Hari ini Tia telah pindah kerumah barunya yang dia beli dari Bu Zaenab.
"Akhirnya kamu pindah kesini Tia." kata Fatma.
"Pasti dong, terimakasih Fatma udah bantu aku beli rumah ini." kata Tia senang.
"Sama-sama kalau perlu apa-apa jangan sungkan minta bantuan saya ya." kata Fatma.
"Baiklah," kata Tia.
Fatma pulang Bu Siti segera kerumah Fatma dan meninggalkan Pak Warto sendiri.
"Fatma mana bagian Ibu?" tanya Bu Siti.
"Bagian apa Bu?" tanya Fatma pura-pura lupa.
"Bagian Ibu dari hasil jual rumah ke Tia lah." kata Bu Siti.
"Ibu kan nggak bantu apa-apa buat apa aku kasih bagian. Lagian untungnya cuma 2 juta Bu." kata Fatma sengaja membohongi Bu Siti padahal untungnya lebih dari 15 juta.
"Gimana sih kamu nggak pinter nawar sih." kata Bu Siti. "Udah Ibu minta bagian 500ribu saja." tambah Bu Siti.
"Nggak ada bagian Ibu lagian uang 2juta udah aku belikan cincin ini." kata Fatma menunjukkan cincin yang ba
Siapa pria dari masalalu fatma? Yuk ikutin terus ceritanya.
"Fatma... Kenapa kaget?" tanya Pria itu. "Jordan...sedang apa kamu disini?" tanya Fatma. "Aku ingin bertemu dengan mu," kata Jordan. "Fatma aku duluan ya, karena aku udah ada janji." kata Hani. "Iya Han makasih ya," kata Fatma. Hani meninggalkan Fatma bersama Jordan. Mereka tampak kikuk saat berduaan seperti itu. "Fat apa kamu masih mencintaiku?" tanya Jordan. "Maksud kamu apa? Aku sudah punya suami Jordan." jawab Fatma. "Kit kan bisa perlindungan tanpa sepengetahuan suami kamu. Aku akan berikan apapun yang kamu mau." kata Jordan. "Benarkah? Apapun itu?" tanya Fatma. "Iya aku tidak berbohong Fatma." jawab Jordan meyakinkan Fatma. "Baiklah aku mau," kata Fatma. Cuma pulang kerumah diantar Jordan, ternyata Umum sudah dirumah. Melihat istrinya diantar lelaki membawa mobil Ulum geram. ""Siapa dia?" tanya Ulum. "Bukan urusan kamu," jawab Fatma "Kamu itu istriku jadi itu
Fatma mendekati Bu Siti, "Ibu ngapain kesini?" tanya Fatma."Siapa dia?" tanya Bu Siti."Dia Jordan Bu, ingatkan Jordan teman Fatma waktu sekolah." kata Fatma."Nak Jordan ini kamu?" tanya Bu Siti mendekati Jordan. "Ya ampun makin cakep saja." kata Bu Siti."Iya tante, maaf Jordan baru bisa main kesini. Soalnya Jordan sibuk mengurus perusahaan warisan papa." kata Jordan."Bu Jordan beliin Cuma tas bagus lih, ini tasnya." kata Atma menunjukan tasnya."Ya ampun ini tas mahal loh," kata Bu Siti kagum dengan tas mahal itu."Iya tante, kalau tante butuh sesuatu bisa hubungi Jordan ya tante. Jordan izin pulang dulu mau ke kantor." kata Jordan mencium tangan kanan Bu Siti."Baik nak Jordan serong-sering mampir kesini ya." kata Bu Siti."Baik tante," kata Jordan lali pergi dari rumah Fatma."Bu jangan bilang sama Mas Ulum ya, kalu aku dekat lagi dengan Jordan." kata Fatma."Bisa aja tapi harus ada uang tutup mulutn
Setelah kejadian tadi Tia memanggil Ulum keruangannya."Ulum kamu bisa menyetir mobil?" tanya Tia."Bisa Bu," jawab Ulum takut yang biasanya memanggil hanya Tia sekarang pakai Bu lagi."Mulai besok kamu jadi supir aku aja." kata Tia."Supir Bu Tia?" tanya Ulum."Iya apa kamu keberatan?" tanya Tia"Tidak Bu," jawab Ulum."Baiklah kamu hanya mengantar aku berangkat dan pulang kerja saja." kata Tia."Baik Bu," kata Ulum."Masih untung aku nggak pecat kamu." kata Tia."Terimakasih Bu karena Ibu nggak pecat saya." kata Ulum."makanya jangan bertingkah," kata Tia. "Udah sana lanjut kerja." kata Tia.Ulum keluar dari ruangan Tia dengan perasaan sedikit lega karena tidak dipecat.Ulum pulang saat Fatma duduk manis diruang tamu."Oh suamiku udah pulang," kata Fatma. "Kok kusut amat Mas mukanya?" tanya Fatma."Tia mindahin aku jadi supirnya dia, gegara tadi aku bikin kesalahan." kata Ulum.
