Share

Ombak

Author: Evin Hard
last update Last Updated: 2022-02-10 12:52:47

Ervan merasakan tubuhnya didesak oleh ribuan jarum. Walau kemampuan renangnya sangat baik, dia sulit mengendalikan arus air yang bergerak acak ini. Setiap gelombang yang memecah karang mengantarnya pada rasa pedih yang tak tertahankan. Berkali-kali batu karang itu menggores permukaan kulitnya. Dia tak memedulikan hal tadi sebab dari setiap mata yang terbelalak itu, Ervan hanya berharap bisa menemukan bagian tubuh Adhira.

Adhira baru muncul dari permukaan beberapa detik setelah Ervan mengitari dasar tebing. Dia menyibak air asin di sampingnya dengan sekuat tenaga. Terus mencoba membuat dirinya tak terperosok masuk ke dalam air. Ervan berenang sekuat tenaga mendekatinya. Dia berhasil mencengkeram lengan Adhira, yang langsung mendapat hantaman keras dari Adhira.

“Hira….” Suara Ervan tercekat oleh gelombang ombak yang menerpa wajahnya.

Adhira kembali terlepas. Hingga ketika napasnya benar-benar sudah di ujung tanduk, Adhira menyerah. Dia tak lagi

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Rasi Bintang

    Pagi datang saat air laut justru semakin dalam menembus rekahan batu. Adhira terbangun dan mendapati tubuhnya sudah dipindahkan ke bagian yang lebih kering. Ervan tengah sibuk menyingkirkan tanah dan batu dari dinding terowongan, berharap menemukan jalan keluar dari arah dalam. Sinar cahaya dari luar cukup untuk membuat Adhira sadar bahwa sebagian punggung dan kaki Ervan bersimbah darah. “Daffin… kamu terluka?” tanya Adhira. “Kenapa tidak kasih tahu?” Adhira yang panik langsung memeriksa tubuh Ervan. Dia melirik dengan saksama dan mendapati bercak kemerahan itu masih mengucur dari tumit kaki Ervan. Adhira merogoh apa pun yang ada di dalam kantong bajunya, tapi tak bisa menemukan apa-apa. Tas ranselnya ditinggal saat Lodra mendorongnya ke bibir tebing. Adhira terpaksa mengoyak lengan pakaiannya untuk membebat luka di kaki tersebut. Ervan sontak mundur saat Adhira hendak menyentuh tubuhnya. “Hei, kamu bisa kehabisan darah kalau begini terus.” Ad

    Last Updated : 2022-02-10
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Manusia Lumpur

    Malam itu doa mereka tidak terkabul. Rintik hasil kondensasi embun dan uap menyatu berjatuhan membasahi seluruh permukaan bukit. Alhasil, pakaian yang baru saja kering harus kembali terbasuh oleh hujan.“Daffin… mengapa kita begitu sial hari ini?” gumam Adhira. Dia mendekat ke tempat Ervan untuk mencari perlindungan. Meski Ervan sendiri tak memiliki apa-apa untuk berteduh.“Lebih tepatnya kita sudah sial sejak kemarin,” timpal Ervan datar.“Kamu kok bisa setenang ini sih?” Adhira memayungi kepala mereka dengan kedua tangan. Dia melirik pada Ervan yang sudah basah kuyub tetap berada dalam posisi bersila.Adhira menghela napas. Petir menyambar dan badai menggempur perbukitan di sekeliling mereka. Adhira memperhatikan pepohonan sekitar dalam gelap, tak ada tanaman yang berdaun lebar. Api unggun yang dibuat Ervan dari sisa korek peninggalan para pendaki pun sudah tak lagi menyala.Adhira bangkit dari tempat du

    Last Updated : 2022-02-11
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Kematian

    “Bagaimana kamu bisa tahu dia akan putus sekolah?”“Saat aku ke toilet, aku melihat guru pria itu mengancamnya.” Adhira menjawab tenang.“Dan apa kamu menyesal sudah melihat kejadian itu?”Adhira terkekeh. “Aku lebih menyesal terjebak di antah berantah ini bersama manusia setengah es batu sepertimu.”Ervan menjelit ke arah Adhira yang masih bersandar di balik pohon. Seekor ular melata pelan dari balik dahan yang tengah ditiduri Adhira. Menyadari derikan halus tadi, Adhira langsung mematung. Bibirnya melengkung hingga ke dagu.“Da…ffin… selamatkan aku….” Adhira berucap tanpa bergerak.Ervan meraih sebatang ranting dari sekitar pohon. Dengan cekatan dia menepis ular yang berjarak tiga inchi dari kepala Adhira itu. Reptil berbisa itu melayang ke udara, membebaskan Adhira dari gigitan beracunnya.Adhira menghela napasnya lega. Dia sentak bangkit dari tempatny

