Beranda / Romansa / Dendam Seorang Janda / Bertemu Mantan Mertua

Share

Bertemu Mantan Mertua

Penulis: Nabila Gemoy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

   Sesampainya dirumah Bu Salma, Mutia langsung istirahat. Dia merasa kecapekan setelah beberapa jam duduk didalam mobil.

“Mutia, besok kamu ikut Papa ke kantor ya, belajar kerja dikantor Papa.” kata Bu Salma.

“Iya ma, Mutia mau ganti nomor ponsel juga nih,” kata Mutia.

“Kapan kamu akan kembali ke desa itu?” tanya Bu Salma antusias.

“Setelah saya kerja dikantor Papa, Ma. Mungkin 1 Minggu lagi aku akan cari rumah kontrakan disana.” jawab Mutia.

“Baiklah, Mama dukung kamu,” kata Bu Salma.

   Malam itu Mutia pergi ke konter untuk membeli kartu baru, setelah itu dia menelfon kakaknya memberi tahu jika nomor ponselnya ganti. Saat sedang asyik berjalan di ruko, tanpa sengaja Mutia menabrak seseorang.

“Maaf Bu, saya tidak sengaja,” kata Mutia sambil melihat orang yang ditabraknya, ternyata dia mantan mertua Mutia.

“Punya mata nggak sih,” kata Bu Siti.

“Saya kan sudah minta maaf, Bu. Tolong dimaafkan!” pinta Mutia.

“Ya sudah, sana pergi,” kata Bu Siti.

   Mutia lalu pergi karena tidak mau berlama-lama bersama Bu Siti yang judes itu. Mutia masuk kedalam mobil lalu pulang.

   Esok harinya, Mutia siap untuk ke kantor bersama Pak Samsul.

“Tia, kamu cantik sekali dengan penampilan seperti ini.” Puji Bu Salma.

   Penampilan Mutia memang berbeda dia memakai blazer yang dia beli di Singapura, dengan celana kerja warna hitam yang sangat serasi.

“Mama bisa saja, tapi Tia kurang percaya diri ma. Tia kan biasanya kerjanya jadi pembantu sekarang harus kerja kantoran.” Jawab Mutia.

“Peningkatan Tia, orang itu nggak akan selalu hidup dibawah terus.” Kata Bu Salma.

   Mutia dan Pak Samsul berangkat ke kantor. Perjalanan ke kantor hanya membutuhkan waktu 15 menit saja. Sesampainya di kantor Pak Samsul mengenalkan Mutia kepada semua staf karyawan. Sebagian karyawan bingung saat Pak Samsul menyebut Tia sebagai putrinya. Setahu mereka Pak Samsul tidak punya anak perempuan, anaknya hanya satu dan itupun masih kuliah diluar negeri. Setelah diperkenalkan dengan para karyawan, Mutia dikenalkan dengan sekertaris Pak Samsul namanya Mbak Amalia dia yang akan mengajari Mutia tentang pekerjaan kantor. Mbak Amalia usianya seumuran dengan Mutia jadi mereka tampak akrab.

“Tia, setahuku Pak Samsul kan nggak punya anak perempuan. Terus kamu apanya Pak Samsul?” tanya Mbak Amalia.

“Dulu Pak Samsul pernah menabrak ku Mbak, karena saya disini tidak punya keluarga lalu Pak Samsul menganggap aku sebagai anaknya.” jawab Mutia.

“Panggil saja Amalia, oh begitu saya ingat beberapa bulan yang lalu pak Samsul bercerita bahwa dia memang menabrak orang.” Kata Mbak Amalia.

“Baik Amalia, terimakasih sudah mau mengajari saya.” Kata Mutia.

   Amalia mengajak Mutia makan di cafe dekat kantor Pak Samsul. Saat mereka makan tiba-tiba ada Ibu-ibu yang marah-marah pada pelayan.

“Siapa sih dia berisik banget,” kata Amalia.

   Mutia melihat kearah sumber suara ternyata Bu Siti dan Fatma sedang marah pada seorang karyawan yang tidak sengaja menumpahkan minuman ke baju Bu Siti.

“Punya mata nggak sih? Kalau jalan jangan Meleng ini akibat ulah kamu.” Kata Bu Siti marah. Sang karyawan hanya terdiam karena dia merasa bersalah.

“Kamu kenal mereka?” tanya Amalia.

“Nggak kok, Cuma kasihan aja lihat karyawan itu dimaki-maki.” jawab Mutia.

“Iya padahal kan udah minta maaf tapi mengapa masih marah-marah. Nggak malu juga dilihat banyak orang kayak gitu.” kata Amalia.

