Share

Aku sudah Terbiasa

Penulis: Evin Hard
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-23 13:44:40

Keduanya melangkah ke tempat tinggal yang pernah ditempatinya pada masa sekolah dulu. Sekarang tempat ini kosong. Ervan sudah memiliki apartemen sendiri dan Renal pindah ke luar kota. Sebelum berangkat, Renal sempat memberikan undangan rapat pada Adhira. Itu yang menjadi alasan Adhira bisa masuk tanpa dicurigai.

Semua benda dan perabot yang ada masih tertata di tempat yang lama. Adhira ingat dia pernah menempati salah satu kamar di bawah itu, lalu dia melihat ke ruang belajar Ervan yang dipenuhi deretan buku itu.

Pada salah satu sisi lemari, Adhira melihat sebuah ukulele berwarna hitam eboni. Benda itu kembali mengantar ingatannya pada masa-masa sekolah dulu. Setiap datang terlambat dia akan membawa alat musik itu dan mulai bernyanyi demi menembus hukumannya.

Adhira terkekeh saat membayangkan seisi kelas harus mendengar nyanyiannya setiap sebelum memulai pelajaran.

“Ukulele ini… kamu yang menyimpannya?”

Ervan mengeluarkan gitar k

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Aku sedih, Kakak

    Malam itu, Lyra kembali dari rapat aliansi dengan rupa lebih semrawut dari benang kusut. Polesan di wajahnya berbaur ke mana-mana. Gaun panjangnya robek, menampilkan tubuh bagian atasnya, tapi sudah tertutupi jaket milik Ingvar. Gerwin pun meminta pelayan membantunya membersihkan diri.Myra diam-diam mengintip dari pintu kamarnya. Dia bisa mendengar suara makian Lyra yang membahana ke seluruh rumah.Dengan enggan Lyra melepaskan Ingvar dari pelukannya. Pelayan berhasil membujuknya ke kamar setelah Gerwin membentaknya dengan keras.“Benar-benar tidak tahu malu! Bersihkan dirimu sekarang!”Di dalam otak Gerwin saat itu adalah, tidak ada putri dari Semias yang memiliki nilai jual lagi. Cepat atau lambat keluarga Refendra akan mencegah Ingvar mendekati Lyra—atau bahkan seluruh keluarga Defras. Tapi Gerwin memiliki enam anak perempuan. Tidakkah di antara mereka ada yang akan dinikahi keluarga Refendra?Baru keesokan harinya Myra tahu k

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Ini Bayimu!

    “Kakak yakin Adhira yang berbuat itu padamu?”Lyra sontak mengangkat kepalanya. Setelah menceritakan kejadian menyakitkan itu, pertanyaan yang justru diajukan Myra adalah keraguannya akan anak biadab itu.“Dia tidur di atas tubuhku. Siapa lagi kalau bukan dia yang melakukannya?”“Mengapa dia mau melakukan ini padamu?”“Mana kutahu,” jawab Lyra dengan kekesalan yang mulai tersulut, “Dia kan sedang mabuk waktu itu. Lagian anak nakal seperti Adhira bisa melakukan tindakan bejat pada siapa pun.”Myra tak menampik pernyataan tadi. Dia sendiri tak begitu kenal dengan orang bernama Adhira selain dari cerita adiknya di tempat fisioterapi.Sejak kejadian naas itu, Myra jadi lebih sering menemani Lyra. Baru dia ketahui bahwa Lyra hamil di bulan kedua. Beritanya cukup membuat keluarga Defras heboh. Mereka memikirkan banyak cara untuk menggugurkan kandungannya. Sementara Lyra sendiri begitu tak

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Lepaskan dia!

    Proses peradilan berjilid-jilid yang akhirnya membebaskan Adhira dari penjara itu semakin membuat Lyra dan Ingvar lebih sering bersiteru. Ingvar yang biasanya selalu bercumbu mesra dengannya jadi orang yang paling sering mengumpat sumpah serapah pada Lyra.Siang itu, setelah melalui persidangan terakhir, Lyra terlihat tengah berbincang dengan Ervan.“Aku sudah membuat pengakuan,” ucap Lyra di luar gedung persidangan. “Kuharap kamu tidak mengangguku lagi.”“Adhira tidak sepatutnya mengalami hal ini kalau sejak awal kamu tidak membuat tuduhan itu,” ucap Ervan.Lyra mengelak dengan nada tinggi, “Hei, waktu itu aku lagi setengah sadar! Lagian siapa suruh dia mabuk dan tertidur di depanku. Siapa lagi yang bisa kusalahkan kalau bukan dia?”Ervan menghela napasnya tak melanjutkan argumen lebih panjang. Dia melihat Adhira sudah masuk ke dalam mobilnya bersama Bunda Safira. Lyra pun hanya melirik

