Share

Mirip

Penulis: Rini PA
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-01 13:19:08

Anisa dengan isak tangisnya segera menatap ke arah tiga orang yang baru masuk. Tangannya dengan cepat mengusap buliran-buliran bening yang terus merembes dari matanya. 

Lalu, memasang senyuman seindah mungkin di hadapan para tamu agungnya itu. Dia paham sekali kalau orang yang berkunjung itu merupakan calon keluarga baru untuk anaknya. 

Sementara, mereka yang baru datang itu ikut tersenyum haru. Mereka bisa merasakan kesedihan yang sedang dialami Anisa. Namun, mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ini adalah kesempatan terbaik bagi mereka untuk melengkapi keluarga mereka. 

Mereka juga berharap dengan hadirnya sosok bayi adopsi ini. Zaskya juga bisa segera diberi momongan oleh Sang Pencipta. Menurut beberapa sahabat dan kerabat dekat mereka, hal itu digunakan sebagai pancingannya. 

"Ini ada sedikit buah tangan untuk Anda," ucap Zaskya tersenyum senang. menyerahkan keranjang berisi aneka buah-buahan kepada Anisa. 

"Terima kasih banyak, Nyonya. Seharusnya, kalian tidak usah repot-repot membawakan buah tangan untuk saya," balas Anisa tersenyum sedih. 

"Ini tidak merepotkan kok. Lagi pula Anda sangat membutuhkan banyak vitamin dan nutrisi untuk menghasilkan ASI terbaik untuk anak kami," jawab Zaskya tersenyum hangat. 

Degggg! 

Hati Anisa terasa nyeri saat mendengar kata anak kami. Jujur, dia belum ikhlas melepaskan anak semata wayangnya itu. Harapan besar memilikinya masih dia junjung. 

"Oh, iya, maaf." Anisa tersenyum getir. 

Di saat bersamaan, tiba-tiba ponsel yang berada di saku jas Abimana berdering. Anisa yang ikut mendengar segera menatap ke arahnya. Sekilas dia mengamati wajah pria tampan dan berwibawa itu. Dia ingin mengetahui karakter calon ayah anaknya. 

"Mohon maaf, saya harus keluar sebentar. Ada pembicaraan penting soalnya," pamit Abimana tersenyum manis. 

"Iya," sahut mereka semua kompak. 

"Sepertinya, dia adalah calon ayah yang baik. Dia terlihat berbeda dengan Mas Angga," batin Anisa tersenyum hangat. 

Setelah Abimana keluar, Zaskya langsung mengajak bicara Anisa lagi. Ada beberapa hal penting yang harus dirundingkan.

"Oya, tadi kami sempat mampir dulu ke ruangan Dokter Almira. Dia berkata bahwa selama dua bulan ini 

kamu harus terus memberi ASI ekslusif pada bayi kami. Jadi, nanti sepulang dari rumah sakit, untuk sementara waktu kamu harus ikut tinggal di rumah kami sampai batas waktu yang diucapkan dokter. Kamu setujukan?" tanya Zaskya tersenyum ramah. 

"Iya, saya setuju." Anisa mengangguk patuh. Ada desiran rasa senang dan bahagia di hatinya. Ternyata, Tuhan masih memberi jalan baginya untuk tetap bisa bersama anaknya. 

"Syukurlah. Oya, sebagai imbalannya kami akan memberikan kompensasi untuk kamu sebagai imbalan jasa karena sudah bersedia merawat dan memberikan ASI ekslusif untuk anak kami," jelas Zaskya tersenyum hangat. 

"Maaf, untuk kompensasi itu saya akan menolaknya. Saya ikhlas kok memberikan semua itu pada anak saya. Soalnya, hanya itu yang mampu saya berikan padanya, sebelum kami benar-benar berpisah," tolak Anisa terisak-isak. Hatinya kembali sedih mengingat sebuah fakta yang sangat tidak dia harapkan. 

