Share

Pertolongan

Author: Rini PA
last update Last Updated: 2022-07-01 13:15:02

Kini Pak Rahmat dan Bu Yuli tengah duduk di depan ruangan gawat darurat. Mereka begitu cemas dan panik. Berbagai macam doa mereka panjadkan untuk memohon keselamatan Anisa dan anaknya. 

Tak berselang lama, munculah seorang dokter dari dalam ruangan gawat darurat menghampiri mereka. Sepertinya, ada sesuatu hal penting yang beliau ingin diskusikan dengan pihak keluarga pasien.

"Maaf, ada yang saya ingin rundingkan dengan bapak dan ibu soal pasien," ucap Bu Dokter dengan raut wajah serius. 

"Oh, iya Bu Dokter." Mereka berdua segera bangkit dari kursi. 

"Em, setelah saya melakukan beberapa pemeriksaan pada kondisi pasien. Sebaiknya, pasien harus segera menjalankan operasi untuk menyelamatkan bayi yang ada di dalam kandungannya. Saat ini pasien tengah mengalami pendarahan hebat. Jika, tidak segera ditangani bisa juga mengancam keselamatan pasien," jelas Bu Dokter dengan wajah serius.

"Innalillahi w* innalillahi roziun!" Bu Yuli menutup mulutnya dengan telapak tangan karena begitu shock.

"Memang tidak bisa dengan cara lain, Dok? Selain, menjalani operasi?" tanya Pak Rahmat cemas dan gelisah. Beliau memikirkan biaya besar yang akan ditanggung Anisa nanti. 

"Tidak ada, Pak. Pendarahan hebat membuat kondisi tubuh pasien melemah. Kemungkinan, untuk bisa melahirkan normal sangatlah tipis," jawab Bu Dokter. 

"Ya Allah, bagaimana ini, Bu? Anisa kan tidak ada uang untuk membayarnya nanti. Kita pun sama juga," gumam Pak Rahmat sendu. Beliau benar-benar bingung harus berbuat apa. 

Sementara, Bu Yuli hanya bisa menangis tersedu-sedu. 

"Bagaimana Pak? Kalian setuju atau tidak? Kondisi pasien benar-benar sudah sangat menghawatirkan. Jika kita telat sedikit saja, nyawa kedua-duanya bisa terancam," peringati Bu Dokter. 

Pak Rahmat memejamkan matanya. Bu Yuli semakin histeris menangis. Mereka benar-benar bingung harus berbuat apa. Di saat bersamaan, datanglah seorang wanita cantik yang hendak melewati mereka. 

Karena penasaran sekali, dia segera berhenti tepat di dekat dokter. Tanpa merasa canggung dia segera bertanya perihal apa yang sedang terjadi. Rupanya dokter tersebut merupakan sahabatnya. 

"Ini ada apa, Mir? Kok, sepertinya keluarga pasienmu sedang mengalami kendala?" tanya Zaskya penasaran. Ada rasa iba menyelimuti hatinya melihat Bu Yuli terus menangis. 

"Itu di dalam ruangan ada keluarga mereka yang 

harus segera dioperasi. Sepertinya, mereka bingung sekali karena tidak mempunyai biayanya," jelas Dokter Almira ikut bingung. 

"Ya Allah, kasihan sekali mereka. Memangnya, pasienmu kenapa kok harus dioperasi segala?" tanya Zaskya semakin penasaran.

"Pasiennya sedang mengandung lalu mengalami pendarahan hebat. Jadi, harus segera dioperasi untuk menyelamatkan bayi dan ibunya. Usia kandungannya juga masih tujuh bulan. Terhitung bayi itu akan lahir dalam keadaan prematur," jelas Dokter Almira mulai panik. Dia gentar memikirkan kondisi pasiennya yang pasti semakin kehilangan banyak darah. 

Zaskya terdiam mencerna penjelasan sahabatnya itu. Entah mengapa dia begitu ingin memanfaatkan kondisi ini. Dia begitu mendambakan sosok bayi untuk menyempurnakan kehidupan rumah tangganya. 

