Dasar anak haram! Anak pembawa sial! Enyah dan pergilah!
Kata-kata menyakitkan yang terucap dari bibir wanita yang sudah melahirkannya itu terus menggema di kepala Aruna.Seorang ibu yang seharusnya menyayangi dan melindunginya malah dengan tega mengatakan kata-kata tidak pantas padanya.Aruna menyeka air mata yang tidak sengaja keluar dari sudut matanya."Sialan!" gumam Aruna. Dia lalu menenggak minuman dalam gelas kecil yang berada di atas meja dalam satu kali teguk. "Akkhh!" Minuman dengan kadar alkohol rendah selalu membuat Aruna merasa jauh lebih baik. Walau terkadang tetap saja membuatnya mabuk.Aruna menengadahkan kepalanya menatap langit-langit tempat dimana dia berada, dia mengerjapkan mata dan membuka mata lebar-lebar saat pandangannya sedikit agak buram."Dia pikir aku mau dilahirkan olehnya? Aku pun tidak sudi dilahirkan olehnya! Wanita sialan! Dia yang murahan, kenapa malah aku yang disalahkan." umpat Aruna, dia menunduk memegang kepalanya. "Kenapa aku harus terlahir dari rahimnya? Dari sekian banyak ibu di dunia ini, kenapa harus dia!"Saat masih muda, Desi yang tak lain ialah ibunya Aruna adalah wanita cantik yang anggun dan menjadi primadona di desa. Gadis kembang desa yang menjadi incaran para pria.Nasib malang menimpa Desi saat dia mulai jatuh cinta pada seorang pria kota yang sedang datang ke desanya bernama Dirgantara. Desi termakan akan bujuk rayu Dirgantara hingga akhirnya memberikan kehormatannya secara cuma-cuma.Dirgantara hanya mengatakan kata manis semata untuk bertanggung jawab jika nanti Desi hamil. Namun, setelah puas bermain, sebulan kemudian Dirgantara meninggalkan desa begitu saja tanpa berpamitan pada Desi.Desi begitu frustrasi, fakta lebih gilanya lagi ternyata dia hamil. Ayahnya terkena serangan jantung hingga akhirnya meninggal.Kabar kehamilannya juga menjadi buah bibir di desa, membuat ibunya malu dan bunuh diri. Setelah ketiadaan kedua orangtuanya, Desi dan sang adik kabur ke kota. Desi berniat mencari Dirgantara tetapi tak kunjung bertemu juga.Perutnya semakin hari semakin besar, dia berusaha menggugurkannya namun selalu gagal hingga akhirnya dia lelah dan akhirnya lahirlah Aruna Zunita.Desi begitu sangat membenci Aruna karena wajah Aruna selalu mengingatkannya pada Dirgantara. Pria brengsek yang sudah meninggalnya. Saat masih bayi Aruna sempat dibuang, tapi hati kecilnya merasa tidak tega hingga akhirnya Aruna tetap dibesarkan namun tidak mendapatkan kasih sayang darinya layaknya seorang ibu pada anaknya.Aruna mengetahui kisah kelam sang ibu di masa lalu dari bibinya, adik dari sang ibu.Aruna membuang napas dengan sangat kasar, ia lalu melihat ke segala arah, suara musik terdengar dengan sangat keras di seluruh penjuru club malam. Aruna duduk sendirian, dia lalu menatap lurus ke arah orang-orang yang tengah bergoyang menggerakkan tubuh mengikuti alunan musik. Dia lalu menoleh menengok ke arah kiri, seorang pria terduduk manis dengan wanita di kanan dan juga kirinya.Usianya sekitar 28 tahun, masih terlihat sangat muda, dengan setelan jas kerja. Pria lain yang duduk di sofa lain sesekali tersenyum melihat ke arah temannya yang sibuk dengan para wanitanya. Temannya itu hanya sesekali melihat, tersenyum lalu fokus pada layar ponsel yang sedang dipegangnya.Alis Aruna bertaut saat melihat pria itu, dia menelisik wajah pria yang tengah minum dengan para wanitanya. "Tunggu ... dia? Cih! Dia semakin gila saja ternyata," gumam Aruna lagi saat mulai menyadari siapa pria yang ia lihat itu.Memori masa lalu