"Mas kamu salah kan? Kita nggak cerai beneran kan?" tanya Fatma.
"Aku akan menceraikan kamu." kata Ulum. "Setelah ini kamu bisa kan menikah dengan selingkuhan kamu yang kaya itu." kata Ulum.
"Maksud kamu apa Mas?" tanya Fatma.
"Beberapa hari yang lalu kamu dihotel melati bersama dia kan? Lalu kamu ke Bali juga bersama dia. Lalu untuk apa aku mempertahankan rumah tangga ini. Kamu berulang kali mengkhianati aku." kata Ulum.
"Kamu juga mengkhianati aku Mas, kamu main kan sama Tia?" tanya Fatma.
"Itu kan atas permintaan kamu agar aku mendekati Tia." kata Ulum. "Apa kamu lupa Fatma?" tanya Ulum.
"Tapi...aku tidak mau cerai mas." kata Fatma.
"Aku bukan pria bodoh yang mau diremehkan wanita seperti kamu." kata Ulum.
"Aku minta maaf mas, tapi tolong jangan ceraikan aku." kata Fatma sedih.
"Tidak ada kata maaf untuk kamu Fatma. Lagian kita belum punya anak kan jadi aku mudah melepaskan kamu." kata Ulum.
"Ak
Tia sangat marah karena rumahnya berantakan dan beberapa vas bunga pecah berserakan. "Kemana ini Bu Siti dan Ulum?" tanya Tia. Tia masuk kedalam dapur, disana ada Bu Siti dan Fatma yang sedang panik. "Siapa yang bikin rumah saya berantakan?" tanya Tia. "Mas Ulum," kata Fatma. "Bilang saja kamu kok malah menyalahkan orang lain." kata Tia. "Bukan kita," kata Bu Siti. "Sudah klian bersihkan dan gantibrugi harga vas bunga yang pecah 1 juta rupiah." kata Tia. "Mahal amat vas bunga gitu aja." kata Fatma. "Kamu tuh yang nggak tahu vas bunga mahal." kata Tia. Ulum keluar dari kamarnya sambil mengucek matanya. "Mereka yang melempari saya pakai barang-barang Bu." kata Ulum. "Udah kamu bantu mereka beberes rumah ini sampai rapi." kata Tia lalu masuk kedalam kamarnya. Dengan berat hati mereka membereskan rumah Tia yang telah berantakan. "Seperti kerja rodi saja." kata Fatma.
Bu Hana menatap wajah Pak Aziz, dia terkejut dengan foto itu. "Tolong Bapak jelaskan? Apa benar itu Bapak?" tanya Bu Hana. "Iya...Ibu mau apa?" tanya Pak Aziz. "Ceraikan saja aku Pak, aku tidak mau punya suami tukang selingkuh." kata Bu Hana. Pak Aziz sangat kaget dengan ucapan Bu Hana. "Baiklah akan aku ceraikan kamu." kata Pak Aziz. "Bapak ternyata lebih memilih wanita itu." kata Bu Hana. "Iya dia lebih muda dan cantik bukan kamu yang sudah tua dan keriput." kata Pak Aziz. Bu Hana merasa sakit hati dibandingkan dengan wanita selingkuhan Pak Aziz. Dia murka lalu membanting barang-barang yang ada diruang tamu. "Marahlah aku sudah bosan punya istri seperti kamu." kata Pak Aziz. "Baiklah, aku berdoa kamu akan dihianti wanita itu juga. Mana ada wanita cantik yang mau sama kamu. Uang aja nggak punya." kata Bu Hana tidak mau kalah. "Kamu kira dia mata duitan kayak kamu, aku aja hotel dibayarin kok." k
Tia merasa ingin menampar wajah Pak Aziz yang tampak senang itu. Tia mendekati Pak Aziz lalu menariknya, "Ayo ikut saya!" ajak Tia.Pak Aziz mengikuti Tia menuju kantin kantor yang saat itu tampak sepi karena masih jam kerja."Ngapain Bapak kesini?" tanya Tia kesal."Saya hanya ingin memberitahu kalau aku udah mengajukan perceraian." kata Pak Aziz."Lewat telfon kan bisa. Apa kamu mau bikin aku malu. Ini dikantor bukan untuk membahas masalah pribadi. Kalau ingin membahas masalah pribadi kita bisa ketemu diluar." kata Tia."Apa kamu malu punya kekasih aku yang tua ini?" tanya Pak Aziz."Bukan malu tapi tempat dan waktunya tidak tepat." jawab Tia. "Kalau Papa tahu aku bisa ditegur." tambah Tia."Saya minta maaf Tia." kata Pak Aziz."Ya sudah kau pulang saja kalau mau ketemu kirim pesan dulu. Aku sibuk jadi jangan asal nemuin aku apalagi dikantor." kata Tia.Pak Aziz keluar kantin dengan perasaan kecewa karena Tia marah pad
