Elin berdiri didepan gerbang Panti Asuhan tempatnya dulu dia dibesarkan, tidak terasa sekarang dia sudah dewasa. Dia masih ingat dulu dia sering bermain dengan teman-temannya yang sekarang bahkan dia sudah tidak tahu kabar dan keberadaan mereka.
Dia berjalan kedalam gerbang dan disambut dengan suasana panti yang indah dan anak panti yang sedang bermain-main dengan temannya. Dia tersenyum bahagia melihat anak-anak yang sedang bermain dengan girangnya, sampai mereka tidak tahu akan kedatangannya saat ini. Dan akhirnya anak perempuan yang rambutnya dikepang dua tidak sengaja menoleh kearah Elin dan langsung menubruk serta memeluk Elin dengan erat."Mbak Elin...." Teriaknya membuat anak yang lain pun ikut menoleh kearah Elin, membuat mereka pun ikut berlarian menghampiri Elin dan langsung memeluk Elin dan memberondong Elin dengan pertanyaan yang membuat Elin tersenyum geli melihatnya. Setelah Elin disalami anak panti satu persatu Elin menanyakan keberadaan bu Wati, dia tidak sabar ingin berjumpa dan menyapa Ibu Wati yang sudah dianggapnya seperti ibu kandung sendiri.
"Ibu kemana?" tanyanya sambil tersenyum melihat anak-anak yang sedang heboh berebutan oleh-oleh yang dibawa Elin.
"di ruang tamu mbak, lagi baca buku kayaknya. langsung masuk aja kedalam" jawab anak lelaki yang sedikit gendut.
"Makasih ya dik, nama kamu siapa? " tanyanya sambil mencubit pelan pipi gembul anak itu. Elin sangat menyukai pipi anak itu, kelihatan menggemaskan.
"Edi mbak" ucapnya girang sambil tersenyum membuat matanya yang cipit jadi semakin cipit membuat Elin terkekeh melihatnya.
"Ooo yaudah mbak kedalam dulu ya, ajak teman-teman kamu yang lain untuk membantu mbak membawa ini semua"
**
Elin memasuki ruang tamu dan langsung menemui Ibu wati yang sedang membaca buku, betul kata anak itu tadi kalau Ibu Wati sedang membaca buku. Elin pun langsung memeluk Ibu Wati dari belakang hingga yang dipeluk pun merasa terkejut dengan tingkahnya itu. Namun bu Wati terkekeh setelah tahu siapa yang memeluknya, dia sangat merindukan Elin dengan segala tingkahnya dan bu Wati juga merindukan pipi chubby anaknya ini. ya ibu Wati sudah menganggap Elin seperti anak kandungnya sendiri begitu juga Elin menganggap Ibu Wati seperti ibu Kandungnya. Maklum saja karena Elin tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang Ibu kandung namun itu tidak membuatnya patah semangat untuk menjalani hidup, meskipun kadang terbersit rasa iri apabila Ia melihat kegiatan antara Ibu dan anak yang sedang bermain di Taman dekat kost-kostan nya."Ibu apa kabar? Ibu sehatkan? Elin sangat rindu Ibu" adunya setelah sesi peluk-pelukan itu selesai dan Ia pun segera menyalimi Ibu panti.
"Ibu sehat nak, kamu juga kan? Udah lama kamu gak singgah kemari Ibu sangat merindukanmu, anak-anak panti juga sangat merindukanmu. Jangan terlalu keras bekerja, ingat untuk istirahat. nanti kalau kamu sakit gimana? Lihat pipi kamu ini sudah semakin tirus saja" Jawab bu Wati tersenyum sambil mengelus surai rambut Elin.
"baguslah jika Ibu sehat, Elin juga sehat kok bu. Ibu tenang aja" jawabnya sambil menikmati elusan tangan bu Wati dikepalanya.
*****Tidak terasa sudah sangat malam, Elin harus pulang karena besok masih bekerja, tidak mungkin Elin tidak bekerja karena Ia takut kena omelan Fani lagi. Elin pun berpamitan dengan Ibu Wati dan dia titip salam ke anak-anak panti, tidak mungkin dia tega membangunkan mereka yang sudah nyenyak tidur.