yang tak akan pernah bisa dia lupakan setelah sekian tahun itu kembali terlintas di pikirannya. Dia pernah menangis di depan pria itu, tetapi sama sekali tidak dihiraukan dan pria itu malah menertawakannya.Sebuah ide gila tiba-tiba saja terlintas di pikirannya, dia tersenyum smirk saat memikirkan ide gila itu.Aruna menghela napas panjang. "Ini saat yang tepat untuk membalas semua yang pernah dia lakukan padaku dulu," gumam Aruna, dia lalu beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah sofa yang sedang pria itu duduki. "Lihat saja, apa yang akan aku lakukan."Tap tap tap.Byur!Aruna mengambil gelas di atas meja lalu mengarahkannya ke wajah pria itu."SHIT! APA YANG KAU LAKUKAN HUH?" Pria itu kaget bukan main saat Aruna menyiram segelas air ke wajahnya. Ia lantas beranjak dari duduknya dan berdiri tegak di hadapan Aruna. Matanya menatap tajam dan mendelik dengan sangat sinis. "APA KAU GILA?" teriaknya lagi."Harusnya aku yang berucap seperti itu padamu! Dasar pria gila!" Aruna tak kalah berteriak.Plak!Satu tamparan Aruna daratkan di atas pipi pria itu dengan sangat kasar.Pria itu menatap Aruna dengan tatapan yang semakin kesal karena Aruna menamparnya. "Kau! Apa masalahmu, perempuan gila!"Semua orang yang sejak tadi sibuk dengan dunianya sontak langsung menghentikan apa yang mereka lakukan dan menonton pertengkaran Aruna dan seorang pria.Club malam yang biasanya mengasyikan dan biasa dinikmati kini tak lagi heboh dengan jogetan para pengunjungnya. Mereka yang sedang berjoget menikmati musik sontak langsung menghentikan aktivitas mereka dan melihat ke arah Aruna dan juga seorang pria yang tengah berdebat."Apa yang kamu lakukan sampai wanita ini semarah ini padamu?" tanya Pria yang tadi terduduk namun sibuk dengan ponselnya. Dia nampak begitu kaget saat seorang wanita datang dan menyiram atasan sekaligus sahabatnya."Dia melecehkan aku!" ucap Aruna yang dengan tidak sengaja mendengar ucapan teman dari pria yang berdiri di depannya. Suaranya melengking tinggi hingga orang-orang yang sejak tadi berjoget itu mulai berbisik-bisik."What?" Pria bernama Nathan itu menatap Aruna dengan tatapan yang semakin kaget tak mengerti. "Melecehkan?""Tidak usah berlagak kaget! Dasar pria mesum! Tidak tahu diri! Pria cabul! Setelah melecehkan aku, kau malah asik bermain dengan wanita lain. Dasar pria sialan!" umpat Aruna lagi, dia kembali mengambil gelas lain yang isinya jauh lebih banyak kemudian mengarahkannya lagi ke wajah Nathan.Byuur!"APA YANG KAU LAKUKAN! WANITA GILA!" teriak Nathan lagi hingga semua orang yang berada di tempat itu menjadikannya dan Aruna sebagai pusat perhatian. Kini bajunya juga sudah sangat basah dengan minuman yang tadi dia pesan."AKU TIDAK TERIMA DILECEHKAN!" Aruna ikut berteriak. Berbicara dengan nada yang sarkas. "Aku bukan wanita murahan yang bisa seenaknya kau sentuh! Jangan hanya karena kau punya banyak uang, kau bisa melakukan semaumu!""Wanita gila! Stress! Tidak waras!" ucap Nathan. "AKU SAMA SEKALI TIDAK PERNAH MELECEHKANMU!" teriaknya lagi tidak terima."Aku? Gila? Stress? Tidak waras? Setelah melakukan hal gila padaku bak aku ini wanita murahan dan sekarang kau mengatakan aku ini gila?!"Sudut bibir Aruna terangkat, menatap Nathan dengan senyum smirk-nya."Memang laki-laki pandai sekali memutar balikkan fakta! Kau yang melakukan kesalahan, tetapi malah kau yang balik marah dan berteriak padaku. Sudah tau salah bukannya meminta maaf, malah bersikap seolah kalau kau tidak melakukan apa-apa dan tanpa dosa malah balik