Ulum segera memakai bajunya yang berserakan dilantai."Apa yang kamu lakukan Mas? Kamu telah tidur dengan Tia?" tanya Fatma terisak."Kenapa kamu menyalahkan aku, bukannya kamu sendiri pernah selingkuh. Impas kan sekarang!" seru Ulum."Tapi aku melakukannya karena kamu tidak bekerja." kata Fatma masihbela diri."Sudah kalian pulang saja,ribut dirumah kalian jangan disini." kata Tia lalu keluar dari kamar."Ayo pulang kita selesaikan dirumah!" ajak Ulum sambil menarik tangan Fatma.Ulum sempat tersenyum kepada Tia."Pasti dia pikir kita habis melakukan itu." kata Tia.Saat Tia akan berangkat kerja dia mendapat pesan dari Pak Rt. Pak Rt menagih janji Tia untuk main berdua.Mbak Tia kapan kita bisa melakukan itu? Aku selalu ingat janji Mbak Tia, begitu pesan Pak RtIya pak nanti ku hubungi lagi (send)Ulum sudah siap didepan rumah, "Mari Bu," kata Ulum tersenyum."Aku senang akhirnya kita melakukan itu.
Pak RT dan Tia masuk kedalam kamar hotel. Susan sudah memberi kabar bahwa dia sudah sampai. Tia memberitahu nomor kamar mereka. "Pak Rt tutup mata dulu ya pakai ini saya mau kekamar mandi dulu ganti baju." kata Tia sambil menutup mata Pak Rt dengan kain. Tia menemui Susan yang sudah ada didepan kamar. "Mbak susana nanti saya transfer ya? Kalau selesai main langsung balik aja." kata Tia. Mereka masuk kedalam kamar, Pak jangan buka penutup matanya ya !" pinta Tia. Susan mulai menjalankan aksinya, Tia menunggu didepan pintu kamar. Setelah menunggu hampir 1 jam akhirnya Susana keluar. Kini Tia yang masuk kedalam. "Pak sudah selesai kita pulang yuk! Ajak Tia. Pak Rt membuka penutup matanya, dia segera memakai bajunya lalu pulang. Tia sudah mentransfer Susana sebelum Susana pergi dari hotel tadi. **** Esok harinya adalah hari libur Tia melakukan lari pagi keliling kampung. "Pak Rt sedang apa nih?" tany
Ulum tampak masih sangat ragu untuk menandatangani perjanjian tersebut. "Bagaimana Ulum bisa kamu tanda tangani?" tanya Tia. "Beri saya waktu Tia," kata Ulum. "Oke 2 hari saja aku kasih waktu kamu. Tinggal pilih jabatan atau istri kamu yang tukang selingkuh itu. Posisi yang aku tawarkan gajinya besar loh 10 juta per bulan." kata Tia. "Banyak sekali gajinya, itu beneran?" tanya Ulum. "Beneran dong," kata Tia. "Makanya kamu tinggal pilih yang mana." kata Tia. "Dua hari lagi saya akan kasih jawabannya." kata Ulum lalu pergi dari rumah Tia. Tia tersenyum puas saat melihat Ulum kebingungan. Sesampainya dirumah Ulum sudah ditunggu Fatma. "Gimana Mas? Naik jabatan kan?" tanya Fatma. "Iya tapi ada syaratnya," jawab Ulum. "Apa syaratnya Mas?" tanya Fatma antusias. "Aku harus menceraikan kamu." kata Ulum. "Apa? Cerai?" tanya Fatma kaget. "Iya itu yang diminta Tia. Aku bingung harus