    Selesai makan mereka kembali ke kantor untuk melanjutkan pekerjaannya. Dengan telaten dan sabar Amalia mengajari Mutia. Hingga waktu pulang tiba, akhirnya mereka berpisah.

“Sampai jumpa besok, Amalia,” kata Mutia melambaikan tangan dan masuk ke mobil Pak Samsul.

“Oke,Tia,” jawab Amalia. “Beruntung sekali Tia bisa tinggal bersama Pak Samsul.” tambah Amalia.

“Bagaimana Tia, pekerjaan hari ini?” tanya Pak Samsul.

“Alhamdulillah lancar Pa, Amalia sangat sabar mengajariku.” jawab Mutia.

“Bagus kalau kamu bisa akrab dengan Amalia, jadi kamu bisa cepat bisa.” kata Pak Samsul tersenyum.

“Iya Pa, Amalia orangnya ramah sekali dan asyik diajak ngobrol.” kata Mutia.

    Sesampainya dirumah, Mutia langsung membersihkan diri. Dia istirahat sejenak dikamar sambil mendengarkan musik.

   Malam harinya Mutia pergi berdua dengan Bu Salma ke sebuah acara. Ternyata yang punya acara masih saudaranya Arman. Disana ada Bu Siti dan juga Fatma.

“Ma, yang mengadakan universary ini masih saudaranya mantan mertua aku.” bisik Mutia. “Nah wanita yang ada disana itu Bu Siti mantan mertua aku dan Mbak Fatma iparku.” tambah Mutia.

“Oh itu orangnya, gayanya kampungan banget sih Tia.” jawab Bu Salma.

    Saat sedang asyik berbicara dengan Bu Salma, datang anak kecil menabrak Bu Salma. Anak kecil itu membawa kue, kuenya mengenai gaun mahal Bu Salma.

“Aduh dek hati-hati dong, baju aku kan jadi kotor.” kata Bu Salma.

    Fatma dan Bu Siti mendekati Mutia dan Bu Salma. Mereka tampak marah melihat anak Fatma ditegur Bu Salma.

“Jangan marah sama anak saya, namanya juga anak kecil nabrak sana sini kan biasa.” bela Fatma.

“Oh ini anak kamu ya, tolong ya diajarin biar minta maaf sama saya.” kata Bu Salma.

“Eh ngapain anak saya harus minta maaf sama Ibu. Aku juga nggak suka Ibu marahin anak saya.” kata Fatma kesal.

“Saya nggak marahin anak kamu ya, saya Cuma negur dia. Eh udah nggak mau minta maaf malah nyolot.” bantah Bu Salma.

“Benar apa kata Mama saya, harusnya anak mbak minta maaf karena sudah membuat baju Mama saya kotor.” Kata Mutia.

“Eh ketemu kamu lagi ya, kamu jangan bela mama kamu yang jelas-jelas salah.” Kata Bu Siti.

    Karena mendengar keributan, Bu Silvi yang punya acara pun mendekat. Bu Silvi merupakan adik bungsu Bu Siti.

 “Ada apa ini Bu Salma?” tanya Bu Silvi.

“Ini loh Bu Silvi, anak ini kan tadi nabrak saya, kuenya jatuh ngotorin baju saya. Saya kan nyuruh dia minta maaf. Malah Ibunya nggak boleh kalau anaknya minta maaf.” tutur Bu Salma.

“Mbak Fatma minta maaf dong sama Bu Salma, kan anak Mbak Fatma yang salah.” Kata Bu Silvi.

“Silvi kamu kok malah belain orang lain sih daripada saudara sendiri.” Kata Fatma tidak terima.

“Ayo lah mbak, minta maaf nanti saya jelaskan alasannya.” bisik Bu Silvi.

“Silvi, kamu kok gitu banget sih.” Kata Bu Siti kecewa pada Bu Silvi.

   Akhirnya dengan terpaksa Fatma minta maaf pada Bu Salma. Sebenarnya Bu Salma masih kecewa tapi demo menghormati Bu Silvi dia memaafkan Fatma.

   Acara pun telah usai, para tamu sudah pulang termasuk Bu Salma dan Fatma.

“Silvi siapa sih mereka? Kok kamu takut banget sama mereka.” Kata Bu Siti penasaran.

“Mbak, Bu Salma itu istrinya Bos mas Wawan. Dia yang memimpin perusahaan pusat, sedangkan mas Wawan dipercaya dibagian cabang. Wanita muda tadi putrinya yang baru pulang dari Singapura. Jadi kalau kalian macam-macam sama mereka kerjaan Mas Wawan bisa terancam mbak.” jelas Bu Silvi.

“Pantas saja kamu takut, Vi.” kata Fatma.

“Harusnya Mbak Fatma deketin Bu Salma, siapa tahu mas Ulum bisa diajak kerja di perusahaan Bu Salma.” kata Bu Silvi.