mengataiku. Woaahh ... pria sekarang sudah pandai memainkan drama!"Alis Nathan semakin bertaut, dia benar-benar tidak mengerti kenapa wanita dihadapannya itu tiba-tiba saja marah dan menuduhnya melecehkannya padahal dia sama sekali tidak melakukan apapun pada wanita yang berdiri di hadapannya itu."Aku tidak pernah melakukan apa pun padamu!" tegas Nathan dengan gigi yang menggertak begitu sangat kesal."Ada apa ini?" tanya seorang pria tiba-tiba.Semua orang sontak langsung melihat ke arah pria itu.Bersambung“Ada apa ini?” tanya seorang pria tiba-tiba. Semua orang sontak langsung melihat ke arah pria itu. Termasuk Aruna dan juga Nathan. “Ini nih, Mas. Dia ngelecehin saya!” ucap Aruna atasan yang sangat dekat dengannya itu datang. “Enggak-enggak bohong! Saya tidak pernah melakukan itu! Apa buktinya huh?” tanya Nathan membela diri. “Ya saya memang tidak mempunyai bukti! Tapi untuk apa saya berbohong! Gak ada untungnya!” ucap Aruna, dia lalu melihat ke arah pria yang baru saja datang tadi. “Mas Gerald. Mas Gerald tau sendiri kan aku ini orangnya bagaimana. Mas jauh lebih tau sifat aku itu bagaimana, walaupun aku kerja sebagai hostes di sini tapi kan dari awal kita udah bikin perjanjian kalau aku tidak pernah mau disentuh berlebihan. Hanya sebatas merangkul dan memegang tangan saja, selebihnya aku tidak pernah mau disentuh yang lain-lain. Dan tadi, pria ini dengan tidak punya akhlaknya malah melecehkan aku, Mas. Aku gak terima ya!” Pria bernama Gerald yang tak lain ialah pemilik dari klub
“Kau mau namamu terpampang di media karena kasus pelecehan?” Nathan menatap Aruna dengan tatapan tajam, dia tak menanggapi ucapan Aruna dan kembali menatap Gerald si pemilik club malam. “Anda yakin mengusir saya dari sini?” tanya Nathan lagi. Aruna tersenyum puas, dia menjulurkan lidahnya pada Nathan.“What the hell?” “Saya minta maaf, Mas. Tapi Aruna ini lebih berharga, saya lebih baik kehilangan satu tamu daripada harus kehilangan banyak tamu yang lain. Jadi sebaiknya setelah ini Masnya boleh bayar, kemudian setelahnya silahkan pergi dari sini dan jangan pernah datang kembali lagi.” “Hei! Kau pikir kau ini siapa, huh? Aku bahkan bisa membeli tempat ini dengan harga yang tinggi!” ucap Nathan tidak terima berbicara dengan sarkas. Ia begitu sangat tidak percaya karena pemilik club ternyata malah lebih memilih karyawannya dibanding dirinya yang seorang tamu dan bisa memberikan mereka uang.“Walaupun anda bisa membeli dengan harga yang fantastis, saya juga tidak berniat untuk menj
Beberapa hari kemudian."Apa kamu tidak bisa berhenti bekerja di tempat itu, Na? Bibi selalu merasa khawatir saat kamu akan pergi bekerja. Cari pekerjaan yang normal pada umumnya saja, seperti di pabrik. Tidak masalah gaji kecil, yang penting kamu aman, kerja di tempat seperti itu kan tidak aman," ucap Nila. Wanita berusia 40 tahun yang tak lain ialah Bibi Aruna, adik dari sang ibu yang selama ini merawatnya sejak kecil. Aruna mempunyai banyak hutang budi pada Bibinya itu karena pada saat sang bibi berusia 13 tahun, sang bibi lah yang selalu menjaganya saat sang ibu pergi bekerja.Usianya waktu itu masih sangat belia, tetapi harus menjalani kehidupan yang sulit karena kesalahan yang dilakukan kakaknya. Jika saja Desi tidak percaya akan ucapan manis buaya darat, Bi Nila pasti mempunyai masa depan. Bersekolah dan bermain dengan teman sebayanya layaknya seorang anak pada umumnya. Bukan malah mengurusi bayi yang lahir tanpa ayah dan harus menjadi yatim piatu.Bi Nila sempat menikah, teta