Diam-diam dia menyembunyikan penyakit yang dideritanya dari semua anggota keluarganya. Termasuk sang suami juga. Dia tak ingin keluarganya ikut sedih jika tahu kebenarannya. Hanya Almira saja yang tahu kondisinya itu. 

"Dok, itu kondisi pasiennya semakin kritis," teriak seorang suster dari depan pintu. 

Hal itu membuat Bu Yuli semakin histeris. Pak Rahmat terdiam. Tangannya menjambak rambut frustrasi. Dia hanya mampu menitikkan air mata saja. 

"Ayo Pak buruan putuskan sekarang! Pasien harus segera ditangani," ucap Dokter Almira panik. 

"Mir, buruan kamu tangani dia sebaik mungkin. Nanti, aku yang akan membayar biayanya," sahut Zaskya tersenyum sedih. 

Pak Rahmat segera membuka matanya tidak percaya. Ternyata, ada orang baik yang mau membantu Anisa. Sementara, Bu Yuli mengucap puji syukur kepada Sang Pencipta karena sudah memberi pertolongan.

"Kamu serius, Ky?" tanya Dokter Almira tersenyum bangga. 

"Iya, aku serius. Ayo cepat kamu tolong dia! Aku tunggu kabar baiknya," titah Zaskya tersenyum penuh harap. 

"Baiklah!" Dokter Almira segera masuk ke dalam ruangan kembali untuk memberitahu kawanan suster untuk bersiap-siap memindahkan pasien ke ruangan operasi. 

Zaskya terus menatap ke ruangan UGD sambil tersenyum penuh harap. Rasanya dia tidak sabar ingin melihat sosok bayi mungil itu. 

Bu Yuli dan Pak Rahmat segera melangkah mendekati wanita yang sudah baik sekali itu. Mereka ingin mengucapkan banyak terima kasih.

"Bu!" sapa Pak Rahmat.

"Eh, iya ada apa?" tanya Zaskya sedikit terkejut. Dia merubah posisi menghadap orang yang menyapanya. 

"Kami selaku keluarga pasien ingin mengucapkapkan banyak terima kasih sama Ibu," ucap Pak Rahmat tersenyum sedih. 

Zaskya terdiam. Dia bingung harus menjawab apa. Sebenarnya, dia melakukan itu karena menginginkan sesuatu. 

"Bu!" sapa Pak Rahmat lagi. Beliau sedikit was-was dengan sikap aneh Zaskya. 

"Eh, iya, Pak?" Zaskya tersenyum kikuk. Bibirnya kaku untuk mengucapkan kata-kata yang diinginkannya. 

Di saat bersamaan, pintu UGD dibuka lebar-lebar oleh suster. Tak berselang lama, suara gladakan brankar terdengar nyaring. Mereka semua segera berlari mengikuti brankarnya. Hanya Zaskya yang tidak ikut serta. Dia harus segera pulang ke rumah untuk memberitahu kabar gembira ini kepada ibu mertuanya. Dia juga ingin meminta persetujuan dari sang suami. 

***

Keesokkan harinya, Zaskya, suami dan ibu mertuanya datang ke rumah sakit itu lagi. Mereka ingin menjenguk wanita yang sudah melahirkan bayi untuk mereka. Rasa penasaran dengan sosok bayi mungil itu juga terus terngiang-ngiang di benak mereka. 

Semalam dia dan ibu mertuanya bersusah payah merayu Abimana untuk menyetujui keinginannya itu. Kabar baiknya, Abimana setuju asalkan bayi tersebut laki-laki. Jika wanita, dia enggan mengadopsinya dikarenakan banyak kendala nanti di saat sudah dewasa. 

Sementara, Anisa yang berada di ruang perawatan hanya bisa menangis tersedu-sedu. Hatinya sedih dan sakit. Di saat dia merasa senang bisa melahirkan sosok bayi laki-laki yang bisa menjaganya nanti ketika sudah dewasa. 

