Share

Bab 22

Penulis: Eclipse Draven
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-01 15:22:07

Malam itu, Ayla duduk di sebuah meja kecil di Silver Moon Café, tempat yang pernah menjadi bagian dari kehidupannya sebelum semua kekacauan ini dimulai. Aroma kopi dan suara denting cangkir menghidupkan nostalgia, tetapi kini terasa seperti kenangan yang jauh. Ia menatap cangkir kopinya, pikirannya penuh dengan keputusan besar yang harus ia buat.

Ia mengambil ponsel dan membaca kembali pesan singkat dari Ivy. “Kau tahu siapa musuh sebenarnya, Ayla. Jangan biarkan dirimu terjebak di bawah kendali Dimitri seperti aku dulu.”

Kata-kata itu menghantui. Ayla tahu Ivy berbicara dari pengalaman, tetapi bagaimana ia bisa yakin bahwa Ivy sepenuhnya jujur? Apakah ini hanya bagian dari rencananya untuk menjatuhkan Dimitri?

“Pikiranku terlalu bising,” gumam Ayla sambil menyandarkan punggungnya ke kursi.

Seorang pelayan mendekat untuk menanyakan apakah ia membutuhkan sesuatu lagi, tetapi ia hanya menggeleng dan tersenyum kecil. Saat pelayan pergi, seorang pria duduk di kursi di hadapannya tanpa diu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dendam Sang Primadona   Bab 23

    Suara detak sepatu hak tinggi Ayla menggema di sepanjang koridor marmer The Elysian Tower. Setiap langkahnya penuh keyakinan, namun dalam hatinya, ada badai yang tak dapat ia redam. Setelah pertemuannya dengan Gabriel Delgado malam itu, ancaman yang ia lontarkan masih berputar di pikirannya."Kau pikir Dimitri bisa melindungimu selamanya, Ayla? Akan ada saatnya dia memilih bisnisnya lebih dari dirimu."Ayla menggeleng pelan, berusaha mengusir suara itu dari kepalanya. Tidak. Dimitri berbeda. Ia bukan pria yang mudah dikendalikan oleh ancaman. Namun, ada hal lain yang mengganggunya—kenyataan bahwa Gabriel tahu terlalu banyak.Saat Ayla tiba di lantai tertinggi gedung, pintu lift terbuka, memperlihatkan sosok Victor Moretti yang sudah menunggunya. Pria itu berdiri dengan ekspresi serius, menunjukkan bahwa sesuatu telah terjadi."Ada apa?" tanya Ayla langsung, tak ingin berbasa-basi.Victor menatapnya sejenak sebelum akhirnya berujar, "Dimitri ingin bertemu denganmu. Sekarang."Tanpa ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Dendam Sang Primadona   Bab 24

    Suara tembakan masih bergema ketika Ayla dan Leon berlindung di bawah meja café yang hancur. Kaca pecah berserakan di lantai, aroma bubuk mesiu bercampur dengan bau kopi yang tumpah. Teriakan para pengunjung menggema, beberapa berlari ke luar, yang lain berjongkok ketakutan.Leon menyumpah pelan, matanya menyipit ke arah luar. “Ini kerjaan Gabriel. Dia ingin memastikan kita tahu siapa yang berkuasa.”Ayla menarik napas dalam, menekan rasa paniknya. Ia tahu dunia Dimitri tidak akan pernah aman, tapi ia tidak menyangka akan terlibat langsung dalam aksi penyerangan seperti ini.“Lari ke belakang,” bisik Leon. “Aku akan mengalihkan perhatian mereka.”Ayla menatapnya tajam. “Kau pikir aku tidak bisa mengurus diriku sendiri?”Leon menyeringai meski di bawah ancaman bahaya. “Aku tahu kau bisa. Tapi aku juga tahu kau lebih pintar daripada melawan tanpa rencana.”Ayla tidak bisa membantah. Saat suara tembakan sedikit mereda, Leon melompat keluar dari persembunyian, menembakkan pistol yang enta

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Dendam Sang Primadona   Bab 25

