Karena Jordan sudah pergi duluan dari hotel, Fatma segera pulang juga. fatma tampak lesu, matanya tiba-tiba berkurang- kunang. Saat naik taksi dia merasa ingin muntah.
"Ah naik mobil kok malah pengen muntah." kata Fatma.
Sesampainya dirumah Fatma segera membuka pintu. Belum sempat pintu terbuka Fatma sudah ambruk duluan.
Tetangga yang melihat langsung menolong Fatma dan membawanya masuk kedalam rumah. Mengeluarkan minta kayu putih.
"Bu saya kenapa?" tanya Fatma.
"Aku nggak tahu kamu pingsan didepan pintu tadi. Wajah kamu juga pucat sekali mending kamu periksa saja kedokter. Biar kamu tahu sakit apa." jawab Bu Ismi yang menolong Fatma.
"Nggak usah Bu, nanti juga sembuh sendiri. Lagian saya mau kerumah sakit sama siapa?" tanya Fatma.
"Kalau nggak mau kerumah sakit ke bidan kan bisa. Takutnya kamu pingsan lagi nggak ada yang lihat." kata Bu Ismi.
"Nggak usah Bu, Terimakasih ya bu udah bantu Fatma." kata Fatma.
Bu Ismi dan y
Bu Siti memandang semua orang yang ada di warung Sonia. "Kalian menggosipkan anak saya." kata Bu Siti. "Bukan gosip tapi fakta bahwa Fatma hamil." jawab Novi. "Biarkan saja dia hamil yang penting ada yang amu bertanggung jawab." kata Bu Siti. "Bu Siti jangan bangga anaknya hamil diluar nikah. Itu kan dosa tapi kok didukung." kata Sonia. "Iya apa Ibu nggak malu?" tanya Bu Hana. "Aku nggak akan malu karena nanti aku akan dapat menantu yang kaya. Dan kita nggak akan hidup seperti ini lagi." kata Busiti bangga. "Ya ampun anak membuat aib keluarga kok didukung sih Bu. harusnya Ibu Malu karena Fatma hamil saat tidak punya suami. Apalagi Fatma kan mau sama siapa saja." kata Sonia. "Iya dia itu kan jalang yang jual diri secara diam-siam. Kita saja yang nggak tahu." tambah Novi. "Eh kamu Novi bicara nggak pakai aturan. Kamu juga jalang janda gatal makanya suami aku tergoda sama kamu." kata Bu Siti. "Suami Bu Siti
Bu Siti kesal dengan Tia yang tega membuat dia malu."Pantas saja uangnya diberikan padaku lagi, ternyata uang palsu." omel Bu Siti.Perutnya sangat lapar dia mampir ke rumah Fatma berharap ada makanan disana."Fatma, kamu punya makanan?" tanya Bu Siti sambil duduk didekat Fatma yang sedang nonton televisi."Ada tapi cuma nasi doang," jawab Fatma masih asyik menonton televisi."Di kulkas tidak ada stok bahan makanan?" tanya Bu Siti."Nggak tahu coba Ibu cari sendiri." kata Fatma.Bu Siti masuk ke dapur Fatma yang berantakan. Banyak piring kotor disana. Bu Siti membuka kulkas namun tidak ada apa-apa hanya ada rujak dan air putih saja."Anak ini punya uang tapi isi kulkasnya kosong. Lalu aku makan apa?" tanya Bu Siti."Jangan ambil rujak aku, kalau nggak ada bahan makanan. Makan nasi putih sama sambal rujak aja Bu." kata Fatma.Dengan rasa kecewa dan sedih Bu Siti mengambil piring dan nasi putih lalu menuangkan samb