Aruna keluar dari taksi online yang dia pesan tadi, dia hendak masuk ke club malam tempatnya bekerja. Namun, seseorang tiba-tiba saja memegang pergelangan tangannya dan membekap mulutnya, kemudian mendorongnya masuk ke dalam mobil.Aruna sudah berusaha untuk meloloskan diri tetapi tenaga orang yang memegangnya 2 kali lebih kuat darinya.“Apa-apaan ini? Siapa kalian?” tanya Aruna saat sudah terduduk di dalam mobil di bagian depan di samping kursi pengemudi.Pria yang membekap mulutnya itu mulai masuk ke dalam mobil dan terduduk di samping Aruna saat setelah mendorong Aruna masuk ke dalam mobil.Dahi Aruna mengernyit saat melihat siapa yang terduduk di sampingnya. “Nathan? Ternyata si pria sialan ini yang menculikku,” ucap Aruna. Ia yang tadi merasa takut itu kini rasa takutnya menghilang, ia merapatkan kedua tangannya di bawah dada terlipat. Ia lalu melihat ke arah belakang, seorang pria yang bersama Nathan tempo hari juga terduduk di belakang mobil, “Kamu ... pasti babu dia, kan?” tan
"Ada apa denganmu? Kenapa kamu membatalkannya begitu saja, huh?" tanya Devian begitu masuk ke ruangan Nathan, dia begitu sangat kesal karena tadi pagi Nathan tiba-tiba membatalkan meeting begitu saja tanpa meminta persetujuannya. Padahal ia sudah bersusah payah mengatur jadwal meeting dengan seseorang yang susah sekali untuk ditemui karena jadwal yang padat."Aku sedang tidak bisa fokus!" jawab Nathan yang sedang terduduk di kursi kerjanya. "Yang aku pikirkan sejak kemarin ialah wanita sialan yang sudah mempermalukan aku di club malam! Aku masih sangat tidak terima dipermalukan di depan banyak orang. Malunya masih terasa sampai sekarang, Dev!" sahut Nathan dengan nada yang kesal. "Dan si pemilik club itu, bisa-bisanya dia mengusirku dan malah memilih si perempuan sialan itu. Aku masih tidak habis pikir dengan jalan pikirannya! Aku benar-benar tidak terima, Devian!"Brak!Nathan yang kesal itu menggebrak meja kerjanya, memikirkan malam di mana ia dipermalukan oleh Aruna membuatnya san
Flashback.Siang itu di halaman belakang SMA NEGERI CITRA, Nathan tengah bersama dengan 3 orang teman satu gengnya."Jangan bilang kalau kamu malah betulan jatuh cinta pada si gendut itu," ucap seorang pria masih mengenakan seragam SMA bernama Daniel. "E–enak saja! Aku tidak jatuh cinta pada gadis menjijikan itu! Aku mempunyai selera yang tinggi! Mana mungkin aku jatuh cinta pada gadis gendut seperti dia!" jawab Nathan berdusta. Faktanya, dia menjilat ludahnya sendiri. Dia jatuh cinta pada Arunalia Zunita, seorang gadis yang mempunyai paras cantik tetapi mempunyai tubuh yang berisi. Sekitar 2 bulan yang lalu, Nathan menerima tantangan dari 3 temannya untuk mengambil hati seorang gadis yang selama ini selalu menyendiri dan menjaga jarak apalagi pada seorang pria. Jika dia berhasil menjadikan gadis itu kekasihnya, Nathan akan diberikan imbalan dengan sejumlah uang dan teman-temannya mau dijadikan pesuruh selama satu bulan.Nathan menerima tantangan itu, dia mendekati gadis yang tak l