Bu Siti segera dibawa ke klinik terdekat ternyata dia kecapekan dan kurang makan. "Ini ulah Bu Salma sama Tia kan?" tanya Fatma marah. "Dia kan pembantu jadi pantas kalau saya suruh kerja." jawab Bu Salma. "Udah Ma jangan ribut dirumah sakit." kata Tia lalu mengajak Bu Salma pulang. Fatma kesal harus merawat BaPak dan Ibunya yang sama-sama sakit. Siang kedua Fatma tidak datang lagi. Keputusan sudah final Fatma dan Ulum resmi bercerai. begitu Pak Aziz juga resmi bercerai karena Bu Hana sudah terima untuk diceraikan. "Akhirnya aku bisa menikahi Tia." kata Pak Aziz. "Pak Aziz menemui Tia dirumahnya namun Tia tidak ada karena sedang berangkat ke kantor. Dikantor Ulum dipanggil oleh Tia. "Ada Apa Bu?" tanya Ulum. "Besok kamu akan naik jabatan tapi dicabang luar kota apa kamu siap?" tanya Tia. "Siap Bu lagian saya disini juga tidak punya keluarga lagi." jawab Ulum. Tiba-tiba sarah masuk kerungan
Karena Jordan sudah pergi duluan dari hotel, Fatma segera pulang juga. fatma tampak lesu, matanya tiba-tiba berkurang- kunang. Saat naik taksi dia merasa ingin muntah."Ah naik mobil kok malah pengen muntah." kata Fatma.Sesampainya dirumah Fatma segera membuka pintu. Belum sempat pintu terbuka Fatma sudah ambruk duluan.Tetangga yang melihat langsung menolong Fatma dan membawanya masuk kedalam rumah. Mengeluarkan minta kayu putih."Bu saya kenapa?" tanya Fatma."Aku nggak tahu kamu pingsan didepan pintu tadi. Wajah kamu juga pucat sekali mending kamu periksa saja kedokter. Biar kamu tahu sakit apa." jawab Bu Ismi yang menolong Fatma."Nggak usah Bu, nanti juga sembuh sendiri. Lagian saya mau kerumah sakit sama siapa?" tanya Fatma."Kalau nggak mau kerumah sakit ke bidan kan bisa. Takutnya kamu pingsan lagi nggak ada yang lihat." kata Bu Ismi."Nggak usah Bu, Terimakasih ya bu udah bantu Fatma." kata Fatma.Bu Ismi dan y
Bu Siti memandang semua orang yang ada di warung Sonia. "Kalian menggosipkan anak saya." kata Bu Siti. "Bukan gosip tapi fakta bahwa Fatma hamil." jawab Novi. "Biarkan saja dia hamil yang penting ada yang amu bertanggung jawab." kata Bu Siti. "Bu Siti jangan bangga anaknya hamil diluar nikah. Itu kan dosa tapi kok didukung." kata Sonia. "Iya apa Ibu nggak malu?" tanya Bu Hana. "Aku nggak akan malu karena nanti aku akan dapat menantu yang kaya. Dan kita nggak akan hidup seperti ini lagi." kata Busiti bangga. "Ya ampun anak membuat aib keluarga kok didukung sih Bu. harusnya Ibu Malu karena Fatma hamil saat tidak punya suami. Apalagi Fatma kan mau sama siapa saja." kata Sonia. "Iya dia itu kan jalang yang jual diri secara diam-siam. Kita saja yang nggak tahu." tambah Novi. "Eh kamu Novi bicara nggak pakai aturan. Kamu juga jalang janda gatal makanya suami aku tergoda sama kamu." kata Bu Siti. "Suami Bu Siti