Namun, harapannya itu harus pupus karena bayinya itu kini sudah menjadi milik orang lain sebagai jaminan atas imbalan jasa yang sudah mereka berikan padanya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk mempertahankan bayinya. Kondisi bayinya yang juga lahir secara prematur menambah daftar biaya yang sangat fantastis. 

"Yang sabar, Nis. Maafkan kami yang tidak bisa membantu kamu," ucap Bu Yuli tersedu-sedu. Beliau menggenggam erat tangan Anisa untuk menguatkannya 

"Iya, Bu. Anisa paham kok! Terima kasih banyak karena kalian selalu ada di samping Anisa," jawab Anisa tersedu-sedu. 

Di saat bersamaan terdengar suara ketukan pintu di ruangan Anisa. Pak Rahmat segera melangkah mendekati pintu untuk membukanya. 

Setelah pintu terbuka, tampaklah satu wanita yang semalam sudah membantu Anisa didampingi satu orang pria dan satu wanita paruh baya. 

"Maaf Pak, bolehkah kami menjenguk Mbak Anisa?" tanya Zaskya tersenyum ramah. 

"Iya, boleh. Silahkah masuk!" persilahkan Pak Rahmat tersenyum. 

Related chapters

  • Derita Istri Pengganti    Mirip

    Anisa dengan isak tangisnya segera menatap ke arah tiga orang yang baru masuk. Tangannya dengan cepat mengusap buliran-buliran bening yang terus merembes dari matanya. Lalu, memasang senyuman seindah mungkin di hadapan para tamu agungnya itu. Dia paham sekali kalau orang yang berkunjung itu merupakan calon keluarga baru untuk anaknya. Sementara, mereka yang baru datang itu ikut tersenyum haru. Mereka bisa merasakan kesedihan yang sedang dialami Anisa. Namun, mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ini adalah kesempatan terbaik bagi mereka untuk melengkapi keluarga mereka. Mereka juga berharap dengan hadirnya sosok bayi adopsi ini. Zaskya juga bisa segera diberi momongan oleh Sang Pencipta. Menurut beberapa sahabat dan kerabat dekat mereka, hal itu digunakan sebagai pancingannya. "Ini ada sedikit buah tangan untuk Anda," ucap Zaskya tersenyum senang. menyerahkan keranjang berisi aneka buah-buahan kepada Anisa. "Terima kasih banyak, Nyonya. Seharusnya, kalian tidak usah repot-repot

    Last Updated : 2022-07-01
  • Derita Istri Pengganti    Berdebat

    "Iya benar sekali. Untung saja matanya tidak ikut sipit seperti kamu, Mas. Bisa-bisa aku menaruh curiga sama kamu ... kalau kamu itu ada hubungan gelap sama Anisa. Hehehe," sambung Zaskya meledeki Abimana. "Hemmm, segitu burukkah aku di matamu, Sayang?" tanya Abimana terkekeh. Tangannya mencubit pelan pipi Zaskya karena gemas. "Ih, sakit, Mas." Bibir Zaskya mencebik. "Hisk, kamu ini tidak malu apa sama anak kita memasang tampang seperti itu?" goda Abimana terkekeh. "Tentu tidaklah. Mana ada anak kita mengetahuinya. Sementara, dia masih tertidur pulas seperti itu," jawab Zaskya tersenyum menang. "Hemmm, kalian berdua seharusnya malu dengan Ibu. Secara kelakuan kalian itu kayak ABG tahun sembilan puluhan," sahut Bu Irma tersenyum geli. Di saat bersamaan, bayi mungil itu menggeliat. Tubuhnya yang merah jadi semakin merah seperti tomat matang. Mereka yang melihat langsung tersenyum senang. Ternyata benar sekali, kehadiran anak adopsi mereka menambah kebahagiaan dan kesempurnaan di k