"Tidak boleh begitu. Kami paham dengan kondisi Anda saat ini. Jadi, kami harap Anda tidak akan menolaknya," balas Zaskya tersenyum hangat. 

"Iya, Nak. Kamu tidak boleh menolaknya. Itu semua kami lakukan atas rasa syukur kami kepada Tuhan," imbuh Bu Irma tersenyum sedih. Beliau terharu sekali dengan sikap Anisa. 

Anisa yang diserang dua orang itu segera menatap ke arah Bu Yuli dan Pak Rahmat Dia butuh dukungan dari mereka. Namun, mereka malah mengangguk tanda setuju. Bukannya, mereka berkata-kata manis untuk menyakinkan keinginannya itu pada calon keluarga baru anaknya. 

Sebenarnya, mereka tak tega menentang keinginan tulus Anisa. Akan tetapi, di satu sisi, kompensasi itu sangat dibutuhkan Anisa untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Sekarang kan Anisa sudah tidak memiliki apa-apa lagi.

Anisa langsung menghela napasnya sedikit kasar. "Baiklah, saya terima kompensasinya," jawab Anisa terisak-isak. 

Abimana yang baru masuk, mendengar ucapan Anisa itu. Hatinya sedikit kecewa. Ternyata, Anisa benar-benar menukar anaknya dengan uang. Dia pikir akan ada perdebatan sedikit ketika istrinya ingin memberi kompensasi tersebut. 

"Syukurlah, kami senang mendengarnya. Oya, kami mohon izin dulu untuk menengok bayi kami. Tadi, dokter menyarankan kami untuk menjenguknya pukul sepuluh pagi," ucap Zaskya semangat. 

"Iya Nyonya. Terima kasih atas ketersediaannya menjenguk saya," balas Anisa tersenyum sedih.

"Ingat, Anda tidak usah banyak pikiran. Hal itu bisa mempengaruhi ASI yang Anda produksi. Pola makannya juga dijaga, biar Anda lekas sembuh," pesan Bu Irma menyalami tangan Anisa. Entah mengapa hatinya begitu senang melihat Anisa. Beliau bisa merasakan bahwa Anisa adalah orang yang baik. 

"Insya Allah, Nyonya." Anisa tersenyum sedih. 

"Assalamualaikum," ucap Bu Irma mewakili. 

"W*,alaikummussalam," sahut Anisa, Bu Yuli dan Pak Rahmat.

Mereka bertiga segera melangkah keluar dari ruangan Anisa. Pak Rahmat ikut serta berjalan mengantarkan mereka sampai di depan pintu. Setelah mereka melangkah jauh, Pak Rahmat segera menutup pintunya. Lalu, bergegas kembali mendekati istrinya. 

Bu Yuli yang merasa tidak enak dengan Anisa segera mengungkapkan isi hatinya. Dia berharap Anisa tidak marah atau kecewa dengannya. 

"Nis, Bude minta maaf, ya?" tanya Bu Yuli sendu. 

Kening Anisa langsung mengkerut karena bingung. Entah alasan apa yang sudah mendasari permohonan maaf Bu Yuli itu. 

"Maaf untuk apa, Bude?" tanya Anisa bingung. 

"Bude kan nggak ada salah sama Anisa," imbuh Anisa terheran-heran. 

"Itu tadi soal kompensasi," jelas Bu Yuli sendu. 

"Oh," jawab Anisa tersenyum sedih. 

"Kami sengaja tidak mendukungmu soal itu karena kami tahu kalau kamu sangat membutuhkannya. Uang itu bisa kamu jadikan modal untuk penunjang kehidupanmu di masa mendatang. Kamu kan tidak punya pegangan apa-apa lagi untuk sandaranmu," jelas Bu Yuli menitikkan air mata. 

"Mohon maaf kalau kami tidak bisa membantumu soal ekonomi. Kamu kan tahu, kalau kami memiliki tanggungan yang besar. Jadi, mohon pengertiannya?" imbuh Pak Rahmat sendu. 

