Badan Elin bergelinjang geli karena sapuan tangan Evan mulai dari lehernya, turun semakin turun hingga sampai ke pinggang nya.
Tiba-tiba tangan Evan mencengkram keras pinggang Elin hingga Elin berteriak keras.Bibir Evan yang mula nya bermain diatas bibir Elin, kini juga ikut turun semakin ke bawah.
Hingga badan Elin pun meliuk-liuk karena merasakan sesuatu yang baru pertama kali Ia rasakan. Rasa geli dan nikmat bersamaan hingga Elin pun hanya bisa menggigit bibir nya tanpa berani menolak perlakuan Evan.tangan Evan pun mulai nakal menjelajahi tubuh Elin mulai dari pinggang Elin dan makin turun ke paha, lalu naik lagi ke atas. Dengan pelan tangan Evan membuka paha yang dijepit erat oleh Elin.Evan tersenyum melihat pemandangan yang sangat indah dimatanya. dengan nakal jari tengah Evan mulai mengelus-elus inti Elin, mencubit pelan klitoris nya, dan dengan tiba-tiba jari tengah Evan telah memasuki lubang itu. hingga Elin pun tersentak karena gerakan Evan yang tiba-tiba itu. Elin mulai mengeluarkan suaranya, gerakan tangan Evan yang mulanya pelan-pelan, kini semakin cepat hingga gelombang kenikmatan itu pun menghadiri Elin. Memporak-porandakan sesuatu dalam diri Elin yang tidak bisa dijelaskan hanya melalui kata.
Setelah puas melihat Elin yang keluar untuk pertama kalinya, tanpa aba-aba Evan langsung memasuki Elin.
Wajah Elin yang dibanjiri keringat menambah poin keseksian nya, hingga Evan pun semakin bergairah dan mempercepat hentakan nya hingga suara..."Kringgggg...kringgg" bunyi alarm yang keras pun membuat Evan tersentak dan bangun dari tidur nya.
"Hah, cuma mimpi!!!" kata Evan frustasi sambil mengacak-ngacak rambutnya, Evan pun melihat kebawah, ternyata adiknya sudah tegak berdiri minta dipuaskan.
Evan pun segera bergegas pergi ke kamar mandi dan siap-siap untuk berangkat ke kantornya.Evan punya rencana untuk menjumpai Elin ke cafe tempatnya bekerja, sewaktu jam makan siang nanti tiba. Evan ingin memberi hukuman kepada Elin karena semalam sudah berani meninggalkan nya sendirian dan pergi bersama pria lain.*****
Sedangkan itu di cafe tempat Elin bekerja, ada tatapan mata yang selalu memandangi Elin, tatapan nya seperti pisau tajam yang menghunus Elin saking tajamnya.
Dia memperhatikan gerak gerik Elin yang sedang bekerja, Elin sangat gesit melayani tamu yang lumayan ramai karena emang sekarang adalah jam-jam nya para pekerja untuk sarapan.
Orang yang memandangi Elin tadi pun duduk di kursi yang masih kosong.
"Pelayan" seru nyaElin yang mendengarnya pun datang menghampiri pria tersebut.
"Iya tuan mau pesan apa?" tanyanya sambil menyerahkan menu yang ada di cafe itu.
Elin terperangah dan terpesona melihat ketampanan pria itu, "nasib baik apa aku bisa cuci mata pagi ini" batinnya terkekeh"1 Tiramisu dan 1 Americano panas" jawabnya.
"Baik Tuan, ditunggu sebentar ya" balas Elin setelah selesai mencatat pesanan pria itu.
Elin pun pergi dan menyiapkan pesanan tuan yang sangat tampan tadi.setelah selesai membuat pesanan mas ganteng tadi, Elin pun mengantar pesanannya ke meja nya.
"Ini tuan pesanan nya, silahkan dinikmati" ucapnya sambil tersenyum manis dan ingin berlalu dari sana lalu melanjutkan pekerjaannya.
"Tunggu" kata pria itu.
"iya tuan, ada apa?" tanya Elin
"Bisakah kamu temani aku disini?" tanya pria itu sambil menunjukkan mimik wajah memelas, yang membuat Elin gregetan sendiri, Elin melirik kanan kiri takut ada yang melihat wajah imut pria ini.