    Last Updated : 2022-07-01
  • Derita Istri Pengganti    Kekesalan Abimana

    "Huh, biarkan saja mereka seperti itu. Bude yakin sekali kalau orang macam mereka hidupnya nggak akan mujur," jawab Bu Yuli mengusap bahu Anisa untuk menguatkannya. "Bude juga yakin sekali kalau wanita baik seperti kamu akan menemukan pria yang jauh lebih baik dari dia. Jadi, bersemangatlah Nis. Nanti, kalau kamu sudah sembuh total dan sudah menyelesaikan tugasmu. Kamu harus bisa merawat tubuhmu kembali biar cantik kayak masih perawan dulu. Biar tuh si Angga mati kutu karena sudah tega meninggalkan kamu," nasihati Bu Yuli. "Iya Bude. Terima kasih banyak atas nasihat dan dukungannya? Oya, nanti misalnya aku belum menemukan tempat buat tinggal lagi. Aku bolehkan numpang di rumah Bude dulu?" tanya Anisa penuh harap. "Tentu boleh sangat, Nis." Bu Yuli tersenyum sedih. Dia tahu benar betapa beratnya jadi Anisa.Di sela-sela obrolan mereka tak berselang lama terdengar suara ketukan pintu lagi. "Masuk saja! Tidak dikunci kok!" teriak Bu Yuli yang malas berjalan untuk membukakan pintu. Re

    Last Updated : 2022-07-01
  • Derita Istri Pengganti    Sebuah Fakta

    "Iya. Ya sudah. Aku pergi sekarang menyusul Abimana. Jaga kesehatanmu ya, Nak." Bu Irma menyentuh lengan Anisa dulu sebelum beranjak pergi. Jujur hati Anisa menghangat mendapatkan perlakuan seperti itu. Itu artinya dia memiliki satu orang baru yang mau peduli dengannya. Bu Irma tergesa-gesa mengekori langkah anaknya yang sangat cepat itu. Napasnya ngos-ngosan karena terus mengimbangi Abimana yang jelas masih kuat dan sehat. Berbeda dengannya yang sudah menua dimakan umur. "Abimana tinggu, Nak! Jangan buru-buru gitu! Ibu tak sanggup mengimbangimu!" teriak Bu Irma berusaha meminta keringanan. Abimana menulikan pendengarannya. Langkahnya terus terpacu menyusuri setiap koridor rumah sakit untuk kembali ke ruangan istrinya. Hatinya masih kesal. Bahkan, sangat kesal dengan sikap kekanak-kanakkan ibunya itu. "Haduh, kok jadi begini sih ceritanya? Kenapa sih sikap keras ayahnya nempel banget didia?" gumam Bu Irma sambil membuang napasnya kasar. ***Kini langkah kaki Abimana berhenti tep

    Last Updated : 2022-07-20
  • Derita Istri Pengganti    Surga Untuk Zaskia

    "Tidak. Kamu duluan saja yang ke sana. Aku ingin menunggui Ibu dulu. Kasihan beliau sendirian di sini," tolak Abimana. Dia masih terluka hatinya. Jadi, untuk sementara waktu ini dia ingin menghindari istrinya itu. "Oh. Aku tinggal ya? Nanti, sekiranya Ibu sadarkan diri … tolong kamu kabari aku jika terdapat keluhan?" pesan Almira tersenyum. "Tentu," jawab Abimana tersenyum. Almira segera pergi meninggalkan ruangan Bu Irma. Dia paham betul, jika sebenarnya Abimana itu sedang merajuk dengan Zaskya makanya menolak ajakannya. "Semoga amarahmu lekas meredup, Bi. Bagaimanapun juga, Zaskya melakukan semua hal bodoh itu untuk meraih kebahagiaan di sisa-sisa umurnya," gumam Almira dalam hati. Setitik buliran bening kembali menetes.Setelah selesai mengemban tugasnya, sang suster segera memohon izin kepada Abimana untuk kembali ke ruangannya. Kini tinggal Abimana seorang diri di dalam ruangan ibunya. Dia terus merenung dan meresapi nasib buruknya. Entah mengapa semua usahanya terbalaskan d

