanya hari ini. Mama Inara menyambut kedatangan putrinya dengan senyum terkembang lebar, terlebih saat melihat perut Kirei yang sudah mulai membuncit.“Gimana kondisi kamu, Nak?”“Kirei baik, Ma.”“Calon cucu Mama?”“Sangat sehat. Mama jangan khawatir. Rafael bisa menjaga kami dengan baik.”“Syukurlah. Mama bisa lega mendengarnya.”“Kondisi Mama sendiri bagaimana?”“Sudah jauh lebih baik. Setidaknya meski hanya hidup dengan satu ginjal yang sehat, tapi Mama masih bisa beraktivitas, hanya saja tidak boleh terlalu lelah.”“Jangan mengerjakan hal yang terlalu berat, Ma. Minta bantuan bibi dan perawat ya? Kirei gak mau Mama sakit lagi.”“Iya, kamu tenang aja. Tapi kamu tau sendiri kalau nggak ngapa-ngapain malah jadi bosan kan? Jadi Mama tetap melakukan hal kecil untuk mengusir rasa bosan.”Kirei mengangguk mendengar ucapan mamanya, apa yang mamanya ucapkan barusan memang benar. Sejak dulu mereka sudah terbiasa hidup mandiri dan melakukan segala sesuatunya send
“Kamu suka dress yang mana, Bee?” tanya Rafael pada Kirei yang sedang menatap ke sekeliling, mencari dress yang disukainya.“Gak ada! Modelnya terlalu biasa. Yang ini cantik sih tapi terlalu terbuka, aku nggak suka!” jawab Kirei.“Mau coba cari ke tempat lain?” tawar Rafael, sudah tidak heran jika Kirei menyampaikan ketidaksukaannya secara blak-blakkan seperti barusan karena memang semenjak hamil istrinya ini menjadi lebih frontal.“Tapi aku capek!” keluh Kirei.“Kami memiliki koleksi terbaru yang belum sempat ditampilkan, apa anda berkenan untuk melihatnya, Nyonya?” tanya manager yang mendampingi Kirei, berinisiatif menawarkan produknya. Sayang kalau customer seroyal ini dibiarkan pergi ke tempat lain begitu saja.“Boleh!”Mereka diarahkan menuju salah satu ruangan tertutup. Kirei terkagum saat melihat ruangan yang tampak mewah, jauh berbeda dengan yang baru saja mereka singgahi. Di ruangan yang sekarang tampak sangat luas dengan kaca besar yang mengelilingi mereka, sehingga memudahk
Tiga puluh menit kemudian……Rafael dan Kirei sudah duduk didepan ratusan wartawan yang diundang khusus untuk hadir ke acara konferensi pers malam ini. Sedangkan daddy Rayhan, mommy Carol dan Reynard memutuskan untuk mengawasi keadaan dari belakang layar, tidak ingin menimbulkan pertanyaan karena tidak ada satupun anggota keluarga Kirei yang hadir.Jadi daripada menimbulkan spekulasi negative lebih baik hanya Rafael dan Kirei yang tampil di depan umum, kecuali saat jamuan makan malam nanti, setelah acara konferensi pers usai, barulah mereka bergabung.Tanpa kentara, Rafael selalu menggenggam tangan Kirei, berusaha menenangkan istrinya. Kirei tersenyum lembut dan mengangguk kecil, meyakinkan Rafael kalau dirinya baik-baik saja dan hal itu membuat Rafael lega. Setidaknya Kirei tidak larut dalam kekhawatirannya.“Selamat malam semuanya, sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih atas kesediaan kalian karena telah berkenan untuk hadir d
Selesai acara konferensi pers, Rafael menjamu para wartawan dengan hidangan lezat, hitung-hitung sebagai permintaan maaf karena telah menyembunyikan berita pernikahannya selama ini.Tidak jarang ada beberapa wartawan yang masih merasa belum puas dan berusaha mengorek informasi dari Rafael maupun Kirei, terlebih daddy Rayhan, mommy Carol dan Reynard juga muncul. Ikut bergabung kedalam acara santap malam ini.Namun bagaimanapun mereka mencoba mengorek informasi, tidak ada cerita baru yang dapat ditangkap membuat mereka capek sendiri hingga akhirnya menyerah.Rafael menatap Kirei yang sudah tampak lelah.“Mau pulang sekarang?”“Nggak usah, Beb. Aku masih bisa kok.”“Jangan memaksakan diri, Bee. Ingat bayi kita,” tegur Rafael.Kirei menunduk, menyadari kecerobohannya.“Sorry,” cicit Kirei.“Aku gak marah, Bee. Tapi lain kali jangan memaksakan diri, okay? Aku nggak mau kam