“Alah kenapa nggak bilang dari awal sih Vi, kalau udah gini mana Bu Salma mau ngasih mas Ulum kerjaan.” kata Fatma.

“Besok kita kerumahnya mbak, kita bawa kue bilang saja mau minta maaf lagi.” Usul Bu Silvi.

“Baiklah Vi, kamu atur saja mbak tinggal ngikut.” Kata Fatma.

    Dalam perjalanan pulang Bu Salma ngomel-ngomel,” Pantas saja kamu nggak betah tinggal dilingkungan mereka Tia. Mereka nggak punya moral sama sekali, udah tau anaknya salah nggak diajari minta maaf malah dilarang.” kata Bu Salma.

“Iya ma, mereka emang kayak gitu. Mereka belum tahu siapa mama sih, kalau mereka tau mama istri Papa Samsul yang punya perusahaan terkenal dikota ini. Mereka pasti akan bertekuk lutut sama Mama.” Kata Mutia.

“Pasti mereka sekarang sudah dikasih tau sama Silvi.” Kata Bu Salma. 

“Iya ma, mereka pasti kaget kalau tau siapa Mama.” Kata Mutia.

   Sesampainya dirumah Pak Samsul masih duduk diruang tengah sedang menonton televisi.

“Mama kenapa pulang acara mukanya kusut?” tanya Pak Samsul.

“Lihat nih baju mama kotor, orangnya nggak mau minta maaf. Dipaksa Bu Silvi baru mau minta maaf itu saja terpaksa.” Kata Bu Salma. “Ternyata mereka ipar dan mertua Mutia , Pa.” Kata Bu Salma lagi.

“Sabar ma, sudah sana ganti baju.” Kata Pak Samsul.

    Bu Salma masuk ke kamar dan berganti baju, begitu juga dengan Mutia. Bu Salma sudah ngobrol dengan Pak Samsul ketika Mutia kembali.

“Mereka nggak tahu siapa saya makannya bersikap kayak gitu.” omel Bu Salma.

“Udah jangan ngomel terus entar cepat tua, Ma.” Kata Pak Samsul.

“Ah papa kok gitu,” kata Bu Salma merajuk.

    Mutia hanya tersenyum melihat Mamanya merajuk seperti anak kecil. Mutia beruntung sekali bertemu dengan orang baik seperti mereka. 

“Mutia, duduk sini sayang,” kata Bu Salma. Mutia duduk disebelah Bu Salma yang masih merajuk pada Pak Samsul.

“Mama udah ah jangan merajuk gitu, kasihan Papa tuh.” Kata Mutia.

“Biarkan saja, Papa nyebelin.” Kata Bu Salma.

   Keesokan harinya, Bu Silvi, Bu Siti dan Fatma kerumah Bu Salma. Bu Salma tidak heran jika mereka kerumahnya. Bu Siti dan Fatma kagum dengan rumah Bu Salma yang megah dan mewah. Perabotan rumahnya pun mahal semua.

“Maaf, ada apa ya Bu Silvi kemari? Bukannya semalam baru saja bertemu?” tanya Bu Salma ketika mereka sudah duduk di sofa empuk milik Bu Salma.

 “Saya kesini mengantarkan Mbak Fatma Bu,” jawab Bu Silvi.

“Saya minta maaf Bu Salma atas kelancangan saya semalam.” Kata Fatma. “Oh ya ini ada sedikit kue buat Bu Salma dan keluarga.” tambah Fatma.

“Bukannya semalam usah minta maaf ya, kenapa harus kesini lagi?” tanya Bu Salma meyakinkan dirinya sendiri.

“Iya, tapi rasanya kurang afdol kalau saya tidak berkunjung kemari secara langsung.” Jawab Fatma.

“Ya sudah, apa ada perlu yang lain?” tanya Bu Salma.

“Sekiranya perusahaan Bu Salma butuh karyawan baru, suami saya siap Bu.” Kata Fatma tanpa basa-basi.

“Kalau soal urusan kantor saya tidak tahu, yang tahu adalah putri ku Tia. Kalau mau minta pekerjaan bisa temui dia lain waktu.” jawab Bu Salma.

“Baik Bu, lain waktu kita kesini lagi.” kata Fatma.

“Kalau mau dapat kerjaan pandai-pandailah mendekati putri saya.” Kata Bu Salma.

   Mereka hendak pergi, tapi ternyata Mutia pulang. Mutia tidak tahu jika mereka akan kerumahnya. Dia hanya diperintahkan Papanya untuk mengambil dokumen yang tertinggal dirumah.

“Nah itu Tia pulang, Tia ini Fatma minta kerjaan buat suaminya.” kata Bu Salma.