"Emmm.. maaf tuan saya masih ada banyak pekerjaan" tolak Elin halus, meskipun Elin tadi sebentar terpukau akan ketampanan pria ini, tapi dia tetap harus profesional menjalankan tugasnya sebagai karyawan di cafe itu.
Ditolak seperti itu membuat pria tadi sedikit kecewa, namun betul juga kalau Elin harus tetap menjalankan keprofesionalan dirinya dalam bekerja.
"Baiklah, tidak apa-apa. kamu selesai kerja jam berapa?" tanyanya lagi.
Elin yang mendengar nya pun terkejut karena pertanyaan pria ini yang bisa dibilang kepo, Elin tidak enak hati karena dia sudah ditatap tajam oleh mbak Fani disudut sana.
"Saya selesai nya jam 7 malam tuan" jawab Elin dengan halus.
"Baiklah, jam 7 malam nanti saya akan datang lagi dan menjemputmu. ya sudah kalau begitu kamu lanjut lagi pekerjaanmu" perintah pria tadi tidak ingin dibantah.
"Ba..baik tuan" jawab Elin gugup.
Elin pun berlalu dari sana sambil mengetuk-ngetuk kepalanya pelan.
"huhhh.. apa-apaan sih Elin, kenapa gugup gitu coba. buat malu diri sendiri aja, dan apa-apaan pria tadi, kenapa seenaknya bakal menjemputku nanti. kan aku belum jawab iya. Dasar Elin gak bisa santai dikit kalau udah liat yang bening" dumel Elin dalam hatinya
Sedangkan diujung sana ada Pria memandang tidak suka karena melihat Elin sedang asik berbincang-bincang dengan pria yang Ia kenal.
Pria itu adalah Evan, Ia tidak senang karena Elin bisa santai bercengkrama dengan pria lain, dan sialnya pria yang berbincang dengan Elin barusan adalah Mario musuh Evan semasa SMA nya.
Evan yang sudah kesal karena kejadian semalam ditinggal sendiri oleh Elin, dan pergi dengan pria lain, ditambah lagi dengan kejadian barusan yang dilihat Evan. membuat Evan semakin kesal dan marah kepada Elin.
"Kenapa dia bisa dengan mudahnya menebarkan senyumnya ke pria lain, sedangkan denganku dia selalu menunjukkan raut menyebalkan itu" batin Evan kesal.
Evan yang kesal pun segera menghampiri Elin yang sedang berada di dapur cafe itu, dia langsung menarik tangan Elin dan menyeretnya kepinggir agar jauh dari jangkauan karyawan lainnya. Evan ingin membawa Elin kedalam mobilnya dan pergi darisana lalu menghukum Elin.
"Eh.. apa-apaan ini" ucap Elin terkejut lalu menyentakkan dengan keras tangan yang barusan menariknya.
"Kamuuuuu..." ucap Elin marah sekaligus terkejut, kenapa pelanggan bisa asal masuk ke dapur tempat para pekerja.
"Iya aku, kenapa?" balas Evan kesal karena melihat raut wajah Elin sangat berbeda jika saat bertemu dengannya dan bertemu dengan pria lain.
"Hehh.. kenapa kamu bisa sembarangan masuk kesini, ini bukan lobang wanita jalang yang bisa sembarangan kamu masuki" balas Elin dengan suara yang agak keras.
Evan yang mendengarnya pun kesal karena Elin tiba-tiba membahas soal jalang.
"Kamu kan jalangku, aku ingin memasukimu tapi tidak disini. Aku akan membawamu pergi ke hotel mewah dengan menaiki mobilku bukan dengan menaiki motor butut seperti langganan mu semalam" balas Evan dengan kasar.
Elin yang mendengar itupun marah, Ia merasa kesal karena dikatai jalang oleh Evan, dan apa tadi itu. kenapa dia membahas masalah motor butut, untung saja mas Doni lagi izin hari ini. kalau tidak pasti mas Doni akan tersinggung dikatai Evan seperti tadi.
"Keluar!!!" perintah Elin halus setelah Elin meredam emosinya, dia tidak ingin dinilai sebagai karyawan yang kasar, mau bagaimanapun Evan adalah pelanggan di cafe ini.