    Last Updated : 2022-07-24
  • Derita Istri Pengganti    Seperti Jeruk

    "Huh, dasar anak itu." Bu Irma tersenyum serta menggelengkan kepalanya.Senyum Abimana memudar saat sudah sampai di depan pintu ruangan istrinya. Tangannya terangkat ke atas mulai mengetuk pintu. Mereka yang berada di dalam langsung tertegun. Almira segera melangkah mendekati pintu untuk membukanya. "Eh, Abimana? Ayo masuk! Oh ya, aku gantian yang keluar ya? Masih banyak pasien yang harus kutangani." Bibir Almira melengkung ke atas. Hatinya sedikit lega melihat siapa yang datang. "Hemmm. Oh ya, tolong sekalian urus ibuku. Tadi, dia bilang mau segera menyusulku kemari. Perintahlah satu suster untuk mengantarkan ibuku kemari menggunakan kursi roda. Aku belum yakin kalau ibuku sudah kuat untuk berdiri lama-lama," ucap Abimana datar. "Siap! Ya sudah. Aku tinggal sekarang!" Almira tersenyum lalu segera beranjak pergi dari sana tanpa berpamitan dengan Zaskya. Abimana segera masuk ke dalam, terlihat istrinya itu masih asik menatap langit-langit kamar sambil tersenyum getir. "Bagaimana

    Last Updated : 2022-07-24
  • Derita Istri Pengganti    Kena Tegur

    "Ih, apaan sih, Mas!" Zaskya mendorong pelan wajah Abimana agar menjauh. "Ayo cepat jelaskan!" Abimana memegang tangan Zaskya agar tidak bisa mendorongnya lagi. "Issst, aku nggak serius kok. Aku cuma bercanda saja," jawab Zaskya tersipu malu. "Baguslah! Ya sudah. Sekarang mau makan buah apa?" tanya Abimana tersenyum. "Buah apel saja yang jelas manis," jawab Zaskya tersenyum. "Oke, akan aku kupaskan dulu kulitnya." Abimana mencium kening Zaskya sekilas sebelum beranjak.Sungguh momen seperti ini sangat disukai Zaskya. Rasanya ingin sekali dia menolak ketika suatu hari nanti azalnya datang menjemput. ***Seminggu kemudian ….Kini Zaskya, Anisa, serta Baby Abigail sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Sesuai dengan perjanjian yang sudah mereka sepakati, Anisa pun ikut pulang ke rumah mereka. Setibanya di rumah mewah nan megah itu, satu persatu dari mereka turun dari mobil. Lalu, bergegas masuk ke dalam rumah setelah berpamitan dengan Abimana yang masih stay di dalam mobil. Anisa y

    Last Updated : 2022-08-23
  • Derita Istri Pengganti    Gemas

    "Biasa Bu, melamuni nasib, hehe." Anisa cengengesan lagi. Dia mencoba membuat lelucon lagi untuk menghibur hatinya. "Haduh, buat apa nasib direnungi segala? Lebih baik, kita mensyukuri saja apa yang terjadi. Dengan begitu, beban hidup kita tidak akan terasa berat lagi. Percayalah dari setiap cobaan yang datang menerjang hidup kita. Di balik itu pasti akan ada hadiah terindah. "Aamiin," jawab Anisa senang. Dia berharap apa yang dikatakan pembantu di rumah bosnya ini menjadi kenyataan."Ya sudah. Mari ikuti Mbok masuk ke dalam kamar Den Abigail. Pasti Non Zaskya tengah gusar karena kamu tidak segera menghampirinya," ajak Mbok Nem tersenyum. "Iya Mbok!" Anisa tersenyum sambil mengekori langkah Mbok Nem.Sementara mobil Abimana segera tancap gas ke kantornya. Begitu sampai di kamar yang ditunjukkan Mbok Nem, Anisa segera mohon permisi sebelum masuk. Terlihat jelas, Zaskya sangat kebingungan menangani Abigail yang terus merengek minta jatah. Selama diperjalanan tadi, dia sama sekali t