“Maaf Bu Fatma sementara ini belum ada, nanti kalau ada saya kabari. Tinggalkan saja kartu nama suami anda.” Kata Mutia.

“Saya mohon Tia, kalau ada pekerjaan hubungi suami saya. Ini kartu nama suami saya.” Kata Fatma memberikan kartu nama suaminya pada Mutia.

“Sudah dulu ya, saya mau keruangan Papa ambil dokumen yang tertinggal.” Kata Tia lalu beranjak pergi setelah menerima kartu nama Ulum.

    Sedang asyik mencari dokumen yang tertinggal tiba-tiba saja terdengar sesuatu pecah dari ruang tamu. Setelah mendapatkan dokumen tersebut, Mutia keruang tamu. Bu Salma kaget sekali ketika mendapati guci kesayangannya pecah.

“Siqpa yang memecahkan guci saya?” tanya Bu Salma. Ternyata tadi Bu Salma ke kamar sebentar dan meninggalkan mereka bertiga diruang tamu.

“Maaf Bu, saya yang melakukannya,” kata Bu Siti takut.

“Ini guci mahal Bu, belinya dari Jepang. Pokoknya saya minta ganti Bu.” Kata Bu Salma.

“Baik Bu akan kami ganti, berapa harganya Bu?” tanya Fatma.

“Harganya 25 juta, ganti rugi sekarang,” Jawab Bu Salma.

    Mereka bertiga melongo mendengar nominal yang disebutkan Bu Salma. Mutia yakin Bu Siti tidak punya uang sebanyak itu. Fatma tampak menggaruk-garuk kepalanya, sedangkan Bu Siti tampak kebingungan. Bu Silvi merasa tak enak hati dengan Bu Salma akibat ulah kakaknya.

Bab terkait

  • Dendam Seorang Janda   Negosiasi

    “Gimana bisa bayar sekarang?” tanya Bu Salma. Mutia sudah kembali ke kantor, karena dokumen sudah ditunggu Pak Samsul.“Maaf Bu, kami tidak punya uang sebanyak itu.” jawab Fatma tertunduk.“Lalu gimana kalau tidak punya uang?” tanya Bu Salma.“Biarkan Ibu kami bekerja disini Bu, untuk membayar ganti rugi.” kata Fatma.“Fatma...kamu nyuruh Ibu jadi asisten rumah tangga disini,” kata Bu Siti protes.“Mau bagaimana lagi,Bu. Kita tidak punya uang untuk ganti rugi sebanyak itu.” kata Fatma.“Begini saja, sekarang kalian pulang dulu, aku pertimbangkan dulu usul Fatma tadi.” jawab Bu Salma. Mereka pulang dengan kekecewaan, Fatma menyalahkan Ibunya yang telah ceroboh.“Ibu gimana sih, malah bikin masalah baru sama Bu Salma.” kata Fatma.“Kamu juga ngapain usul buat Ibu kerja disana. Masa iya Ibu jadi ART dirumah Bu Salma, malu dong

  • Dendam Seorang Janda   Cemburu Buta

    "Ayo pulang!" ajak Fatma menarik tangan suaminya."Loh Mas Ulum belum bayar Mbak." kata Sonia."Ngutang dulu," jawab Fatma."Nggak Mbak, cuma beli kopi kok ngutang. Katanya situ orang kaya masak beli kopi ngutang." bantah Sonia."Eh janda ganjen kamu tuh ya baru punya warung kayak gubuk gitu aja udah sombong minta ampun." kata Fatma tidak mau kalah."Pokoknya bayar sekarang," bentak Sonia.Ulum hendak mengambil uang disaku celananya namun dicegah oleh Fatma. "Nggak usah bayar mas," kata Fatma."Biar aku bayar dek, malu kalau kopi saja ngutang." jawab Ulum yang malu dilihat banyak orang."Mas kamu itu gimana sih, oh jangan-jangan mas suka sama janda gatel itu." kata Fatma berasumsi sendiri."Nggak dek, Mas hanya cinta sama kamu seorang." kata Ulum."Alah kamu mas bilang cinta nyatanya baru aku tinggal sebentar udah main kesini." kata Fatma."Tapi aku tidak suka sama Sonia dek." kata Ulum."Ngaku saja