    Last Updated : 2022-02-11
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Ponsel Baru

    Tahun ajaran baru dimulai. Berita tentang kematian Semias Defras perlahan-lahan surut. Tidak ada yang menyelidikinya lagi setelah pelaku pembunuhan membuat pengakuan itu. Meski terlihat kasus ini terjadi begitu gampang, polisi juga tidak bisa berbuat banyak. Setiap kejadian yang terjadi akan tenggelam setelah menemukan orang yang bisa dijadikan kambing hitam. Semua memiliki spekulasi, tapi pada akhirnya tidak berujung pada bukti yang sahih. Kematian itu terlihat sia-sia. Semias baru akan mengajukan kerja sama atas proyek senilai 300 miliar dari keluarga Refendra. Atas kejadian yang menimpanya, proyek besar tadi gagal.“Daffin,” desis Adhira yang kini duduk tepat di belakangnya, “nanti siang temani ke toko sepatu ya.”Ervan menoleh ke belakang dengan ekspresi seram. “Kenapa?”“Apa maksudnya kenapa? Ya tidak ada apa-apa,” jawab Adhira.“Kalau begitu, tidak mau.” Ervan menjawab singkat.Adhir

    Last Updated : 2022-02-13
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Chori Chori Chupke Chupke

    Upacara pagi itu mulai lebih awal dari biasanya. Hal ini membuat Adhira kembali harus berdiri di barisan murid bengal. Bukan karena dia terlambat. Hari itu ia lupa membawa dasi dan topi upacaranya. Dan peraturan di SMA Equator bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng.Patroli yang dilakukan Pak Heno selalu dapat memangsa buronan seperti Adhira. Si jenius matematika itu tak jemu-jemu melanggar peraturan yang sudah jelas terukir di setiap dinding gedung.Kiara ikut berbaris bersama mereka pada upacara kali ini karena sekarang dia sudah resmi menjadi anak SMA. Adiknya berdiri di depan seraya menyaksikan Adhira yang seperti narapidana yang tengah menunggu waktu eksekusi. Ada dua orang lagi di samping Adhira yang juga turun melakukan pelanggaran yang mirip.Murid bertubuh jangkung itu melirik sambil tersenyum polos pada Adhira.“Kamu kenapa bisa di sini….”Tanpa perlu dijawab Adhira langsung mengerti. Ternyata ada kesalahan yang leb

    Last Updated : 2022-02-14
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Tabrak Lari

    Setelah mengelilingi tiga mal dan puluhan deret toko, Kiara menemukan bando yang diinginkannya. Adhira hanya bisa menggerutu sepanjang perjalanan.“Sudah ketemu lum, Ki?”“Sudah nih! Bagus tidak?”Bando yang dipakai Kiara terlihat pas melingkari kening hingga pelipisnya.“Cari begini saja sampai harus keliling mall tiga jam.” Adhira belum berhenti mengoceh. Bahkan kain berserat mikro itu tidak ada bedanya dengan bando yang selama ini dipakai Kiara untuk berlari.“Biarin.” Kiara menyimpan benda tadi ke tasnya bagai menyimpan benda berharga. Sebetulnya bando itu pun sudah dilihatnya sejak pertama kali ke toko yang mereka masuki pertama kali. Tapi karena Kiara ingin melihat yang lain, alhasil tiga mal pun terlampaui. Baru akhirnya dia memilih bando yang pertama.Ini akan jadi pengalaman pertama dan terakhir Adhira menemani Kiara berbelanja, ikrarnya dalam hati.Hari menjelang

    Last Updated : 2022-02-14
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Hukuman

