Elin berjalan dengan menundukkan kepala masuk kedalam hotel, Elin tidak percaya diri untuk bertemu dengan teman-temannya. ya meskipun sebenarnya Elin sangat ingin beramah tamah dengan mereka. Tapi mengingat dulu semasa SMA nya dia tidak pernah dianggap bahkan menjadi bahan cemoohan yasudah dia diam saja.
"Hey lihat itu, bukankah dia si gendut Elin? Hahaha" seru seorang wanita heboh sehingga mengundang tatapan orang-orang kepadanya.
"Datang juga kamu gendut, ternyata kamu memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi juga ya" ucap wanita satunya lagi.
Elin sangat malu, tapi dia tidak bisa kabur takutnya nanti akan menambah cemoohan orang kepadanya.
Elin hanya bisa tersenyum menutupi sakit hatinya, namun dia sudah terbiasa mendapat perlakuan yang seperti ini, bahkan yang lebih menyakitkan daripada ini sudah pernah dia alami, jadi ini belum seberapa batinnya."Tapi sepertinya dia makin kurus, bukankah seperti itu?" ucap pria tinggi sambil menghampirinya dengan tatapan mesum.
Elin memundurkan kakinya satu langkah, Elin takut dengan tatapan pria itu yang seolah-olah ingin mengulitinya.
"Jangan sok jual mahal Elin, seharusnya kamu beruntung diperhatikan pria tampan seperti aku" kata pria itu sambil mendekat dan mengelus-elus punggungnya yang terbuka.
Elin tidak mengelak diperlakukan seperti itu, Ia tidak ingin dianggap lemah lagi oleh orang banyak.
"woww.. Kamu cukup berani memakai pakaian terbuka seperti ini. Sudah berapa banyak pria yang mencicipi tubuhmu hah?" tanyanya sehingga mengundang tawa teman-temannya.
"Akh.. Sepertinya dia sekarang berprofesi menjadi pelacur untuk mendapatkan uang, dia kan Yatim Piatu" ucap wanita tadi lagi.
Sakit!!! Elin sangat hati mendengar dan menerima perlakuan temannya, dia tidak ingin disamakan dengan pelacur. Elin berani datang dan berpenampilan seperti ini karena dia beranggapan dia tidak akan menerima penolakan lagi karena umur mereka telah dewasa. Ternyata masih sama saja.
"Hey.. Bukankah dia tidak diundang? Kenapa dia bisa datang? Merusak pemandangan saja" tanya Veny satu kelasnya dengan nada sinis.
Teman-temannya memandang satu sama lain mencari tahu siapa yang mengundang Elin.
"Jawab!!!" Sentak Veny sambil menjambak rambut Elin.
Elin tetap diam, dan menunduk diperlakukan seperti itu oleh Veny, dia tidak ingin memberitahu kalau Evan lah yang mengundangnya. Dia tidak ingin menambah masalah lagi, jika teman-temannya tahu kalau dia diundang oleh Most Wanted semasa SMA nya, dia bisa gawat.
"Kamu tidak bisa mendengar ya" Teriak Veny sambil menuangkan wine ke atas kepala Elin sehingga Wine itu membasahi tubuhnya.
Veny sangat kesal karena ada orang miskin yang datang ke acara reuni mereka, Veny sangat anti dengan hal-hal yang berbau kemiskinan. Dia sangat Arrogant.
Sedangkan teman-temannya yang melihat Elin diguyur wine seperti itu tertawa terbahak-bahak, seolah-olah Elin adalah sebuah lelucon bagi mereka.