"ya suka-suka aku dong sama cafe aku. Aku ingin menilai kinerja para karyawanku" balasnya dengan raut wajah mengejek Elin.
Elin yang mendengar itupun terkejut, dia ternyata sudah salah cari musuh. Bagaimana jika dia dipecat dan tidak bisa membantu bu Wati untuk menjalankan panti.
Sebenarnya Elin tadi masih belum percaya kalau Evan adalah Owner di cafe tempatnya bekerja. Tapi dia mengingat kalau tidak mungkin sembarangan orang bisa masuk ke dapur kalau bukan siapa-siapa di cafe itu.
Elin yang kalah telak pun menundukkan badannya.
"Maaf" ucapnya kepada Evan lalu berlalu dari sana, dan segera melanjutkan pekerjaannya.Dia tidak tahu mau berkata apalagi selain kata maaf, Elin takut jika dia tiba-tiba bersikap manis kepada Evan, pasti nanti Evan mengira kalau dirinya adalah seorang penjilat.
Evan yang melihat Elin berlalu dari hadapannya setelah mengucapkan kata maaf pun terkekeh sendiri, dia merasa tingkah Elin tadi sangat menggemaskan.
Evan pun segera berlalu dari sana, dia tidak ingin mengganggu Elin lagi untuk saat ini, tapi nanti pasti dia akan menghukumnya lagi."Tunggu saja sayang, nanti kamu pasti akan mendapat hukuman yang menggairahkan" batin Evan sambil berlalu dari cafe tempat Elin bekerja.
"Dahhhh... Elin pulang dulu ya mbak" izin Elin kepada Fani, dan dibalas hanya dengan anggukan saja.Elin yang melihat itu pun hanya bisa tersenyum saja, dia sudah terbiasa dengan sikap dan sifat senior nya itu. Tapi meskipun begitu Elin tidak ada sedikit pun menyimpan rasa dongkol dihatinya.Elin hanya berpikir "setiap orang pasti memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada yang kelihatan ramah, tapi didalam hatinya ada rasa iri dengki. dan ada juga yang kelihatan cuek, judes, tidak ramah namun bila kita dekat dengan nya, ternyata dia orang yang humble".Jadi dia berpikir mbak Fani ada didalam opsi kedua.Elin tidak mau asal nge-judge orang, justru dia ingin lebih dekat dengan mbak Fani, siapa tau dia bisa menambah circle pertemanan nya.Dari dulu Elin itu selalu kesepian, oleh karena itu dia tidak mau membuat drama dalam hidup nya, sehingga akan mempersempit niat orang untuk berteman dengan nya.Elin tidak ingin merasakan kesepian lagi.Setelah El
"awas jatohhhh" Sindir Doni karena melihat Elin yang sudah melepas pelukan nya.Elin yang mendengar itu pun merasa tersindir lalu melingkarkan lagi tangan nya ke pinggang Doni.Doni yang melihat itu pun tersenyum senang, lalu menaikkan laju sepeda motor nya agar mereka cepat sampai ke tempat makan yang mereka tuju.Apalagi Doni sudah sangat yakin kalau saat ini Elin sudah kelaparan sekali, Doni sangat mengenal bagaimana Elin.Doni tau kalau Elin itu sangat cinta sama yang namanya makanan, apalagi makan pedas dan berkuas seperti Bakso, seblak dan sebagai nya.Setelah sampai di tempat tujuan, Doni pun mencari-cari tempat duduk yang kosong. Tempat makan ini tergolong sangat ramai pelanggan, karena tempat makan ini sempat viral di tiktok.Setelah mereka menemukan tempat duduk, mereka pun melihat-lihat menu makanan nya."Kamu pesan apa?" tanya DoniElin yang mendengar