    Asap hitam membubung tinggi di langit Ravenhurst, menciptakan siluet menyeramkan di tengah kobaran api yang melahap gudang. Angin malam membawa aroma mesiu dan kayu terbakar, mengaburkan penglihatan sesaat sebelum gelombang panas merayap mendekat.Dimitri tetap berdiri di tempatnya, tubuhnya tegap seperti patung batu, sorot matanya gelap dan penuh arti. Ia tak berkedip menatap kehancuran di depannya, seolah menikmati pemandangan itu. Ayla berdiri di sampingnya, napasnya masih tersengal setelah pelarian mereka dari dalam gudang.“Kita harus pergi,” ucapnya tegas.Dimitri menoleh perlahan, tatapannya tajam. “Gabriel akan tahu siapa yang menghancurkan ini.”Ayla menggigit bibir. “Itu memang yang kau inginkan, bukan?”Dimitri tidak menjawab, hanya berbalik dan melangkah menuju mobil. Ayla mengikutinya, menyadari bahwa ada sesuatu yang berubah dalam pria itu. Ia tidak hanya sedang bertarung dengan Gabriel, tapi juga dengan dirinya sendiri.Di dalam mobil, Leon duduk di kursi belakang denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Dendam Sang Primadona   Bab 1

    Ayla Reynard memandang cermin dengan tatapan kosong. Rambut coklat gelapnya tergerai dengan sempurna, dibingkai dengan rapi oleh gaun hitam elegan yang dipilih Leon untuk makan malam mereka. Malam ini terasa istimewa, meski ia tak tahu bahwa itu akan menjadi malam yang mengubah segalanya.Senyum Ayla terlukis di wajahnya, namun matanya menyembunyikan kegelisahan yang semakin membesar. Setiap detik yang berlalu seperti sebuah persiapan untuk sesuatu yang tak bisa ia hindari, sebuah keputusan yang tak terelakkan. Di luar jendela kamar tidurnya, suasana malam Velmont City terasa begitu damai, gemerlapnya lampu-lampu kota menciptakan kesan sempurna tentang dunia yang mereka huni. Sebuah dunia yang Ayla kenal terlalu baik—dunia penuh harapan, keinginan, dan impian.Namun, hidupnya tak pernah sesempurna seperti yang terlihat di permukaan.“Segera datang, sayang. Aku akan menjemputmu,” suara Leon dari telepon memecah keheningan. Ayla mengangguk meski tahu Leon tidak bisa melihatnya. Telepon

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Dendam Sang Primadona   Bab 2

    Malam yang kelam menyelimuti Velmont City saat Ayla Reynard berjalan keluar dari apartemennya. Udara dingin menyentuh kulitnya, namun tidak ada yang lebih dingin daripada perasaan yang ada dalam hatinya. Dengan langkah mantap, ia melangkah ke arah mobil hitam yang menunggu di depan gedung. Setiap detik dalam perjalanan ini semakin menguatkan niatnya—tujuan yang jelas dan tak bisa dibelokkan. Ia harus menghancurkan Leon, dan untuk itu, ia membutuhkan kekuatan. Kekuatan yang hanya dimiliki oleh seorang pria seperti Dimitri Velasquez.Ayla teringat percakapan terakhirnya dengan Leon, bagaimana ia diperlakukan seperti sekadar barang yang bisa dibuang begitu saja. Setiap kata yang diucapkan Leon, setiap tatapan matanya yang merendahkan, semakin membakar amarah di dalam diri Ayla. Tidak ada kata penyesalan di bibir Leon, hanya alasan kosong tentang status sosial, tentang keluarganya yang lebih memilih uang dan kekuasaan daripada cinta yang mereka punya.“Apa yang akan kamu lakukan, Ayla?” g

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Dendam Sang Primadona   Bab 3

    Pagi berikutnya, Velmont City terbangun dengan hiruk-pikuk khas kota metropolitan. Jalan-jalan dipenuhi dengan mobil mewah yang berkilau di bawah sinar matahari, gedung pencakar langit yang menjulang menghalangi pandangan terhadap langit biru yang bersih. Semua tampak sempurna, tetapi bagi Ayla Reynard, dunia ini hanyalah sebuah panggung di mana dirinya hanyalah bagian dari cerita yang lebih besar—sebuah cerita yang penuh dengan ambisi, pengkhianatan, dan dendam.Ayla duduk di meja kerjanya di Reynard Holdings, perusahaan kecil yang ia bangun dari nol. Meski perusahaan ini belum sekuat Velasquez Corporation milik Dimitri, namun Ayla tahu ini adalah langkah pertamanya menuju puncak. Dia ingin lebih dari sekadar membalas dendam pada Leon dan keluarganya. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya lebih dari sekadar wanita yang mereka anggap tidak berharga.Namun, satu hal yang Ayla pelajari sejak malam pertama bertemu Dimitri adalah bahwa dunia ini bukan dunia yang mudah untuk dimasuki. Bahkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Dendam Sang Primadona   Bab 4