  • Dendam Seorang Janda   Vidio Viral Mantan Bapak mertua

    PlakSebuah tamparan mendarat dipipi Pak Warto."Tega sekali kamu Pak," kata Bu Siti sambil terisak tubuhnya lemas hingga merosot jatuh kelantai."Mendingan Bapak pergi dari sini, bawa baju Bapak." usir Fatma."Tolong maafkan Bapak Bu, Bapak nggak tahu kalau akan menyebar vidio itu. Bapak juga tidak tahu siapa yang merekamnya." kata Pak Warto."Sudah cukup Bapak pergi sekarang." teriak Bu Siti.Bu Siti masuk kedalam rumah mengambil semua baju Pak Warto dan melemparnya ke teras."Bawa pakaian kamu," teriak Bu Siti.Pak Warto memunguti bajunya lalu membawanya."Maafkan Bapak,Bu." kata Pak Warto berjalan menjauhi rumah yang selama ini dia tinggali bersama keluarganya.Fatma seketika panik ketika digrup RT dan beberapa Grup arisanembahas vidio viral Pak Warto."Bapak pergi meninggalkan aib," kata Fatma kesal. "Semua grup whatsapp menggunjingkan keluarga kita Bu." kata Fatma.Bu Zuli datang,"Udah lihat bu

  • Dendam Seorang Janda   Pekerjaan Baru

    "Baik Mbak saya akan kesana." kata Bu Siti.Fatma dan Ulum mengantar Bu Siti kerumah sakit yang disebutkan. Benar disana terlihat Pak Warto terbaring sakit diatas ranjang."Dengan keluarga Pak Warto?" tanya seorang perawat."Iya sa istrinya," jawab Bu Siti."Mari ikut saya menemui Dokter." kata Perawat."Ayo Fat temanin Ibu!" ajak Bu Siti. Fatma pun menemani Bi Siti keruagan Dokter. Sedangkan Ulum menunggu didepan ruangan Pak Warto.Sesampainya diruangan dokter, mereka duduk."Keluarga Pak Warto ya?" tanya Dokter."Iya pak saya istrinya," jawab Bi Siti."Begini Bu Pak Warto akan lumpuh karena kakinya mengalami benturan yang sangat keras." tutur Dokter."Apa lumpuh dok?" tanya Fatma."Iya Mbak, kami berharap keluargamu memberikan Pak Warto dukungan dan semangat agar bisa menerima kenyataan." kata Dokter."Baik dok," kata Bu Siti.Mereka lalu keluar dari ruangan Dokter tersebut."Mas Bapa

  • Dendam Seorang Janda   Kedekatan Tia dan Ulum

    "Ya ampun Bu Salma repot-repot kemari." kata Bu Siti tersenyum."Ini Bu ada sedikit bingkisan." kata Tia memberikan parcel buah pada Bu Siti."Terimakasih Tia, Terimakasih juga sudah memberi Ulum pekerjaan." kata Bu Siti."Oh ya Fatma kok tidak ada disini Bu?" tanya Bu Salma."Fatma pulang sore tadi Bu, kita gantian jaga Bapak." kata Bu Siti."Silahkan duduk Bu Tia!" kata Ulum pada Tia."Terimakasih Pak," jawab Tia lalu duduk disofa bersama Bu Salma."Sepertinya saya pernah lihat suami Bu Siti ya? Tapi dimana? Oh iya aku lupa vidio viral itu ya." sindir Bu Salma."Itu bukan suami saya Bu," sanggah Bu Siti."Alhamdulillah kalau bukan suami Ibu, soalnya kasihan kalau suami Ibu." kata Bu Salma."Ya nggak lah Bu," kata Bu Siti dengan senyum yang dipaksakan."Soalnya mirip sekali," kata Bu Salma. "Oh ya ini ya suami Fatma?" tanya Bu Salma melihat kearah Ulum yang berdiri."Iya Bu, dia suaminya Fatma." jaw

  • Dendam Seorang Janda   Pertengkaran Ulum menjadi kesempatan Tia

    "Itu teman Fatma Mas," kata Fatma."Tadi katamu tidak ada tamu?" tanya Ulum."Maaf Fatma berbohong," kata Fatma."Kamu ada hubungan apa dengan dia? Kalian terlihat begitu mesra." tanya Ulum."Dia hanya temanku," kata Fatma.Ulum masuk kedalam kamar, saat duduk diatas ranjang Ulum menemukan bungkus alat kontrasepsi diatas ranjang."Fatma...," panggil Ulum dengan nada tinggi."Ada apa sih Mas? Kok marah?" tanya Fatma berlari kekamar."Ini apa?" tanya Ulum menunjukkan bungkus alat kontrasepsi pada Fatma.Fatma sangat kaget, Ulum memeriksa tong sampah terdapat sebuah alat kontrasepsi bekas pakai disana."Siapa yang menjadi selingkuhan mu?" tanya Ulum."Aku tidak selingkuh Mas." sanggah Fatma."Ini sudah ada buktinya kamu masih mengelak? Jawab jujur Fatma." bentak Ulum."Maaf Mas saya melakukannya agar dapat uang buat kebutuhan kita." kata Fatma."Jadi kamu jual diri?" tanya Ulum penuh emosi