Elin melirik sekitar dengan ekor matanya dan melihat Evan yang juga ikut menartawainya.Elin sangat kecewa dan sakit hati, Elin kira dia akan mendapat pembelaan dari Evan tapi ternyata tidak, kini Elin tahu kenapa Evan tiba-tiba datang dan memberi undangan reuni kepadanya. Ternyata dia ingin balas dendam dan melihat Elin diperlakukan seperti ini.Elin sakit hati, Elin benci dengan Evan.Kini Elin berlari dengan kencang keluar dari hotel itu, dia tidak menghiraukan tawa teman-teman yang meledeknya karena dia kabur. dia merasa tidak akan pernah pantas berada disana sampai kapanpun tidak pantas.Sedangkan itu Evan yang masih duduk dengan teman-temannya merasakan khawatir dengan Elin, tadi dia bisa menertawakan Elin karena dia merasa dia sudah balas dendam dengan Elin, tapi dia tidak puas. Justru Evan merasa nyeri di ulu hatinya melihat itu semua.
Dia emosi melihat tatapan pria yang seolah-olah ingin menerkam Elin, dia emosi saat Alex mengelus punggung Elin, dia Emosi melihat Veny yang menjambak rambut Elin, dia emosi kalau Elin diguyur wine, dia Emosi akan semua itu!!!.Evan pun permisi dengan teman-temannya dengan alasan ingin ke toilet, meskipun sebenarnya Evan ingin pergi keluar untuk memeriksa keadaan Elin.
"Elin!!!" Sentak Evan yang melihat Elin yang sedang duduk dan menangis tersedu-sedu di basement hotel.
"Kenapa kamu memakai gaun seperti ini hah? Tidak kah kamu ingat kalau minggu lalu aku memperingatimu agar memakai gaun yang sopan. Sekarang kamu lihatkan, kamu ditertawai seperti itu oleh orang-orang. Apakah kamu emang niat menjual tubuh gendut mu itu hah? Tidak akan laku!!!" Hina Evan dengan kejamnya, seolah-olah tidak mengerti keadaan Elin.
"Plakkkk..." Elin berdiri dengan cepat dan menampar pipi Evan yang menghina dia,Elin kecewa dengan perkataan Evan barusan yang membenarkan hinaan temannya yang mengatakan bahwa Elin itu adalah pelacur.
"Jangan mengucapkan kata-kata itu lagi kepadaku" kata Elin sambil berlalu.
Namun Evan justru mencekal tangan Elin dengan keras, Elin memberontak dan berusaha melepas cekalan Evan, Tapi Evan menarik tubuh Elin sehingga tubuh gendut Elin menubruk dada Evan lagi.Evan merasakan itu, merasakan gundukan itu lagi. Seketika Fokus Evan hilang, justru matanya dengan nakal menelusuri bibir Elin yang dipoles dengan lipstik berwarna Nude, matanya semakin turun dan melihat gundukan itu, Evan sangat ingin menenggelamkan kepalanya disana dan mencium aroma kesukaannya. Tangan Evan memegang Pinggang Elin, menelusuri lekukan pinggangnya hingga tangannya sampai ke bokong Elin dan tangan Evan meremasnya dengan cukup kuat.
"Ahhh.." teriak Elin pelan karena terkejut, tapi Evan merasa bahwa itu itu adalah desahan Elin.
Mata Evan menelusuri wajah Elin dengan senyum jenaka, menganggap dirinya sangat lihai membuat Elin mendesah padahal tidak.
Evan menundukkan kepalanya cepat dan mengecup bibir Elin, menempelkannya tapi Elin tidak kunjung membuka bibirnya sehingga membuat Evan gemas.
"Buka mulutmu, jangan sok jual mahal. Padahal kamu baru saja mendesah" Ucap Evan dengan kepercayaan dirinya itu.
"Dasar cowok bangsat" Teriak Elin marah, setelah Evan menertawainya, ternyata dia juga melecehkannya. Elin merasa harga dirinya sudah tidak ada lagi dimata pria ini. Kenapa dia sangat jahat sekali, apakah karena Elin memutuskannya, dia jadi mendapat perlakuan tidak adil seperti ini. Elin menangis lagi.
Evan yang melihat Elin menangis lagi gelagapan tidak tahu kenapa gadis ini bisa menangis lagi, dia ingin membujuk Elin. Tapi harga dirinya sangat tinggi.
"Dasar ratu drama" Cemooh nya lagi.
