Beranda / Pernikahan / Dendam Sang Pelakor / Bab 72. Pendapat Rizal

Share

Bab 72. Pendapat Rizal

Penulis: Harumi Akari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Suasana di bar sudah sedikit tenang, hal itu membuat Dara dan Rizal bisa memulai pembicaraan mereka. Dara jelas menginginkan apa yang terjadi sampai Maya bisa datang ke barnya tanpa tahu diri.

“Maafkan saya, Nona. Saya tidak bermaksud mengkhianati anda atau apapun itu, karena dia yang memaksa untuk duduk di sini, dan seperti kata nona, saya hanya perlu meladeninya saja karena ia percaya bahwa saya masih memiliki rasa kepadanya,” urai Rizal.

“Aku mengerti, aku juga tidak berpikiran buruk kepadamu, aku hanya khawatir dia melakukan hal yang berlebihan, karena belakangan ini dia sedang mencurigai aku berselingkuh dengan suaminya.” Dara mengutarakan kegelisahan yang ada di dalam hatinya. Sebenarnya dia tidak takut, hanya saja, dia harus menyembunyikan semua yang ia lakukan kepada Rendra.

“Apa nona baik-baik saja?” tanya Rizal yang sedikit khawatir.

“Aku baik-baik saja, kau jangan khawatir. Kamu urus saja barku ini, karena belakangan ini aku sedikit susah mengurusnya,” ucap Dara yang tengah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 73. Pembicaraan yang Menyudutkan Rendra

    Di sebuah ruangan kecil yang terdiri dari beberapa orang, sudah berkumpul di dalam ruangan itu. Kedua orang tua Maya, Jaya, dan juga Rendra sudah berada di sana dan menunggu untuk pembicaraan yang cukup serius. Makanan mewah juga tersaji di hadapan mereka semua. Rendra pun merekam pembicaraan mereka semua hingga terdengar sampai ke telinga Dara. Hal itu membuat Dara langsung mendengarkan apa yang sedang mereka bahas.Dengan menggunakan rasa kesal Rendra terhadap mertua dan ayahnya sendiri, membuat Dara jadi lebih mudah untuk memanfaatkan Rendra dan jadi sedikit lebih mudah untuk menghancurkan mereka semua.“Sayang, kamu ke mana aja sih? Masih marah sama aku?” bisik Maya yang ada di sebelah Rendra dan sedikit berbisik kepadanya di tengah basa-basi dan saat mereka tengah makan siang.“Nggak, buat apa aku marah sama kamu? Aku sudah biasa dengan perkataanmu itu. Lagipula kamu benar kok,” ucap Rendra sembari menyantap makanannya.“Kamu masih marah sama perkataanku kemarin?” tanya Maya yang

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 74. Saingan Bisnis

    “Beraninya kau memperlakukan putriku seperti itu! Suami yang baik adalah sauami yang mau bertanggung jawab atas segala semua kebutuhan istrinya! Kalau istrimu meminta banyak hal, artinya kebutuhannya juga banyak! Harusnya kau yang sadar diri karena tidak bisa memenuhi kebutuhan Maya, kenapa jadi menyalahkan dia!” hardik ibunya Maya kepada Rendra.Saat itu, Rendra menyadari bahwa posisinya sama sekali tidak menguntungkan, seharusnya dia tahu bahwa tak akam ada orang yang membelanya sama sekali di sini, seharusnya dia tetap diam saja dan mengikuti apa yang mereka inginkan. Namun, mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadu bubur dan tak bisa dikembalikan lagi.“Ibu, Ayah, sudahlah, ini semua salahku, bukan salah Rendra,” ucap Maya dengan tiba-tiba.“Apa? Salah kamu? Nggak! Nggak bisa! Seenaknya sendiri dia bersikap seperti itu kepadamu! Kamu kan memang banyak kebutuhan, Sayang. Harusnya dia bisa memenuhi kebutuhan kamu, dong! Lagian, kenapa menikah sama orang seperti dia sih! Masih banyak pr