"Ulum sadar ..." kata satpam menyenggol Ulum."Nggak apa-apa Mbak, Mbak karyawan baru ya kok saya baru lihat?" tanya Ulum."Saya kesini baru untuk interview Mas." jawab wanita itu."Semoga diterima disini ya Mbak." kata Ulum senang."Terimakasih Mas," jawab wanita itu lalu masuk kedalam kantor."Tuh kan ada wanita cantik jadi ngapain kamu memperjuangkan wanita yang tukang selingkuh." kata Satpam."Benar juga kata kamu." jawab Ulum."Iya lah kita kan lelaki harus punya harga diri jangan mau diinjak sama wanita." kata Satpam."Oke akan aku pertimbangkan ucapan kamu bro." kata Ulum senang."Ingat wanita cantik masih banyak." kata Satpam."Oke bro," jawab Ulum.Sepanjang perjalanan Ulum memikirkan ucapan satpam tadi pagi."Bu tadi pagi saya lihat Fatma dengan selingkuhan masuk kedalam kamar hotel." kata Ulum."Bagus kan kalian mau cerai jadi itu bisa kamu buat alasan buat menceraikan dia." kata Ti
"Mas kamu salah kan? Kita nggak cerai beneran kan?" tanya Fatma. "Aku akan menceraikan kamu." kata Ulum. "Setelah ini kamu bisa kan menikah dengan selingkuhan kamu yang kaya itu." kata Ulum. "Maksud kamu apa Mas?" tanya Fatma. "Beberapa hari yang lalu kamu dihotel melati bersama dia kan? Lalu kamu ke Bali juga bersama dia. Lalu untuk apa aku mempertahankan rumah tangga ini. Kamu berulang kali mengkhianati aku." kata Ulum. "Kamu juga mengkhianati aku Mas, kamu main kan sama Tia?" tanya Fatma. "Itu kan atas permintaan kamu agar aku mendekati Tia." kata Ulum. "Apa kamu lupa Fatma?" tanya Ulum. "Tapi...aku tidak mau cerai mas." kata Fatma. "Aku bukan pria bodoh yang mau diremehkan wanita seperti kamu." kata Ulum. "Aku minta maaf mas, tapi tolong jangan ceraikan aku." kata Fatma sedih. "Tidak ada kata maaf untuk kamu Fatma. Lagian kita belum punya anak kan jadi aku mudah melepaskan kamu." kata Ulum. "Ak
Bu Umi hampir saja memarahi Viona karena dikira Sabrina jatuh karena Viona. Nyatanya Sabrina jatuh karena dia mengantuk dan ingin turun dati ranjang tapi malah terjatuh. "Ya sudah, ayo kita pulang Na! Kamu kan sudah mengantuk!" Mira membantu Sabrina berdiri. Sabrina menurut dengan Ibunya, dia segera pulang bersama Ibunya yang membawa jajan dari Bu Umi tadi. "Terimakasih ya Bu Umi," ucap Mira sembari keluar dari rumah Bu Umi. Mira dan Sabrina berjalan cepat kearah rumah Tia, karena Sabrina sudah mengantuk. Sesampainya di rumah Sabrina langsung masuk kamar. Tia membantu Mira mengeluarkan jajan dari Bu Umi. "Pnya buat besok aja Tia, dipanasin," kata Mira sembari menaruh opor ayam kedalam kulkas . "Iya Mbak, jawabnya banyak sekali Mbak?" tanya Tia. "Iya Bu Umi buat banyak tadi," jawab Mira. Setelah membantu Mira, Tia segera tidur besok dia ada acara fitting baju pengantin jadi harus bangun pagi. Tia juga akan melihat gedung
Tia masih berteriak, Tapi Sabrina tidak kunjung bangun. Tia tetap berusaha membangunkan Sabrina meskipun tidak bangun. "Jangan pergi kamu!" teriak Tia sambil menepis tangan kuntilanak. Tapi malah justru semakin dekat dan kuntilanak itu berhasil mencekik lehernya. Tia sampai sulit bernafas karena dicekik. "Tante bangun." Sabrina menggoyang-goyangkan tubuh Tia. Hingga akhirnya Tia terbangun. "Hantu..." teriak Tia. "Tante mimpi apa kok teriak-teriak sampai aku terbangun?" tanya Sabrina. "Aku mimpi ada hantu mencekik tante," jawab Tia sambil duduk. Tia lalu minum airputih yang ada dimeja dekat dia tidur. "Tante nggak berdoa sih pantas mimpi buruk," kata Sabrina. Tia hnya tersenyum melihat tingkah Tantenya. Mira dan Budipun akhirnya mengetuk pintu kamar Tia karena dengar teriakan Tia tadi. Sabrina membukakan pintu, Mira langsung mendekati Tia. "Kamu kenapa?" tanya Mira. "Tante mimpiin hantu Bu," kata Sabrina. Setelah