Elin yang mendengar itu mendongakkan kepalanya dan melihat Evan dengan sorot kebencian yang sangat-sangat besar.
"Kauu.." belum selesai Elin berbicara, Evan sudah lebih dahulu mendorong Elin ke tembok dan dengan cepat bibir Evan menyambar bibir Elin, mencecap rasa manis yang sudah lama ia rindukan, menghirup dengan rakus aroma strawberry yang menguar dari mulut Elin.
"Tuhannn..aku tidak ingin menghentikan kenikmatan ini" batin Evan. Dia masih mencicip dan mengulum-ulum bibir kesukaannya dengan gemas. Dia mengobrak-abrik mulut Elin dengan lidahnya, meskipun dia sudah melihat nafas Elin tersengal-sengal dan Elin juga memukul-mukul dadanya minta ciuman ini dihentikan, tapi Evan tidak ingin menghentikannya, Evan belum puas.
Setelah cukup puas, Evan melepas ciuman mereka. Evan bisa melihat liurnya dan liur Elin yang tumpah karena sangkin panasnya ciuman mereka itu."Aku sangat suka bibirmu sayang, juga sangat suka dadamu" kata Evan sambil meremas pelan dada Elin.
"Dasar brengsek!!!" teriak Elin didepan muka Evan.
"Diam atau kau akan terima ganjarannya" bentak Evan karena mendengar suara Elin yang naik oktaf.
"Aku membencimu Evan, aku membencimu" lirih Elin pelan sambil berlalu dari hadapan Evan.
Tadi sebelum Evan datang ke basement, Elin sudah lebih dulu mendial nomor Doni, "dan sekarang sepertinya mas Doni sudah sampai di depan" batinnya.Sedangkan itu, Evan yang mendengar perkataan Elin merasa hatinya seperti tersentil dengan keras.
Entah kenapa Evan tidak senang mendengar Elin yang membencinya.Evan pun mengejar Elin dan ingin menanyakan benci bagaimana yang dimaksud Elin.
"Tidak, gadis itu tidak boleh membenciku sebelum dendamku terbalaskan" dumelnya dalam hati.
Evan yang berlari pun menemukan Elin bersama dengan pria yang kemarin dia lihat di cafe tempat Elin bekerja. Evan yang melihat itu pun merasa tidak senang, dia heran dengan dirinya sendiri. Kenapa dia harus takut disaingi dengan pria miskin itu.
Tapi sebelum Evan menghampiri mereka dan menarik Elin agar tidak berdekatan dengan pria lain. Ternyata motor butut pria itu lebih dulu melaju.
Dia kalah cepat!"Apa-apaan pria itu, dan sepertinya emang betul kalau Elin adalah pelacur. Ngapain dia nempelin dadanya ke punggung pria itu dan memeluknya erat sekali" dumelnya dalam hati.
Evan marah, dia marah sekali. Dia ingin memecahkan apapun yang ada didepan matanya.
"Aku butuh pelampiasan" ucapnya sambil berlalu ke basement dan masuk kemobilnya. Ia ingin pulang dan mandi dan mengguyur kepalanya dengan air dingin, dia ingin meredam emosinya yang melihat Elin memeluk pria lain selain dirinya.
*****
Setelah sampai apartemennya Evan langsung masuk kamar mandi dan menghidupkan shower.
Evan pun membayangkan lagi Elin yang sedang bersama pria lain."Pranggg..." Pukul Evan ke kaca kamar mandinya dengan keras, tangan Evan sudah berlumuran darah, tapi dia tidak perduli. Yang dipikirannya adalah Elin sedang bersama pria lain dan dengar kurang ajarnya Elin saat itu lagi menggunakan gaun yang sangat mini.
Mengingat gaun yang dipakai Elin, Evan tersenyum campur marah. Evan tersenyum karena mengingat lekukan tubuh Elin yang tidak dia suka namun ajaibnya bisa membuatnya horny, Evan membayangkan mulai dari dadanya Elin, pinggangnya, pahanya. Argghhh membuat adiknya bangun saja.