"Saya adalah masa depan kamu" ucap Mario dengan Jenaka.Elin yang tadi sabar menunggu jawaban dari mas-mas ganteng yang di depan nya pun merasa kena prank."Yeeee.. Apaan sih tuan. !" balas Elin dengan bibir yang sedikit manyun."Saya itu satu sekolah kamu dulu pas SMA, masa sih kamu tidak mengingat saya padahal saya adalah salah satu most wanted di sekolah kita dulu" kata Mario"Hahah mungkin karena tuan terlalu ganteng, jadi saya gak kepikiran kalau saya pernah satu sekolah sama cowok seganteng tuan". Ngeles ElinMario yang mendengar itupun tersenyum tipis.Setelah percakapan tadi mereka pun melanjutkan makan, tapi Mario sedikit bingung karena melihat Elin yang hanya makan sedikit."Elin kamu sakit?" tanya Mario bingung."Hah? Enggak kok tuan""Jadi kenapa kamu makannya sedikit sekali?" tanya Mario kurang senang."ohh.. Saya cuma saya lagi diet aja tuan" jawab Elin santai."Jujur saya tidak se
Elin berdecak kagum melihat kemewahan yang ada di depan nya, Lampu yang gemerlap-gemerlip, dan ada banyak orang memakai pakaian yang kelihatan nya mahal disekitar sana "Orang kaya emang beda" gumam Elin pelan Mulutnya masih menganga tapi langsung ditutup oleh Mario, Ia menekukkan tangan nya ke pinggang, mengkode Elin agar menggandeng tangannya.Elin yang melihat itu berbisik kepada Mario "Kamu mau digandeng ya?" Mario pun mengangguk setelah mendengar bisikan Elin, Elin yang melihat itu pun segera Mangaitkan tangannya, lalu mulai memasuki tempat berlangsung nya acara "Orang kaya emang beda ya?" kata Elin lagi seolah-olah bertanya kepada Mario "Nanti kamu juga kaya kalau sudah nikah sama saya" Elin yang mendengar itu pun tertawa pelan, Ia mengira Mario lagi ingin melawak "Apaan sih pak".. Katanya memukul bahu Mario gemas sambil terkikik geliElin emang tidak bisa yang namanya digombali sama pria tampan Mario yang me
Elin melepas ciuman mereka dengan paksa dan meraup oksigen sebanyak-banyak nya, lalu setelah Ia merasa pasokan udara nya sudah cukup terisi, Ia kembali melumat bibir Mario dengan ganas dan menggoda Mario kembali tanda meminta ciuman mereka yang tadi dilanjutkan kembali. Mario yang kembali tersadar akan kesalahan yang telah mereka lalukan pun melepas ciuman dengan paksa, Elin yang melihat itu pun merasa kehilangan lalu kembali menarik belakang leher Mario meminta untuk ciuman mereka jangan dilepas. Mario pun melepaskan dengan pelan tangan Elin yang mengait di belakang leher nya, lalu berdiri menghindari ranjang dan mengusap wajah nya frustasi karena merasa bersalah telah memanfaatkan keadaan Elin yang lagi dalam pengaruh obat perangsang "Mmmmpphhh.... " desah Elin tiba-tiba Mario yang mendengar desahan Elin pun menoleh ke ranjang, dan mendapati Elin yang lagi mengulum jari nya dan meremas dada nya.Mario yang melihat itupun mencari ide agar El
"Namanya Elin" kata Evan dengan lantang. Evan juga gak tahu kenapa dia bisa nyebutin nama itu si cewek gendut, cuma terlintas aja gitu namanya Elin di pikiran dia. "Elin?" Beo Mommy nya Dita. "Mommy kenal?" Tanya Daddy nya Evan ke istri nya. "Ah enggak" sangkal Mommy nya, entah kenapa nama ini kedengaran familiar di telinga nya, tapi Dita mengabaikan nya aja. "mungkin perasaanku aja" pikir Dita "Kerja dimana?" Tanya Oma nya langsung ke Evan. "Dia karyawan di cafe yang Evan punya oma" "Ohhh.. Perkenalkan dia ke keluarga ini besok!" Ultimatum oma nya Evan yang mendengarkan itu pun langsung bingung, gak mungkin dia membawa Elin besok kerumah mereka sedangkan dia dan Elin bermusuhan. "Ehhh.. Kok langsung gitu sih oma, Elin kan belum ada persiapan. Bagaimana kalau setelah Evan rundingin dulu sama Elin?" Elak Evan sambil menunjukkan mimik membujuk oma nya agar meralat ultimatum nya itu. Oma nya yang menden