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Kita tidak ditakdirkan bersama

    Senjata api teracung pada Genever. Myra tidak tahu dari mana Lyra bisa mendapatkan benda itu, tapi sepertinya Semias pernah menyimpannya di ruang kerja.“Kubilang lepaskan dia!”Gertakan tadi membuat Genever melepaskan Myra dari cengkeramannya. Myra langsung meluruskan tubuhnya. Meraih apa saja untuk membuatnya jauh dari laki-laki yang hendak menodainya itu.“Oh, ada Lyra rupanya.”Genever mengerling santai pada wanita yang dengan gemetar memegang senjatanya. Genever tak menunjukkan ketakutannya sama sekali. Dia justru melangkah ke arah Lyra.“Jangan coba-coba mendekat!” kecam Lyra lagi.Genever berbalik pada Myra yang masih menggeleng lemah, lalu menyeringai tajam. “Kamu mencurigaiku?”Myra berucap lemah, “Kamu yang membunuh Papaku, Gene!”“Haha… dan kamu percaya dengan kata mereka?” tandas Genever.“Kami sudah tahu niatmu

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Semak Liar

    Di ruang tengah bangunan Lavandula, Myra membeberkan masa lalu yang suram tadi pada Adhira dan Ervan. Wajahnya bersimbah air mata. Dia tak lagi mengelak tentang penikaman yang dilakukannya pada Genever. Tak lagi menyembunyikan hal yang telah dilihat atau diperbuat dengan tubuh cacatnya itu.Adhira mengendus aroma lavender yang sejak awal menyebar di sekeliling mereka sambil bertanya, “Myra, siapa saja yang sudah mengetahui kejadian ini?”“Hanya Lyra yang tahu. Aku tidak tahu apa Flora juga tahu, tapi aku yakin dia pasti sudah menyerangku kalau tahu.”“Di mana kamu menyembunyikan mayatnya?”Myra menggeleng. “Lyra tidak memberitahuku apa-apa.”Dari cerita yang disampaikan Myra, Genever belum sempat mengatakan apa-apa tentang masa lalunya. Bahkan saat Flora menguraikan tentang Genever, mereka masih belum tahu apa sesungguhnya yang telah dia saksikan waktu ayahnya terbunuh di kediaman Limawa

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Tembakanmu Meleset

    Ervan dan Adhira berlari menembus kebun ceri yang mengelilingi sebagian halaman depan kediaman Sadana.Adhira tersengal, “Ervan… tunggu….”Ervan berhenti. Dia melepas genggamannya, sadar sudah menarik tangan Adhira terlalu kencang. Bekas kemerahan tak terlihat dalam remang, tapi Adhira pasti tak akan menghiraukannya kalaupun ada.Karena takut Kuswan mengejar mereka, Ervan pun membawanya bersembunyi di salah satu pohon yang agak besar. Adhira bersandar meraup udara sebanyak yang dia bisa ambil.“Ervan, Kuswan sudah mengetahui penyamaranku.”“Hm.” Ervan mengangguk.Dia menunggu sampai tenaga Adhira terkumpul. Teman yang dulu pernah memikulnya berkeliling lapangan enam puluh putaran itu sekarang bahkan tidak lagi sanggup berlari meninggalkan kediaman rumahnya. Ervan akan membopongnya jika dalam beberapa waktu Adhira masih terlihat belum kuat berlari.Belum sempat keduanya melangkahi pagar

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Kamu Bukan Buronan

    Jahitan sepanjang dua puluh sentimeter mengukir mengikuti luka sayatan di sisi bawah rusuk kirinya, menyatukan lapis demi lapis organ, selaput usus, otot, dan kulit. Adhira mencoba menyentuh bagian itu, tapi tangannya masih belum dapat digerakkan sepenuhnya. Dia terjaga saat efek biusnya berangsur-angsur memudar, digantikan dengan nyeri hebat yang menyengat perutnya. Sekali lagi dia menggerakkan kakinya. Luka sayatan itu seperti kembali dikoyak dan dagingnya digigit. Dalam keadaan setengah tidur, dia memejamkan mata menahan sakit. Ervan tersentak bangun oleh gerakan halus yang dibuat Adhira. “Hira, kamu sudah bangun?” Pandangan kabur tadi perlahan-lahan jernih. Dia bisa melihat wajah Ervan dengan sangat jelas sekarang. Dahinya tergurat tegas. Salah satu tangannya menggenggam Adhira sejak dia masih tertidur. Adhira tersenyum tipis. Dia terus membuat napasnya lebih pelan karena gerakan dada yang terlalu kuat membuat sayata