Tapi mengingat itu, Evan kembali emosi lagi. Bagaimana bisa dada gadisnya menempel dengan erat ke punggung pria lain. Dia sangat iri dengan semua itu, dan segera ingatkan Evan untuk membeli motor saja agar punggungnya pun bisa ditempeli dada Elin, dan juga tangan Elin pun bisa melingkar erat di pinggangnya saat Elin memeluknya nanti.Membayangkan itu membuat bibir Evan tertarik sedikit keatas, dan dia merasa diperutnya seperti ada kupu-kupu yang terbang."Akhhh.. Adik kecilku bangun lagi hanya karena membayangkan itu saja" batin Evan.
Badan Elin bergelinjang geli karena sapuan tangan Evan mulai dari lehernya, turun semakin turun hingga sampai ke pinggang nya.Tiba-tiba tangan Evan mencengkram keras pinggang Elin hingga Elin berteriak keras.Bibir Evan yang mula nya bermain diatas bibir Elin, kini juga ikut turun semakin ke bawah.Hingga badan Elin pun meliuk-liuk karena merasakan sesuatu yang baru pertama kali Ia rasakan. Rasa geli dan nikmat bersamaan hingga Elin pun hanya bisa menggigit bibir nya tanpa berani menolak perlakuan Evan.tangan Evan pun mulai nakal menjelajahi tubuh Elin mulai dari pinggang Elin dan makin turun ke paha, lalu naik lagi ke atas. Dengan pelan tangan Evan membuka paha yang dijepit erat oleh Elin.Evan tersenyum melihat pemandangan yang sangat indah dimatanya. dengan nakal jari tengah Evan mulai mengelus-elus inti Elin, mencubit pelan klitoris nya, dan dengan tiba-tiba jari tengah Evan telah memasuki lubang itu. hingga Elin pun t
"Dahhhh... Elin pulang dulu ya mbak" izin Elin kepada Fani, dan dibalas hanya dengan anggukan saja.Elin yang melihat itu pun hanya bisa tersenyum saja, dia sudah terbiasa dengan sikap dan sifat senior nya itu. Tapi meskipun begitu Elin tidak ada sedikit pun menyimpan rasa dongkol dihatinya.Elin hanya berpikir "setiap orang pasti memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada yang kelihatan ramah, tapi didalam hatinya ada rasa iri dengki. dan ada juga yang kelihatan cuek, judes, tidak ramah namun bila kita dekat dengan nya, ternyata dia orang yang humble".Jadi dia berpikir mbak Fani ada didalam opsi kedua.Elin tidak mau asal nge-judge orang, justru dia ingin lebih dekat dengan mbak Fani, siapa tau dia bisa menambah circle pertemanan nya.Dari dulu Elin itu selalu kesepian, oleh karena itu dia tidak mau membuat drama dalam hidup nya, sehingga akan mempersempit niat orang untuk berteman dengan nya.Elin tidak ingin merasakan kesepian lagi.Setelah El
"awas jatohhhh" Sindir Doni karena melihat Elin yang sudah melepas pelukan nya.Elin yang mendengar itu pun merasa tersindir lalu melingkarkan lagi tangan nya ke pinggang Doni.Doni yang melihat itu pun tersenyum senang, lalu menaikkan laju sepeda motor nya agar mereka cepat sampai ke tempat makan yang mereka tuju.Apalagi Doni sudah sangat yakin kalau saat ini Elin sudah kelaparan sekali, Doni sangat mengenal bagaimana Elin.Doni tau kalau Elin itu sangat cinta sama yang namanya makanan, apalagi makan pedas dan berkuas seperti Bakso, seblak dan sebagai nya.Setelah sampai di tempat tujuan, Doni pun mencari-cari tempat duduk yang kosong. Tempat makan ini tergolong sangat ramai pelanggan, karena tempat makan ini sempat viral di tiktok.Setelah mereka menemukan tempat duduk, mereka pun melihat-lihat menu makanan nya."Kamu pesan apa?" tanya DoniElin yang mendengar
