Home / Pendekar / Dendam Titisan Ashura / Pesan Terakhir Basudewa

Share

Pesan Terakhir Basudewa

Author: Raiha Raisha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Sena…tenanglah….”

Saguna bisa merasakan kecemasan yang luar biasa ketika melihat raut wajah Sena yang pucat. Kala itu, Sena tengah memfokuskan cahaya biru kehijauan Kanuragan Wiratama di kedua telapak tangannya memancar terang menyinari Saguna, Taksa, Baswara, Wanda, dan Pawiro yang terluka parah.

Ajian sakti cahaya pemulihan Sena berhasil membuat luka fatal di tubuh kelima orang itu pulih, tetapi mereka masih kehilangan kesadaran karena kehabisan tenaga. Hanya Saguna yang masih bisa menjaga kesadarannya di tengah tubuhnya yang masih terasa remuk itu.

Sena berhenti ketika dia tahu kalau Taksa, Saguna, Baswara, Pawiro, dan Wanda sudah aman dari luka fatal yang mengancam nyawa mereka. Namun kegelisahan masih melanda hatinya. Walau dia sudah fokus sekuat tenaga, hati kecilnya masih berteriak khawatir akan kondisi Raksha di dalam tanah itu.

“Saguna, tunggu disini. Aku harus mencari Raksha.” Sena buru-buru beranjak.

<
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dendam Titisan Ashura   Sena vs Diendra

    “KANEZKA NAIF! APA KAU SEDANG MEMAKSAKAN PERASAANMU YANG TIDAK MASUK AKAL ITU?! DUNIA TIDAKLAH SEBAIK SEPERTI IMAJINASI KALIAN, BEDEBAH!”Diendra menyeru keras, meneriakan amarahnya yang menumpuk semenjak tuannya, Isvara Mavendra, putus asa dan memilih menyepi di Goa Zanitha. Kalau saja tuannya itu tidak memilih Basudewa sebagai suaminya, dia tahu tragedi macam ini tidak harus terjadi.Sena maju menghadang Diendra yang melesat kencang. Tongkat emas saktinya beradu dengan tebasan pedang hitam Diendra yang cepat dan liar. Berulang kali Sena menangkis tebasan horizontal dan diagonal Diendra itu dengan tongkat emasnya, tetapi sengatan panas yang memekik dari api ungu yang membalut bilah pedangnya itu terasa perih di wajah dan tubuhnya.“KALIAN MEMAKSAKAN DIRI UNTUK MENYATU! HANYA UNTUK APA?! HANYA UNTUK SALING MENGKHIANATI SATU SAMA LAIN DI MASA DEPAN?! JANJI SUCI?! SEHIDUP SEMATI?! OMONG KOSONG SEMUANYA!” teriak Diendra keras di tengah seran

  • Dendam Titisan Ashura   Jangan Salahkan Cinta

    “Uhh….”Sena terpaksa bersimpuh karena kehabisan tenaga. Tongkat emas yang merupakan pusaka sucinya kini kembali menjadi tongkat baja. Berulang kali dia menghirup napas lalu membuangnya, tetapi rasa lelah dan perih tidak lepas dari tubuhnya. Dia tidak menyangka kalau menggunakan Kanuragan Wiratama pada pusaka sucinya itu benar-benar menyita banyak tenaga. Dia harus berlatih banyak lagi agar lebih terbiasa.“Masih kuat?” tanya Raksha yang duduk bersimpuh persis di depannya.“Beri aku waktu….Raksha…” Sena masih terengah-engah dengan keringat deras mengalir di tubuhnya. Dia sudah lama mengatur napas, tetapi kelelahan masih melanda tubuhnya.Raksha menghela napas panjang. Dia menyodorkan punggungnya tepat ke hadapan Sena. “Sini. Kamu tidak mungkin jalan sendiri dalam kondisi seperti itu.” pintanya.“Emm….apa ini tidak apa-apa…?” tanya Sena ragu. Dia tidak men