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Kasihani dirimu sendiri

    Ervan tak lagi dapat mencari keberadaan Adhira setelah Alan Sadana dan Tamara meninggal. Haris mengurungnya dan menempatkan penjaga di setiap sudut rumah.Waktu Renal menemuinya di sana beberapa bulan kemudian, Ervan tengah terbaring di kamar dengan kedua tangan yang penuh dengan luka pukulan.“Om, Renal?”Ervan terbangun dari mimpi buruknya. Kepalanya berdenyut kencang, nyeri menjalari tulang belulangnya.“Di mana Hira?”“Kamu tidak usah mencarinya lagi, Ervan.”Renal menyodorkan setumpuk koran di samping Ervan.“Tidak mungkin. Dia tidak bersalah.”“Dia yang memasang bom di kediaman Refendra. Walau tidak ada korban jiwa, banyak keluarga aliansi yang terluka akibat kejadian itu. Dia juga menembak Teodro, Ervan!”“Itu yang kalian dengar.”“Lantas siapa lagi kalau bukan Adhira? Dia sudah mengincar aliansi sejak lama.”Ervan me

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25

Bab terbaru

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Kenangan yang tersisa

    Perempuan itu menghampiri rumah tua yang tengah direnovasi menjadi bangunan klinik. Di sampingnya seorang pria tua duduk di kursi roda memandang dengan lesu. Sudah bertahun-tahun dia hidup dan tergantung pada putrinya.“Kak Ervan?” Kiara menyapa dengan lembut pada seorang pria yang masih sibuk mengatur susunan keramik di teras depan.“Di mana Kak Adhi?” tanyanya bingung.Ervan tertegun. Keningnya mengernyit. Serbuk besi dingin seolah menyendat paru-parunya. “Kiara, kamu kembali?”“Aku mendapat kiriman surat dari Kak Adhi seminggu lalu. Katanya dia ingin aku mengurus rumah ini.”“Surat?”Kiara menyerahkan amplop berisikan surat yang ditulis tangan oleh Adhira sendiri.Tahun lalu, atas permintaan Adhira, Ervan membawa Kiara ke luar kota dan mengubah identitasnya. Tadinya Kiara tahu ini bertujuan agar dirinya tidak dijatuhi hukuman atas kematian Teodro belasan tahun lalu. Selama setahun itu juga dia hanya menjalankan hidupnya tanpa kabar apa pun dari Adhira.Kiara berpikir Adhira pasti

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Catatan Penulis

    Terima kasih sudah ikut melangkah dan berjuang bersama dalam kisah ‘Dendam dan Rahasia Tuan Muda’. Tadinya judul yang akan dipakai adalah Pita Merah, karena ide awalnya didedikasikan untuk para pejuang HIV-AIDS. Adhira dalam cerita ini menggambarkan perjalanan seorang anak manusia yang sesungguhnya begitu cemerlang harus memupuskan masa depannya oleh tuduhan, pengucilan, stigmatisasi, dan pengabaian. Di dunia ini, semua yang terjadi pada Adhira bisa terjadi pada siapa saja. Serangan mental/fisik, isolasi, diskriminasi, begitu sering terjadi pada pengidap HIV-AIDS. Orang-orang menganggap penyakit ini adalah hukuman mati yang pantas diderita oleh kaum-kaum homoseksual, PSK, orang dari ras-ras tertentu, para pecandu, dan kaum-kaum marginal lainnya. Stigmatisasi dan perlakukan buruk yang didapatkan para penderita sesungguhnya bisa didapatkan siapa saja. Anak-anak dengan orang tua HIV-AIDS, komunitas LGBT, perempuan, laki-laki, anak-anak, orang tua, petugas kesehatan. Semua bisa mendapatk