  • Dendam Seorang Janda   Tia Pindahan Fatma Untung Besar

    Hari ini Tia telah pindah kerumah barunya yang dia beli dari Bu Zaenab. "Akhirnya kamu pindah kesini Tia." kata Fatma. "Pasti dong, terimakasih Fatma udah bantu aku beli rumah ini." kata Tia senang. "Sama-sama kalau perlu apa-apa jangan sungkan minta bantuan saya ya." kata Fatma. "Baiklah," kata Tia. Fatma pulang Bu Siti segera kerumah Fatma dan meninggalkan Pak Warto sendiri. "Fatma mana bagian Ibu?" tanya Bu Siti. "Bagian apa Bu?" tanya Fatma pura-pura lupa. "Bagian Ibu dari hasil jual rumah ke Tia lah." kata Bu Siti. "Ibu kan nggak bantu apa-apa buat apa aku kasih bagian. Lagian untungnya cuma 2 juta Bu." kata Fatma sengaja membohongi Bu Siti padahal untungnya lebih dari 15 juta. "Gimana sih kamu nggak pinter nawar sih." kata Bu Siti. "Udah Ibu minta bagian 500ribu saja." tambah Bu Siti. "Nggak ada bagian Ibu lagian uang 2juta udah aku belikan cincin ini." kata Fatma menunjukkan cincin yang ba

  • Dendam Seorang Janda   Fatma Main Api Kembali

    "Fatma... Kenapa kaget?" tanya Pria itu. "Jordan...sedang apa kamu disini?" tanya Fatma. "Aku ingin bertemu dengan mu," kata Jordan. "Fatma aku duluan ya, karena aku udah ada janji." kata Hani. "Iya Han makasih ya," kata Fatma. Hani meninggalkan Fatma bersama Jordan. Mereka tampak kikuk saat berduaan seperti itu. "Fat apa kamu masih mencintaiku?" tanya Jordan. "Maksud kamu apa? Aku sudah punya suami Jordan." jawab Fatma. "Kit kan bisa perlindungan tanpa sepengetahuan suami kamu. Aku akan berikan apapun yang kamu mau." kata Jordan. "Benarkah? Apapun itu?" tanya Fatma. "Iya aku tidak berbohong Fatma." jawab Jordan meyakinkan Fatma. "Baiklah aku mau," kata Fatma. Cuma pulang kerumah diantar Jordan, ternyata Umum sudah dirumah. Melihat istrinya diantar lelaki membawa mobil Ulum geram. ""Siapa dia?" tanya Ulum. "Bukan urusan kamu," jawab Fatma "Kamu itu istriku jadi itu

Bab terbaru

  • Dendam Seorang Janda   Pernikahan Tia dan Malik

    Bu Umi hampir saja memarahi Viona karena dikira Sabrina jatuh karena Viona. Nyatanya Sabrina jatuh karena dia mengantuk dan ingin turun dati ranjang tapi malah terjatuh. "Ya sudah, ayo kita pulang Na! Kamu kan sudah mengantuk!" Mira membantu Sabrina berdiri. Sabrina menurut dengan Ibunya, dia segera pulang bersama Ibunya yang membawa jajan dari Bu Umi tadi. "Terimakasih ya Bu Umi," ucap Mira sembari keluar dari rumah Bu Umi. Mira dan Sabrina berjalan cepat kearah rumah Tia, karena Sabrina sudah mengantuk. Sesampainya di rumah Sabrina langsung masuk kamar. Tia membantu Mira mengeluarkan jajan dari Bu Umi. "Pnya buat besok aja Tia, dipanasin," kata Mira sembari menaruh opor ayam kedalam kulkas . "Iya Mbak, jawabnya banyak sekali Mbak?" tanya Tia. "Iya Bu Umi buat banyak tadi," jawab Mira. Setelah membantu Mira, Tia segera tidur besok dia ada acara fitting baju pengantin jadi harus bangun pagi. Tia juga akan melihat gedung

  • Dendam Seorang Janda   Teman Baru Untuk Sabrina

    Tia masih berteriak, Tapi Sabrina tidak kunjung bangun. Tia tetap berusaha membangunkan Sabrina meskipun tidak bangun. "Jangan pergi kamu!" teriak Tia sambil menepis tangan kuntilanak. Tapi malah justru semakin dekat dan kuntilanak itu berhasil mencekik lehernya. Tia sampai sulit bernafas karena dicekik. "Tante bangun." Sabrina menggoyang-goyangkan tubuh Tia. Hingga akhirnya Tia terbangun. "Hantu..." teriak Tia. "Tante mimpi apa kok teriak-teriak sampai aku terbangun?" tanya Sabrina. "Aku mimpi ada hantu mencekik tante," jawab Tia sambil duduk. Tia lalu minum airputih yang ada dimeja dekat dia tidur. "Tante nggak berdoa sih pantas mimpi buruk," kata Sabrina. Tia hnya tersenyum melihat tingkah Tantenya. Mira dan Budipun akhirnya mengetuk pintu kamar Tia karena dengar teriakan Tia tadi. Sabrina membukakan pintu, Mira langsung mendekati Tia. "Kamu kenapa?" tanya Mira. "Tante mimpiin hantu Bu," kata Sabrina. Setelah