"Saya adalah masa depan kamu" ucap Mario dengan Jenaka.Elin yang tadi sabar menunggu jawaban dari mas-mas ganteng yang di depan nya pun merasa kena prank."Yeeee.. Apaan sih tuan. !" balas Elin dengan bibir yang sedikit manyun."Saya itu satu sekolah kamu dulu pas SMA, masa sih kamu tidak mengingat saya padahal saya adalah salah satu most wanted di sekolah kita dulu" kata Mario"Hahah mungkin karena tuan terlalu ganteng, jadi saya gak kepikiran kalau saya pernah satu sekolah sama cowok seganteng tuan". Ngeles ElinMario yang mendengar itupun tersenyum tipis.Setelah percakapan tadi mereka pun melanjutkan makan, tapi Mario sedikit bingung karena melihat Elin yang hanya makan sedikit."Elin kamu sakit?" tanya Mario bingung."Hah? Enggak kok tuan""Jadi kenapa kamu makannya sedikit sekali?" tanya Mario kurang senang."ohh.. Saya cuma saya lagi diet aja tuan" jawab Elin santai."Jujur saya tidak se
Elin berdecak kagum melihat kemewahan yang ada di depan nya, Lampu yang gemerlap-gemerlip, dan ada banyak orang memakai pakaian yang kelihatan nya mahal disekitar sana "Orang kaya emang beda" gumam Elin pelan Mulutnya masih menganga tapi langsung ditutup oleh Mario, Ia menekukkan tangan nya ke pinggang, mengkode Elin agar menggandeng tangannya.Elin yang melihat itu berbisik kepada Mario "Kamu mau digandeng ya?" Mario pun mengangguk setelah mendengar bisikan Elin, Elin yang melihat itu pun segera Mangaitkan tangannya, lalu mulai memasuki tempat berlangsung nya acara "Orang kaya emang beda ya?" kata Elin lagi seolah-olah bertanya kepada Mario "Nanti kamu juga kaya kalau sudah nikah sama saya" Elin yang mendengar itu pun tertawa pelan, Ia mengira Mario lagi ingin melawak "Apaan sih pak".. Katanya memukul bahu Mario gemas sambil terkikik geliElin emang tidak bisa yang namanya digombali sama pria tampan Mario yang me
Elin melepas ciuman mereka dengan paksa dan meraup oksigen sebanyak-banyak nya, lalu setelah Ia merasa pasokan udara nya sudah cukup terisi, Ia kembali melumat bibir Mario dengan ganas dan menggoda Mario kembali tanda meminta ciuman mereka yang tadi dilanjutkan kembali. Mario yang kembali tersadar akan kesalahan yang telah mereka lalukan pun melepas ciuman dengan paksa, Elin yang melihat itu pun merasa kehilangan lalu kembali menarik belakang leher Mario meminta untuk ciuman mereka jangan dilepas. Mario pun melepaskan dengan pelan tangan Elin yang mengait di belakang leher nya, lalu berdiri menghindari ranjang dan mengusap wajah nya frustasi karena merasa bersalah telah memanfaatkan keadaan Elin yang lagi dalam pengaruh obat perangsang "Mmmmpphhh.... " desah Elin tiba-tiba Mario yang mendengar desahan Elin pun menoleh ke ranjang, dan mendapati Elin yang lagi mengulum jari nya dan meremas dada nya.Mario yang melihat itupun mencari ide agar El