"Demi apa pun itu jahat banget sih, Than!" komentar Devian setelah mendengar cerita Nathan saat di masa lalu antara dirinya dan juga Aruna. "Pantes aja dia marah dan dendam banget sama kamu, aku juga kalau ada di posisi dia jelas akan marah dan dendam! Itu udah termasuk bullying! Belum lagi body shaming! Aku tidak menyangka kamu akan sejahat itu, Than." "Aku tidak pernah bermaksud menyakiti dia, Dev! Walau dulu dia gendut, jujur saja waktu itu aku beneran jatuh cinta sama dia! Gak peduli dengan bobot tubuh dia yang berisi, aku suka sama dia! Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak mau menjadi bahan bullyan teman-temanku jadi aku melakukan itu!" sahut Nathan membela diri."Tapi tetap saja itu keterlaluan," jawab Devian. "Aku tahu itu keterlaluan! Aku juga sangat menyesal! Waktu itu aku juga ingin meminta maaf, tetapi dia tak datang ke sekolah," jawab Nathan membela diri."Dia tidak datang ke sekolah?" tanya Devian.Nathan memberikan anggukan kepala pelan mengiyakan. "Aku bertanya
“Uang segini mana cukup untuk beli skincare! Tambah!” pekik Desi pada Aruna dengan nada yang sarkas. “Tidak ada lagi, hanya ada itu!” jawab Aruna.“Alaaahh! Bohong! Duit jual diri kan lumayan! Ya masa beliin Ibu skincare saja kamu gak sanggup! Kamu kemurahan kasih harga atau gimana sih? Gak becus cari duit!” sahut Desi.Kedua telapak tangan Aruna terkepal kuat, ingin rasanya ia mendaratkan sebuah tamparan di pipi sang ibu tetapi sayangnya otak dan pikirannya masih waras. Walau ia tak begitu menyukai sikap sang ibu dan selalu di buat kesal, tapi ia tak berani jika harus bersikap kasar pada ibunya sendiri.“Jaga ucapanmu ya, Bu! Aku tidak pernah menjual diri!” ucap Aruna dengan gigi yang menggertak kesal. Amarahnya ia tahan sekuat mungkin.“Udah deh Aruna gak usah bohong! Ibu tuh tau kamu pasti jual diri kan di sana? Cih! So-soan gak ngaku,” ucap Desi dengan sudut bibir yang terangkat sebelah, ia merapatkan kedua tangannya di bawah dada dan menatap Aruna dengan tatapan yang terlihat hi
Dahi Aruna mengernyit saat melihat Nathan yang masih tertidur dan belum bersiap padahal jam di dinding kamar sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Padahal biasanya pukul 7 pria itu sudah berada di ruang makan tetapi sekarang masih terpejam."Nathan? Kamu gak akan ke kantor?" tanya Aruna yang baru saja keluar dari kamar mandi baru saja selesai membersihkan tubuh. "Enggak, kamu kan lagi sakit, masa aku ninggalin kamu," jawab Nathan dengan mata yang masih terpejam. Dahi Nathan dengan seketika mengernyit. "Aku gak sakit, aku sehat," jawab Aruna. "Kaki kamu, Sayang," jawab Nathan membuka mata melihat Aruna yang tengah berdiri di samping ranjang dengan tubuh yang hanya tertutup kain handuk saja. Membuat matanya langsung terbuka sempurna. "Kaki aku udah gak pa-pa, udah sana mandi dan pergi ke kantor!" "Gak mau," jawab Nathan, "Aku mau di rumah aja." "Kamu harus ke kantor!" Nathan mendengus. "Kenapa kamu maksa aku pergi ke kantor? Kamu gak mau liat aku di rumah? Kamu tuh sebenernya cinta ngga
Nathan menelan salivanya saat mendengar dering ponsel panggilan tersambung dari ponsel sang istri. Hingga akhirnya ....[Halo? Na?]"Halo, Mas?" [Beneran kamu? Ini aku beneran gak mimpi? Kamu telfon aku? Ada ap—]Pip! Nathan langsung mengambil ponsel milik Aruna dan langsung mematikan sambungan teleponnya itu sepihak saat mendengar suara seorang pria yang suaranya nampak terdengar sangat antusias saat Aruna menelponnya."Apa-apaan sih kamu?" "Siapa laki-laki ini?" tanya Nathan pada Aruna. Dia menatap Aruna sebentar, kemudian pandangannya melihat lurus pada jalanan lagi.Aruna duduk bersandar dengan kedua tangan yang terlipat di bawah dada. Matanya melihat lurus dan bibirnya tersenyum smirk. "Orang yang pernah datang ke club malam," jawab Aruna, "Dia pengusaha sama sepertimu. Namanya Jean, usianya 29 tahun dan dia dua kali melamarku. Dia tahu dengan jelas bagaimana kehidupan aku, kenapa aku bisa bekerja di club malam dan juga tahu bagaimana aku menjalani hidup. Dua tahun lebih kami