"Hehe, aku paham kok dengan tujuan kalian itu. Terima kasih banyak untuk semuanya. Kalian memang tetangga terbaikku," jawab Anisa tersenyum sedih. Buliran bening kembali merembes dari sela-sela matanya. 

"Sama-sama, Nis." Pak Rahmat dan Bu Yuli tersenyum lega.

***

Di ruangan lain, senyum bahagia tampak jelas dari wajah Bu Irma, Zaskya dan Abimana. Mereka begitu takjub dengan sosok bayi adopsinya. Hidungnya mancung, wajahnya tampan, untuk warna kulitnya tentulah masih berwarna merah.

"Subhannallah, dia imut-imut sekali. 

Ternyata, kamu tidak salah pilih rupanya," puji Abimana bangga. Dia merasa tertarik dengan sosok bayi mungil itu. Bahkan, hatinya merasa bahagia sekali. 

"Iya benar. Bahkan, hidungnya saja bisa sama persis dengan hidungmu, Nak. Begitu juga dengan bibirnya. Pasti orang-orang akan mengira bahwa kamu memang ayahnya," imbuh Bu Irma tersenyum bahagia. Buliran-buliran bening ikut merembes dari matanya karena terlalu senang.

Bab terkait

  • Derita Istri Pengganti    Berdebat

    "Iya benar sekali. Untung saja matanya tidak ikut sipit seperti kamu, Mas. Bisa-bisa aku menaruh curiga sama kamu ... kalau kamu itu ada hubungan gelap sama Anisa. Hehehe," sambung Zaskya meledeki Abimana. "Hemmm, segitu burukkah aku di matamu, Sayang?" tanya Abimana terkekeh. Tangannya mencubit pelan pipi Zaskya karena gemas. "Ih, sakit, Mas." Bibir Zaskya mencebik. "Hisk, kamu ini tidak malu apa sama anak kita memasang tampang seperti itu?" goda Abimana terkekeh. "Tentu tidaklah. Mana ada anak kita mengetahuinya. Sementara, dia masih tertidur pulas seperti itu," jawab Zaskya tersenyum menang. "Hemmm, kalian berdua seharusnya malu dengan Ibu. Secara kelakuan kalian itu kayak ABG tahun sembilan puluhan," sahut Bu Irma tersenyum geli. Di saat bersamaan, bayi mungil itu menggeliat. Tubuhnya yang merah jadi semakin merah seperti tomat matang. Mereka yang melihat langsung tersenyum senang. Ternyata benar sekali, kehadiran anak adopsi mereka menambah kebahagiaan dan kesempurnaan di k

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • Derita Istri Pengganti    Kekesalan Abimana

    "Huh, biarkan saja mereka seperti itu. Bude yakin sekali kalau orang macam mereka hidupnya nggak akan mujur," jawab Bu Yuli mengusap bahu Anisa untuk menguatkannya. "Bude juga yakin sekali kalau wanita baik seperti kamu akan menemukan pria yang jauh lebih baik dari dia. Jadi, bersemangatlah Nis. Nanti, kalau kamu sudah sembuh total dan sudah menyelesaikan tugasmu. Kamu harus bisa merawat tubuhmu kembali biar cantik kayak masih perawan dulu. Biar tuh si Angga mati kutu karena sudah tega meninggalkan kamu," nasihati Bu Yuli. "Iya Bude. Terima kasih banyak atas nasihat dan dukungannya? Oya, nanti misalnya aku belum menemukan tempat buat tinggal lagi. Aku bolehkan numpang di rumah Bude dulu?" tanya Anisa penuh harap. "Tentu boleh sangat, Nis." Bu Yuli tersenyum sedih. Dia tahu benar betapa beratnya jadi Anisa.Di sela-sela obrolan mereka tak berselang lama terdengar suara ketukan pintu lagi. "Masuk saja! Tidak dikunci kok!" teriak Bu Yuli yang malas berjalan untuk membukakan pintu. Re