Bu Siti kesal dengan Tia yang tega membuat dia malu."Pantas saja uangnya diberikan padaku lagi, ternyata uang palsu." omel Bu Siti.Perutnya sangat lapar dia mampir ke rumah Fatma berharap ada makanan disana."Fatma, kamu punya makanan?" tanya Bu Siti sambil duduk didekat Fatma yang sedang nonton televisi."Ada tapi cuma nasi doang," jawab Fatma masih asyik menonton televisi."Di kulkas tidak ada stok bahan makanan?" tanya Bu Siti."Nggak tahu coba Ibu cari sendiri." kata Fatma.Bu Siti masuk ke dapur Fatma yang berantakan. Banyak piring kotor disana. Bu Siti membuka kulkas namun tidak ada apa-apa hanya ada rujak dan air putih saja."Anak ini punya uang tapi isi kulkasnya kosong. Lalu aku makan apa?" tanya Bu Siti."Jangan ambil rujak aku, kalau nggak ada bahan makanan. Makan nasi putih sama sambal rujak aja Bu." kata Fatma.Dengan rasa kecewa dan sedih Bu Siti mengambil piring dan nasi putih lalu menuangkan samb
"Oh itu asisten aku," jawab Jordan."Sudah dulu, aku mau sarapan." kata Jordan menutup ponselnya.Fatma kesal karena Jordan susah diajak komunikasi."Sial banget sih!" umpat Fatma.Fatma hanya menjalankan aktivitas seperti biasa. Dia enggan untuk memasak."Rasanya pengen makan sop," kata Fatma.Fatma berjalan menuju warung Sonia. Dia pesan sop makan ditempat setelah kenyang dia pulang untuk tidur siang. Dia sudah ingin bertemu Jordan. Fatma tidak sabar ingin memberitahu Jordan tentang kehamilannya itu."Jordan pasti suka aku hamil." kata Fatma.Akhirnya Fatma tertidur hingga sore hari.***Bu Siti lewat rumah Fatma namun enggan untuk mampir."Kenapa kamu nggak ngajak mampir rumah Fatma, Bu?" tanya Pak Warto."Ibu malas sama dia," jawab Bu Siti."Ya sudah kalau begitu," kata Pak Warto.Mereka langsung pulang kerumah dan beristirahat."Ibu pinjam uang saja nggak dikasih. Anak kok teg
Bu Umi hampir saja memarahi Viona karena dikira Sabrina jatuh karena Viona. Nyatanya Sabrina jatuh karena dia mengantuk dan ingin turun dati ranjang tapi malah terjatuh. "Ya sudah, ayo kita pulang Na! Kamu kan sudah mengantuk!" Mira membantu Sabrina berdiri. Sabrina menurut dengan Ibunya, dia segera pulang bersama Ibunya yang membawa jajan dari Bu Umi tadi. "Terimakasih ya Bu Umi," ucap Mira sembari keluar dari rumah Bu Umi. Mira dan Sabrina berjalan cepat kearah rumah Tia, karena Sabrina sudah mengantuk. Sesampainya di rumah Sabrina langsung masuk kamar. Tia membantu Mira mengeluarkan jajan dari Bu Umi. "Pnya buat besok aja Tia, dipanasin," kata Mira sembari menaruh opor ayam kedalam kulkas . "Iya Mbak, jawabnya banyak sekali Mbak?" tanya Tia. "Iya Bu Umi buat banyak tadi," jawab Mira. Setelah membantu Mira, Tia segera tidur besok dia ada acara fitting baju pengantin jadi harus bangun pagi. Tia juga akan melihat gedung
Tia masih berteriak, Tapi Sabrina tidak kunjung bangun. Tia tetap berusaha membangunkan Sabrina meskipun tidak bangun. "Jangan pergi kamu!" teriak Tia sambil menepis tangan kuntilanak. Tapi malah justru semakin dekat dan kuntilanak itu berhasil mencekik lehernya. Tia sampai sulit bernafas karena dicekik. "Tante bangun." Sabrina menggoyang-goyangkan tubuh Tia. Hingga akhirnya Tia terbangun. "Hantu..." teriak Tia. "Tante mimpi apa kok teriak-teriak sampai aku terbangun?" tanya Sabrina. "Aku mimpi ada hantu mencekik tante," jawab Tia sambil duduk. Tia lalu minum airputih yang ada dimeja dekat dia tidur. "Tante nggak berdoa sih pantas mimpi buruk," kata Sabrina. Tia hnya tersenyum melihat tingkah Tantenya. Mira dan Budipun akhirnya mengetuk pintu kamar Tia karena dengar teriakan Tia tadi. Sabrina membukakan pintu, Mira langsung mendekati Tia. "Kamu kenapa?" tanya Mira. "Tante mimpiin hantu Bu," kata Sabrina. Setelah