Jam segini memang masih ada Bus yang membawa Elin pulang kerumahnya namun nanti Elin harus sedikit berjalan kaki menapaki gang kecil karena kost'an Elin masuk gang. Meskipun jalan di gang itu sangat gelap dan sepi Elin tetap harus menjalaninya."Hay cantik mau kemana? " tanya pria yang sedang mabuk, kelihatan dari cara berbicaranya dan botol minuman yang sedang dipegangnya.
Elin sangat takut, Elin berjalan cepat dan menundukkan kepalanya berharap pria itu tidak mengganggu dan menghampiri nya. Namun naas karena pria itu datang menghampiri dan mencolek tangan Elin."Hey Gendut sini main sama abang, gausah sok jual mahal lu. Dasar gendut" Katanya sambil menempeleng kepala Elin.
Elin gemetaran dan sangat ketakutan. Dia gak mau mati mengenaskan seperti ini dia belum balas budi ke Ibu Wati, dia belum nikah. Jangankan nikah, dia belum pernah ciuman sama sekali. Dia gak mau mahkota yang selama ini dia jaga harus hancur karena pria mabuk sialan ini. Elin pun berpikir keras bagaimana caranya menghindar dari pria ini.
"tolong... tolong saya huhuhu" ucapnya sambil menangis, dia tahu teriakannya tadi pasti hanya sia-sia karena disini sangat sepi, gak mungkin ada yang mendengarnya. Orang yang mau lewat dari sini aja jarang karena sangkin gelapnya apalagi di malam hari.Elin menyesal karena tadi Ia memilih jalan yang satu ini, seharusnya tadi Ia memilih jalan yang satunya lagi, tapi karena keinginannya yang ingin cepat sampai rumah dan ingin menikmati kasurnya yang sama sekali tidak empuk, Elin harus mengalami kejadian sialan ini. Elin bertekad Apabila dia besok masih hidup, dia ingin pindah kost saja.
"Hehh diam gendut, lu mau teriak sekeras apa juga gak ada yang dengar. Pasrahin aja dirimu yang gendut itu sebelum kamu saya bunuh" ancamnya dan mulai menggerayangi badan Elin dan merobek bajunya hingga kancing kemejanya pun berhamburan dan memperlihatkan bahu mulus Elin.
"Buk.. Brak.. " Suara pukulan dan hantaman keras terdengar, Elin mendongak kan kepalanya dan melihat siapa malaikat yang sudah menyelamatkan nya itu. Elin melihat pria tinggi dengan punggung yang tegap membelakanginya sambil meninju wajah pria sialan yang mau memperkosa nya tadi. Kini pria itupun mengulurkan tanggannya setelah selesai mengalahkan pria sialan tadi.
Elin hanya memandangi tangan pria tadi dan enggan menempelkan tangannya karena tatapan pria itu sangat tajam dan seperti ogah-ogahan membantu Elin.Setelah berdiri dan membereskan kemejanya, Elin pun membungkukkan badannya berterimakasih kepada pria yang belum Elin ketahui namanya."Terimakasih sudah membantu saya, saya sangat berterimakasih, karena kalau kamu tidak menolong saya, saya tidak tahu mau bagaimana lagi" ucapnya masih sambil terisak karena sisa tangisnya yang tadi.
"Hem" ucap pria itu sambil berlalu
Elin bingung dengan sikap cuek pria yang tak dikenalnya itu, Elin tahu kalau dia adalah pria yang sangat sexy kelihatan dari tubuhnya yang gagah itu. Tapi dia tidak harus seperti itu menanggapi ucapan terimakasihnya. Apa mungkin karena Elin gendut sehingga pria itu enggan berbicara dengan Elin, yah itu wajar sih mana mungkin ada pria yang ingin dekat dengan Elin.
"Hey tunggu, tungguin aku dong. Kamu tega banget sih ninggalin aku ditempat sepi itu, kalau ada orang jahat seperti tadi datang lagi bagaimana? Kan aku takut" ucap Elin dengan cerewetnya. Elin mengikuti pria itu dari belakang dan terus ngoceh karena ingin menghalau rasa takut dan memecahkan keheningan.