"puasin aku sekarang juga" kata Mario sambil menunjukkan senyum menggoda nya. "Hentikan senyum menggoda mu itu, aku tidak tertarik sama sekali" kata Elin "Sedang berusaha melainkan pembahasan hem?" kata Mario dengan senyum menggoda nya lagi. "Enggak tuh, cuma kamu kebiasaan senyum kayak gitu, kamu kira aku tergoda?" "Emang enggak tergoda?" Tanya Mario "Dulu sih iya, sekarang enggak lagi. Udah enek" kata Elin mengejek Mario "oh oke... Jadi bagaimana? " tanya Mario lagi "Apa nya yang bagaimana? " tanya Elin "Puasin aku sekarang" tembak Mario langsung Elin yang mendengar itu pun kicep. Dia baru ingat kalau dirinya menjanjikan sebuah balasan tanda terimakasih nya kepada Mario. "Tidak ada cara yang lain?" tawar Elin "Ada! kamu jadi pacar sungguhan saya" "Aishhh.. Bisa juga kamu bercanda ya" kata Elin sambil tertawa pelan, Dia mengira kalau perkataan Mario hanya se
"Kamu pikir apa lagi?" Kata Evan sambil maju mendekat ke arah ElinElin yang melihat itu pun mundur selangkah demi selangkah mengikuti langkah Evan yang selangkah demi selangkah mendekati nya"Jangan macam-macam ya kamu" kata Elin mengeluarkan raut garang nya namun masih terlihat jelas kalau dia lagi ketakutan."Kamu pikir apa yang akan terjadi jika sepasang laki-laki dan perempuan dewasa berduaan didalam kamar yang tertutup hah?" Kata Evan masih menyudutkan ElinElin yang tidak sadar kalau dibelakang nya ada ranjang pun oleng dan tidak bisa menyeimbangkan badan nya sehingga Ia menarik kerah kemeja Evan dengan keras sehingga Evan pun ikut terjatuh ke atas ranjangMereka yang terjatuh bersamaan di ranjang pun hanya terdiam sambil melihat satu sama lain, yang terdengar di telinga mereka hanya suara deruan nafas mereka satu sama lain yang terdengar sedikit lebih memburu dari biasanya.Seolah-olah waktu terhenti begitu saja, suasana
"Kalau kamu tidak mau pakai cara halus, terpaksa saya harus pakai cara kasar" kata Evan sambil menarik Elin lagi ke kasur dan mendorong nya.Evan melihat Elin yang terbaring sambil menatapnya dengan penuh kewaspadaan.Evan ingin naik ke atas ranjang dan mendekati Elin lagi,namun Elin langsung menaikkan tangannya menyuruh agar Evan tidak mendekat"Tunggu" Kata Elin"Apa keuntungan kalau aku mau menikah dengan kamu?" Kata Elin"Kamu ingin apa?""Keinginan aku banyak, karena itu aku nanyain kamu. Kalau gak ngapain nanya" sungut Elin sebal"Kamu boleh memikirkan nya dahulu. Kamu ingin apa kalau begitu" tawar Evan"Oke, terus apa cara kasar yang kamu bilang tadi?" tanya Elin sambil memperbaiki posisinya yang tadi setengah rebahan menjadi duduk di pinggir ranjang"Kamu akan saya pecat dari cafe saya" Kata Evan sambil duduk disamping Elin"Kalau begitu, pecat saja" Balas Elin berani dengan sedikit mengelu
"Kamu pikir apa lagi?" Kata Evan sambil maju mendekat ke arah ElinElin yang melihat itu pun mundur selangkah demi selangkah mengikuti langkah Evan yang selangkah demi selangkah mendekati nya"Jangan macam-macam ya kamu" kata Elin mengeluarkan raut garang nya namun masih terlihat jelas kalau dia lagi ketakutan."Kamu pikir apa yang akan terjadi jika sepasang laki-laki dan perempuan dewasa berduaan didalam kamar yang tertutup hah?" Kata Evan masih menyudutkan ElinElin yang tidak sadar kalau dibelakang nya ada ranjang pun oleng dan tidak bisa menyeimbangkan badan nya sehingga Ia menarik kerah kemeja Evan dengan keras sehingga Evan pun ikut terjatuh ke atas ranjangMereka yang terjatuh bersamaan di ranjang pun hanya terdiam sambil melihat satu sama lain, yang terdengar di telinga mereka hanya suara deruan nafas mereka satu sama lain yang terdengar sedikit lebih memburu dari biasanya.Seolah-olah waktu terhenti begitu saja, suasana