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • Derita Istri Pengganti    Sebuah Fakta

    "Iya. Ya sudah. Aku pergi sekarang menyusul Abimana. Jaga kesehatanmu ya, Nak." Bu Irma menyentuh lengan Anisa dulu sebelum beranjak pergi. Jujur hati Anisa menghangat mendapatkan perlakuan seperti itu. Itu artinya dia memiliki satu orang baru yang mau peduli dengannya. Bu Irma tergesa-gesa mengekori langkah anaknya yang sangat cepat itu. Napasnya ngos-ngosan karena terus mengimbangi Abimana yang jelas masih kuat dan sehat. Berbeda dengannya yang sudah menua dimakan umur. "Abimana tinggu, Nak! Jangan buru-buru gitu! Ibu tak sanggup mengimbangimu!" teriak Bu Irma berusaha meminta keringanan. Abimana menulikan pendengarannya. Langkahnya terus terpacu menyusuri setiap koridor rumah sakit untuk kembali ke ruangan istrinya. Hatinya masih kesal. Bahkan, sangat kesal dengan sikap kekanak-kanakkan ibunya itu. "Haduh, kok jadi begini sih ceritanya? Kenapa sih sikap keras ayahnya nempel banget didia?" gumam Bu Irma sambil membuang napasnya kasar. ***Kini langkah kaki Abimana berhenti tep

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • Derita Istri Pengganti    Surga Untuk Zaskia

    "Tidak. Kamu duluan saja yang ke sana. Aku ingin menunggui Ibu dulu. Kasihan beliau sendirian di sini," tolak Abimana. Dia masih terluka hatinya. Jadi, untuk sementara waktu ini dia ingin menghindari istrinya itu. "Oh. Aku tinggal ya? Nanti, sekiranya Ibu sadarkan diri … tolong kamu kabari aku jika terdapat keluhan?" pesan Almira tersenyum. "Tentu," jawab Abimana tersenyum. Almira segera pergi meninggalkan ruangan Bu Irma. Dia paham betul, jika sebenarnya Abimana itu sedang merajuk dengan Zaskya makanya menolak ajakannya. "Semoga amarahmu lekas meredup, Bi. Bagaimanapun juga, Zaskya melakukan semua hal bodoh itu untuk meraih kebahagiaan di sisa-sisa umurnya," gumam Almira dalam hati. Setitik buliran bening kembali menetes.Setelah selesai mengemban tugasnya, sang suster segera memohon izin kepada Abimana untuk kembali ke ruangannya. Kini tinggal Abimana seorang diri di dalam ruangan ibunya. Dia terus merenung dan meresapi nasib buruknya. Entah mengapa semua usahanya terbalaskan d

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-24
  • Derita Istri Pengganti    Seperti Jeruk

    "Huh, dasar anak itu." Bu Irma tersenyum serta menggelengkan kepalanya.Senyum Abimana memudar saat sudah sampai di depan pintu ruangan istrinya. Tangannya terangkat ke atas mulai mengetuk pintu. Mereka yang berada di dalam langsung tertegun. Almira segera melangkah mendekati pintu untuk membukanya. "Eh, Abimana? Ayo masuk! Oh ya, aku gantian yang keluar ya? Masih banyak pasien yang harus kutangani." Bibir Almira melengkung ke atas. Hatinya sedikit lega melihat siapa yang datang. "Hemmm. Oh ya, tolong sekalian urus ibuku. Tadi, dia bilang mau segera menyusulku kemari. Perintahlah satu suster untuk mengantarkan ibuku kemari menggunakan kursi roda. Aku belum yakin kalau ibuku sudah kuat untuk berdiri lama-lama," ucap Abimana datar. "Siap! Ya sudah. Aku tinggal sekarang!" Almira tersenyum lalu segera beranjak pergi dari sana tanpa berpamitan dengan Zaskya. Abimana segera masuk ke dalam, terlihat istrinya itu masih asik menatap langit-langit kamar sambil tersenyum getir. "Bagaimana