"Oh itu asisten aku," jawab Jordan."Sudah dulu, aku mau sarapan." kata Jordan menutup ponselnya.Fatma kesal karena Jordan susah diajak komunikasi."Sial banget sih!" umpat Fatma.Fatma hanya menjalankan aktivitas seperti biasa. Dia enggan untuk memasak."Rasanya pengen makan sop," kata Fatma.Fatma berjalan menuju warung Sonia. Dia pesan sop makan ditempat setelah kenyang dia pulang untuk tidur siang. Dia sudah ingin bertemu Jordan. Fatma tidak sabar ingin memberitahu Jordan tentang kehamilannya itu."Jordan pasti suka aku hamil." kata Fatma.Akhirnya Fatma tertidur hingga sore hari.***Bu Siti lewat rumah Fatma namun enggan untuk mampir."Kenapa kamu nggak ngajak mampir rumah Fatma, Bu?" tanya Pak Warto."Ibu malas sama dia," jawab Bu Siti."Ya sudah kalau begitu," kata Pak Warto.Mereka langsung pulang kerumah dan beristirahat."Ibu pinjam uang saja nggak dikasih. Anak kok teg
Fatma merasa bahwa dia harus segera pergi dari cafe itu."Jordan benar-benar tidak mau kenalin aku sama siapa pun," kata Fatma lalu pergi mengendarai sepeda motornya. Fatma menemui Bu Siti di rumah Tia, Bu Siti sedang menyetrika baju."Bu, Jordan ternyata udah nikah." kata Tia merajuk."Bukan urusan Ibu," jawab Bu Siti ketus."Loh kok gitu sih Bu, kan Ibu nyaranin aku but minta nikah sama Jordan." kata Fatma tidak terima dengan jawaban Bu Siti."Buatlah aku ikut urusan kamu, kamu kan udah besar. Lagian kamu saja tidak peduli sama Ibu." jawab Bu Siti sinis."Ibu kok jadi menyebalkan begini sih," kata Fatma sambil berjalan kearah dapur.Fatma mengambil stok buah dikulkas Tia."Jangan dimakan, nanti aku dimarahi Tia." kata Bu Siti."Bu, pelit amat sih sama anak sendiri." bentak Tia lalu menggigit buah apel yang sudah dia pegang."Kamu juga pelit sama Ibu, ngapain Ibu harus mikirin p
Fatma kaget saat melihat ada wanita disamping Jordan. Dia sudah terlanjur bilang sayang."Ah Jordan menjebakku," batin Fatma.Wanita itu masuk kedalam rumah Fatma, "Oh ini ternyata wanita simpanan suamiku!" seru Lusi.Fatma melirik kearah Jordan, "Fatma, aku ingin hubungan kita berakhir. Aku tidak mau menjalin hubungan dengan kamu." tambahnya.Diseberang jalan Tia memarkirkan mobilnya, dia ingin melihat seberapa garangnya Lusi pada Fatma."Maksud kamu apa?" tanya Fatma. "Bukanya kamu akan tetap menjadi kekasih, asal aku tidak melahirkan anak kamu ini." kata Fatma memegangi perutnya."Oh jadi kamu sudah dihamili suamiku?" tanya Lusi."Iya, aku hamil anak Jordan. Tapi Jordan malah menyuruhku menggugurkannya. Jelas saja aku tak mau, tapi aku juga menyayangi dia." kata Fatma."Berani sekali kamu bilang sayang pada dia dihadapan istrinya." bentak Lusi."Kenapa aku harus takut? Aku sangat yakin ini anak Jordan. Aku ingin dia b
Tia kaget saat menyadari bahwa botol yang dia lempar mengenai seseorang. Dia segera keluar dari mobil, dia ingin meminta maaf. "Kalau buang sampah jangan sembarangan, saya bukan tong sampah." kata pria itu marah. "Maafkan saya, saya tidak sengaja." kata Tia. "Alah banyak alasan," kata pria itu. "Terserah apa katamu, yang penting aku udah minta maaf." kata Tia kesal. "Kami kira aku akan memaafkan kamu? tidak akan." kata pria itu. "Terserah, masa bodoh," kata Tia ketus. "Cewek kok menyebalkan banget," omel pria itu. "Eh kamu tuh yang menyebalkan, aku udah minta maaf tapi kamu nggak mau maafin aku. Ya udah aku masa bodoh."bantah Tia. "Cewek berpendidikan tapi kok nggak punya sopan." kata pria itu. "Sudahlah,aku malas bicara sama kamu." kata Tia lalu masuk kedalam mobilnya lalu menyalakan mobilnya namun tidak bisa jalan. "Eh kamu apakan mobilku." teriak Tia sambil membuka kaca mobilnya.