"puasin aku sekarang juga" kata Mario sambil menunjukkan senyum menggoda nya. "Hentikan senyum menggoda mu itu, aku tidak tertarik sama sekali" kata Elin "Sedang berusaha melainkan pembahasan hem?" kata Mario dengan senyum menggoda nya lagi. "Enggak tuh, cuma kamu kebiasaan senyum kayak gitu, kamu kira aku tergoda?" "Emang enggak tergoda?" Tanya Mario "Dulu sih iya, sekarang enggak lagi. Udah enek" kata Elin mengejek Mario "oh oke... Jadi bagaimana? " tanya Mario lagi "Apa nya yang bagaimana? " tanya Elin "Puasin aku sekarang" tembak Mario langsung Elin yang mendengar itu pun kicep. Dia baru ingat kalau dirinya menjanjikan sebuah balasan tanda terimakasih nya kepada Mario. "Tidak ada cara yang lain?" tawar Elin "Ada! kamu jadi pacar sungguhan saya" "Aishhh.. Bisa juga kamu bercanda ya" kata Elin sambil tertawa pelan, Dia mengira kalau perkataan Mario hanya se
"Namanya Elin" kata Evan dengan lantang. Evan juga gak tahu kenapa dia bisa nyebutin nama itu si cewek gendut, cuma terlintas aja gitu namanya Elin di pikiran dia. "Elin?" Beo Mommy nya Dita. "Mommy kenal?" Tanya Daddy nya Evan ke istri nya. "Ah enggak" sangkal Mommy nya, entah kenapa nama ini kedengaran familiar di telinga nya, tapi Dita mengabaikan nya aja. "mungkin perasaanku aja" pikir Dita "Kerja dimana?" Tanya Oma nya langsung ke Evan. "Dia karyawan di cafe yang Evan punya oma" "Ohhh.. Perkenalkan dia ke keluarga ini besok!" Ultimatum oma nya Evan yang mendengarkan itu pun langsung bingung, gak mungkin dia membawa Elin besok kerumah mereka sedangkan dia dan Elin bermusuhan. "Ehhh.. Kok langsung gitu sih oma, Elin kan belum ada persiapan. Bagaimana kalau setelah Evan rundingin dulu sama Elin?" Elak Evan sambil menunjukkan mimik membujuk oma nya agar meralat ultimatum nya itu. Oma nya yang menden
Elin melepas ciuman mereka dengan paksa dan meraup oksigen sebanyak-banyak nya, lalu setelah Ia merasa pasokan udara nya sudah cukup terisi, Ia kembali melumat bibir Mario dengan ganas dan menggoda Mario kembali tanda meminta ciuman mereka yang tadi dilanjutkan kembali. Mario yang kembali tersadar akan kesalahan yang telah mereka lalukan pun melepas ciuman dengan paksa, Elin yang melihat itu pun merasa kehilangan lalu kembali menarik belakang leher Mario meminta untuk ciuman mereka jangan dilepas. Mario pun melepaskan dengan pelan tangan Elin yang mengait di belakang leher nya, lalu berdiri menghindari ranjang dan mengusap wajah nya frustasi karena merasa bersalah telah memanfaatkan keadaan Elin yang lagi dalam pengaruh obat perangsang "Mmmmpphhh.... " desah Elin tiba-tiba Mario yang mendengar desahan Elin pun menoleh ke ranjang, dan mendapati Elin yang lagi mengulum jari nya dan meremas dada nya.Mario yang melihat itupun mencari ide agar El