Bu Siti mencoba berdiri, begitu juga dengan Mira. Mira kesal sekali dengan tingkah Bu Siti yang ceroboh sekali. "Maaf Non, saya kira tadi sudah kering," kata Bu Siti. Namun, Mira hanya diam saja, dan pergi ke kamar bersama Sabrina. "Lain kali hati-hati Bu," kata Budi lalu lanjut menonton televisi. Bu Siti kembali ke dapur setelah lantai kering. Bu Siti merasa bersalah pada Sabrina dan Mira. Dia takut jika nanti dipecat oleh Tia, sedangkan dirinya butuh pekerjaan ini. "Semoga saja Non Tia tidak memecat aku, aku takut banget kehilangan pekerjaan ini. Karena dengan kerja disini aku bisa makan buat sehari-hari." kata Bu Siti. Dia lalu melanjutkan pekerjaannya dan sebisa mungkin tidak membuat kesalahan. Nyatanya Bu Siti sekarang lupa menanak nasi padahal sudah jam 12. Mira marah lagi kali ini dia tidak memberi ampun pada Bu Siti. "Kalau sudah bosan kerja disini itu bilang, jangan main lupa dan buat kesalahan gitu," omel Mira."Gara-gara kamu
Bu Siti segera mengambil lap dan pel dia membersihkan tumpahan minuman yang terjatuh. Bu Salma nampak masih kesal pada Bu Siti."Lain kali kalau kerja hati-hati jangan ceroboh. Bikin malu saja kamu Siti," omel Bu Salma."Iya bikin malu kita." Mira menimpali omelan Bu Salma."Maafkan saya Mir, Bu," ucap Bu Siti tertunduk karena mengaku dirinya salah.Desainer tadi kembali, dia sudah membersihkan bajunya. Tidak berapa la dia pamit karena akan pergi ke tempat lain. Dengan rasa malu Bu Salma meminta maaf atas kesalahan Bu Siti."Tidak a Bu, mungkin dia capek," kata Desainer itu lalu pergi membawa mobil putihnya."Untung saja dia nggak marah," kata Mira llu masuk kedalam rumah bersama Bu Salma. Tia hnya diam saja, dia daritadi tidak berbicara sepatah katapun saat Bu Siti melakukan kesalahan.Tia melihat jam ditangannya, tidak bera lama dia masuk kedalam kamar. Bu Salma nampak kasihan pada Tia."Mir, Tia kenapa?" tanya Bu Salma
Sahara dibawa ke rumah sakit terdekat oleh Mamanya. Tidak berapa lama Papanya datang, Sahara sudah sadar. "Maaf suaminya mana, Bu?" tanya Dokter. "Suami?" tanya Mama Sahara penasaran. "Dia lagi keluar kota Dokter," kata Mama Sahara bohong. "Pasien sedang hamil muda Bu, tolong lebih diperhatikan. Jangan biarkan dia stres," kata Dokter. Seketika mama dan Papa sahara kaget mendengar putrinya hamil. Mereka kecewa karena Sahara telah merusak kepercayaan mereka. "Apa dia hamil ak Frans?" tanya Papa Sahara setelah Dokter pergi. "Lebih baik Papa tanya Sahara," jawab Mama Sahara. "Sahara kamu hamil, siapa ayah dari bayi kamu itu?" tanya Papa Sahara. "Frans Pa," jawab Sahara sedih. "Dimana Frans dia harus bertanggung jawab," kata Papa Sahara. "Frans ditangkap polisi Pa," jawab Sahara. "Apa?" ucap Papa Sahara kaget. "Baru tahu kan, dulu aku bilang sama kamu nggak percaya," kata Mama Sahara ketus.