  • Dendam Titisan Ashura   Misi Selanjutnya

    “Tinggal 400 bintang jasa lagi, Raksha!”Sena menyeru sembari membawa gulungan kertas. Buru-buru dia menghampiri Raksha yang tengah duduk santai di salah satu saung Padepokan Pendekar Dewa Matahari kala itu lalu menunjukkan kertas yang dia bawa.Raksha melihat kertas itu kurang lebih berisi pernyataan pengakuan bintang jasa resmi dari Kerajaan Kanezka bahwa Padepokan Pendekar Dewa Matahari mendapatkan 500 bintang jasa karena telah berhasil menyelesaikan misinya di Kota Madharsa. Raksha tahu itu asli karena dia melihat stempel lilin lambang Kerajaan Kanezka dan Padepokan Udayana di ujung kanan bawah kertas itu.“Bagaimana? Hebat, bukan? Hanya Padepokan Pendekar Dewa Matahari yang berhasil mengumpulkan 600 bintang jasa hanya dari dua misi saja! Posisi padepokan kita juga sekarang bukan lagi yang terendah!” Sena menegaskan dengan penuh kebanggaan. Raksha hanya tersenyum sejenak untuk menanggapinya.“…kalau begitu kurang b

  • Dendam Titisan Ashura   Keyakinan yang Tulus

    “Selamat, Sena! Kau berhasil mendapatkan pusaka sucimu yang pertama!”Nandina memeluk Sena sembari menepuk-nepuk pundak Sena. Senyumnya tersungging lebar karena ikut bangga dengan pencapaian muridnya itu. Tongkat baja yang merupakan pusaka suci muridnya itu disimpan terikat di belakang punggung muridnya.Sena yang masih tampak kikuk dan senang bersamaan itu buru-buru menunduk hormat ketika Nandina melepas pelukannya. “Sa-saya berhasil mendapatkan ini karena ajaran guru…”“Oh, jangan merendah, Sena. Pendekar Dewa Matahari pada umumnya butuh waktu bertahun-tahun untuk memperoleh pusaka sucinya. Tapi kau berbeda! Aku tahu semenjak aku pertama kali melihatmu kau adalah pendekar yang disayang dan dilindungi oleh para dewa!” Nandina masih bersemangat memuji Sena.Nandina menatapi tongkat baja Sena lebih cermat. Dia baru sadar kalau pusaka suci itu adalah warisan dari Pendekar Dewa Matahari legendaris yang sudah meningg

  • Dendam Titisan Ashura   Keyakinan yang Naif

    Padang rumput di tengah malam kala itu hanya dipenuhi dengan kesunyian dan terang bulan purnama. Tidak ada siapapun disana kecuali Raksha yang tengah bertapa. Aura ungu Kanuragan Ozora di sepanjang lengan kirinya tengah membara, menandakan kalau Raksha sedang berkonsentrasi penuh menguatkan Kanuragan Ozora dalam tubuhnya.Beberapa saat berlalu, Raksha pun membuka matanya. Dia mengangkat lengan kanannya tinggi ke arah langit malam.“Bangkitlah, prajurit arwah.”Seruan pelan tetapi membahana itu langsung menimbulkan ratusan kobaran api ungu yang mewujudkan ratusan prajurit arwah, siluman harimau, dan siluman srigala yang tunduk pada dirinya. Prajurit arwah elit Asoka, Suja, Gardapati, dan Sakuntala berbaris rapi sekitar 20 kaki di hadapan Raksha lalu tunduk patuh kepada tuannya.Raksha bisa merasakan Kanuragan Ozora yang menggebu dalam tubuhnya. Dia paham kekuatannya bertambah karena malam ini adalah malam bulan purnama yang merupakan malam dima