Elin berdecak kagum melihat kemewahan yang ada di depan nya, Lampu yang gemerlap-gemerlip, dan ada banyak orang memakai pakaian yang kelihatan nya mahal disekitar sana "Orang kaya emang beda" gumam Elin pelan Mulutnya masih menganga tapi langsung ditutup oleh Mario, Ia menekukkan tangan nya ke pinggang, mengkode Elin agar menggandeng tangannya.Elin yang melihat itu berbisik kepada Mario "Kamu mau digandeng ya?" Mario pun mengangguk setelah mendengar bisikan Elin, Elin yang melihat itu pun segera Mangaitkan tangannya, lalu mulai memasuki tempat berlangsung nya acara "Orang kaya emang beda ya?" kata Elin lagi seolah-olah bertanya kepada Mario "Nanti kamu juga kaya kalau sudah nikah sama saya" Elin yang mendengar itu pun tertawa pelan, Ia mengira Mario lagi ingin melawak "Apaan sih pak".. Katanya memukul bahu Mario gemas sambil terkikik geliElin emang tidak bisa yang namanya digombali sama pria tampan Mario yang me
"Saya adalah masa depan kamu" ucap Mario dengan Jenaka.Elin yang tadi sabar menunggu jawaban dari mas-mas ganteng yang di depan nya pun merasa kena prank."Yeeee.. Apaan sih tuan. !" balas Elin dengan bibir yang sedikit manyun."Saya itu satu sekolah kamu dulu pas SMA, masa sih kamu tidak mengingat saya padahal saya adalah salah satu most wanted di sekolah kita dulu" kata Mario"Hahah mungkin karena tuan terlalu ganteng, jadi saya gak kepikiran kalau saya pernah satu sekolah sama cowok seganteng tuan". Ngeles ElinMario yang mendengar itupun tersenyum tipis.Setelah percakapan tadi mereka pun melanjutkan makan, tapi Mario sedikit bingung karena melihat Elin yang hanya makan sedikit."Elin kamu sakit?" tanya Mario bingung."Hah? Enggak kok tuan""Jadi kenapa kamu makannya sedikit sekali?" tanya Mario kurang senang."ohh.. Saya cuma saya lagi diet aja tuan" jawab Elin santai."Jujur saya tidak se
"awas jatohhhh" Sindir Doni karena melihat Elin yang sudah melepas pelukan nya.Elin yang mendengar itu pun merasa tersindir lalu melingkarkan lagi tangan nya ke pinggang Doni.Doni yang melihat itu pun tersenyum senang, lalu menaikkan laju sepeda motor nya agar mereka cepat sampai ke tempat makan yang mereka tuju.Apalagi Doni sudah sangat yakin kalau saat ini Elin sudah kelaparan sekali, Doni sangat mengenal bagaimana Elin.Doni tau kalau Elin itu sangat cinta sama yang namanya makanan, apalagi makan pedas dan berkuas seperti Bakso, seblak dan sebagai nya.Setelah sampai di tempat tujuan, Doni pun mencari-cari tempat duduk yang kosong. Tempat makan ini tergolong sangat ramai pelanggan, karena tempat makan ini sempat viral di tiktok.Setelah mereka menemukan tempat duduk, mereka pun melihat-lihat menu makanan nya."Kamu pesan apa?" tanya DoniElin yang mendengar
"Dahhhh... Elin pulang dulu ya mbak" izin Elin kepada Fani, dan dibalas hanya dengan anggukan saja.Elin yang melihat itu pun hanya bisa tersenyum saja, dia sudah terbiasa dengan sikap dan sifat senior nya itu. Tapi meskipun begitu Elin tidak ada sedikit pun menyimpan rasa dongkol dihatinya.Elin hanya berpikir "setiap orang pasti memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada yang kelihatan ramah, tapi didalam hatinya ada rasa iri dengki. dan ada juga yang kelihatan cuek, judes, tidak ramah namun bila kita dekat dengan nya, ternyata dia orang yang humble".Jadi dia berpikir mbak Fani ada didalam opsi kedua.Elin tidak mau asal nge-judge orang, justru dia ingin lebih dekat dengan mbak Fani, siapa tau dia bisa menambah circle pertemanan nya.Dari dulu Elin itu selalu kesepian, oleh karena itu dia tidak mau membuat drama dalam hidup nya, sehingga akan mempersempit niat orang untuk berteman dengan nya.Elin tidak ingin merasakan kesepian lagi.Setelah El