Di sebuah ruangan kecil yang terdiri dari beberapa orang, sudah berkumpul di dalam ruangan itu. Kedua orang tua Maya, Jaya, dan juga Rendra sudah berada di sana dan menunggu untuk pembicaraan yang cukup serius. Makanan mewah juga tersaji di hadapan mereka semua. Rendra pun merekam pembicaraan mereka semua hingga terdengar sampai ke telinga Dara. Hal itu membuat Dara langsung mendengarkan apa yang sedang mereka bahas.Dengan menggunakan rasa kesal Rendra terhadap mertua dan ayahnya sendiri, membuat Dara jadi lebih mudah untuk memanfaatkan Rendra dan jadi sedikit lebih mudah untuk menghancurkan mereka semua.“Sayang, kamu ke mana aja sih? Masih marah sama aku?” bisik Maya yang ada di sebelah Rendra dan sedikit berbisik kepadanya di tengah basa-basi dan saat mereka tengah makan siang.“Nggak, buat apa aku marah sama kamu? Aku sudah biasa dengan perkataanmu itu. Lagipula kamu benar kok,” ucap Rendra sembari menyantap makanannya.“Kamu masih marah sama perkataanku kemarin?” tanya Maya yang
“Beraninya kau memperlakukan putriku seperti itu! Suami yang baik adalah sauami yang mau bertanggung jawab atas segala semua kebutuhan istrinya! Kalau istrimu meminta banyak hal, artinya kebutuhannya juga banyak! Harusnya kau yang sadar diri karena tidak bisa memenuhi kebutuhan Maya, kenapa jadi menyalahkan dia!” hardik ibunya Maya kepada Rendra.Saat itu, Rendra menyadari bahwa posisinya sama sekali tidak menguntungkan, seharusnya dia tahu bahwa tak akam ada orang yang membelanya sama sekali di sini, seharusnya dia tetap diam saja dan mengikuti apa yang mereka inginkan. Namun, mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadu bubur dan tak bisa dikembalikan lagi.“Ibu, Ayah, sudahlah, ini semua salahku, bukan salah Rendra,” ucap Maya dengan tiba-tiba.“Apa? Salah kamu? Nggak! Nggak bisa! Seenaknya sendiri dia bersikap seperti itu kepadamu! Kamu kan memang banyak kebutuhan, Sayang. Harusnya dia bisa memenuhi kebutuhan kamu, dong! Lagian, kenapa menikah sama orang seperti dia sih! Masih banyak pr
Sirine ambulance memenuhi jalanan yang ada di dekat apartemen Dara, disertai dengan sirine polisi dan beberapa garis polisi sudah dipasang di dekat sana. Dara yang kala itu berada di sana, langsung naik ke mobil ambulance Bersama dengan tubuh Rendra yang penuh dengan darah dan juga pecahan kaca di tubuhnya.Dilengkapi dengan peralatan medis, Rendra terlihat terbaring lemah dan Dara mendampingi pria itu sampai ke rumah sakit. Ia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi nantinya ketika sampai di rumah sakit, yang terpenting saat ini adalah Rendra selamat sampai ke rumah sakit.“Apa anda melihat kejadian lengkapnya?” tanya seorang perawat yang berada di dalam ambulance Bersama Dara.“Ya, aku lihat dengan jelas bagaimana mobil Rendra menabrak mobil lainnya sampai terbalik dan hancur, entah sengaja ditabrak, atau memang Rendra yang tidak hati-hati, saya tidak tahu,” ucap Dara yang berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi.“Lukanya cukup parah, mustahil jika hanya ada satu orang yang
Dara beranjak dari tempat duduknya dan Nathan pun menghalangi tubuh Dara agar mereka tak bisa seenaknya menyentuhnya. Dara menatap punggung lebar milik Nathan dan sedikit terkejut karena ia tidak biasa diperlakukan seperti ini oleh pria lain.“Kamu ngapain di sini, Dara!” tanya perempuan dengan gaun berwarna merah itu dan terlihat sangat nyentrik.“Tolong jangan berteriak, karena ini di rumah sakit. Jaga adab dan sopan santun anda, Nona.” Nathan memperingatkan Maya untuk bersikap sopan.“Siapa kamu! Beraninya menyuruhku begitu! Apa hakmu, dasar pria rendahan!” ledek Maya dengan mudahnya.Dara pun beralih ke hadapan Nathan dan berhadapan langsung dengan Maya.“Aku datang kemari karena kebetulan aku berada di tempat kecelakaan. Bahkan aku menjadi saksi atas kecelakaan Rendra. Bukankah seharusnya istrinya juga berada bersama dengan korban? Kemana kamu saat Rendra seperti ini?” tanya Dara dengan nada bicara yang sedikit menekan.“Kau jangan berlagak seperti tahu semuanya ya! Rendra yang p