Malik juga tampak terkejut melihat Tia menghadangnya. "Ada apa?" tanya Malik. Namun, Tia masih saja bengong, sedangkan Malik bingung karena Tia hanya diam. Bu Siti berjalan mendekati Tia, "Non kok malah bengong sih, Tolong Fatma ambil mobil!" perintah Bu Siti. "Tidak usah Bu, pak mobil saya saja." kata Malik. Malik turun membantu mengangkat Fatma bersama Tia dan Bu Siti. Bu Siti menemani Fatma dijok belakang. Otomatis Tia harus duduk didepan bersama Malik. "Ayo cepat Mas!" ajak Bu Siti panik. Malik segera melajukan mobilnya ke klinik terdekat. 10 menit saja sudah sampai di klinik terdekat. Fatma langsung ditangani oleh Dokter. Bu Siti masih Panik dan khawatir Tia mencoba menenangkan Bu Siti. "Sabar Bu, Fatma pasti selamat." kata Tia. Seorang dokter keluar dengan wajah sedih. "Ba
Tia dan Bu Salma heran, selama ini mereka tidak punya musuh yang berani menyelinap sampai kerumah. Tapi hari ini orang asing menyelinap, tujuannya apa? Mencuri juga tidak. "Apa orang itu mengikuti kamu?" tanya Bu Salma. "Tapi siapa, Ma?" tanya Tia penasaran. "Mungkin Pak Aziz, bisa jadi dia." batin Tia. "Kamu kok malah tanya aku, musuh kamu dari kampung itu kan banyak Tia. Mungkin itu salah satu korban kamu." jawab Bu Salma. "Tapi mengapa sia berani sekali membuntutiku? Apa motivasinya?" tanya Tia. "Dia ingin tahu siapa kamu sebenarnya? Dan tujuan kamu dendam pada dia? Itu pasti alasannya. " kata Bu Salma sambil masuk kedalam rumah. "Apa Pak Aziz? Tadi pagi dia sempat bikin ribut dengan aku dijalan." kata Tia. "Bisa jadi dia Tia," kata Bu Slma semadi duduk di sofa diikuti Tia. "Kamu harus ti-hati, musuh kamu sekarang banyak. Cepat atau lambat identitas kamu akan diketahui." kata Bu Salma. "Maka dar
Bu Umi hampir saja memarahi Viona karena dikira Sabrina jatuh karena Viona. Nyatanya Sabrina jatuh karena dia mengantuk dan ingin turun dati ranjang tapi malah terjatuh. "Ya sudah, ayo kita pulang Na! Kamu kan sudah mengantuk!" Mira membantu Sabrina berdiri. Sabrina menurut dengan Ibunya, dia segera pulang bersama Ibunya yang membawa jajan dari Bu Umi tadi. "Terimakasih ya Bu Umi," ucap Mira sembari keluar dari rumah Bu Umi. Mira dan Sabrina berjalan cepat kearah rumah Tia, karena Sabrina sudah mengantuk. Sesampainya di rumah Sabrina langsung masuk kamar. Tia membantu Mira mengeluarkan jajan dari Bu Umi. "Pnya buat besok aja Tia, dipanasin," kata Mira sembari menaruh opor ayam kedalam kulkas . "Iya Mbak, jawabnya banyak sekali Mbak?" tanya Tia. "Iya Bu Umi buat banyak tadi," jawab Mira. Setelah membantu Mira, Tia segera tidur besok dia ada acara fitting baju pengantin jadi harus bangun pagi. Tia juga akan melihat gedung
Tia masih berteriak, Tapi Sabrina tidak kunjung bangun. Tia tetap berusaha membangunkan Sabrina meskipun tidak bangun. "Jangan pergi kamu!" teriak Tia sambil menepis tangan kuntilanak. Tapi malah justru semakin dekat dan kuntilanak itu berhasil mencekik lehernya. Tia sampai sulit bernafas karena dicekik. "Tante bangun." Sabrina menggoyang-goyangkan tubuh Tia. Hingga akhirnya Tia terbangun. "Hantu..." teriak Tia. "Tante mimpi apa kok teriak-teriak sampai aku terbangun?" tanya Sabrina. "Aku mimpi ada hantu mencekik tante," jawab Tia sambil duduk. Tia lalu minum airputih yang ada dimeja dekat dia tidur. "Tante nggak berdoa sih pantas mimpi buruk," kata Sabrina. Tia hnya tersenyum melihat tingkah Tantenya. Mira dan Budipun akhirnya mengetuk pintu kamar Tia karena dengar teriakan Tia tadi. Sabrina membukakan pintu, Mira langsung mendekati Tia. "Kamu kenapa?" tanya Mira. "Tante mimpiin hantu Bu," kata Sabrina. Setelah