"Namanya Elin" kata Evan dengan lantang. Evan juga gak tahu kenapa dia bisa nyebutin nama itu si cewek gendut, cuma terlintas aja gitu namanya Elin di pikiran dia. "Elin?" Beo Mommy nya Dita. "Mommy kenal?" Tanya Daddy nya Evan ke istri nya. "Ah enggak" sangkal Mommy nya, entah kenapa nama ini kedengaran familiar di telinga nya, tapi Dita mengabaikan nya aja. "mungkin perasaanku aja" pikir Dita "Kerja dimana?" Tanya Oma nya langsung ke Evan. "Dia karyawan di cafe yang Evan punya oma" "Ohhh.. Perkenalkan dia ke keluarga ini besok!" Ultimatum oma nya Evan yang mendengarkan itu pun langsung bingung, gak mungkin dia membawa Elin besok kerumah mereka sedangkan dia dan Elin bermusuhan. "Ehhh.. Kok langsung gitu sih oma, Elin kan belum ada persiapan. Bagaimana kalau setelah Evan rundingin dulu sama Elin?" Elak Evan sambil menunjukkan mimik membujuk oma nya agar meralat ultimatum nya itu. Oma nya yang menden
"puasin aku sekarang juga" kata Mario sambil menunjukkan senyum menggoda nya. "Hentikan senyum menggoda mu itu, aku tidak tertarik sama sekali" kata Elin "Sedang berusaha melainkan pembahasan hem?" kata Mario dengan senyum menggoda nya lagi. "Enggak tuh, cuma kamu kebiasaan senyum kayak gitu, kamu kira aku tergoda?" "Emang enggak tergoda?" Tanya Mario "Dulu sih iya, sekarang enggak lagi. Udah enek" kata Elin mengejek Mario "oh oke... Jadi bagaimana? " tanya Mario lagi "Apa nya yang bagaimana? " tanya Elin "Puasin aku sekarang" tembak Mario langsung Elin yang mendengar itu pun kicep. Dia baru ingat kalau dirinya menjanjikan sebuah balasan tanda terimakasih nya kepada Mario. "Tidak ada cara yang lain?" tawar Elin "Ada! kamu jadi pacar sungguhan saya" "Aishhh.. Bisa juga kamu bercanda ya" kata Elin sambil tertawa pelan, Dia mengira kalau perkataan Mario hanya se
"Kalau kamu tidak mau pakai cara halus, terpaksa saya harus pakai cara kasar" kata Evan sambil menarik Elin lagi ke kasur dan mendorong nya.Evan melihat Elin yang terbaring sambil menatapnya dengan penuh kewaspadaan.Evan ingin naik ke atas ranjang dan mendekati Elin lagi,namun Elin langsung menaikkan tangannya menyuruh agar Evan tidak mendekat"Tunggu" Kata Elin"Apa keuntungan kalau aku mau menikah dengan kamu?" Kata Elin"Kamu ingin apa?""Keinginan aku banyak, karena itu aku nanyain kamu. Kalau gak ngapain nanya" sungut Elin sebal"Kamu boleh memikirkan nya dahulu. Kamu ingin apa kalau begitu" tawar Evan"Oke, terus apa cara kasar yang kamu bilang tadi?" tanya Elin sambil memperbaiki posisinya yang tadi setengah rebahan menjadi duduk di pinggir ranjang"Kamu akan saya pecat dari cafe saya" Kata Evan sambil duduk disamping Elin"Kalau begitu, pecat saja" Balas Elin berani dengan sedikit mengelu
"Kamu pikir apa lagi?" Kata Evan sambil maju mendekat ke arah ElinElin yang melihat itu pun mundur selangkah demi selangkah mengikuti langkah Evan yang selangkah demi selangkah mendekati nya"Jangan macam-macam ya kamu" kata Elin mengeluarkan raut garang nya namun masih terlihat jelas kalau dia lagi ketakutan."Kamu pikir apa yang akan terjadi jika sepasang laki-laki dan perempuan dewasa berduaan didalam kamar yang tertutup hah?" Kata Evan masih menyudutkan ElinElin yang tidak sadar kalau dibelakang nya ada ranjang pun oleng dan tidak bisa menyeimbangkan badan nya sehingga Ia menarik kerah kemeja Evan dengan keras sehingga Evan pun ikut terjatuh ke atas ranjangMereka yang terjatuh bersamaan di ranjang pun hanya terdiam sambil melihat satu sama lain, yang terdengar di telinga mereka hanya suara deruan nafas mereka satu sama lain yang terdengar sedikit lebih memburu dari biasanya.Seolah-olah waktu terhenti begitu saja, suasana