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-24
  • Derita Istri Pengganti    Kena Tegur

    "Ih, apaan sih, Mas!" Zaskya mendorong pelan wajah Abimana agar menjauh. "Ayo cepat jelaskan!" Abimana memegang tangan Zaskya agar tidak bisa mendorongnya lagi. "Issst, aku nggak serius kok. Aku cuma bercanda saja," jawab Zaskya tersipu malu. "Baguslah! Ya sudah. Sekarang mau makan buah apa?" tanya Abimana tersenyum. "Buah apel saja yang jelas manis," jawab Zaskya tersenyum. "Oke, akan aku kupaskan dulu kulitnya." Abimana mencium kening Zaskya sekilas sebelum beranjak.Sungguh momen seperti ini sangat disukai Zaskya. Rasanya ingin sekali dia menolak ketika suatu hari nanti azalnya datang menjemput. ***Seminggu kemudian ….Kini Zaskya, Anisa, serta Baby Abigail sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Sesuai dengan perjanjian yang sudah mereka sepakati, Anisa pun ikut pulang ke rumah mereka. Setibanya di rumah mewah nan megah itu, satu persatu dari mereka turun dari mobil. Lalu, bergegas masuk ke dalam rumah setelah berpamitan dengan Abimana yang masih stay di dalam mobil. Anisa y

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-23
  • Derita Istri Pengganti    Gemas

    "Biasa Bu, melamuni nasib, hehe." Anisa cengengesan lagi. Dia mencoba membuat lelucon lagi untuk menghibur hatinya. "Haduh, buat apa nasib direnungi segala? Lebih baik, kita mensyukuri saja apa yang terjadi. Dengan begitu, beban hidup kita tidak akan terasa berat lagi. Percayalah dari setiap cobaan yang datang menerjang hidup kita. Di balik itu pasti akan ada hadiah terindah. "Aamiin," jawab Anisa senang. Dia berharap apa yang dikatakan pembantu di rumah bosnya ini menjadi kenyataan."Ya sudah. Mari ikuti Mbok masuk ke dalam kamar Den Abigail. Pasti Non Zaskya tengah gusar karena kamu tidak segera menghampirinya," ajak Mbok Nem tersenyum. "Iya Mbok!" Anisa tersenyum sambil mengekori langkah Mbok Nem.Sementara mobil Abimana segera tancap gas ke kantornya. Begitu sampai di kamar yang ditunjukkan Mbok Nem, Anisa segera mohon permisi sebelum masuk. Terlihat jelas, Zaskya sangat kebingungan menangani Abigail yang terus merengek minta jatah. Selama diperjalanan tadi, dia sama sekali t

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-31
  • Derita Istri Pengganti    Tragedi

    Malam ini, Anisa harus menerima kenyataan pahit. Di saat kandungannya memasuki tujuh bulan. Semua pakaian yang tersusun rapih di dalam lemari kayu yang mulai rapuh itu dikeluarkan oleh suaminya. Jujur dia panik, cemas dan gelisah. Sebenarnya, apa yang ingin dilakukan suaminya itu."Mas, kenapa pakaianku dikeluarkan semua?" tanya Anisa bingung bercampur cemas. Angga tidak menggagas sama sekali pertanyaan istrinya itu. Dia malah beralih mengambil tas berukuran besar yang tercantol di dinding. Tentu saja hal itu tambah membuat perasaan Anisa tidak karuan. "Mas, apa yang sedang Mas lakukan? Apakah Mas ingin mengusirku?" tanya Anisa dengan air mata yang berderai. Angga yang tidak tahan lagi segera menghela napasnya kasar sebelum mengeluarkan unek-unek di dalam hatinya. "Benar, aku akan mengusirmu. Sekarang tolong kamu bantu aku mengemasi semua barang-barang milikmu," jawab Angga dengan napas naik-turun. "Ya Allah, kenapa Mas mengusirku? Apakah Mas tidak kasihan dengan calon anak kita