  • Dendam Seorang Janda   Kesalahan Bu Siti dimaafkan

    Bu Siti mencoba berdiri, begitu juga dengan Mira. Mira kesal sekali dengan tingkah Bu Siti yang ceroboh sekali. "Maaf Non, saya kira tadi sudah kering," kata Bu Siti. Namun, Mira hanya diam saja, dan pergi ke kamar bersama Sabrina. "Lain kali hati-hati Bu," kata Budi lalu lanjut menonton televisi. Bu Siti kembali ke dapur setelah lantai kering. Bu Siti merasa bersalah pada Sabrina dan Mira. Dia takut jika nanti dipecat oleh Tia, sedangkan dirinya butuh pekerjaan ini. "Semoga saja Non Tia tidak memecat aku, aku takut banget kehilangan pekerjaan ini. Karena dengan kerja disini aku bisa makan buat sehari-hari." kata Bu Siti. Dia lalu melanjutkan pekerjaannya dan sebisa mungkin tidak membuat kesalahan. Nyatanya Bu Siti sekarang lupa menanak nasi padahal sudah jam 12. Mira marah lagi kali ini dia tidak memberi ampun pada Bu Siti. "Kalau sudah bosan kerja disini itu bilang, jangan main lupa dan buat kesalahan gitu," omel Mira."Gara-gara kamu

  • Dendam Seorang Janda   Persiapan Pernikahan Tia dan Malik

    Bu Siti segera mengambil lap dan pel dia membersihkan tumpahan minuman yang terjatuh. Bu Salma nampak masih kesal pada Bu Siti."Lain kali kalau kerja hati-hati jangan ceroboh. Bikin malu saja kamu Siti," omel Bu Salma."Iya bikin malu kita." Mira menimpali omelan Bu Salma."Maafkan saya Mir, Bu," ucap Bu Siti tertunduk karena mengaku dirinya salah.Desainer tadi kembali, dia sudah membersihkan bajunya. Tidak berapa la dia pamit karena akan pergi ke tempat lain. Dengan rasa malu Bu Salma meminta maaf atas kesalahan Bu Siti."Tidak a Bu, mungkin dia capek," kata Desainer itu lalu pergi membawa mobil putihnya."Untung saja dia nggak marah," kata Mira llu masuk kedalam rumah bersama Bu Salma. Tia hnya diam saja, dia daritadi tidak berbicara sepatah katapun saat Bu Siti melakukan kesalahan.Tia melihat jam ditangannya, tidak bera lama dia masuk kedalam kamar. Bu Salma nampak kasihan pada Tia."Mir, Tia kenapa?" tanya Bu Salma

  • Dendam Seorang Janda   Sahara Hamil

    Sahara dibawa ke rumah sakit terdekat oleh Mamanya. Tidak berapa lama Papanya datang, Sahara sudah sadar. "Maaf suaminya mana, Bu?" tanya Dokter. "Suami?" tanya Mama Sahara penasaran. "Dia lagi keluar kota Dokter," kata Mama Sahara bohong. "Pasien sedang hamil muda Bu, tolong lebih diperhatikan. Jangan biarkan dia stres," kata Dokter. Seketika mama dan Papa sahara kaget mendengar putrinya hamil. Mereka kecewa karena Sahara telah merusak kepercayaan mereka. "Apa dia hamil ak Frans?" tanya Papa Sahara setelah Dokter pergi. "Lebih baik Papa tanya Sahara," jawab Mama Sahara. "Sahara kamu hamil, siapa ayah dari bayi kamu itu?" tanya Papa Sahara. "Frans Pa," jawab Sahara sedih. "Dimana Frans dia harus bertanggung jawab," kata Papa Sahara. "Frans ditangkap polisi Pa," jawab Sahara. "Apa?" ucap Papa Sahara kaget. "Baru tahu kan, dulu aku bilang sama kamu nggak percaya," kata Mama Sahara ketus.