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda    Sepucuk Surat

    Meskipun Adhira sudah tiada, dirinya hidup bagi Ervan, bagi pejuang HIV-AIDS lainnya, bagi kaum tersisihkan, kaum LGBT, para pecandu, orang-orang yang terkucilkan oleh stigmatisasi dan diskriminasi.“Klinik VCT/IMS ini didedikasikan oleh seorang sahabat untuk seluruh penderita HIV-AIDS. Klinik ini mencakup pencegahan, pemeriksaan, pengobatan, dan rehabilitasi yang nantinya akan diberikan secara cuma-cuma….”Pria di atas podium mendeklarasikan sambutan pembuka sebelum acara pemotongan pita peresmian dilakukan. Matanya berair saat melihat orang-orang, anak-anak, para lansia yang duduk menunggu dirinya berbicara itu.“Hari ini, demi mengenang sahabat yang telah pergi itu, saya akan menamainya dengan ‘Adhira’,” ucap Ervan menyudai sambutannya.Kediaman Limawan ditata ulang sejak dua tahun lalu. Dengan menggunakan dana hasil penjualan berlian merah, Ervan berhasil membangun sebuah klinik khusus yang bisa melayani penderita HIV-AIDS.Bangunan rumah dijadikan klinik utama. Sementara gudang y

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Jangan Takut, Hira

    “Aku tidak kenal dengan sia-sia,” jawab Ervan tanpa aura.Adhira hendak berdiri, tapi dia tak memiliki kekuatan untuk bangkit. Alih-alih mengelak dari rangkulan Ervan, Adhira menjauhkan tubuhnya ke tepi bangku. “Kamu ini benar-benar keras kepala!” umpat Adhira lemah. “Aku… hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada ini untuk tetap bersamamu.”“Lalu mengapa kamu harus menyerah?”Terlihat wajah Ervan yang merah dan kembali basah oleh air mata.“Karena… aku tidak punya pilihan, Daffin!”Kekuatan Adhira mendadak terenggut dari dirinya, seolah darah yang berkumpul di jantungnya menolak untuk mengalir ke otaknya. Adhira gagal membuat tubuhnya bertahan dengan semua pertanyaan Ervan. Kepalanya kehilangan keseimbangan dan napasnya semakin berat.Dia begitu ingin menghapus kesedihan di wajah Ervan, tapi untuk menyentuhnya saja Adhira sudah tak lagi sanggup.“Sebutkan semua jalan yang kau sudah anjurkan padaku! Aku akan mematuhinya. Aku akan dengan giat menurutinya. Aku rela kamu memakiku, me

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Semua akan sia-sia

    Dari balik pintu ruang rawat yang masih ternganga, Ervan bersandar pada dinding, mendengar setiap pertemuan yang mengharu biru tadi dalam kepiluan. Dia masuk saat sudah berhasil membendung luapan kesedihan yang membanjiri kamar rawat Adhira. “Ervan!” ucap Adhira. “Lihat ulahmu!” Ervan mengambil tempat di samping Adhira. Menggenggam tangannya yang begitu dingin. “Cepat atau lambat Laila akan tahu.” Laila menarik Ervan dan merangkul mereka secara bersamaan. “Aku tidak menyangka Laila jadi secengeng ini. Kamu terlalu memanjakannya, Ervan,” ucap Adhira. “Aku tidak cengeng.” “Terus ini apa? Selimutku sampai basah seperti pengungsi banjir,” tukas Adhira. Laila menyudul perut Adhira karena kesal. “Hei, pelan-pelan, dinding perutku sangat rapuh sekarang.” Laila langsung menghentikan tindakan tadi. Wajahnya kembali muram karena dia sudah tahu bahwa Adhira mengidap penyakit yang belum dapat disembuhkan Ervan. “Aku harus kembali ke sekolah. Masih ada kelas tambahan,” ucap Laila tiba-t

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Dia memanggilku Lili

    Rintik hujan membasahi kaca jendela. Kemelut senja mewarnai langit yang mendung, mengantar bayang-bayang kelabu menuju malam. Seorang gadis memasuki ruang rawat dengan ekspresi sama sendunya dengan cuaca di luar. Adhira masih belum bangun dari tidur panjangnya. Dia baru cuci darah. Butuh prosedur yang rumit bagi pengidap HIV untuk mendapatkan mesin hemodialisa dan Ervan tak menyerah oleh hambatan tersebut. Adhira sempat membaik beberapa hari yang lalu, tapi kemudian, penyakit itu menggerogoti ginjalnya. Kedua tungkai kakinya mulai bengkak dan demamnya tak kunjung reda. Dia juga tak lagi bisa makan makanan biasa. Ervan harus menyuapi makanan yang lunak yang dibencinya itu agar perutnya tak kesakitan. Sesekali Adhira memohon untuk diizinkan makan nasi goreng, tapi Ervan harus melarangnya karena itu akan memperburuk kondisi tubuhnya. “Dokter Ervan, makanannya Laila letakkan di sini ya,” ucap Laila pelan. Dia segan memecah lamunan Ervan yang terlihat sangat serius itu. Ervan menganggu