Bu Siti mencoba berdiri, begitu juga dengan Mira. Mira kesal sekali dengan tingkah Bu Siti yang ceroboh sekali. "Maaf Non, saya kira tadi sudah kering," kata Bu Siti. Namun, Mira hanya diam saja, dan pergi ke kamar bersama Sabrina. "Lain kali hati-hati Bu," kata Budi lalu lanjut menonton televisi. Bu Siti kembali ke dapur setelah lantai kering. Bu Siti merasa bersalah pada Sabrina dan Mira. Dia takut jika nanti dipecat oleh Tia, sedangkan dirinya butuh pekerjaan ini. "Semoga saja Non Tia tidak memecat aku, aku takut banget kehilangan pekerjaan ini. Karena dengan kerja disini aku bisa makan buat sehari-hari." kata Bu Siti. Dia lalu melanjutkan pekerjaannya dan sebisa mungkin tidak membuat kesalahan. Nyatanya Bu Siti sekarang lupa menanak nasi padahal sudah jam 12. Mira marah lagi kali ini dia tidak memberi ampun pada Bu Siti. "Kalau sudah bosan kerja disini itu bilang, jangan main lupa dan buat kesalahan gitu," omel Mira."Gara-gara kamu
Bu Siti segera mengambil lap dan pel dia membersihkan tumpahan minuman yang terjatuh. Bu Salma nampak masih kesal pada Bu Siti."Lain kali kalau kerja hati-hati jangan ceroboh. Bikin malu saja kamu Siti," omel Bu Salma."Iya bikin malu kita." Mira menimpali omelan Bu Salma."Maafkan saya Mir, Bu," ucap Bu Siti tertunduk karena mengaku dirinya salah.Desainer tadi kembali, dia sudah membersihkan bajunya. Tidak berapa la dia pamit karena akan pergi ke tempat lain. Dengan rasa malu Bu Salma meminta maaf atas kesalahan Bu Siti."Tidak a Bu, mungkin dia capek," kata Desainer itu lalu pergi membawa mobil putihnya."Untung saja dia nggak marah," kata Mira llu masuk kedalam rumah bersama Bu Salma. Tia hnya diam saja, dia daritadi tidak berbicara sepatah katapun saat Bu Siti melakukan kesalahan.Tia melihat jam ditangannya, tidak bera lama dia masuk kedalam kamar. Bu Salma nampak kasihan pada Tia."Mir, Tia kenapa?" tanya Bu Salma
Sahara dibawa ke rumah sakit terdekat oleh Mamanya. Tidak berapa lama Papanya datang, Sahara sudah sadar. "Maaf suaminya mana, Bu?" tanya Dokter. "Suami?" tanya Mama Sahara penasaran. "Dia lagi keluar kota Dokter," kata Mama Sahara bohong. "Pasien sedang hamil muda Bu, tolong lebih diperhatikan. Jangan biarkan dia stres," kata Dokter. Seketika mama dan Papa sahara kaget mendengar putrinya hamil. Mereka kecewa karena Sahara telah merusak kepercayaan mereka. "Apa dia hamil ak Frans?" tanya Papa Sahara setelah Dokter pergi. "Lebih baik Papa tanya Sahara," jawab Mama Sahara. "Sahara kamu hamil, siapa ayah dari bayi kamu itu?" tanya Papa Sahara. "Frans Pa," jawab Sahara sedih. "Dimana Frans dia harus bertanggung jawab," kata Papa Sahara. "Frans ditangkap polisi Pa," jawab Sahara. "Apa?" ucap Papa Sahara kaget. "Baru tahu kan, dulu aku bilang sama kamu nggak percaya," kata Mama Sahara ketus.