Akhirnya orang tua Frans pulang, Dewi tidak memaafkannya. Munif berharap Frans segera tertanggap dan bertanggung jawab atas perbuatannya. "Pa, kemana ya Frans melarikan diri?" tanya Mama Frans. "Sudah Ma, jangan pikirkan Frans lagi. Di sudah mencoreng muka kita. Papa berharap dia segera tertangkap. Papa tidak mau dia berkeliaran." jawab Munif. "Mengapa dia jadi anak yang begini sih," kata Mama frans memijat kepala dia yang terasa pusing. Mereka kembali ke rumahnya, mereka tidak mau berurusan lagi dengan Frans, sudah cukup Frans membuat aib kekuarga. Semuanya sudah kecewa terhadap tindakan Frans itu. Tindakan kriminal yang telah menjadikan orang lain korbannya. Biarkan sa dia hidup tanpa keluarga, biar dia merasakan betapa pentingnya keluarga. ** Ditempat lain Frans merasakan betapa susahnya dikota orang tanpa uang yng cukup. Dia sudah beberapa kali menjambret tapi belum cukup. Dia terpaksa terus menjambret agar dapat uang. Itu salah sa
Jenazah Sania dibawa ke rumah Dewi, Bu Siti dan Tia mendampingi Dewi. Tidak berapa lama tetangga dan saudara Dewi berdatangan. Semua menguatkan Dewi, saat ini Dewi menjadi sebatang kara karena Sania telah menyusul sang Papa."Aku dengar dia meninggal karena dibunuh ya?" tanya Novi pada sonia."Iya aku dengar yang membunuh adalah Frans orang yang dulu melamar dia. Kasihan sekali Sania," kata Sonia."Pantas kau dia seperti itu, selama ini dia kan jahat. Kalau aku jadi Tia nggak mau lah ikut takxiah kesini," kata Novi."Iya dia kan sudah jahat pada Tia dan keluarga Malik. Tapi nyatanya mereka malah takziah, berarti mereka telah memaafkan Samua." kata Sonia.Mereka merasa kasihan pada Dewi yang kini tinggal sendirian setelah kepergian Sania. Sania segera dimakamkan karena sudah sore sekali. Beberapa tetangga ikut kepemakaman Sania. Mereka merasa kasihan terhadap Sania yang meninggal karena dibunuh.Semua saudara Dewi tidak ada yang menginap diru
"Kamu berniat mengacaukan acara ini dengan memberi racun ini pada makanan ini semua?" tanya Tia. Frans tidak menjawab malah kabur begitu saja. Dia berlari lewat pintu belakang, Tia tidak akan tinggal diam jika Frans masih nekat. Tia kembali kedepan, Malik tampak mencurigai Tia. "Ke kamar mandi kok lama sekali?" tanya Malik. "Aku bertemu pengacau tadi, untung aku memergokinya. Kalau tidak kita sudah keracunan." jawab Tia. "Maksud kamu apa?" tanya Malik. Tia lalu menceritakan kejadian tadi pas dia ke kamar mandi. Dia melihat Frans hampir menuangkan racun ke makanan acara Amalia ini. Tia akan memberitahu Pak Samsul agar Frans diberi sanksi karena hendak melakukan tindakan kriminal. Frans tampak kebingungan karena dia gagal mengacaukan acara Amalia dan Jaka. Dia menyuruh orang untuk menculik Amalia nanti malam. *** Di rumah sakit, Sania sudah sadar. Dia bertanya pada perawat apa yang terjadi pada d
Setelah kejadian di rumah sakit itu, Amalia dan Jaka melaksanakan mengumumkan pertunangan mereka pada semua orang.Sania yang tahu hal itu tertawa puas, karena melihat Frans yang patah hati. Frans sakit hati dan tidak terima atas keputusan Amalia.Siang itu setelah Amalia mengundang teman kerjanya ke acara pertunangan mereka. Frans langsung marah, dia mendekati Amalia yang selama beberapa hari ini cuek padanya."Apa kamu yakin dengan pilihan kamu?" tana Frans yang beras didepan meja kerja Amalia."Mengapa tidak? Tidak ada alasan buat menolak Jaka," kata Amalia tanpa menatap Frans."Apa kamu tidak mencintai ku?" tanya Frans."Ah apa? Cinta kamu?" tanya Amalia." Jangan gila kamu," tamu Amalia.Mendengar jawaban Amalia Frans marah, dia menggebrak meja kerja Amalia."Beruntung aku nggak milih kamu," kata Amal. "Kamu seperti monster kalau marah," kata Amalia lagi. Semua karyawan melihat mereka berdua. Karena ulahnya itu Frans