"Bruk.. " Suara tubrukan badan Elin dengan tembok, eh bukan tembok ini adalah dada pria itu. Elin sempat terkagum karena kerasnya dada pria itu pasti sangat nyaman apabila ingin bersandar di bahunya. Elin terkekeh geli dengan pikirannya sendiri dan akhirnya dia pun mendongakkan kepalanya keatas ingin melihat bagaimana rupa malaikatnya yang telah menolongnya itu.
Elin membelalakkan mata terkejut melihat siapa pria itu, dia adalah Evan mantannya Elin yang kemarin juga menabrak bahunya ketika Elin bekerja."Kamu" Ucapnya terkejut, dia pun cepat-cepat menyadarkan diri akan keterkejutannya dan memundurkan badannya agar tidak terlalu dekat dengan Evan.
Elin hanya bisa menudukkan kepala dan memilin jarinya gugup karena dipandangi intens oleh Evan. Dia sangat terkejut, dia kira pertemuan mereka kemarin adalah pertemuan terakhir, ternyata Tuhan berkehendak lain dan mempertemukan mereka kembali."Iya aku kenapa? Kamu terkejut hem? Ucap Evan dengan nada bicaranya yang dingin hingga membuat Elin betul-betul ketakutkan, tangannya sudah berkeringat dan dingin seperti tidak dialiri darah. Ia takut karena bisa saja Evan membunuhnya disini dan menuntaskan amarahnya karena dulu Elin lah yang memutuskan Evan.
Penasaran dengan kelanjutan cerita 2E ini gak?
Maafkan apabila kalian masih menemukan typo, maklum kalau amatiran ini adalah karya pertama aku đđ tolong kritik dan saran nya ya, I LOVE YOU
Evan sangat gemas dengan Elin karena sifat cerewetnya, seingat Evan dulu Elin itu pendiam tapi kenapa sekarang Elin sangat cerewet sekali. Evan menghentikan langkahnya tiba tiba sehingga Elin menubruk punggungnya. Evan menelan ludahnya kasar karena Ia dapat merasakan gundukan kenyal yang menempel sebentar dipunggungnya itu, ya cuma sebentar. Evan berdehem menghilangkan pikiran joroknya dan menoleh kebelakang melihat Elin yang sedang menunduk sambil memilin jari tangannya, kenapa Ia menunduk dan kelihatan takut? Semenakutkan itukah seorang Evan?Evan memperhatikan wajah Elin yang samar-samar karena disini suasananya agak gelap, namun Evan masih bisa melihat pipi chubby nya Elin.Tiba-tiba Evan menggeram karena Elin menggigit bibirnya pelan, Evan sangat ingin membantu Elin menggantikan menggigit bibir merahnya itu jika Elin mau."Kenapa kamu menundukkan kepala seperti itu? Aku gak akan membunuhmu. Lagipula aku rugi kalau menghabiskan tenaga dan
"Masuk!!!" tekan Evan kepada Elin, dia masih sangat kesal dengan kejadian di cafe tadi. Bagaimana mungkin ada pria yang mengajak jalan gadis gendut seperti ini "dasar pria bodoh" dumelnya dalam hati."Terimakasih" ucap Elin gugup, dia sangat gugup melihat wajah Evan yang ketat seperti lagi sesak pup. "Sepertinya dia lagi ada masalah" batin Elin."cihhh.. Ternyata ada juga pria yang mau mengajak kamu jalan" kata Evan dengan raut sinis dan dengan suara ngegas seperti mengajak berantam."iya ada, kamu kan?" tanya Elin polos.Evan sangat terkejut dengan pertanyaan Elin barusan, sebenarnya itu bukan pertanyaan. Tapi itu adalah pernyataan.Evan ingin menyangkal karena harga dirinya yang tinggi, tapi dia diam saja.Evan menghidupkan musik dan lanjut fokus menyetir, dia lagi malas berdebat dengan Elin, ya meskipun melihat wajah kesal Elin adalah kesenangan tersendiri bagi Evan, tapi kali ini enggak dulu.