"puasin aku sekarang juga" kata Mario sambil menunjukkan senyum menggoda nya. "Hentikan senyum menggoda mu itu, aku tidak tertarik sama sekali" kata Elin "Sedang berusaha melainkan pembahasan hem?" kata Mario dengan senyum menggoda nya lagi. "Enggak tuh, cuma kamu kebiasaan senyum kayak gitu, kamu kira aku tergoda?" "Emang enggak tergoda?" Tanya Mario "Dulu sih iya, sekarang enggak lagi. Udah enek" kata Elin mengejek Mario "oh oke... Jadi bagaimana? " tanya Mario lagi "Apa nya yang bagaimana? " tanya Elin "Puasin aku sekarang" tembak Mario langsung Elin yang mendengar itu pun kicep. Dia baru ingat kalau dirinya menjanjikan sebuah balasan tanda terimakasih nya kepada Mario. "Tidak ada cara yang lain?" tawar Elin "Ada! kamu jadi pacar sungguhan saya" "Aishhh.. Bisa juga kamu bercanda ya" kata Elin sambil tertawa pelan, Dia mengira kalau perkataan Mario hanya se
"Namanya Elin" kata Evan dengan lantang. Evan juga gak tahu kenapa dia bisa nyebutin nama itu si cewek gendut, cuma terlintas aja gitu namanya Elin di pikiran dia. "Elin?" Beo Mommy nya Dita. "Mommy kenal?" Tanya Daddy nya Evan ke istri nya. "Ah enggak" sangkal Mommy nya, entah kenapa nama ini kedengaran familiar di telinga nya, tapi Dita mengabaikan nya aja. "mungkin perasaanku aja" pikir Dita "Kerja dimana?" Tanya Oma nya langsung ke Evan. "Dia karyawan di cafe yang Evan punya oma" "Ohhh.. Perkenalkan dia ke keluarga ini besok!" Ultimatum oma nya Evan yang mendengarkan itu pun langsung bingung, gak mungkin dia membawa Elin besok kerumah mereka sedangkan dia dan Elin bermusuhan. "Ehhh.. Kok langsung gitu sih oma, Elin kan belum ada persiapan. Bagaimana kalau setelah Evan rundingin dulu sama Elin?" Elak Evan sambil menunjukkan mimik membujuk oma nya agar meralat ultimatum nya itu. Oma nya yang menden
Elin melepas ciuman mereka dengan paksa dan meraup oksigen sebanyak-banyak nya, lalu setelah Ia merasa pasokan udara nya sudah cukup terisi, Ia kembali melumat bibir Mario dengan ganas dan menggoda Mario kembali tanda meminta ciuman mereka yang tadi dilanjutkan kembali. Mario yang kembali tersadar akan kesalahan yang telah mereka lalukan pun melepas ciuman dengan paksa, Elin yang melihat itu pun merasa kehilangan lalu kembali menarik belakang leher Mario meminta untuk ciuman mereka jangan dilepas. Mario pun melepaskan dengan pelan tangan Elin yang mengait di belakang leher nya, lalu berdiri menghindari ranjang dan mengusap wajah nya frustasi karena merasa bersalah telah memanfaatkan keadaan Elin yang lagi dalam pengaruh obat perangsang "Mmmmpphhh.... " desah Elin tiba-tiba Mario yang mendengar desahan Elin pun menoleh ke ranjang, dan mendapati Elin yang lagi mengulum jari nya dan meremas dada nya.Mario yang melihat itupun mencari ide agar El