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01

Bab terbaru

  • Derita Istri Pengganti    Gemas

    "Biasa Bu, melamuni nasib, hehe." Anisa cengengesan lagi. Dia mencoba membuat lelucon lagi untuk menghibur hatinya. "Haduh, buat apa nasib direnungi segala? Lebih baik, kita mensyukuri saja apa yang terjadi. Dengan begitu, beban hidup kita tidak akan terasa berat lagi. Percayalah dari setiap cobaan yang datang menerjang hidup kita. Di balik itu pasti akan ada hadiah terindah. "Aamiin," jawab Anisa senang. Dia berharap apa yang dikatakan pembantu di rumah bosnya ini menjadi kenyataan."Ya sudah. Mari ikuti Mbok masuk ke dalam kamar Den Abigail. Pasti Non Zaskya tengah gusar karena kamu tidak segera menghampirinya," ajak Mbok Nem tersenyum. "Iya Mbok!" Anisa tersenyum sambil mengekori langkah Mbok Nem.Sementara mobil Abimana segera tancap gas ke kantornya. Begitu sampai di kamar yang ditunjukkan Mbok Nem, Anisa segera mohon permisi sebelum masuk. Terlihat jelas, Zaskya sangat kebingungan menangani Abigail yang terus merengek minta jatah. Selama diperjalanan tadi, dia sama sekali t

  • Derita Istri Pengganti    Kena Tegur

    "Ih, apaan sih, Mas!" Zaskya mendorong pelan wajah Abimana agar menjauh. "Ayo cepat jelaskan!" Abimana memegang tangan Zaskya agar tidak bisa mendorongnya lagi. "Issst, aku nggak serius kok. Aku cuma bercanda saja," jawab Zaskya tersipu malu. "Baguslah! Ya sudah. Sekarang mau makan buah apa?" tanya Abimana tersenyum. "Buah apel saja yang jelas manis," jawab Zaskya tersenyum. "Oke, akan aku kupaskan dulu kulitnya." Abimana mencium kening Zaskya sekilas sebelum beranjak.Sungguh momen seperti ini sangat disukai Zaskya. Rasanya ingin sekali dia menolak ketika suatu hari nanti azalnya datang menjemput. ***Seminggu kemudian ….Kini Zaskya, Anisa, serta Baby Abigail sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Sesuai dengan perjanjian yang sudah mereka sepakati, Anisa pun ikut pulang ke rumah mereka. Setibanya di rumah mewah nan megah itu, satu persatu dari mereka turun dari mobil. Lalu, bergegas masuk ke dalam rumah setelah berpamitan dengan Abimana yang masih stay di dalam mobil. Anisa y

  • Derita Istri Pengganti    Seperti Jeruk

    "Huh, dasar anak itu." Bu Irma tersenyum serta menggelengkan kepalanya.Senyum Abimana memudar saat sudah sampai di depan pintu ruangan istrinya. Tangannya terangkat ke atas mulai mengetuk pintu. Mereka yang berada di dalam langsung tertegun. Almira segera melangkah mendekati pintu untuk membukanya. "Eh, Abimana? Ayo masuk! Oh ya, aku gantian yang keluar ya? Masih banyak pasien yang harus kutangani." Bibir Almira melengkung ke atas. Hatinya sedikit lega melihat siapa yang datang. "Hemmm. Oh ya, tolong sekalian urus ibuku. Tadi, dia bilang mau segera menyusulku kemari. Perintahlah satu suster untuk mengantarkan ibuku kemari menggunakan kursi roda. Aku belum yakin kalau ibuku sudah kuat untuk berdiri lama-lama," ucap Abimana datar. "Siap! Ya sudah. Aku tinggal sekarang!" Almira tersenyum lalu segera beranjak pergi dari sana tanpa berpamitan dengan Zaskya. Abimana segera masuk ke dalam, terlihat istrinya itu masih asik menatap langit-langit kamar sambil tersenyum getir. "Bagaimana