    Ayla berdiri di luar pintu kaca besar The Elysian Tower, memandangi kota yang bersinar di bawahnya. Angin sore berhembus ringan, membawa aroma kota yang penuh dengan ambisi dan kegembiraan. Namun, bagi Ayla, segala kemewahan dan kemegahan ini hanyalah lapisan luar dari sebuah dunia yang jauh lebih gelap. Dunia yang baru saja ia masuki—dunia yang penuh dengan manipulasi, kekuasaan, dan intrik.“Jangan terlalu terpesona dengan pemandangan ini,” suara berat Dimitri terdengar di belakangnya, membuat Ayla berbalik. Dimitri berdiri dengan sikap tegap, mengenakan jas hitam yang selalu tampak sempurna di tubuhnya. Matanya yang tajam mengamati Ayla dengan penuh perhatian, seolah mengukur sejauh mana wanita ini bisa bertahan.“Apa yang kamu maksud?” Ayla bertanya, berusaha menutupi keraguan yang mulai merayapi dirinya.“Velmont City adalah tempat di mana banyak orang datang untuk meraih impian mereka, tetapi juga tempat di mana impian itu hancur begitu saja. Kamu tidak bisa hanya terpesona oleh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Dendam Sang Primadona   Bab 5

    Ayla berdiri di ruang kerja Dimitri yang mewah, matanya menatap kosong ke jendela besar yang menghadap ke Velmont City yang terhampar luas. Pemandangan kota itu, dengan segala kemewahan dan kehidupan yang tampak sempurna, kini terasa semakin hampa. Dunia yang pernah ia anggap sebagai tempat penuh harapan kini tampak seperti arena permainan tanpa aturan, di mana kemenangan hanya diberikan kepada mereka yang mampu bertahan.Dimitri berdiri di belakang meja kerjanya, sibuk dengan laporan dan dokumen-dokumen yang tampaknya tak pernah habis. Suasana di ruangan itu sunyi, hanya suara langkah kaki dan desiran angin dari luar yang mengisi ruang. Ayla tahu bahwa untuk memenangkan permainannya, ia harus menunggu. Menunggu kesempatan yang tepat untuk menyerang, untuk menghancurkan Leon dan segala yang berhubungan dengannya. Tapi saat ini, ia juga tahu bahwa ia sudah terperangkap dalam permainan yang lebih besar, permainan yang tak hanya melibatkan Leon, tetapi juga Dimitri.Dimitri tiba-tiba ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24

Bab terbaru

  • Dendam Sang Primadona   Bab 25

    Asap hitam membubung tinggi di langit Ravenhurst, menciptakan siluet menyeramkan di tengah kobaran api yang melahap gudang. Angin malam membawa aroma mesiu dan kayu terbakar, mengaburkan penglihatan sesaat sebelum gelombang panas merayap mendekat.Dimitri tetap berdiri di tempatnya, tubuhnya tegap seperti patung batu, sorot matanya gelap dan penuh arti. Ia tak berkedip menatap kehancuran di depannya, seolah menikmati pemandangan itu. Ayla berdiri di sampingnya, napasnya masih tersengal setelah pelarian mereka dari dalam gudang.“Kita harus pergi,” ucapnya tegas.Dimitri menoleh perlahan, tatapannya tajam. “Gabriel akan tahu siapa yang menghancurkan ini.”Ayla menggigit bibir. “Itu memang yang kau inginkan, bukan?”Dimitri tidak menjawab, hanya berbalik dan melangkah menuju mobil. Ayla mengikutinya, menyadari bahwa ada sesuatu yang berubah dalam pria itu. Ia tidak hanya sedang bertarung dengan Gabriel, tapi juga dengan dirinya sendiri.Di dalam mobil, Leon duduk di kursi belakang denga

  • Dendam Sang Primadona   Bab 24

    Suara tembakan masih bergema ketika Ayla dan Leon berlindung di bawah meja café yang hancur. Kaca pecah berserakan di lantai, aroma bubuk mesiu bercampur dengan bau kopi yang tumpah. Teriakan para pengunjung menggema, beberapa berlari ke luar, yang lain berjongkok ketakutan.Leon menyumpah pelan, matanya menyipit ke arah luar. “Ini kerjaan Gabriel. Dia ingin memastikan kita tahu siapa yang berkuasa.”Ayla menarik napas dalam, menekan rasa paniknya. Ia tahu dunia Dimitri tidak akan pernah aman, tapi ia tidak menyangka akan terlibat langsung dalam aksi penyerangan seperti ini.“Lari ke belakang,” bisik Leon. “Aku akan mengalihkan perhatian mereka.”Ayla menatapnya tajam. “Kau pikir aku tidak bisa mengurus diriku sendiri?”Leon menyeringai meski di bawah ancaman bahaya. “Aku tahu kau bisa. Tapi aku juga tahu kau lebih pintar daripada melawan tanpa rencana.”Ayla tidak bisa membantah. Saat suara tembakan sedikit mereda, Leon melompat keluar dari persembunyian, menembakkan pistol yang enta