  • Dendam Seorang Janda   Tertangkapnya Frans

    Akhirnya orang tua Frans pulang, Dewi tidak memaafkannya. Munif berharap Frans segera tertanggap dan bertanggung jawab atas perbuatannya. "Pa, kemana ya Frans melarikan diri?" tanya Mama Frans. "Sudah Ma, jangan pikirkan Frans lagi. Di sudah mencoreng muka kita. Papa berharap dia segera tertangkap. Papa tidak mau dia berkeliaran." jawab Munif. "Mengapa dia jadi anak yang begini sih," kata Mama frans memijat kepala dia yang terasa pusing. Mereka kembali ke rumahnya, mereka tidak mau berurusan lagi dengan Frans, sudah cukup Frans membuat aib kekuarga. Semuanya sudah kecewa terhadap tindakan Frans itu. Tindakan kriminal yang telah menjadikan orang lain korbannya. Biarkan sa dia hidup tanpa keluarga, biar dia merasakan betapa pentingnya keluarga. ** Ditempat lain Frans merasakan betapa susahnya dikota orang tanpa uang yng cukup. Dia sudah beberapa kali menjambret tapi belum cukup. Dia terpaksa terus menjambret agar dapat uang. Itu salah sa

  • Dendam Seorang Janda   Penyesalan Fatma

    Jenazah Sania dibawa ke rumah Dewi, Bu Siti dan Tia mendampingi Dewi. Tidak berapa lama tetangga dan saudara Dewi berdatangan. Semua menguatkan Dewi, saat ini Dewi menjadi sebatang kara karena Sania telah menyusul sang Papa."Aku dengar dia meninggal karena dibunuh ya?" tanya Novi pada sonia."Iya aku dengar yang membunuh adalah Frans orang yang dulu melamar dia. Kasihan sekali Sania," kata Sonia."Pantas kau dia seperti itu, selama ini dia kan jahat. Kalau aku jadi Tia nggak mau lah ikut takxiah kesini," kata Novi."Iya dia kan sudah jahat pada Tia dan keluarga Malik. Tapi nyatanya mereka malah takziah, berarti mereka telah memaafkan Samua." kata Sonia.Mereka merasa kasihan pada Dewi yang kini tinggal sendirian setelah kepergian Sania. Sania segera dimakamkan karena sudah sore sekali. Beberapa tetangga ikut kepemakaman Sania. Mereka merasa kasihan terhadap Sania yang meninggal karena dibunuh.Semua saudara Dewi tidak ada yang menginap diru

  • Dendam Seorang Janda   Keterpurukan Frans

    "Kamu berniat mengacaukan acara ini dengan memberi racun ini pada makanan ini semua?" tanya Tia. Frans tidak menjawab malah kabur begitu saja. Dia berlari lewat pintu belakang, Tia tidak akan tinggal diam jika Frans masih nekat. Tia kembali kedepan, Malik tampak mencurigai Tia. "Ke kamar mandi kok lama sekali?" tanya Malik. "Aku bertemu pengacau tadi, untung aku memergokinya. Kalau tidak kita sudah keracunan." jawab Tia. "Maksud kamu apa?" tanya Malik. Tia lalu menceritakan kejadian tadi pas dia ke kamar mandi. Dia melihat Frans hampir menuangkan racun ke makanan acara Amalia ini. Tia akan memberitahu Pak Samsul agar Frans diberi sanksi karena hendak melakukan tindakan kriminal. Frans tampak kebingungan karena dia gagal mengacaukan acara Amalia dan Jaka. Dia menyuruh orang untuk menculik Amalia nanti malam. *** Di rumah sakit, Sania sudah sadar. Dia bertanya pada perawat apa yang terjadi pada d

  • Dendam Seorang Janda   Amalia tunangan, Frans sakit hati

    Setelah kejadian di rumah sakit itu, Amalia dan Jaka melaksanakan mengumumkan pertunangan mereka pada semua orang.Sania yang tahu hal itu tertawa puas, karena melihat Frans yang patah hati. Frans sakit hati dan tidak terima atas keputusan Amalia.Siang itu setelah Amalia mengundang teman kerjanya ke acara pertunangan mereka. Frans langsung marah, dia mendekati Amalia yang selama beberapa hari ini cuek padanya."Apa kamu yakin dengan pilihan kamu?" tana Frans yang beras didepan meja kerja Amalia."Mengapa tidak? Tidak ada alasan buat menolak Jaka," kata Amalia tanpa menatap Frans."Apa kamu tidak mencintai ku?" tanya Frans."Ah apa? Cinta kamu?" tanya Amalia." Jangan gila kamu," tamu Amalia.Mendengar jawaban Amalia Frans marah, dia menggebrak meja kerja Amalia."Beruntung aku nggak milih kamu," kata Amal. "Kamu seperti monster kalau marah," kata Amalia lagi. Semua karyawan melihat mereka berdua. Karena ulahnya itu Frans

DMCA.com Protection Status