Bu Siti mencoba berdiri, begitu juga dengan Mira. Mira kesal sekali dengan tingkah Bu Siti yang ceroboh sekali. "Maaf Non, saya kira tadi sudah kering," kata Bu Siti. Namun, Mira hanya diam saja, dan pergi ke kamar bersama Sabrina. "Lain kali hati-hati Bu," kata Budi lalu lanjut menonton televisi. Bu Siti kembali ke dapur setelah lantai kering. Bu Siti merasa bersalah pada Sabrina dan Mira. Dia takut jika nanti dipecat oleh Tia, sedangkan dirinya butuh pekerjaan ini. "Semoga saja Non Tia tidak memecat aku, aku takut banget kehilangan pekerjaan ini. Karena dengan kerja disini aku bisa makan buat sehari-hari." kata Bu Siti. Dia lalu melanjutkan pekerjaannya dan sebisa mungkin tidak membuat kesalahan. Nyatanya Bu Siti sekarang lupa menanak nasi padahal sudah jam 12. Mira marah lagi kali ini dia tidak memberi ampun pada Bu Siti. "Kalau sudah bosan kerja disini itu bilang, jangan main lupa dan buat kesalahan gitu," omel Mira."Gara-gara kamu
Bu Siti segera mengambil lap dan pel dia membersihkan tumpahan minuman yang terjatuh. Bu Salma nampak masih kesal pada Bu Siti."Lain kali kalau kerja hati-hati jangan ceroboh. Bikin malu saja kamu Siti," omel Bu Salma."Iya bikin malu kita." Mira menimpali omelan Bu Salma."Maafkan saya Mir, Bu," ucap Bu Siti tertunduk karena mengaku dirinya salah.Desainer tadi kembali, dia sudah membersihkan bajunya. Tidak berapa la dia pamit karena akan pergi ke tempat lain. Dengan rasa malu Bu Salma meminta maaf atas kesalahan Bu Siti."Tidak a Bu, mungkin dia capek," kata Desainer itu lalu pergi membawa mobil putihnya."Untung saja dia nggak marah," kata Mira llu masuk kedalam rumah bersama Bu Salma. Tia hnya diam saja, dia daritadi tidak berbicara sepatah katapun saat Bu Siti melakukan kesalahan.Tia melihat jam ditangannya, tidak bera lama dia masuk kedalam kamar. Bu Salma nampak kasihan pada Tia."Mir, Tia kenapa?" tanya Bu Salma
Sahara dibawa ke rumah sakit terdekat oleh Mamanya. Tidak berapa lama Papanya datang, Sahara sudah sadar. "Maaf suaminya mana, Bu?" tanya Dokter. "Suami?" tanya Mama Sahara penasaran. "Dia lagi keluar kota Dokter," kata Mama Sahara bohong. "Pasien sedang hamil muda Bu, tolong lebih diperhatikan. Jangan biarkan dia stres," kata Dokter. Seketika mama dan Papa sahara kaget mendengar putrinya hamil. Mereka kecewa karena Sahara telah merusak kepercayaan mereka. "Apa dia hamil ak Frans?" tanya Papa Sahara setelah Dokter pergi. "Lebih baik Papa tanya Sahara," jawab Mama Sahara. "Sahara kamu hamil, siapa ayah dari bayi kamu itu?" tanya Papa Sahara. "Frans Pa," jawab Sahara sedih. "Dimana Frans dia harus bertanggung jawab," kata Papa Sahara. "Frans ditangkap polisi Pa," jawab Sahara. "Apa?" ucap Papa Sahara kaget. "Baru tahu kan, dulu aku bilang sama kamu nggak percaya," kata Mama Sahara ketus.