Elin berdecak kagum melihat kemewahan yang ada di depan nya, Lampu yang gemerlap-gemerlip, dan ada banyak orang memakai pakaian yang kelihatan nya mahal disekitar sana "Orang kaya emang beda" gumam Elin pelan Mulutnya masih menganga tapi langsung ditutup oleh Mario, Ia menekukkan tangan nya ke pinggang, mengkode Elin agar menggandeng tangannya.Elin yang melihat itu berbisik kepada Mario "Kamu mau digandeng ya?" Mario pun mengangguk setelah mendengar bisikan Elin, Elin yang melihat itu pun segera Mangaitkan tangannya, lalu mulai memasuki tempat berlangsung nya acara "Orang kaya emang beda ya?" kata Elin lagi seolah-olah bertanya kepada Mario "Nanti kamu juga kaya kalau sudah nikah sama saya" Elin yang mendengar itu pun tertawa pelan, Ia mengira Mario lagi ingin melawak "Apaan sih pak".. Katanya memukul bahu Mario gemas sambil terkikik geliElin emang tidak bisa yang namanya digombali sama pria tampan Mario yang me
"Saya adalah masa depan kamu" ucap Mario dengan Jenaka.Elin yang tadi sabar menunggu jawaban dari mas-mas ganteng yang di depan nya pun merasa kena prank."Yeeee.. Apaan sih tuan. !" balas Elin dengan bibir yang sedikit manyun."Saya itu satu sekolah kamu dulu pas SMA, masa sih kamu tidak mengingat saya padahal saya adalah salah satu most wanted di sekolah kita dulu" kata Mario"Hahah mungkin karena tuan terlalu ganteng, jadi saya gak kepikiran kalau saya pernah satu sekolah sama cowok seganteng tuan". Ngeles ElinMario yang mendengar itupun tersenyum tipis.Setelah percakapan tadi mereka pun melanjutkan makan, tapi Mario sedikit bingung karena melihat Elin yang hanya makan sedikit."Elin kamu sakit?" tanya Mario bingung."Hah? Enggak kok tuan""Jadi kenapa kamu makannya sedikit sekali?" tanya Mario kurang senang."ohh.. Saya cuma saya lagi diet aja tuan" jawab Elin santai."Jujur saya tidak se
"awas jatohhhh" Sindir Doni karena melihat Elin yang sudah melepas pelukan nya.Elin yang mendengar itu pun merasa tersindir lalu melingkarkan lagi tangan nya ke pinggang Doni.Doni yang melihat itu pun tersenyum senang, lalu menaikkan laju sepeda motor nya agar mereka cepat sampai ke tempat makan yang mereka tuju.Apalagi Doni sudah sangat yakin kalau saat ini Elin sudah kelaparan sekali, Doni sangat mengenal bagaimana Elin.Doni tau kalau Elin itu sangat cinta sama yang namanya makanan, apalagi makan pedas dan berkuas seperti Bakso, seblak dan sebagai nya.Setelah sampai di tempat tujuan, Doni pun mencari-cari tempat duduk yang kosong. Tempat makan ini tergolong sangat ramai pelanggan, karena tempat makan ini sempat viral di tiktok.Setelah mereka menemukan tempat duduk, mereka pun melihat-lihat menu makanan nya."Kamu pesan apa?" tanya DoniElin yang mendengar
"Dahhhh... Elin pulang dulu ya mbak" izin Elin kepada Fani, dan dibalas hanya dengan anggukan saja.Elin yang melihat itu pun hanya bisa tersenyum saja, dia sudah terbiasa dengan sikap dan sifat senior nya itu. Tapi meskipun begitu Elin tidak ada sedikit pun menyimpan rasa dongkol dihatinya.Elin hanya berpikir "setiap orang pasti memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada yang kelihatan ramah, tapi didalam hatinya ada rasa iri dengki. dan ada juga yang kelihatan cuek, judes, tidak ramah namun bila kita dekat dengan nya, ternyata dia orang yang humble".Jadi dia berpikir mbak Fani ada didalam opsi kedua.Elin tidak mau asal nge-judge orang, justru dia ingin lebih dekat dengan mbak Fani, siapa tau dia bisa menambah circle pertemanan nya.Dari dulu Elin itu selalu kesepian, oleh karena itu dia tidak mau membuat drama dalam hidup nya, sehingga akan mempersempit niat orang untuk berteman dengan nya.Elin tidak ingin merasakan kesepian lagi.Setelah El