  • Derita Istri Pengganti    Surga Untuk Zaskia

    "Tidak. Kamu duluan saja yang ke sana. Aku ingin menunggui Ibu dulu. Kasihan beliau sendirian di sini," tolak Abimana. Dia masih terluka hatinya. Jadi, untuk sementara waktu ini dia ingin menghindari istrinya itu. "Oh. Aku tinggal ya? Nanti, sekiranya Ibu sadarkan diri … tolong kamu kabari aku jika terdapat keluhan?" pesan Almira tersenyum. "Tentu," jawab Abimana tersenyum. Almira segera pergi meninggalkan ruangan Bu Irma. Dia paham betul, jika sebenarnya Abimana itu sedang merajuk dengan Zaskya makanya menolak ajakannya. "Semoga amarahmu lekas meredup, Bi. Bagaimanapun juga, Zaskya melakukan semua hal bodoh itu untuk meraih kebahagiaan di sisa-sisa umurnya," gumam Almira dalam hati. Setitik buliran bening kembali menetes.Setelah selesai mengemban tugasnya, sang suster segera memohon izin kepada Abimana untuk kembali ke ruangannya. Kini tinggal Abimana seorang diri di dalam ruangan ibunya. Dia terus merenung dan meresapi nasib buruknya. Entah mengapa semua usahanya terbalaskan d

  • Derita Istri Pengganti    Sebuah Fakta

    "Iya. Ya sudah. Aku pergi sekarang menyusul Abimana. Jaga kesehatanmu ya, Nak." Bu Irma menyentuh lengan Anisa dulu sebelum beranjak pergi. Jujur hati Anisa menghangat mendapatkan perlakuan seperti itu. Itu artinya dia memiliki satu orang baru yang mau peduli dengannya. Bu Irma tergesa-gesa mengekori langkah anaknya yang sangat cepat itu. Napasnya ngos-ngosan karena terus mengimbangi Abimana yang jelas masih kuat dan sehat. Berbeda dengannya yang sudah menua dimakan umur. "Abimana tinggu, Nak! Jangan buru-buru gitu! Ibu tak sanggup mengimbangimu!" teriak Bu Irma berusaha meminta keringanan. Abimana menulikan pendengarannya. Langkahnya terus terpacu menyusuri setiap koridor rumah sakit untuk kembali ke ruangan istrinya. Hatinya masih kesal. Bahkan, sangat kesal dengan sikap kekanak-kanakkan ibunya itu. "Haduh, kok jadi begini sih ceritanya? Kenapa sih sikap keras ayahnya nempel banget didia?" gumam Bu Irma sambil membuang napasnya kasar. ***Kini langkah kaki Abimana berhenti tep

  • Derita Istri Pengganti    Kekesalan Abimana

    "Huh, biarkan saja mereka seperti itu. Bude yakin sekali kalau orang macam mereka hidupnya nggak akan mujur," jawab Bu Yuli mengusap bahu Anisa untuk menguatkannya. "Bude juga yakin sekali kalau wanita baik seperti kamu akan menemukan pria yang jauh lebih baik dari dia. Jadi, bersemangatlah Nis. Nanti, kalau kamu sudah sembuh total dan sudah menyelesaikan tugasmu. Kamu harus bisa merawat tubuhmu kembali biar cantik kayak masih perawan dulu. Biar tuh si Angga mati kutu karena sudah tega meninggalkan kamu," nasihati Bu Yuli. "Iya Bude. Terima kasih banyak atas nasihat dan dukungannya? Oya, nanti misalnya aku belum menemukan tempat buat tinggal lagi. Aku bolehkan numpang di rumah Bude dulu?" tanya Anisa penuh harap. "Tentu boleh sangat, Nis." Bu Yuli tersenyum sedih. Dia tahu benar betapa beratnya jadi Anisa.Di sela-sela obrolan mereka tak berselang lama terdengar suara ketukan pintu lagi. "Masuk saja! Tidak dikunci kok!" teriak Bu Yuli yang malas berjalan untuk membukakan pintu. Re