Akhirnya orang tua Frans pulang, Dewi tidak memaafkannya. Munif berharap Frans segera tertanggap dan bertanggung jawab atas perbuatannya. "Pa, kemana ya Frans melarikan diri?" tanya Mama Frans. "Sudah Ma, jangan pikirkan Frans lagi. Di sudah mencoreng muka kita. Papa berharap dia segera tertangkap. Papa tidak mau dia berkeliaran." jawab Munif. "Mengapa dia jadi anak yang begini sih," kata Mama frans memijat kepala dia yang terasa pusing. Mereka kembali ke rumahnya, mereka tidak mau berurusan lagi dengan Frans, sudah cukup Frans membuat aib kekuarga. Semuanya sudah kecewa terhadap tindakan Frans itu. Tindakan kriminal yang telah menjadikan orang lain korbannya. Biarkan sa dia hidup tanpa keluarga, biar dia merasakan betapa pentingnya keluarga. ** Ditempat lain Frans merasakan betapa susahnya dikota orang tanpa uang yng cukup. Dia sudah beberapa kali menjambret tapi belum cukup. Dia terpaksa terus menjambret agar dapat uang. Itu salah sa
Jenazah Sania dibawa ke rumah Dewi, Bu Siti dan Tia mendampingi Dewi. Tidak berapa lama tetangga dan saudara Dewi berdatangan. Semua menguatkan Dewi, saat ini Dewi menjadi sebatang kara karena Sania telah menyusul sang Papa."Aku dengar dia meninggal karena dibunuh ya?" tanya Novi pada sonia."Iya aku dengar yang membunuh adalah Frans orang yang dulu melamar dia. Kasihan sekali Sania," kata Sonia."Pantas kau dia seperti itu, selama ini dia kan jahat. Kalau aku jadi Tia nggak mau lah ikut takxiah kesini," kata Novi."Iya dia kan sudah jahat pada Tia dan keluarga Malik. Tapi nyatanya mereka malah takziah, berarti mereka telah memaafkan Samua." kata Sonia.Mereka merasa kasihan pada Dewi yang kini tinggal sendirian setelah kepergian Sania. Sania segera dimakamkan karena sudah sore sekali. Beberapa tetangga ikut kepemakaman Sania. Mereka merasa kasihan terhadap Sania yang meninggal karena dibunuh.Semua saudara Dewi tidak ada yang menginap diru
"Kamu berniat mengacaukan acara ini dengan memberi racun ini pada makanan ini semua?" tanya Tia. Frans tidak menjawab malah kabur begitu saja. Dia berlari lewat pintu belakang, Tia tidak akan tinggal diam jika Frans masih nekat. Tia kembali kedepan, Malik tampak mencurigai Tia. "Ke kamar mandi kok lama sekali?" tanya Malik. "Aku bertemu pengacau tadi, untung aku memergokinya. Kalau tidak kita sudah keracunan." jawab Tia. "Maksud kamu apa?" tanya Malik. Tia lalu menceritakan kejadian tadi pas dia ke kamar mandi. Dia melihat Frans hampir menuangkan racun ke makanan acara Amalia ini. Tia akan memberitahu Pak Samsul agar Frans diberi sanksi karena hendak melakukan tindakan kriminal. Frans tampak kebingungan karena dia gagal mengacaukan acara Amalia dan Jaka. Dia menyuruh orang untuk menculik Amalia nanti malam. *** Di rumah sakit, Sania sudah sadar. Dia bertanya pada perawat apa yang terjadi pada d
Setelah kejadian di rumah sakit itu, Amalia dan Jaka melaksanakan mengumumkan pertunangan mereka pada semua orang.Sania yang tahu hal itu tertawa puas, karena melihat Frans yang patah hati. Frans sakit hati dan tidak terima atas keputusan Amalia.Siang itu setelah Amalia mengundang teman kerjanya ke acara pertunangan mereka. Frans langsung marah, dia mendekati Amalia yang selama beberapa hari ini cuek padanya."Apa kamu yakin dengan pilihan kamu?" tana Frans yang beras didepan meja kerja Amalia."Mengapa tidak? Tidak ada alasan buat menolak Jaka," kata Amalia tanpa menatap Frans."Apa kamu tidak mencintai ku?" tanya Frans."Ah apa? Cinta kamu?" tanya Amalia." Jangan gila kamu," tamu Amalia.Mendengar jawaban Amalia Frans marah, dia menggebrak meja kerja Amalia."Beruntung aku nggak milih kamu," kata Amal. "Kamu seperti monster kalau marah," kata Amalia lagi. Semua karyawan melihat mereka berdua. Karena ulahnya itu Frans