Elin berjalan dengan menundukkan kepala masuk kedalam hotel, Elin tidak percaya diri untuk bertemu dengan teman-temannya. ya meskipun sebenarnya Elin sangat ingin beramah tamah dengan mereka. Tapi mengingat dulu semasa SMA nya dia tidak pernah dianggap bahkan menjadi bahan cemoohan yasudah dia diam saja."Hey lihat itu, bukankah dia si gendut Elin? Hahaha" seru seorang wanita heboh sehingga mengundang tatapan orang-orang kepadanya."Datang juga kamu gendut, ternyata kamu memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi juga ya" ucap wanita satunya lagi.Elin sangat malu, tapi dia tidak bisa kabur takutnya nanti akan menambah cemoohan orang kepadanya.Elin hanya bisa tersenyum menutupi sakit hatinya, namun dia sudah terbiasa mendapat perlakuan yang seperti ini, bahkan yang lebih menyakitkan daripada ini sudah pernah dia alami, jadi ini belum seberapa batinnya."Tapi sepertinya dia makin kurus, bukankah sep
Badan Elin bergelinjang geli karena sapuan tangan Evan mulai dari lehernya, turun semakin turun hingga sampai ke pinggang nya.Tiba-tiba tangan Evan mencengkram keras pinggang Elin hingga Elin berteriak keras.Bibir Evan yang mula nya bermain diatas bibir Elin, kini juga ikut turun semakin ke bawah.Hingga badan Elin pun meliuk-liuk karena merasakan sesuatu yang baru pertama kali Ia rasakan. Rasa geli dan nikmat bersamaan hingga Elin pun hanya bisa menggigit bibir nya tanpa berani menolak perlakuan Evan.tangan Evan pun mulai nakal menjelajahi tubuh Elin mulai dari pinggang Elin dan makin turun ke paha, lalu naik lagi ke atas. Dengan pelan tangan Evan membuka paha yang dijepit erat oleh Elin.Evan tersenyum melihat pemandangan yang sangat indah dimatanya. dengan nakal jari tengah Evan mulai mengelus-elus inti Elin, mencubit pelan klitoris nya, dan dengan tiba-tiba jari tengah Evan telah memasuki lubang itu. hingga Elin pun t
"Dahhhh... Elin pulang dulu ya mbak" izin Elin kepada Fani, dan dibalas hanya dengan anggukan saja.Elin yang melihat itu pun hanya bisa tersenyum saja, dia sudah terbiasa dengan sikap dan sifat senior nya itu. Tapi meskipun begitu Elin tidak ada sedikit pun menyimpan rasa dongkol dihatinya.Elin hanya berpikir "setiap orang pasti memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada yang kelihatan ramah, tapi didalam hatinya ada rasa iri dengki. dan ada juga yang kelihatan cuek, judes, tidak ramah namun bila kita dekat dengan nya, ternyata dia orang yang humble".Jadi dia berpikir mbak Fani ada didalam opsi kedua.Elin tidak mau asal nge-judge orang, justru dia ingin lebih dekat dengan mbak Fani, siapa tau dia bisa menambah circle pertemanan nya.Dari dulu Elin itu selalu kesepian, oleh karena itu dia tidak mau membuat drama dalam hidup nya, sehingga akan mempersempit niat orang untuk berteman dengan nya.Elin tidak ingin merasakan kesepian lagi.Setelah El
"awas jatohhhh" Sindir Doni karena melihat Elin yang sudah melepas pelukan nya.Elin yang mendengar itu pun merasa tersindir lalu melingkarkan lagi tangan nya ke pinggang Doni.Doni yang melihat itu pun tersenyum senang, lalu menaikkan laju sepeda motor nya agar mereka cepat sampai ke tempat makan yang mereka tuju.Apalagi Doni sudah sangat yakin kalau saat ini Elin sudah kelaparan sekali, Doni sangat mengenal bagaimana Elin.Doni tau kalau Elin itu sangat cinta sama yang namanya makanan, apalagi makan pedas dan berkuas seperti Bakso, seblak dan sebagai nya.Setelah sampai di tempat tujuan, Doni pun mencari-cari tempat duduk yang kosong. Tempat makan ini tergolong sangat ramai pelanggan, karena tempat makan ini sempat viral di tiktok.Setelah mereka menemukan tempat duduk, mereka pun melihat-lihat menu makanan nya."Kamu pesan apa?" tanya DoniElin yang mendengar