    Last Updated : 2022-08-31

Latest chapter

  • Derita Istri Pengganti    Gemas

    "Biasa Bu, melamuni nasib, hehe." Anisa cengengesan lagi. Dia mencoba membuat lelucon lagi untuk menghibur hatinya. "Haduh, buat apa nasib direnungi segala? Lebih baik, kita mensyukuri saja apa yang terjadi. Dengan begitu, beban hidup kita tidak akan terasa berat lagi. Percayalah dari setiap cobaan yang datang menerjang hidup kita. Di balik itu pasti akan ada hadiah terindah. "Aamiin," jawab Anisa senang. Dia berharap apa yang dikatakan pembantu di rumah bosnya ini menjadi kenyataan."Ya sudah. Mari ikuti Mbok masuk ke dalam kamar Den Abigail. Pasti Non Zaskya tengah gusar karena kamu tidak segera menghampirinya," ajak Mbok Nem tersenyum. "Iya Mbok!" Anisa tersenyum sambil mengekori langkah Mbok Nem.Sementara mobil Abimana segera tancap gas ke kantornya. Begitu sampai di kamar yang ditunjukkan Mbok Nem, Anisa segera mohon permisi sebelum masuk. Terlihat jelas, Zaskya sangat kebingungan menangani Abigail yang terus merengek minta jatah. Selama diperjalanan tadi, dia sama sekali t

  • Derita Istri Pengganti    Kena Tegur

    "Ih, apaan sih, Mas!" Zaskya mendorong pelan wajah Abimana agar menjauh. "Ayo cepat jelaskan!" Abimana memegang tangan Zaskya agar tidak bisa mendorongnya lagi. "Issst, aku nggak serius kok. Aku cuma bercanda saja," jawab Zaskya tersipu malu. "Baguslah! Ya sudah. Sekarang mau makan buah apa?" tanya Abimana tersenyum. "Buah apel saja yang jelas manis," jawab Zaskya tersenyum. "Oke, akan aku kupaskan dulu kulitnya." Abimana mencium kening Zaskya sekilas sebelum beranjak.Sungguh momen seperti ini sangat disukai Zaskya. Rasanya ingin sekali dia menolak ketika suatu hari nanti azalnya datang menjemput. ***Seminggu kemudian ….Kini Zaskya, Anisa, serta Baby Abigail sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Sesuai dengan perjanjian yang sudah mereka sepakati, Anisa pun ikut pulang ke rumah mereka. Setibanya di rumah mewah nan megah itu, satu persatu dari mereka turun dari mobil. Lalu, bergegas masuk ke dalam rumah setelah berpamitan dengan Abimana yang masih stay di dalam mobil. Anisa y

  • Derita Istri Pengganti    Seperti Jeruk

    "Huh, dasar anak itu." Bu Irma tersenyum serta menggelengkan kepalanya.Senyum Abimana memudar saat sudah sampai di depan pintu ruangan istrinya. Tangannya terangkat ke atas mulai mengetuk pintu. Mereka yang berada di dalam langsung tertegun. Almira segera melangkah mendekati pintu untuk membukanya. "Eh, Abimana? Ayo masuk! Oh ya, aku gantian yang keluar ya? Masih banyak pasien yang harus kutangani." Bibir Almira melengkung ke atas. Hatinya sedikit lega melihat siapa yang datang. "Hemmm. Oh ya, tolong sekalian urus ibuku. Tadi, dia bilang mau segera menyusulku kemari. Perintahlah satu suster untuk mengantarkan ibuku kemari menggunakan kursi roda. Aku belum yakin kalau ibuku sudah kuat untuk berdiri lama-lama," ucap Abimana datar. "Siap! Ya sudah. Aku tinggal sekarang!" Almira tersenyum lalu segera beranjak pergi dari sana tanpa berpamitan dengan Zaskya. Abimana segera masuk ke dalam, terlihat istrinya itu masih asik menatap langit-langit kamar sambil tersenyum getir. "Bagaimana