  • Derita Istri Pengganti    Berdebat

    "Iya benar sekali. Untung saja matanya tidak ikut sipit seperti kamu, Mas. Bisa-bisa aku menaruh curiga sama kamu ... kalau kamu itu ada hubungan gelap sama Anisa. Hehehe," sambung Zaskya meledeki Abimana. "Hemmm, segitu burukkah aku di matamu, Sayang?" tanya Abimana terkekeh. Tangannya mencubit pelan pipi Zaskya karena gemas. "Ih, sakit, Mas." Bibir Zaskya mencebik. "Hisk, kamu ini tidak malu apa sama anak kita memasang tampang seperti itu?" goda Abimana terkekeh. "Tentu tidaklah. Mana ada anak kita mengetahuinya. Sementara, dia masih tertidur pulas seperti itu," jawab Zaskya tersenyum menang. "Hemmm, kalian berdua seharusnya malu dengan Ibu. Secara kelakuan kalian itu kayak ABG tahun sembilan puluhan," sahut Bu Irma tersenyum geli. Di saat bersamaan, bayi mungil itu menggeliat. Tubuhnya yang merah jadi semakin merah seperti tomat matang. Mereka yang melihat langsung tersenyum senang. Ternyata benar sekali, kehadiran anak adopsi mereka menambah kebahagiaan dan kesempurnaan di k

  • Derita Istri Pengganti    Mirip

    Anisa dengan isak tangisnya segera menatap ke arah tiga orang yang baru masuk. Tangannya dengan cepat mengusap buliran-buliran bening yang terus merembes dari matanya. Lalu, memasang senyuman seindah mungkin di hadapan para tamu agungnya itu. Dia paham sekali kalau orang yang berkunjung itu merupakan calon keluarga baru untuk anaknya. Sementara, mereka yang baru datang itu ikut tersenyum haru. Mereka bisa merasakan kesedihan yang sedang dialami Anisa. Namun, mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ini adalah kesempatan terbaik bagi mereka untuk melengkapi keluarga mereka. Mereka juga berharap dengan hadirnya sosok bayi adopsi ini. Zaskya juga bisa segera diberi momongan oleh Sang Pencipta. Menurut beberapa sahabat dan kerabat dekat mereka, hal itu digunakan sebagai pancingannya. "Ini ada sedikit buah tangan untuk Anda," ucap Zaskya tersenyum senang. menyerahkan keranjang berisi aneka buah-buahan kepada Anisa. "Terima kasih banyak, Nyonya. Seharusnya, kalian tidak usah repot-repot

  • Derita Istri Pengganti    Pertolongan

    Kini Pak Rahmat dan Bu Yuli tengah duduk di depan ruangan gawat darurat. Mereka begitu cemas dan panik. Berbagai macam doa mereka panjadkan untuk memohon keselamatan Anisa dan anaknya. Tak berselang lama, munculah seorang dokter dari dalam ruangan gawat darurat menghampiri mereka. Sepertinya, ada sesuatu hal penting yang beliau ingin diskusikan dengan pihak keluarga pasien."Maaf, ada yang saya ingin rundingkan dengan bapak dan ibu soal pasien," ucap Bu Dokter dengan raut wajah serius. "Oh, iya Bu Dokter." Mereka berdua segera bangkit dari kursi. "Em, setelah saya melakukan beberapa pemeriksaan pada kondisi pasien. Sebaiknya, pasien harus segera menjalankan operasi untuk menyelamatkan bayi yang ada di dalam kandungannya. Saat ini pasien tengah mengalami pendarahan hebat. Jika, tidak segera ditangani bisa juga mengancam keselamatan pasien," jelas Bu Dokter dengan wajah serius."Innalillahi wa innalillahi roziun!" Bu Yuli menutup mulutnya dengan telapak tangan karena begitu shock."M

DMCA.com Protection Status