"Saya adalah masa depan kamu" ucap Mario dengan Jenaka.Elin yang tadi sabar menunggu jawaban dari mas-mas ganteng yang di depan nya pun merasa kena prank."Yeeee.. Apaan sih tuan. !" balas Elin dengan bibir yang sedikit manyun."Saya itu satu sekolah kamu dulu pas SMA, masa sih kamu tidak mengingat saya padahal saya adalah salah satu most wanted di sekolah kita dulu" kata Mario"Hahah mungkin karena tuan terlalu ganteng, jadi saya gak kepikiran kalau saya pernah satu sekolah sama cowok seganteng tuan". Ngeles ElinMario yang mendengar itupun tersenyum tipis.Setelah percakapan tadi mereka pun melanjutkan makan, tapi Mario sedikit bingung karena melihat Elin yang hanya makan sedikit."Elin kamu sakit?" tanya Mario bingung."Hah? Enggak kok tuan""Jadi kenapa kamu makannya sedikit sekali?" tanya Mario kurang senang."ohh.. Saya cuma saya lagi diet aja tuan" jawab Elin santai."Jujur saya tidak se
Elin berdecak kagum melihat kemewahan yang ada di depan nya, Lampu yang gemerlap-gemerlip, dan ada banyak orang memakai pakaian yang kelihatan nya mahal disekitar sana "Orang kaya emang beda" gumam Elin pelan Mulutnya masih menganga tapi langsung ditutup oleh Mario, Ia menekukkan tangan nya ke pinggang, mengkode Elin agar menggandeng tangannya.Elin yang melihat itu berbisik kepada Mario "Kamu mau digandeng ya?" Mario pun mengangguk setelah mendengar bisikan Elin, Elin yang melihat itu pun segera Mangaitkan tangannya, lalu mulai memasuki tempat berlangsung nya acara "Orang kaya emang beda ya?" kata Elin lagi seolah-olah bertanya kepada Mario "Nanti kamu juga kaya kalau sudah nikah sama saya" Elin yang mendengar itu pun tertawa pelan, Ia mengira Mario lagi ingin melawak "Apaan sih pak".. Katanya memukul bahu Mario gemas sambil terkikik geliElin emang tidak bisa yang namanya digombali sama pria tampan Mario yang me
"Kalau kamu tidak mau pakai cara halus, terpaksa saya harus pakai cara kasar" kata Evan sambil menarik Elin lagi ke kasur dan mendorong nya.Evan melihat Elin yang terbaring sambil menatapnya dengan penuh kewaspadaan.Evan ingin naik ke atas ranjang dan mendekati Elin lagi,namun Elin langsung menaikkan tangannya menyuruh agar Evan tidak mendekat"Tunggu" Kata Elin"Apa keuntungan kalau aku mau menikah dengan kamu?" Kata Elin"Kamu ingin apa?""Keinginan aku banyak, karena itu aku nanyain kamu. Kalau gak ngapain nanya" sungut Elin sebal"Kamu boleh memikirkan nya dahulu. Kamu ingin apa kalau begitu" tawar Evan"Oke, terus apa cara kasar yang kamu bilang tadi?" tanya Elin sambil memperbaiki posisinya yang tadi setengah rebahan menjadi duduk di pinggir ranjang"Kamu akan saya pecat dari cafe saya" Kata Evan sambil duduk disamping Elin"Kalau begitu, pecat saja" Balas Elin berani dengan sedikit mengelu