    Awan hitam merundungi Adhira. Dia bahkan segan untuk pulang. Rumah itu bukan lagi rumahnya bahkan sejak pertengkaran sengit dengan Om Willian. Adhira tak lagi bisa menjumpai Kiara sejak kecelakaan tersebut. Paman dan bibinya melarang keras pertemuan mereka. Seakan kebencian mereka pada Adhira kembali tersulut.Mereka tidak mengusir Adhira dari rumah itu. Tidak pula berbicara pada Adhira. Ada dinding tak tampak yang memisahkan Adhira dengan keluarga Osman itu.Adhira menghilang dari sekolah selama tiga hari. Kuswan meneleponnya, tapi tak mendapat balasan. Dia mencarinya di rumah dan tak menemukan siapa-siapa. Berita kecelakaan baru sampai ke sekolah di hari keempat. Adhira masuk dengan penampakan kusut masai. Dia terlihat tidak makan dan tidur seminggu ini.Kuswan mendekatinya dengan gamang. Bahkan dia tak lagi bersuara saat menyerahkan tugas kelompok itu pada Adhira.“Kalau kamu tidak meneleponku waktu itu, mungkin dia tidak akan berakhir begini,&rd

    Last Updated : 2022-02-15
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Pembalasan

    Ervan melanjutkan ritual hukuman hingga matahari sudah kembali muncul dari balik awan. Kuswan berlarian dengan berbotol-botol minuman. Saat mendekati mereka, Adhira sudah tak lagi di tempatnya. Ervan berjalan tergopoh kembali ke kelasnya. Raut dinginnya tak luput sedikit pun dari wajahnya. Kuswan hanya memandangi Ervan heran.“Kalian bertengkar lagi?” tanya Kuswan. “Maafkan aku, harusnya aku tidak memintamu mengerjakan tugas Adhira.”Sepanjang sisa pelajaran, Ervan hanya diam sambil sesekali menatap ke bangku barisan belakang yang tak berpenghuni itu. Mungkin berharap Adhira segera kembali, meskipun temannya itu tidak akan muncul hingga akhir pelajaran.“Kamu dari mana?” bisik Kuswan.“Berak,” jawab Adhira asal. Dia membereskan buku yang masih berserakan di atas meja tanpa suara. Ada buku catatan pelajaran yang hari ini terangkum dalam buku tadi.“Aku sudah bantu catat materi hari ini. Kamu jang

    Last Updated : 2022-02-15

Latest chapter

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Kenangan yang tersisa

    Perempuan itu menghampiri rumah tua yang tengah direnovasi menjadi bangunan klinik. Di sampingnya seorang pria tua duduk di kursi roda memandang dengan lesu. Sudah bertahun-tahun dia hidup dan tergantung pada putrinya.“Kak Ervan?” Kiara menyapa dengan lembut pada seorang pria yang masih sibuk mengatur susunan keramik di teras depan.“Di mana Kak Adhi?” tanyanya bingung.Ervan tertegun. Keningnya mengernyit. Serbuk besi dingin seolah menyendat paru-parunya. “Kiara, kamu kembali?”“Aku mendapat kiriman surat dari Kak Adhi seminggu lalu. Katanya dia ingin aku mengurus rumah ini.”“Surat?”Kiara menyerahkan amplop berisikan surat yang ditulis tangan oleh Adhira sendiri.Tahun lalu, atas permintaan Adhira, Ervan membawa Kiara ke luar kota dan mengubah identitasnya. Tadinya Kiara tahu ini bertujuan agar dirinya tidak dijatuhi hukuman atas kematian Teodro belasan tahun lalu. Selama setahun itu juga dia hanya menjalankan hidupnya tanpa kabar apa pun dari Adhira.Kiara berpikir Adhira pasti

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Catatan Penulis

    Terima kasih sudah ikut melangkah dan berjuang bersama dalam kisah ‘Dendam dan Rahasia Tuan Muda’. Tadinya judul yang akan dipakai adalah Pita Merah, karena ide awalnya didedikasikan untuk para pejuang HIV-AIDS. Adhira dalam cerita ini menggambarkan perjalanan seorang anak manusia yang sesungguhnya begitu cemerlang harus memupuskan masa depannya oleh tuduhan, pengucilan, stigmatisasi, dan pengabaian. Di dunia ini, semua yang terjadi pada Adhira bisa terjadi pada siapa saja. Serangan mental/fisik, isolasi, diskriminasi, begitu sering terjadi pada pengidap HIV-AIDS. Orang-orang menganggap penyakit ini adalah hukuman mati yang pantas diderita oleh kaum-kaum homoseksual, PSK, orang dari ras-ras tertentu, para pecandu, dan kaum-kaum marginal lainnya. Stigmatisasi dan perlakukan buruk yang didapatkan para penderita sesungguhnya bisa didapatkan siapa saja. Anak-anak dengan orang tua HIV-AIDS, komunitas LGBT, perempuan, laki-laki, anak-anak, orang tua, petugas kesehatan. Semua bisa mendapatk