  • Derita Istri Pengganti    Surga Untuk Zaskia

    "Tidak. Kamu duluan saja yang ke sana. Aku ingin menunggui Ibu dulu. Kasihan beliau sendirian di sini," tolak Abimana. Dia masih terluka hatinya. Jadi, untuk sementara waktu ini dia ingin menghindari istrinya itu. "Oh. Aku tinggal ya? Nanti, sekiranya Ibu sadarkan diri … tolong kamu kabari aku jika terdapat keluhan?" pesan Almira tersenyum. "Tentu," jawab Abimana tersenyum. Almira segera pergi meninggalkan ruangan Bu Irma. Dia paham betul, jika sebenarnya Abimana itu sedang merajuk dengan Zaskya makanya menolak ajakannya. "Semoga amarahmu lekas meredup, Bi. Bagaimanapun juga, Zaskya melakukan semua hal bodoh itu untuk meraih kebahagiaan di sisa-sisa umurnya," gumam Almira dalam hati. Setitik buliran bening kembali menetes.Setelah selesai mengemban tugasnya, sang suster segera memohon izin kepada Abimana untuk kembali ke ruangannya. Kini tinggal Abimana seorang diri di dalam ruangan ibunya. Dia terus merenung dan meresapi nasib buruknya. Entah mengapa semua usahanya terbalaskan d

  • Derita Istri Pengganti    Sebuah Fakta

    "Iya. Ya sudah. Aku pergi sekarang menyusul Abimana. Jaga kesehatanmu ya, Nak." Bu Irma menyentuh lengan Anisa dulu sebelum beranjak pergi. Jujur hati Anisa menghangat mendapatkan perlakuan seperti itu. Itu artinya dia memiliki satu orang baru yang mau peduli dengannya. Bu Irma tergesa-gesa mengekori langkah anaknya yang sangat cepat itu. Napasnya ngos-ngosan karena terus mengimbangi Abimana yang jelas masih kuat dan sehat. Berbeda dengannya yang sudah menua dimakan umur. "Abimana tinggu, Nak! Jangan buru-buru gitu! Ibu tak sanggup mengimbangimu!" teriak Bu Irma berusaha meminta keringanan. Abimana menulikan pendengarannya. Langkahnya terus terpacu menyusuri setiap koridor rumah sakit untuk kembali ke ruangan istrinya. Hatinya masih kesal. Bahkan, sangat kesal dengan sikap kekanak-kanakkan ibunya itu. "Haduh, kok jadi begini sih ceritanya? Kenapa sih sikap keras ayahnya nempel banget didia?" gumam Bu Irma sambil membuang napasnya kasar. ***Kini langkah kaki Abimana berhenti tep

  • Derita Istri Pengganti    Kekesalan Abimana

    "Huh, biarkan saja mereka seperti itu. Bude yakin sekali kalau orang macam mereka hidupnya nggak akan mujur," jawab Bu Yuli mengusap bahu Anisa untuk menguatkannya. "Bude juga yakin sekali kalau wanita baik seperti kamu akan menemukan pria yang jauh lebih baik dari dia. Jadi, bersemangatlah Nis. Nanti, kalau kamu sudah sembuh total dan sudah menyelesaikan tugasmu. Kamu harus bisa merawat tubuhmu kembali biar cantik kayak masih perawan dulu. Biar tuh si Angga mati kutu karena sudah tega meninggalkan kamu," nasihati Bu Yuli. "Iya Bude. Terima kasih banyak atas nasihat dan dukungannya? Oya, nanti misalnya aku belum menemukan tempat buat tinggal lagi. Aku bolehkan numpang di rumah Bude dulu?" tanya Anisa penuh harap. "Tentu boleh sangat, Nis." Bu Yuli tersenyum sedih. Dia tahu benar betapa beratnya jadi Anisa.Di sela-sela obrolan mereka tak berselang lama terdengar suara ketukan pintu lagi. "Masuk saja! Tidak dikunci kok!" teriak Bu Yuli yang malas berjalan untuk membukakan pintu. Re