Beberapa hari kemudian, Rendra dinyatakan sudah kembali siuman dan sedang dalam masa pemulihan. Saat itu pula, Rendra hanya boleh ditemui oleh istri dan keluarganya saja. Sebenarnya, setelah kecelakaan terjadi, Dara dan Nathan berniat untuk pergi menjenguk Rendra. Namun, Rendra dijaga dengan ketat dan tak boleh dijenguk oleh siapapun. Hal itu membuat mereka berdua kembali pulang dan memutuskan untuk datang di lain waktu. Alhasil, Nathan menggunakan beberapa orang suruhannya untuk memantau kapan saja Rendra dijaga dengan ketat, dan kapan pula penjagaan itu tidak terlalu ketat.Di hari ke tiga ini, mereka memutuskan untuk datang pada pukul 12 siang, karena saat itu pula tak ada siapapun yang menjaga Rendra. Mereka masih memiliki waktu 30 menit untuk bicara kepada Rendra. Nathan menyuruh beberapa pengawas untuk mengulur waktu sebentar jika kebetulan penjaga sudah kembali datang.Sesampainya di ruang VVIP rumah sakit, Dara dan Nathan sudah bersiap menunggu para penjaga pergi. Saat waktu m
Beberapa hari kemudian, Rendra dinyatakan sudah kembali siuman dan sedang dalam masa pemulihan. Saat itu pula, Rendra hanya boleh ditemui oleh istri dan keluarganya saja. Sebenarnya, setelah kecelakaan terjadi, Dara dan Nathan berniat untuk pergi menjenguk Rendra. Namun, Rendra dijaga dengan ketat dan tak boleh dijenguk oleh siapapun. Hal itu membuat mereka berdua kembali pulang dan memutuskan untuk datang di lain waktu. Alhasil, Nathan menggunakan beberapa orang suruhannya untuk memantau kapan saja Rendra dijaga dengan ketat, dan kapan pula penjagaan itu tidak terlalu ketat.Di hari ke tiga ini, mereka memutuskan untuk datang pada pukul 12 siang, karena saat itu pula tak ada siapapun yang menjaga Rendra. Mereka masih memiliki waktu 30 menit untuk bicara kepada Rendra. Nathan menyuruh beberapa pengawas untuk mengulur waktu sebentar jika kebetulan penjaga sudah kembali datang.Sesampainya di ruang VVIP rumah sakit, Dara dan Nathan sudah bersiap menunggu para penjaga pergi. Saat waktu m
Beberapa hari kemudian, Rendra dinyatakan sudah kembali siuman dan sedang dalam masa pemulihan. Saat itu pula, Rendra hanya boleh ditemui oleh istri dan keluarganya saja. Sebenarnya, setelah kecelakaan terjadi, Dara dan Nathan berniat untuk pergi menjenguk Rendra. Namun, Rendra dijaga dengan ketat dan tak boleh dijenguk oleh siapapun. Hal itu membuat mereka berdua kembali pulang dan memutuskan untuk datang di lain waktu. Alhasil, Nathan menggunakan beberapa orang suruhannya untuk memantau kapan saja Rendra dijaga dengan ketat, dan kapan pula penjagaan itu tidak terlalu ketat.Di hari ke tiga ini, mereka memutuskan untuk datang pada pukul 12 siang, karena saat itu pula tak ada siapapun yang menjaga Rendra. Mereka masih memiliki waktu 30 menit untuk bicara kepada Rendra. Nathan menyuruh beberapa pengawas untuk mengulur waktu sebentar jika kebetulan penjaga sudah kembali datang.Sesampainya di ruang VVIP rumah sakit, Dara dan Nathan sudah bersiap menunggu para penjaga pergi. Saat waktu m
“Maksudnya gimana?” tanya Nathan dengan raut wajah yang begitu bahagia, seakan dia tak masalah dengan pertanyaan Dara.“Kamu sepertinya bukan orang biasa, ya?” duga Dara.“Maksudnya? Aku iblis gitu?” ucap pria itu dengan tersenyum kecil.“Ih! Aku lagi nggak bercanda nih!” tutur Dara yang sedikit kesal dengan jawaban Nathan.“Ha ha ha, kenapa tiba-tiba nanyain gitu? Padahal sebelumnya kamu cuek aja tuh,” ucap Nathan.“Semakin ke sini, aku semakin ingin tahu soal kamu, Nathan. Kamu begitu misterius, bahkan kamu bisa bersama dengan orang-orang yang terkenal, bahkan pemilik restoran itu,” ucap Dara yang tengah mengeluarkan pendapatnya itu.“Terkadang, lebih baik kita tidak tahu apa-apa dari pada tahu segalanya, Dara.” Nathan hanya tersenyum menanggapi ucapan Dara.“Memang sih, aku juga merasa begitu. Namun, belakangan ini tingkahmu agak aneh, kamu biasanya nggak suka kalau aku bahas Rendra. Sekarang kamu malah mau membantunya, dan pakaian kamu sekarang ….” Dara menatap Nathan dari ujung ka