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda    Sepucuk Surat

    Meskipun Adhira sudah tiada, dirinya hidup bagi Ervan, bagi pejuang HIV-AIDS lainnya, bagi kaum tersisihkan, kaum LGBT, para pecandu, orang-orang yang terkucilkan oleh stigmatisasi dan diskriminasi.“Klinik VCT/IMS ini didedikasikan oleh seorang sahabat untuk seluruh penderita HIV-AIDS. Klinik ini mencakup pencegahan, pemeriksaan, pengobatan, dan rehabilitasi yang nantinya akan diberikan secara cuma-cuma….”Pria di atas podium mendeklarasikan sambutan pembuka sebelum acara pemotongan pita peresmian dilakukan. Matanya berair saat melihat orang-orang, anak-anak, para lansia yang duduk menunggu dirinya berbicara itu.“Hari ini, demi mengenang sahabat yang telah pergi itu, saya akan menamainya dengan ‘Adhira’,” ucap Ervan menyudai sambutannya.Kediaman Limawan ditata ulang sejak dua tahun lalu. Dengan menggunakan dana hasil penjualan berlian merah, Ervan berhasil membangun sebuah klinik khusus yang bisa melayani penderita HIV-AIDS.Bangunan rumah dijadikan klinik utama. Sementara gudang y

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Jangan Takut, Hira

    “Aku tidak kenal dengan sia-sia,” jawab Ervan tanpa aura.Adhira hendak berdiri, tapi dia tak memiliki kekuatan untuk bangkit. Alih-alih mengelak dari rangkulan Ervan, Adhira menjauhkan tubuhnya ke tepi bangku. “Kamu ini benar-benar keras kepala!” umpat Adhira lemah. “Aku… hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada ini untuk tetap bersamamu.”“Lalu mengapa kamu harus menyerah?”Terlihat wajah Ervan yang merah dan kembali basah oleh air mata.“Karena… aku tidak punya pilihan, Daffin!”Kekuatan Adhira mendadak terenggut dari dirinya, seolah darah yang berkumpul di jantungnya menolak untuk mengalir ke otaknya. Adhira gagal membuat tubuhnya bertahan dengan semua pertanyaan Ervan. Kepalanya kehilangan keseimbangan dan napasnya semakin berat.Dia begitu ingin menghapus kesedihan di wajah Ervan, tapi untuk menyentuhnya saja Adhira sudah tak lagi sanggup.“Sebutkan semua jalan yang kau sudah anjurkan padaku! Aku akan mematuhinya. Aku akan dengan giat menurutinya. Aku rela kamu memakiku, me

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Semua akan sia-sia

    Dari balik pintu ruang rawat yang masih ternganga, Ervan bersandar pada dinding, mendengar setiap pertemuan yang mengharu biru tadi dalam kepiluan. Dia masuk saat sudah berhasil membendung luapan kesedihan yang membanjiri kamar rawat Adhira. “Ervan!” ucap Adhira. “Lihat ulahmu!” Ervan mengambil tempat di samping Adhira. Menggenggam tangannya yang begitu dingin. “Cepat atau lambat Laila akan tahu.” Laila menarik Ervan dan merangkul mereka secara bersamaan. “Aku tidak menyangka Laila jadi secengeng ini. Kamu terlalu memanjakannya, Ervan,” ucap Adhira. “Aku tidak cengeng.” “Terus ini apa? Selimutku sampai basah seperti pengungsi banjir,” tukas Adhira. Laila menyudul perut Adhira karena kesal. “Hei, pelan-pelan, dinding perutku sangat rapuh sekarang.” Laila langsung menghentikan tindakan tadi. Wajahnya kembali muram karena dia sudah tahu bahwa Adhira mengidap penyakit yang belum dapat disembuhkan Ervan. “Aku harus kembali ke sekolah. Masih ada kelas tambahan,” ucap Laila tiba-t