  • Dendam Titisan Ashura   Tiga Pendekar yang Dikorbankan

    “Hmm…”Sena belum berhenti mengernyitkan dahinya ketika melihat ratusan Pendekar Pedang Cahaya dan Pendekar Tubuh Baja tengah berbaris rapat di lapangan padepokan Udayana. Di belakang mereka ada puluhan Pendekar Dewa Api, Pendekar Dewi Bumi, Pendekar Dewa Angin, dan Pendekar Dewa Air yang ikut berbaris juga. Mereka semua sedang menghadap ke panggung, dimana Gesang, Baswara, Wanda, Taksa, Panji, Anjali, dan Saguna tengah berbaris rapi. Sena dengar kalau pasukan utama dari Kerajaan Kanezka yang akan memimpin misi di Goa Zanitha adalah Gesang, ayahanda dari Baswara dan juga kepala keluarga Pancaka.“Kita tidak terlambat?” celetuk Raksha melihat Gesang sudah berkoar-koar menyemangati pasukannya.“Entahlah, aku sudah tidak heran kalau mereka memulai bahkan sebelum kita tiba disini. Padahal mereka tidak memberitahu kalau kita harus datang pagi.” balas Sena pesimis. Dia tahu kalau Pendekar Dewa Matahari sedang diremehkan lagi

  • Dendam Titisan Ashura   Tumbal

    “Apa maksudmu kalau tidak boleh ada Pendekar Dewa Api yang boleh ikut selain aku, Tuan Gesang?!”Seruan Saguna terdengar keras tepat di hadapan Gesang dan pasukannya. Dia masih tidak terima kalau pasukannya ternyata tidak diperkenankan ikut dalam misi ke Goa Zanitha.Baswara yang melihat Saguna menyentak ayahnya seperti itu mendadak murka tidak terima. Namun Gesang menahan anaknya untuk tidak gegabah. Dia tahu ada rencana yang lebih besar dari sekedar seruan Saguna yang remeh ini.“Pikirlah dengan kepala dingin, Saguna. Goa Zanitha ini berbeda dengan Kota Madharsa yang sudah kita kuasai. Goa ini kecil dan kita tidak perlu banyak prajurit untuk mengepungnya.” Gesang menenangkan sembari menunjuk ke ratusan prajuritnya yang kini mengepung area luar Goa Zanitha. Pasukannya hanya terdiri dari Pendekar Pedang Cahaya dan Pendekar Tubuh Baja yang terpilih.Raksha memandang sekitar, setelah dia hitung cepat, memang benar kalau jumlah prajur

  • Dendam Titisan Ashura   Rencana Keji Gesang

    “Beri jalan, dungu! Satu saja kesalahan kalian maka nyawa kita yang jadi harganya!”Di luar Goa Zanitha, Gesang menyentak keras tiap prajuritnya untuk memberikan jalan pada seorang prajurit yang seluruh tubuhnya diselimuti mantel panjang bertudung. Prajurit itu berjalan agak merunduk dengan langkah yang kaku. Sang prajurit sedang mengangkut kendi besar, ukurannya melebihi dua kali tubuhnya, yang dia ikat kencang di punggungnya. Di kendi itu terdapat satu sumbu kecil yang apabila dinyalakan maka akan meledakkan isi dalam kendi itu.Para pendekar pedang suci dan tubuh baja yang tahu betapa berbahayanya isi dalam guci itu pun langsung memberikan jalan dan mundur lebih jauh untuk memastikan keselamatan mereka masing-masing. Mereka tahu kalau sang prajurit yang membawa kendi itu adalah boneka suci Atma pemberian keluarga bangsawan elit Narapati.“Ck…membunuh dengan racun…benar-benar tidak jantan…” celetuk Anjali dari kejau