Akhirnya orang tua Frans pulang, Dewi tidak memaafkannya. Munif berharap Frans segera tertanggap dan bertanggung jawab atas perbuatannya. "Pa, kemana ya Frans melarikan diri?" tanya Mama Frans. "Sudah Ma, jangan pikirkan Frans lagi. Di sudah mencoreng muka kita. Papa berharap dia segera tertangkap. Papa tidak mau dia berkeliaran." jawab Munif. "Mengapa dia jadi anak yang begini sih," kata Mama frans memijat kepala dia yang terasa pusing. Mereka kembali ke rumahnya, mereka tidak mau berurusan lagi dengan Frans, sudah cukup Frans membuat aib kekuarga. Semuanya sudah kecewa terhadap tindakan Frans itu. Tindakan kriminal yang telah menjadikan orang lain korbannya. Biarkan sa dia hidup tanpa keluarga, biar dia merasakan betapa pentingnya keluarga. ** Ditempat lain Frans merasakan betapa susahnya dikota orang tanpa uang yng cukup. Dia sudah beberapa kali menjambret tapi belum cukup. Dia terpaksa terus menjambret agar dapat uang. Itu salah sa
Jenazah Sania dibawa ke rumah Dewi, Bu Siti dan Tia mendampingi Dewi. Tidak berapa lama tetangga dan saudara Dewi berdatangan. Semua menguatkan Dewi, saat ini Dewi menjadi sebatang kara karena Sania telah menyusul sang Papa."Aku dengar dia meninggal karena dibunuh ya?" tanya Novi pada sonia."Iya aku dengar yang membunuh adalah Frans orang yang dulu melamar dia. Kasihan sekali Sania," kata Sonia."Pantas kau dia seperti itu, selama ini dia kan jahat. Kalau aku jadi Tia nggak mau lah ikut takxiah kesini," kata Novi."Iya dia kan sudah jahat pada Tia dan keluarga Malik. Tapi nyatanya mereka malah takziah, berarti mereka telah memaafkan Samua." kata Sonia.Mereka merasa kasihan pada Dewi yang kini tinggal sendirian setelah kepergian Sania. Sania segera dimakamkan karena sudah sore sekali. Beberapa tetangga ikut kepemakaman Sania. Mereka merasa kasihan terhadap Sania yang meninggal karena dibunuh.Semua saudara Dewi tidak ada yang menginap diru
"Kamu berniat mengacaukan acara ini dengan memberi racun ini pada makanan ini semua?" tanya Tia. Frans tidak menjawab malah kabur begitu saja. Dia berlari lewat pintu belakang, Tia tidak akan tinggal diam jika Frans masih nekat. Tia kembali kedepan, Malik tampak mencurigai Tia. "Ke kamar mandi kok lama sekali?" tanya Malik. "Aku bertemu pengacau tadi, untung aku memergokinya. Kalau tidak kita sudah keracunan." jawab Tia. "Maksud kamu apa?" tanya Malik. Tia lalu menceritakan kejadian tadi pas dia ke kamar mandi. Dia melihat Frans hampir menuangkan racun ke makanan acara Amalia ini. Tia akan memberitahu Pak Samsul agar Frans diberi sanksi karena hendak melakukan tindakan kriminal. Frans tampak kebingungan karena dia gagal mengacaukan acara Amalia dan Jaka. Dia menyuruh orang untuk menculik Amalia nanti malam. *** Di rumah sakit, Sania sudah sadar. Dia bertanya pada perawat apa yang terjadi pada d
Setelah kejadian di rumah sakit itu, Amalia dan Jaka melaksanakan mengumumkan pertunangan mereka pada semua orang.Sania yang tahu hal itu tertawa puas, karena melihat Frans yang patah hati. Frans sakit hati dan tidak terima atas keputusan Amalia.Siang itu setelah Amalia mengundang teman kerjanya ke acara pertunangan mereka. Frans langsung marah, dia mendekati Amalia yang selama beberapa hari ini cuek padanya."Apa kamu yakin dengan pilihan kamu?" tana Frans yang beras didepan meja kerja Amalia."Mengapa tidak? Tidak ada alasan buat menolak Jaka," kata Amalia tanpa menatap Frans."Apa kamu tidak mencintai ku?" tanya Frans."Ah apa? Cinta kamu?" tanya Amalia." Jangan gila kamu," tamu Amalia.Mendengar jawaban Amalia Frans marah, dia menggebrak meja kerja Amalia."Beruntung aku nggak milih kamu," kata Amal. "Kamu seperti monster kalau marah," kata Amalia lagi. Semua karyawan melihat mereka berdua. Karena ulahnya itu Frans