"Kamu mau ikut ke kantor nggak hari ini?" tanya Nathan yang kini sedang terduduk di tepi ranjang seraya memakai kaos bajunya. Aruna diam sejenak, berpikir haruskah ia ikut? Ia ingin sekali pergi ke kantor untuk memperingati Della agar jangan mendekati suaminya lagi. Tetapi, ia masih sangat kesal pada Nathan karena tadi pria itu malah menjawab panggilan masuk dari Della.Karena tak mendengar jawaban dari sang istri, Nathan sontak langsung menoleh ke arah Aruna yang masih terbaring. "Kok malah diem? Mau ikut enggak? Atau mau di rumah saja ingin bersantai seperti keinginan kamu?" tanya Nathan."Tidak tahu! Akan kupikirkan dulu," jawab Aruna. Ia lantas ingin beranjak dari baringannya dengan terduduk, ia juga memegang selimut untuk menutupi dadanya. Namun, saat ia menggerakkan kaki, pergelangan kakinya tiba-tiba saja terasa begitu sangat nyeri untuk bergerak. "Aauuwhhh ... ssshhhh ...." "Kenapa?" tanya Nathan. "Gak tau, kakiku sakit banget," jawab Aruna, ia lantas menarik selimutnya sam
"Apa sekarang masih belum percaya juga?" tanya Aruna setelah melepas ciumannya. "Be—lum," jawab Nathan sedikit gugup karena jujur saja ia masih sangat kaget dan speechless. Ini kali pertama ia dan Aruna bersentuhan sejauh itu dalam keadaan yang sadar dan tak hilang akal.Aruna memegang pergelangan tangan Nathan dan berjalan ke arah kamar tamu yang berada tak jauh dari tangga. Kakinya masih terasa nyeri untuk di pakai berjalan, jadi ia membawa Nathan ke kamar yang dekat."Mau kemana? Mau ngapain? Aku sudah tel—""Ssssttt!" Aruna meminta Nathan untuk diam jangan bicara. Tak lama kemudian, mereka akhirnya sudah berada di dalam kamar. Dahi Nathan dengan seketika mengernyit bingung. Kenapa Aruna membawanya ke kamar tamu? Apalagi yang ingin wanita itu lakukan."Mau ngapain kita di sini?" tanya Nathan.Bukannya menjawab, Aruna malah mendorong pelan tubuh Nathan hingga terduduk di tepi ranjang. Membuat Nathan semakin kebingungan. "Mau apa ini? Ngapain kita ke sini?" Aruna tak menjawab, ia
"Berani masuk lagi, aku tidak akan pernah mau bicara lagi dengan kamu selamanya!"Aruna yang mendengar Nathan berbicara demikian itu sontak langsung menghentikan langkah tak jadi masuk ke club malam, ia berbalik badan menatap Nathan dengan bibirnya yang mengerucut kesal. Ia lalu berjalan menghampiri Nathan dan mengatakan, "Dasar menyebalkan! Aku benci sama kamu!" ucap Aruna dengan nada yang ketus kemudian langsung masuk ke dalam mobil. Nathan mengatupkan bibir ingin tersenyum. Ia kesal bukan main, tapi melihat Aruna yang lebih memilih masuk ke mobilnya setelah ia ancam, membuatnya semakin yakin jika wanita itu memang mencintainya.Sekuat tenaga Nathan tahan senyum di bibirnya, ia memasang raut wajah yang datar kemudian menutup pintu mobil dimana Aruna terduduk. Lalu berjalan ke arah pintu mobil pengemudi. Begitu masuk, ia melihat Aruna yang terlihat kesal. Terlihat dari raut wajah dengan bibir yang maju, mata menyipit tajam melihat lurus ke depan dan kedua tangan yang terlipat di ba