Reynard sedang asyik bersiul sambil berjalan memasuki rumahnya saat melihat sang mommy bersiap pergi.“Mau kemana, Mom?”“Ke rumah Rafa.”“Tumben. Ada apa?”“Hanya ingin menjenguk Kirei dan membawakan buah buahan untuknya.”“Mom, Rafa bisa membeli toko buah jika dia mau. Jadi untuk apa lagi Mommy membawakan buah untuk Kirei? Aku yakin kalau Rafa sudah menyediakan begitu banyak stok buah untuk istri kecilnya itu. Apalagi Rafa seorang dokter, dia pasti tau yang terbaik untuk istri dan bayinya,” cerocos Reynard tidak habis pikir dengan niat mommynya.“Berisik kamu! Biarkan aja. Biar buah yang Kirei makan lebih banyak!”“Baiklah, terserah Mommy saja,” ujar Reynard pada akhirnya.“Ya sudah Mommy pergi dulu.”“Mom, aku antar ya?” tawar Reynard mengajukan diri.“Memang kamu tidak sibuk?”“Aku juga ingin menjenguk kakak iparku itu. Aku mau lihat bagaimana Kirei saat hamil, pasti lucu!”“Kamu tuh kalo ngomong sembarangan!”“Sudahlah, Mom! Sini aku antar. Kita berangkat sekarang.”Mommy Carol t
Selepas kepulangan mommy dan adiknya, Rafael menatap Kirei dan bertanya lembut,“Jadi makan apa kita malam ini? Atau kamu mau makan diluar?”“Makan diluar? Makan apa?”“Tergantung kamu aja mau makan apa? Aku ikut istriku yang cantik ini.”“Dasar genit!”“Lho, genit sama istri sendiri gak apa donk! Daripada sama istri orang lain?”“Ihh! Dasar! Ngeselin!” rajuk Kirei dan berlalu meninggalkan Rafael begitu saja.Rafael menatap kepergian istrinya sambil tersenyum simpul, melihat Kirei yang sedang merajuk seperti itu malah semakin menggemaskan membuat Rafael semakin suka menggodanya!“Bee! Jangan marah donk!”Rafael berjalan cepat menghampiri Kirei dan menggendongnya ala bridal style hingga Kirei terpekik kaget, tidak menyangka tindakan suaminya itu.“Aduh! Kamu mau ngapain sih?”“Jangan marah, okay?”“Abis kamu nyebelin.”“Iya, maafin aku ya?”“Hmm…”“Jadi kamu dan bayi kita mau makan apa malam ini?” ulang Rafael sambil terus melangkah menuju kamar dengan Kirei yang berada di dalam gendon
Rafael menatap Kirei yang sedang bersandar nyaman di dalam pelukannya, rutinitas yang biasa mereka lakukan sebelum terlelap. Tanpa dapat dicegah pikiran Rafael kembali melayang pada laporan kesehatan milik mama Inara.“Kabar mama Inara gimana, Bee?”“Baik-baik aja. Tapi aku ngerasa Mama sembunyiin sesuatu sama aku!” adu Kirei setengah mengeluh.“Sembunyiin sesuatu seperti apa?”“Entah, aku juga nggak tau, cuma perasaanku gak enak aja.”Hati Rafael semakin kebat kebit saat mendengar ucapan istrinya. Bagaimana ini? Sepertinya Kirei sudah memiliki feeling kalau kondisi mama Inara memang tidak sebaik yang terlihat. Apa harus memberitahu Kirei kondisi mama Inara yang sebenarnya sekarang? Tapi bagaimana kalau Kirei jadi stress?“Aku takut terjadi sesuatu sama Mama. Apalagi aku udah gak bisa jagain Mama lagi kayak dulu,” sesal Kirei.Ucapannya itu membuat Rafael merasa bersalah. Apa Kirei menyesal menikah dengannya? Karena jika tidak menikah dengannya, bukankah Kirei masih bisa menemani mama
“Kirei?”Rafael mengerutkan kening saat Kirei tidak merespon panggilannya. Tampak asyik dengan pikirannya sendiri.“Kirei?” ulang Rafael dengan suara sedikit lebih keras dan sengaja menyentuh bahu istrinya dengan lembut namun tetap membuat Kirei terlonjak kaget.“Astaga! Kamu bikin aku kaget!” sungut Kirei.“Sorry, abis aku panggil kamu daritadi tapi gak respon, lagi mikirin apa, Bee?”“Gak ada kok.”“Kamu gak jago bohong,” balas Rafael.“Hmmm… aku mikirin Mama. Perasaanku kayaknya makin gak enak. Kenapa ya?” jawab Kirei pada akhirnya, memutuskan untuk jujur pada suaminya.Jawaban Kirei membuat Rafael membeku. Sepertinya Kirei sudah harus tau semuanya, Rafael sudah tidak mungkin lagi menyembunyikannya. Terlebih lagi lebih dari sekali Kirei mengucapkan kalimat seperti itu.“Kirei, ada yang mau aku omongin sama kamu.”