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Jangan memarahinya

    Ervan duduk memandangi jendela yang basah oleh embun senja. Cuaca mendung mengisi hari yang kelam tersebut. Dia membisu untuk waktu yang sangat panjang. Saat Adhira dilarikan ke rumah sakit, kondisi yang ditemukan jauh dari ekspektasi Ervan. Dia menahannya selama dua bulan di penjara. Obat-obat itu dia telan untuk menghentikan gejala yang muncul. Namun tubuh yang sudah rongsok tersebut tak bisa melakukan sandiwara terus-menerus. Ali masuk dengan hati yang panas. Dia langsung melontarkan kekesalannya pada Ervan. “Baru sehari dia keluar dari penjara dan kamu sudah menggempurnya sampai babak belur. Kamu benar-benar tidak manusiawi, Ervan!” “Bagaimana keadaannya?” “Kamu sendiri tahu dengan jelas. Kenapa bertanya padaku?” “Aku… benar-benar salah.” “Kalian ini, aku tidak tahu harus berkata apa. Kurasa dia juga menginginkannya. Tapi harusnya kamu tahu seperti apa keadaan tubuhnya.” “Kamu benar. Aku tidak seharusnya melakukan ini di saat tubuhnya begitu rentan. Dia menahannya karena ti

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Hadiah Spesial untuk Dokter Elyas

    Ruang sang urolog tiba-tiba diramaikan oleh adanya pajangan heboh yang ditempel di depan pintunya. Perawat berbisik-bisik dan pengunjung yang lewat terkekeh geli.Elyas baru keluar dari ruang operasi dan melirik keramaian yang terjadi di depan ruang konsultasinya.Ali yang tengah melintasi tempat itu berdiri beberapa menit sambil berpikir. Saat Elyas datang dia segera memberi tahu berita baik tersebut, “Kau mendapat hadiah spesial dari seorang pasien.”Elyas mengernyit waspada. Dia tahu Ali bukan orang yang bisa bergurau dengan cara yang baik. Dia pasti hendak mengerjainya dengan sesuatu.Saat dia mencapai depan ruangannya, matanya memelotot. Sebuah bingkai berisi cairan pengawet dengan jaringan lonjong di dalamnya tertempel di pintu ruangan itu. Sebagai ahli urologi yang handal, tentu dia tahu benda apa itu.Sekonyong-konyong dia melepas benda itu dari pintunya. Namun bingkai itu tertempel dengan sangat erat. Dia memukul-mukul kacanya, tapi tak juga berhasil menyingkirkan pajangan it

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Milikmu sangat enak (+18)

    Peringatan: Mengandung adegan seksual eksplisit“Aku tidak kuat lagi, Daffin….”Sekali lagi Adhira memohon tanpa daya. Perutnya sudah menggembung terisi oleh cairan surgawi itu. Napasnya tersengal-sengal.“Kasihanilah pria berginjal tunggal ini.”Menatap air mata yang mengkristal di bola matanya, Ervan pun melakukan pelepasan terakhir. Dia menahan tubuh Adhira di atas tubuhnya dan secara perlahan menyangga Adhira ke dalam pelukannya.Penyatuan intim tadi pun terpisah.Adhira telentang lunglai, meraup udara lembab yang menyelubungi dirinya. Ervan membebaskan tawanannya tanpa melepas rangkulan. Dia mendekap rusa mungil yang gemetaran itu dengan erat, enggan membiarkannya terpapar hawa dingin terlalu lama. Adhira meletakkan kepalanya tepat di kerangka rusuk Ervan, mendengar detak jantung yang masih terpacu cepat.Ervan memeriksa pergelangan tangan Adhira yang merah akibat ikatan tadi. Dia mengelusnya penuh penyesalan sambil menjilatinya dengan segenap kelembutan, “Apakah masih sakit?”A

DMCA.com Protection Status