Latest chapter

  • Dendam Titisan Ashura   Mencari Bantuan

    “Ah, ini tidak adil!”Sena menendang kursi yang ada di ruang jeruji depannya. Emosinya yang masih meletup-letup memaksa dia untuk duduk di salah satu ranjang jeruji sambil memijat-mijat dahinya yang mendadak terasa pusing. Niatannya untuk segera istirahat di Padepokan Kanuragan Wiratama pupus sudah karena keluarga Mahadri memaksa Raksha dan Sena masuk ke dalam penjara karena masih diduga mencuri pusaka suci milik Keluarga Jagadita dan Keluarga Nismara.“Padahal baru saja kita bebas dari penjara Keluarga Jagadita, sekarang Keluarga Mahadri malah memenjarakan kita lagi?! Ada apa dengan kebebalan mereka?! Mereka bahkan bilang kalau kita bisa bebas kalau kita bisa mengembalikan pusaka suci Keluarga Jagadita dan Keluarga Nismara?! Apa mereka itu dungu?! Sudah kubilang berkali-kali kalau kita berdua ini bukan pencuri!” Sena masih meluapkan amarahnya sambil mengepal kedua tinjunya keras. Cahaya perak Kanuragan Khsatriyans sempat memancar terang untuk membentuk tombak perak yang akan dia guna

  • Dendam Titisan Ashura   Ancaman Keluarga Mahadri

    “Ah, akhirnya kita sampai, Raksha!”Sena buru-buru beranjak sambil menatap pelabuhan Kota Udayana yang semakin dekat dari perahunya. Dari terpaan angin kencang dan air yang tidak berombak, dia tahu kalau perahu yang tengah dia tumpangi itu akan membawa dirinya dan Raksha beberapa menit lagi.Raksha yang melihat ke arah yang sama awalnya menghela napas lega karena dia pun ingin istirahat sejenak. Namun kecurigaan tiba-tiba datang menyelimuti pikirannya ketika dia melihat seorang pria jangkung bertubuh gemuk yang mengenakan seragam katun berwarna ungu dengan rompi dan ikat pinggang berwarna kuning tengah duduk di ujung pelabuhan Udayana. Pria itu adalah Panji Mahadri, salah satu pendekar Dewi Pertiwi yang dulu pernah hampir membunuhnya karena kebenciannya terhadap pendekar Kanuragan Wiratama.Raksha semakin waspada ketika melihat ada dua pria paruh baya yang mengenakan pakaian seragam katun ungu yang sama seperti Panji tengah berdiri tegak di sebelah Panji. Kedua pria paruh baya itu ber

  • Dendam Titisan Ashura   Kembali ke Pulau Udayana

    “Kami harus menghajar anda, Yang Mulia?”Asoka dan Gardapati masih kebingungan dengan perintah Raksha. Mereka berdua bahkan kaget ketika melihat Raksha memanggil Suja dari balik bayangannya.“Suja, kau pukul perutku. Asoka kau cabik punggungku. Gardapati kau gigit pundakku.” Perintah Raksha sembari menunjuk ke arah perut, punggung, dan pundaknya.“Apa Yang Mulia yakin dengan ini?” tanya Suja sama bingungnya.“Aku hanya ingin memastikan Sena percaya dengan ceritaku tadi. Cepat lakukan sebelum terlambat!” tegas Raksha sambil menyeru.Asoka dan Gardapati pun berhenti ragu. Asoka yang pertama kali melesat ke punggung Raksha lalu mencakar sebagian punggung Raksha dengan tinju cakarnya yang sengaja dia tidak buat terlalu mematikan agar tuannya bisa menahannya.Raksha bisa merasakan guratan yang tajam di sepanjang pinggangnya hingga darahnya sempat menyembur perlahan, tetapi dia masih bisa menahannya karena dia tahu Asoka menahan diri. Sepersekian detik setelah itu, Gardapati datang menerjan