Aruna langsung terduduk tegak saat mendengar suara pintu yang dibuka. Sejak tadi ia sama sekali tidak fokus dan memikirkan Nathan dan juga Della. Kenapa bisa mereka duduk bersama di kantin perusahaan. Bukankah Nathan sangat marah pada Della? Lantas kenapa pria itu berada di satu meja yang sama dengan Della? Apa yang mereka bicarakan?" Begitu melihat Nathan yang baru saja masuk pulang dari kantor, Aruna langsung mendekati Nathan dan berkata, "Bukannya si Della itu kemarin sudah kamu pecat? Kenapa tadi siang kalian berada di meja yang sama di kantin perusahaan. Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Aruna to the point saat sudah berdiri satu langkah di depan Nathan.Alis Nathan sontak langsung bertaut. Ia pikir Aruna akan bersikap cuek tak peduli, siapa sangka jika wanita itu malah langsung bertanya detik itu juga. Padahal ia baru saja masuk ke dalam rumah, tapi sudah langsung mendapatkan pertanyaan yang ia pikir tak semudah itu mendapatkannya.Nathan bersikap datar, raut wajah kaget
Flashback.Nathan keluar dari ruang kerjanya dengan perasaan yang kesal setelah mengetahui fakta jika malam dimana ia mabuk adalah rencana Aruna yang ingin menjebaknya bermalam dengan Della. Ia sama sekali tidak menyangka jika Aruna akan melakukan hal sekejam itu padanya.Selama meeting berlangsung, Nathan sama sekali tidak fokus dan pekerjaan yang seharusnya ia kerjakan di ruang meeting, akhirnya diambil alih oleh Devian."Kenapa?" tanya Devian setelah meeting selesai dan kini hanya tinggal dirinya dan Nathan lah yang berada di ruang meeting.Nathan menaruh kedua telapak tangan yang terkepal di kening dengan siku yang bertumpu pada meja. "Aku sedang stress!" jawab Nathan."Stress kenapa?" tanya Devian penasaran, "Perasaan tadi baik-baik saja." "Aruna ternyata berniat menjebakku!" jawab Nathan."Menjebak? Maksudnya bagaimana?" tanya Devian tak mengerti.Nathan lantas langsung menatap Devian dsn langsung menceritakan kebenaran yang baru saja dia dengar tadi. Ia menceritakannya dengan r
Setelah Nathan keluar dari ruangan, Aruna mulai bingung harus bagaimana. Ia tidak diusir seperti Della dan Nathan juga tidak memarahinya habis-habisan. Membuat Aruna kebingungan harus berbuat apa. Jika pergi, ia harus pergi kemana? Pulang ke rumahnya? Ibunya pasti akan banyak bertanya dan yang ada ia malah kembali di umpat lagi. Sang ibu juga pasti akan memarahinya habis-habisan jika tahu apa yang ia lakukan dan apa yang terjadi. Kemudian, apa ia harus pergi melarikan diri? Melarikan diri kemana? Ia juga tidak mungkin meninggalkan bibinya."Haruskah aku meminta maaf?" gumam Aruna. Namun setelahnya dia menggelengkan kepalanya, "Enggak! Enak saja minta maaf. Dulu dia juga tidak langsung minta maaf dan tidak peduli. Terus kenapa sekarang aku harus meminta maaf? Untuk sementara aku ikuti saja alurnya," gumam Aruna. Mata Aruna kembali melihat ke arah TV yang menyala lagi, walau terlihat fokus menonton, tetapi hati dan pikirannya sama sekali tidak tenang dan begitu berkecamuk.**Tak be
"Kamu ini ternyata memang perempuan ular! Ucapanmu juga sama sekali tidak bisa di percaya!" Aruna sontak langsung beranjak dari duduknya dan berdiri tegak. "Jaga ucapanmu! Aku tidak seperti itu!" ucap Aruna membela diri."Terus umpatan apa yang pas untukmu, huh?" tanya Della dengan mata yang memicing dan raut wajah yang sangat kesal. Tadi, saat melihat Nathan pergi dan terlihat berjalan ke arah ruang meeting, Della langsung berlari cepat dan langsung memasuki ruangan Nathan. "Katamu kamu akan membuatku dan Nathan menikah, tapi apa yang terjadi sekarang? Malah kamu yang menikahi dia!" lanjut Della lagi mengeluarkan isi hatinya yang begitu sangat kesal. "Aku menikah dengan Nathan juga semua karena kamu! Sudah aku bilang untuk stand by agar saat aku menghubungimu, kamu bisa segera langsung datang ke kamar hotel. Tapi apa yang terjadi? Berkali-kali aku menelfonmu tapi sama sekali tidak diangkat! Padahal saat itu aku sudah berhasil membuat Nathan mabuk parah dan bahkan sudah memesan kama