"Kamu pikir apa lagi?" Kata Evan sambil maju mendekat ke arah ElinElin yang melihat itu pun mundur selangkah demi selangkah mengikuti langkah Evan yang selangkah demi selangkah mendekati nya"Jangan macam-macam ya kamu" kata Elin mengeluarkan raut garang nya namun masih terlihat jelas kalau dia lagi ketakutan."Kamu pikir apa yang akan terjadi jika sepasang laki-laki dan perempuan dewasa berduaan didalam kamar yang tertutup hah?" Kata Evan masih menyudutkan ElinElin yang tidak sadar kalau dibelakang nya ada ranjang pun oleng dan tidak bisa menyeimbangkan badan nya sehingga Ia menarik kerah kemeja Evan dengan keras sehingga Evan pun ikut terjatuh ke atas ranjangMereka yang terjatuh bersamaan di ranjang pun hanya terdiam sambil melihat satu sama lain, yang terdengar di telinga mereka hanya suara deruan nafas mereka satu sama lain yang terdengar sedikit lebih memburu dari biasanya.Seolah-olah waktu terhenti begitu saja, suasana
"puasin aku sekarang juga" kata Mario sambil menunjukkan senyum menggoda nya. "Hentikan senyum menggoda mu itu, aku tidak tertarik sama sekali" kata Elin "Sedang berusaha melainkan pembahasan hem?" kata Mario dengan senyum menggoda nya lagi. "Enggak tuh, cuma kamu kebiasaan senyum kayak gitu, kamu kira aku tergoda?" "Emang enggak tergoda?" Tanya Mario "Dulu sih iya, sekarang enggak lagi. Udah enek" kata Elin mengejek Mario "oh oke... Jadi bagaimana? " tanya Mario lagi "Apa nya yang bagaimana? " tanya Elin "Puasin aku sekarang" tembak Mario langsung Elin yang mendengar itu pun kicep. Dia baru ingat kalau dirinya menjanjikan sebuah balasan tanda terimakasih nya kepada Mario. "Tidak ada cara yang lain?" tawar Elin "Ada! kamu jadi pacar sungguhan saya" "Aishhh.. Bisa juga kamu bercanda ya" kata Elin sambil tertawa pelan, Dia mengira kalau perkataan Mario hanya se
"Namanya Elin" kata Evan dengan lantang. Evan juga gak tahu kenapa dia bisa nyebutin nama itu si cewek gendut, cuma terlintas aja gitu namanya Elin di pikiran dia. "Elin?" Beo Mommy nya Dita. "Mommy kenal?" Tanya Daddy nya Evan ke istri nya. "Ah enggak" sangkal Mommy nya, entah kenapa nama ini kedengaran familiar di telinga nya, tapi Dita mengabaikan nya aja. "mungkin perasaanku aja" pikir Dita "Kerja dimana?" Tanya Oma nya langsung ke Evan. "Dia karyawan di cafe yang Evan punya oma" "Ohhh.. Perkenalkan dia ke keluarga ini besok!" Ultimatum oma nya Evan yang mendengarkan itu pun langsung bingung, gak mungkin dia membawa Elin besok kerumah mereka sedangkan dia dan Elin bermusuhan. "Ehhh.. Kok langsung gitu sih oma, Elin kan belum ada persiapan. Bagaimana kalau setelah Evan rundingin dulu sama Elin?" Elak Evan sambil menunjukkan mimik membujuk oma nya agar meralat ultimatum nya itu. Oma nya yang menden
Elin melepas ciuman mereka dengan paksa dan meraup oksigen sebanyak-banyak nya, lalu setelah Ia merasa pasokan udara nya sudah cukup terisi, Ia kembali melumat bibir Mario dengan ganas dan menggoda Mario kembali tanda meminta ciuman mereka yang tadi dilanjutkan kembali. Mario yang kembali tersadar akan kesalahan yang telah mereka lalukan pun melepas ciuman dengan paksa, Elin yang melihat itu pun merasa kehilangan lalu kembali menarik belakang leher Mario meminta untuk ciuman mereka jangan dilepas. Mario pun melepaskan dengan pelan tangan Elin yang mengait di belakang leher nya, lalu berdiri menghindari ranjang dan mengusap wajah nya frustasi karena merasa bersalah telah memanfaatkan keadaan Elin yang lagi dalam pengaruh obat perangsang "Mmmmpphhh.... " desah Elin tiba-tiba Mario yang mendengar desahan Elin pun menoleh ke ranjang, dan mendapati Elin yang lagi mengulum jari nya dan meremas dada nya.Mario yang melihat itupun mencari ide agar El