  • Derita Istri Pengganti    Berdebat

    "Iya benar sekali. Untung saja matanya tidak ikut sipit seperti kamu, Mas. Bisa-bisa aku menaruh curiga sama kamu ... kalau kamu itu ada hubungan gelap sama Anisa. Hehehe," sambung Zaskya meledeki Abimana. "Hemmm, segitu burukkah aku di matamu, Sayang?" tanya Abimana terkekeh. Tangannya mencubit pelan pipi Zaskya karena gemas. "Ih, sakit, Mas." Bibir Zaskya mencebik. "Hisk, kamu ini tidak malu apa sama anak kita memasang tampang seperti itu?" goda Abimana terkekeh. "Tentu tidaklah. Mana ada anak kita mengetahuinya. Sementara, dia masih tertidur pulas seperti itu," jawab Zaskya tersenyum menang. "Hemmm, kalian berdua seharusnya malu dengan Ibu. Secara kelakuan kalian itu kayak ABG tahun sembilan puluhan," sahut Bu Irma tersenyum geli. Di saat bersamaan, bayi mungil itu menggeliat. Tubuhnya yang merah jadi semakin merah seperti tomat matang. Mereka yang melihat langsung tersenyum senang. Ternyata benar sekali, kehadiran anak adopsi mereka menambah kebahagiaan dan kesempurnaan di k

  • Derita Istri Pengganti    Mirip

    Anisa dengan isak tangisnya segera menatap ke arah tiga orang yang baru masuk. Tangannya dengan cepat mengusap buliran-buliran bening yang terus merembes dari matanya. Lalu, memasang senyuman seindah mungkin di hadapan para tamu agungnya itu. Dia paham sekali kalau orang yang berkunjung itu merupakan calon keluarga baru untuk anaknya. Sementara, mereka yang baru datang itu ikut tersenyum haru. Mereka bisa merasakan kesedihan yang sedang dialami Anisa. Namun, mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ini adalah kesempatan terbaik bagi mereka untuk melengkapi keluarga mereka. Mereka juga berharap dengan hadirnya sosok bayi adopsi ini. Zaskya juga bisa segera diberi momongan oleh Sang Pencipta. Menurut beberapa sahabat dan kerabat dekat mereka, hal itu digunakan sebagai pancingannya. "Ini ada sedikit buah tangan untuk Anda," ucap Zaskya tersenyum senang. menyerahkan keranjang berisi aneka buah-buahan kepada Anisa. "Terima kasih banyak, Nyonya. Seharusnya, kalian tidak usah repot-repot

  • Derita Istri Pengganti    Pertolongan

    Kini Pak Rahmat dan Bu Yuli tengah duduk di depan ruangan gawat darurat. Mereka begitu cemas dan panik. Berbagai macam doa mereka panjadkan untuk memohon keselamatan Anisa dan anaknya. Tak berselang lama, munculah seorang dokter dari dalam ruangan gawat darurat menghampiri mereka. Sepertinya, ada sesuatu hal penting yang beliau ingin diskusikan dengan pihak keluarga pasien."Maaf, ada yang saya ingin rundingkan dengan bapak dan ibu soal pasien," ucap Bu Dokter dengan raut wajah serius. "Oh, iya Bu Dokter." Mereka berdua segera bangkit dari kursi. "Em, setelah saya melakukan beberapa pemeriksaan pada kondisi pasien. Sebaiknya, pasien harus segera menjalankan operasi untuk menyelamatkan bayi yang ada di dalam kandungannya. Saat ini pasien tengah mengalami pendarahan hebat. Jika, tidak segera ditangani bisa juga mengancam keselamatan pasien," jelas Bu Dokter dengan wajah serius."Innalillahi wa innalillahi roziun!" Bu Yuli menutup mulutnya dengan telapak tangan karena begitu shock."M

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status