  • Dendam Sang Primadona   Bab 23

    Suara detak sepatu hak tinggi Ayla menggema di sepanjang koridor marmer The Elysian Tower. Setiap langkahnya penuh keyakinan, namun dalam hatinya, ada badai yang tak dapat ia redam. Setelah pertemuannya dengan Gabriel Delgado malam itu, ancaman yang ia lontarkan masih berputar di pikirannya."Kau pikir Dimitri bisa melindungimu selamanya, Ayla? Akan ada saatnya dia memilih bisnisnya lebih dari dirimu."Ayla menggeleng pelan, berusaha mengusir suara itu dari kepalanya. Tidak. Dimitri berbeda. Ia bukan pria yang mudah dikendalikan oleh ancaman. Namun, ada hal lain yang mengganggunya—kenyataan bahwa Gabriel tahu terlalu banyak.Saat Ayla tiba di lantai tertinggi gedung, pintu lift terbuka, memperlihatkan sosok Victor Moretti yang sudah menunggunya. Pria itu berdiri dengan ekspresi serius, menunjukkan bahwa sesuatu telah terjadi."Ada apa?" tanya Ayla langsung, tak ingin berbasa-basi.Victor menatapnya sejenak sebelum akhirnya berujar, "Dimitri ingin bertemu denganmu. Sekarang."Tanpa ber

  • Dendam Sang Primadona   Bab 22

    Malam itu, Ayla duduk di sebuah meja kecil di Silver Moon Café, tempat yang pernah menjadi bagian dari kehidupannya sebelum semua kekacauan ini dimulai. Aroma kopi dan suara denting cangkir menghidupkan nostalgia, tetapi kini terasa seperti kenangan yang jauh. Ia menatap cangkir kopinya, pikirannya penuh dengan keputusan besar yang harus ia buat.Ia mengambil ponsel dan membaca kembali pesan singkat dari Ivy. “Kau tahu siapa musuh sebenarnya, Ayla. Jangan biarkan dirimu terjebak di bawah kendali Dimitri seperti aku dulu.”Kata-kata itu menghantui. Ayla tahu Ivy berbicara dari pengalaman, tetapi bagaimana ia bisa yakin bahwa Ivy sepenuhnya jujur? Apakah ini hanya bagian dari rencananya untuk menjatuhkan Dimitri?“Pikiranku terlalu bising,” gumam Ayla sambil menyandarkan punggungnya ke kursi.Seorang pelayan mendekat untuk menanyakan apakah ia membutuhkan sesuatu lagi, tetapi ia hanya menggeleng dan tersenyum kecil. Saat pelayan pergi, seorang pria duduk di kursi di hadapannya tanpa diu

  • Dendam Sang Primadona   Bab 21

    Ayla berdiri di ambang jendela apartemennya, memandang keluar ke Velmont City yang bercahaya dalam gelapnya malam. Dokumen yang Ivy tinggalkan tergeletak di meja di belakangnya, menjadi pengingat bahwa dunia yang baru ia masuki ini bukan hanya soal kekuasaan, tetapi juga penuh jebakan.Tatapan Dimitri sebelum ia pergi tadi masih terngiang di benaknya—campuran antara peringatan, kepercayaan, dan rasa sakit yang tersimpan rapi di balik topeng pria yang selama ini ia kenal sebagai sosok tak terkalahkan.Ayla menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir kebimbangan yang semakin menggigit hatinya. Apakah Dimitri benar-benar seseorang yang bisa ia percayai? Atau Ivy sebenarnya memberinya alat untuk mengendalikan situasi ini?Setelah beberapa saat, ia mengambil keputusan. Langkah berikutnya bukanlah soal siapa yang ia percayai, tetapi bagaimana ia memastikan dirinya tidak menjadi korban dari permainan ini.Pagi berikutnya, Ayla melangkah ke dalam The Elysian Tower, gedung megah yang menjadi s