Elin berdecak kagum melihat kemewahan yang ada di depan nya, Lampu yang gemerlap-gemerlip, dan ada banyak orang memakai pakaian yang kelihatan nya mahal disekitar sana "Orang kaya emang beda" gumam Elin pelan Mulutnya masih menganga tapi langsung ditutup oleh Mario, Ia menekukkan tangan nya ke pinggang, mengkode Elin agar menggandeng tangannya.Elin yang melihat itu berbisik kepada Mario "Kamu mau digandeng ya?" Mario pun mengangguk setelah mendengar bisikan Elin, Elin yang melihat itu pun segera Mangaitkan tangannya, lalu mulai memasuki tempat berlangsung nya acara "Orang kaya emang beda ya?" kata Elin lagi seolah-olah bertanya kepada Mario "Nanti kamu juga kaya kalau sudah nikah sama saya" Elin yang mendengar itu pun tertawa pelan, Ia mengira Mario lagi ingin melawak "Apaan sih pak".. Katanya memukul bahu Mario gemas sambil terkikik geliElin emang tidak bisa yang namanya digombali sama pria tampan Mario yang me
"Saya adalah masa depan kamu" ucap Mario dengan Jenaka.Elin yang tadi sabar menunggu jawaban dari mas-mas ganteng yang di depan nya pun merasa kena prank."Yeeee.. Apaan sih tuan. !" balas Elin dengan bibir yang sedikit manyun."Saya itu satu sekolah kamu dulu pas SMA, masa sih kamu tidak mengingat saya padahal saya adalah salah satu most wanted di sekolah kita dulu" kata Mario"Hahah mungkin karena tuan terlalu ganteng, jadi saya gak kepikiran kalau saya pernah satu sekolah sama cowok seganteng tuan". Ngeles ElinMario yang mendengar itupun tersenyum tipis.Setelah percakapan tadi mereka pun melanjutkan makan, tapi Mario sedikit bingung karena melihat Elin yang hanya makan sedikit."Elin kamu sakit?" tanya Mario bingung."Hah? Enggak kok tuan""Jadi kenapa kamu makannya sedikit sekali?" tanya Mario kurang senang."ohh.. Saya cuma saya lagi diet aja tuan" jawab Elin santai."Jujur saya tidak se
"awas jatohhhh" Sindir Doni karena melihat Elin yang sudah melepas pelukan nya.Elin yang mendengar itu pun merasa tersindir lalu melingkarkan lagi tangan nya ke pinggang Doni.Doni yang melihat itu pun tersenyum senang, lalu menaikkan laju sepeda motor nya agar mereka cepat sampai ke tempat makan yang mereka tuju.Apalagi Doni sudah sangat yakin kalau saat ini Elin sudah kelaparan sekali, Doni sangat mengenal bagaimana Elin.Doni tau kalau Elin itu sangat cinta sama yang namanya makanan, apalagi makan pedas dan berkuas seperti Bakso, seblak dan sebagai nya.Setelah sampai di tempat tujuan, Doni pun mencari-cari tempat duduk yang kosong. Tempat makan ini tergolong sangat ramai pelanggan, karena tempat makan ini sempat viral di tiktok.Setelah mereka menemukan tempat duduk, mereka pun melihat-lihat menu makanan nya."Kamu pesan apa?" tanya DoniElin yang mendengar
"Dahhhh... Elin pulang dulu ya mbak" izin Elin kepada Fani, dan dibalas hanya dengan anggukan saja.Elin yang melihat itu pun hanya bisa tersenyum saja, dia sudah terbiasa dengan sikap dan sifat senior nya itu. Tapi meskipun begitu Elin tidak ada sedikit pun menyimpan rasa dongkol dihatinya.Elin hanya berpikir "setiap orang pasti memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada yang kelihatan ramah, tapi didalam hatinya ada rasa iri dengki. dan ada juga yang kelihatan cuek, judes, tidak ramah namun bila kita dekat dengan nya, ternyata dia orang yang humble".Jadi dia berpikir mbak Fani ada didalam opsi kedua.Elin tidak mau asal nge-judge orang, justru dia ingin lebih dekat dengan mbak Fani, siapa tau dia bisa menambah circle pertemanan nya.Dari dulu Elin itu selalu kesepian, oleh karena itu dia tidak mau membuat drama dalam hidup nya, sehingga akan mempersempit niat orang untuk berteman dengan nya.Elin tidak ingin merasakan kesepian lagi.Setelah El