  • Dendam Titisan Ashura   Perginya Sang Buto Ijo

    “Semuanya! Ikuti aku!”Usai Sena menyimpan tongkat emasnya di balik punggungnya, dia pun langsung mengangkut Wanda yang masih tidak sadarkan diri. Seruannya yang keras membuat perhatian puluhan pendekar dewa angin yang masih kewalahan untuk kembali bangkit untuk melarikan diri. Ardiman yang ikut dibantu bangkit oleh para pendekar dewa angin pun kini sadar akan kehadiran Sena yang baru saja menolongnya untuk menjauh. Dia melihat Rakshasa sedang mengalihkan perhatiannya untuk melawan Raksha.“Suradarma….kau…membantu…kami…?” ujar Ardiman di tengah tubuhnya yang sekarat dan tertatih-tatih.“Sekarang bukan saatnya untuk mencurigaiku dan Raksha, Tuan Ardiman! Kita harus segera melarikan diri!” seru Sena balik.Ardiman tidak bisa membantahnya. Kondisinya dan seluruh pasukannya sudah sekarat dan kalau Rakshasa kembali menyerangnya maka kematian adalah kepastian yang akan menimpa mereka semua. Dia pun akhirnya memilih untuk menghilangkan kecurigaan terhadap Sena dan Raksha, lalu memilih memuta

  • Dendam Titisan Ashura   Menolong Keluarga Jagadita

    “Raksha, biar aku yang urus ini.”Raksha berhenti melangkah sejenak ketika Sena memintanya sembari mengacungkan tongkat emasnya ke arah pintu goa yang ada di depannya itu. Hanya dengan satu hantaman, puing-puing batu yang menutup pintu goa itu hancur seketika oleh serangan Sena. Kini Sena dan Raksha bisa melihat sosok Rakshasas yang mengaung layaknya harimau raksasa yang hendak menerkam mangsanya, yakni Ardiman, Wanda, dan puluhan Pendekar Dewa Angin lainnya.“Astaga…baru pertama kali kulihat monster sebesar ini…” Sena mengencangkan pegangan tongkat emasnya sambil bersiaga penuh.“Monster itu masih mengincar Adriman. Kita punya kesempatan untuk menyerangnya dari belakang.” ujar Raksha sambil membuat telapak tangan kanannya memancarkan cahaya perak Kanuragan Khsatriyans sehingga membentuk pisau keris. Telapak tangan kirinya yang sudah menggenggam erat pisau kujang emas membuat dia semakin sigap dengan kemampuan silatnya.Namun Raksha tahu kalau Rakshasas bukanlah siluman biasa yang mud

  • Dendam Titisan Ashura   Munculnya Raksahsas

    “Wanda…bersiaplah. Akan kita serang mereka lagi sekaligus dengan jurus angin sakti!”Seruan keras Ardiman membuat Wanda langsung bersiaga sembari memasang kuda-kuda tegak. Dia melihat pusaka syal hijau pamannya kini memancarkan cahaya hijau sehingga angin tornado berputar kencang mengitari tubuh mereka dan pasukannya.Tepat setelah Ardiman mengarahkan telapak tangan kanannya ke arah lima pengawal arwah elit yang sebelumnya menyerangnya, dia kini ikut mengarahkan telapak tangan kanannya. Angin kencang yang kini terkumpul di pusaka syal hijau Ardiman menguat, bersamaan dengan puluhan pendekar dewa angin yang baru saja menyembuhkan lukanya lalu ikut berkonsentrasi sehingga angin tornado Ardiman berputar semakin kencang.“Lima prajurit arwah itu tidak menyerang, paman! Ini kesempatan kita!” seru Wanda semangat.“Ya, kita-“Ardiman tiba-tiba berhenti menyeru ketika tanah yang dia, Wanda, dan puluhan prajuritnya pijak berguncang keras, sampai-sampai mereka hampir kehilangan keseimbangan dan