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Dia memanggilku Lili

    Rintik hujan membasahi kaca jendela. Kemelut senja mewarnai langit yang mendung, mengantar bayang-bayang kelabu menuju malam. Seorang gadis memasuki ruang rawat dengan ekspresi sama sendunya dengan cuaca di luar. Adhira masih belum bangun dari tidur panjangnya. Dia baru cuci darah. Butuh prosedur yang rumit bagi pengidap HIV untuk mendapatkan mesin hemodialisa dan Ervan tak menyerah oleh hambatan tersebut. Adhira sempat membaik beberapa hari yang lalu, tapi kemudian, penyakit itu menggerogoti ginjalnya. Kedua tungkai kakinya mulai bengkak dan demamnya tak kunjung reda. Dia juga tak lagi bisa makan makanan biasa. Ervan harus menyuapi makanan yang lunak yang dibencinya itu agar perutnya tak kesakitan. Sesekali Adhira memohon untuk diizinkan makan nasi goreng, tapi Ervan harus melarangnya karena itu akan memperburuk kondisi tubuhnya. “Dokter Ervan, makanannya Laila letakkan di sini ya,” ucap Laila pelan. Dia segan memecah lamunan Ervan yang terlihat sangat serius itu. Ervan menganggu

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Jangan memarahinya

    Ervan duduk memandangi jendela yang basah oleh embun senja. Cuaca mendung mengisi hari yang kelam tersebut. Dia membisu untuk waktu yang sangat panjang. Saat Adhira dilarikan ke rumah sakit, kondisi yang ditemukan jauh dari ekspektasi Ervan. Dia menahannya selama dua bulan di penjara. Obat-obat itu dia telan untuk menghentikan gejala yang muncul. Namun tubuh yang sudah rongsok tersebut tak bisa melakukan sandiwara terus-menerus. Ali masuk dengan hati yang panas. Dia langsung melontarkan kekesalannya pada Ervan. “Baru sehari dia keluar dari penjara dan kamu sudah menggempurnya sampai babak belur. Kamu benar-benar tidak manusiawi, Ervan!” “Bagaimana keadaannya?” “Kamu sendiri tahu dengan jelas. Kenapa bertanya padaku?” “Aku… benar-benar salah.” “Kalian ini, aku tidak tahu harus berkata apa. Kurasa dia juga menginginkannya. Tapi harusnya kamu tahu seperti apa keadaan tubuhnya.” “Kamu benar. Aku tidak seharusnya melakukan ini di saat tubuhnya begitu rentan. Dia menahannya karena ti

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Hadiah Spesial untuk Dokter Elyas

    Ruang sang urolog tiba-tiba diramaikan oleh adanya pajangan heboh yang ditempel di depan pintunya. Perawat berbisik-bisik dan pengunjung yang lewat terkekeh geli.Elyas baru keluar dari ruang operasi dan melirik keramaian yang terjadi di depan ruang konsultasinya.Ali yang tengah melintasi tempat itu berdiri beberapa menit sambil berpikir. Saat Elyas datang dia segera memberi tahu berita baik tersebut, “Kau mendapat hadiah spesial dari seorang pasien.”Elyas mengernyit waspada. Dia tahu Ali bukan orang yang bisa bergurau dengan cara yang baik. Dia pasti hendak mengerjainya dengan sesuatu.Saat dia mencapai depan ruangannya, matanya memelotot. Sebuah bingkai berisi cairan pengawet dengan jaringan lonjong di dalamnya tertempel di pintu ruangan itu. Sebagai ahli urologi yang handal, tentu dia tahu benda apa itu.Sekonyong-konyong dia melepas benda itu dari pintunya. Namun bingkai itu tertempel dengan sangat erat. Dia memukul-mukul kacanya, tapi tak juga berhasil menyingkirkan pajangan it

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Milikmu sangat enak (+18)

    Peringatan: Mengandung adegan seksual eksplisit“Aku tidak kuat lagi, Daffin….”Sekali lagi Adhira memohon tanpa daya. Perutnya sudah menggembung terisi oleh cairan surgawi itu. Napasnya tersengal-sengal.“Kasihanilah pria berginjal tunggal ini.”Menatap air mata yang mengkristal di bola matanya, Ervan pun melakukan pelepasan terakhir. Dia menahan tubuh Adhira di atas tubuhnya dan secara perlahan menyangga Adhira ke dalam pelukannya.Penyatuan intim tadi pun terpisah.Adhira telentang lunglai, meraup udara lembab yang menyelubungi dirinya. Ervan membebaskan tawanannya tanpa melepas rangkulan. Dia mendekap rusa mungil yang gemetaran itu dengan erat, enggan membiarkannya terpapar hawa dingin terlalu lama. Adhira meletakkan kepalanya tepat di kerangka rusuk Ervan, mendengar detak jantung yang masih terpacu cepat.Ervan memeriksa pergelangan tangan Adhira yang merah akibat ikatan tadi. Dia mengelusnya penuh penyesalan sambil menjilatinya dengan segenap kelembutan, “Apakah masih sakit?”A

DMCA.com Protection Status