  • Dendam Sang Primadona   Bab 20

    Hujan telah reda, tetapi udara di Velmont City masih menyisakan dingin yang menusuk tulang. Ayla berdiri di luar sebuah restoran kelas atas di kawasan pusat kota. Di tangannya, sebuah ponsel bergetar dengan pesan terakhir dari Ivy: “Kita bertemu di sini. Sendiri.”Ayla tidak tahu apakah ini perangkap atau justru kesempatan. Namun, ia memutuskan untuk menghadapi Ivy. Jika wanita itu punya jawaban atas kebingungan yang berkecamuk di benaknya, maka Ayla harus mengambil risiko.Saat Ayla memasuki restoran, seorang pelayan membimbingnya ke meja di sudut ruangan. Ivy Larchmont sudah menunggu di sana, mengenakan gaun satin hitam yang membingkai tubuhnya dengan sempurna. Senyum tipis terlukis di wajah Ivy, tetapi tidak ada kehangatan di sana."Ayla Reynard," Ivy menyapa dengan suara selembut belati yang siap menancap."Ivy," jawab Ayla sambil duduk. Tatapan Ayla tajam, tetapi ia berusaha menjaga emosinya tetap netral.“Berani sekali kau datang menemuiku. Tidak takut Dimitri tahu?” Ivy bertany

  • Dendam Sang Primadona   Bab 19

    Velmont City yang megah mulai diguyur hujan deras. Langit kelabu memantulkan suasana hati Ayla yang tengah berkecamuk. Hari itu, Ayla kembali duduk di sudut ruang kantornya di The Elysian Tower. Di tangannya, sebuah amplop cokelat yang baru saja tiba dari seseorang tanpa identitas.Ia membuka amplop itu dengan hati-hati, lalu menarik isinya. Foto-foto Leon bersama seorang wanita berambut panjang tampak memenuhi setiap bingkai. Di beberapa foto, Leon terlihat memberikan sebuah cincin berlian kepada wanita itu.“Pertunangan?” Ayla bergumam, dahinya mengerut.Sebelum ia sempat merenungkan lebih jauh, Dimitri memasuki ruangannya dengan langkah cepat, membawa aura dingin yang tak pernah gagal menguasai ruangan."Apa itu?" tanyanya, melirik amplop di tangan Ayla.“Foto Leon. Tampaknya dia bertunangan dengan seseorang,” Ayla menjawab, menyerahkan foto-foto itu kepada Dimitri.Dimitri mengamati foto-foto tersebut dengan saksama, ekspresinya tetap dingin. "Itu salah satu taktik mereka. Mereka

  • Dendam Sang Primadona   Bab 18

    Pagi di Velmont City menyapa dengan cahaya keemasan yang memantul dari gedung-gedung pencakar langit. Tapi di dalam The Elysian Tower, suasana terasa jauh dari hangat. Ayla duduk di meja besar ruang rapat Velasquez Corporation, pandangannya tertuju pada berkas-berkas yang Dimitri sodorkan tadi pagi."Ini adalah langkah pertama kita," ucap Dimitri, nada suaranya tajam seperti biasa. "Semua transaksi gelap Carlisle ada di dalam ini. Kita mulai dengan menghancurkan basis keuangan mereka."Ayla membaca dokumen itu dengan saksama. Setiap lembar adalah bukti korupsi, pencucian uang, dan manipulasi bisnis yang dilakukan keluarga Carlisle selama bertahun-tahun. Namun, di balik angka-angka itu, ia bisa merasakan risiko besar yang akan mereka ambil."Kita bisa menjatuhkan mereka dengan ini," kata Ayla pelan, matanya berkilat penuh keyakinan. Tapi kemudian ia menambahkan, "Tapi ini juga bisa membahayakan kita. Jika bukti ini jatuh ke tangan yang salah—""Itu tugas kita untuk memastikan hal itu t

  • Dendam Sang Primadona   Bab 17

    Malam itu semakin larut, tetapi udara di restoran mewah yang mereka tempati terasa semakin berat. Suara gelas beradu samar-samar terdengar dari meja lain, namun bagi Ayla, seolah seluruh ruangan telah berhenti bernapas. Gabriel Delgado, dengan senyum sinisnya yang penuh teka-teki, baru saja mengungkapkan rahasia gelap tentang keluarga Carlisle yang membuat semua rencana Ayla dan Dimitri terasa goyah. Namun, Gabriel tidak berhenti di situ.“Aku tahu kalian ingin menghancurkan Carlisle,” ucap Gabriel, memainkan cincin perak di jari manisnya dengan sikap santai yang bertentangan dengan ketegangan di matanya. “Tapi untuk melakukannya, kalian harus menghadapi lebih dari sekadar Leon. Keluarga Carlisle bukan hanya bisnis, mereka adalah sistem. Dan sistem itu memiliki akar yang dalam.”Ayla merasa hatinya tenggelam. Setiap kata Gabriel terasa seperti belati yang perlahan menusuk keyakinannya. Selama ini, ia mengira bisa menggunakan kekuatan Dimitri untuk meruntuhkan Leon dan keluarganya, tet

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status