  • Dendam Titisan Ashura   Serangan Pengawal Elit Arwah Raksha

    “Pendekar Kanuragan Wiratama harusnya mampus!”Wanda berulang kali menyerukan hal itu dengan keki. Walau Birawa, Pendekar Kanuragan Wiratama yang dia dan keluarganya buru untuk keamanan Nusantara kini sudah mati, dia masih tidak terima kalau yang mengalahkan Birawa ternyata adalah Raksha dan Sena, dua Pendekar Kanuragan Wiratama yang kini paling hebat diantara pendekar kanuragan lainnya.Tidak hanya Keluarga Jaganita, Wanda ingat kalau keluarga lainnya dari Nismara, Mahadri, Pancaka, dan Bhagawanta pun belum menyerah untuk mengerdilkan Pendekar Kanuragan Wiratama sebelum mereka bergabung untuk ikut dalam kompetisi Turnamen Sembilan Bintang Langit.“…sepertinya kamu sudah tidak sabar untuk memenjarakan mereka di Udayana, nak.”Ardiman tiba-tiba menanggapi Wanda, yang merupakan keponakannya.“Ya, paman! Mereka masih membawa bahaya di Udayana nanti, apalagi saat mereka mengikuti Turnamen Sembilan Bintang Langit!” seru Wanda.“Aku mengerti, nak. Banyak keluarga militer Kanezka yang mulai

  • Dendam Titisan Ashura   Rencana Perlawanan Raksha

    “Jangan lambat kalian!”Sena dan Raksha lagi-lagi disentak oleh pendekar dewa angin yang ada di belakang mereka untuk melangkah lebih cepat. Mereka berdua tengah dalam perjalanan ke ujung utara hutan, dimana disana banyak bangunan rumah yang dibuat oleh pendekar dewa angin sebagai tempat mereka beristirahat dan berlatih di Pulau Babar.Raksha mengedarkan pandangannya sekilas. Dia melihat ada dua puluh lebih bangunan rumah yang jaraknya antar tumah sekitar 50 kaki tersebar di ujung hutan ini. Tidak banyak pohon yang tersebar di ujung hutan ini sehingga Raksha bisa merasakan kalau pendekar dewa angin yang ada disini lebih bebas untuk beraktivitas di tempat ini.Raksha yang awalnya mengira dia dan Sena akan dibawa ke salah satu rumah tersebut ternyata salah. Para pendekar dewa angin menyuruh mereka masuk ke salah satu goa yang ada sekitar 60 kaki di arah selatan tempat perumahan tersebut. Ketika Raksha melihat goa yang sempit itu dan jeruji di pintu goanya, dia baru sadar kalau para pen

  • Dendam Titisan Ashura   Ancaman Keluarga Militer Jagadita

    “Yang Mulia, ternyata benar, pasukan Kanezka tengah mendatangi goa ini dengan persenjataan lengkap.”Bisikan Sakuntala yang terdengar hanya di dalam hati Raksha kala itu sempat membuat Raksha berhenti mengubur mayat terakhir di Goa. Dia melirik Sena sekelabat, setelah dia memastikan kalau Sena masih sibuk mengubur, dia kembali fokus ke Sakuntala.“Berapa kekuatan?” tanya Raksha berbisik.“Tidak banyak, Yang Mulia. Sekitar 30 kekuatan. Mereka semua mengenakan seragam pendekar silat Udayana berwarna hijau.” jawab Sakuntala.“….berarti mereka dari Padepokan Kanuragan Wayu. Kenapa mereka ada di pulau ini?”“Saya tidak tahu pasti, Yang Mulia. Tetapi saya bisa merasakan hawa membunuh dari mereka. Harap berhati-hati, Yang Mulia Raksha.”Raksha diam sejenak lalu berpikir. Dia tahu kalau Padepokan Dewa Angin dan Padepokan Dewa Air seringkali berkoalisi dan bertukar ilmu ajian sakti sehingga dia tidak heran melihat Wanda Jagadita dan Taksa Nismara bisa menguasai jurus pengendalian air dan angin

DMCA.com Protection Status