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 75. Kecelakaan Besar

    Sirine ambulance memenuhi jalanan yang ada di dekat apartemen Dara, disertai dengan sirine polisi dan beberapa garis polisi sudah dipasang di dekat sana. Dara yang kala itu berada di sana, langsung naik ke mobil ambulance Bersama dengan tubuh Rendra yang penuh dengan darah dan juga pecahan kaca di tubuhnya.Dilengkapi dengan peralatan medis, Rendra terlihat terbaring lemah dan Dara mendampingi pria itu sampai ke rumah sakit. Ia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi nantinya ketika sampai di rumah sakit, yang terpenting saat ini adalah Rendra selamat sampai ke rumah sakit.“Apa anda melihat kejadian lengkapnya?” tanya seorang perawat yang berada di dalam ambulance Bersama Dara.“Ya, aku lihat dengan jelas bagaimana mobil Rendra menabrak mobil lainnya sampai terbalik dan hancur, entah sengaja ditabrak, atau memang Rendra yang tidak hati-hati, saya tidak tahu,” ucap Dara yang berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi.“Lukanya cukup parah, mustahil jika hanya ada satu orang yang

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 76. Menanti dengan Khawatir

    Dara beranjak dari tempat duduknya dan Nathan pun menghalangi tubuh Dara agar mereka tak bisa seenaknya menyentuhnya. Dara menatap punggung lebar milik Nathan dan sedikit terkejut karena ia tidak biasa diperlakukan seperti ini oleh pria lain.“Kamu ngapain di sini, Dara!” tanya perempuan dengan gaun berwarna merah itu dan terlihat sangat nyentrik.“Tolong jangan berteriak, karena ini di rumah sakit. Jaga adab dan sopan santun anda, Nona.” Nathan memperingatkan Maya untuk bersikap sopan.“Siapa kamu! Beraninya menyuruhku begitu! Apa hakmu, dasar pria rendahan!” ledek Maya dengan mudahnya.Dara pun beralih ke hadapan Nathan dan berhadapan langsung dengan Maya.“Aku datang kemari karena kebetulan aku berada di tempat kecelakaan. Bahkan aku menjadi saksi atas kecelakaan Rendra. Bukankah seharusnya istrinya juga berada bersama dengan korban? Kemana kamu saat Rendra seperti ini?” tanya Dara dengan nada bicara yang sedikit menekan.“Kau jangan berlagak seperti tahu semuanya ya! Rendra yang p

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 77. Siapa Nathan?

    Beberapa hari kemudian, Rendra dinyatakan sudah kembali siuman dan sedang dalam masa pemulihan. Saat itu pula, Rendra hanya boleh ditemui oleh istri dan keluarganya saja. Sebenarnya, setelah kecelakaan terjadi, Dara dan Nathan berniat untuk pergi menjenguk Rendra. Namun, Rendra dijaga dengan ketat dan tak boleh dijenguk oleh siapapun. Hal itu membuat mereka berdua kembali pulang dan memutuskan untuk datang di lain waktu. Alhasil, Nathan menggunakan beberapa orang suruhannya untuk memantau kapan saja Rendra dijaga dengan ketat, dan kapan pula penjagaan itu tidak terlalu ketat.Di hari ke tiga ini, mereka memutuskan untuk datang pada pukul 12 siang, karena saat itu pula tak ada siapapun yang menjaga Rendra. Mereka masih memiliki waktu 30 menit untuk bicara kepada Rendra. Nathan menyuruh beberapa pengawas untuk mengulur waktu sebentar jika kebetulan penjaga sudah kembali datang.Sesampainya di ruang VVIP rumah sakit, Dara dan Nathan sudah bersiap menunggu para penjaga pergi. Saat waktu m

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 77. Siapa Nathan?

    Beberapa hari kemudian, Rendra dinyatakan sudah kembali siuman dan sedang dalam masa pemulihan. Saat itu pula, Rendra hanya boleh ditemui oleh istri dan keluarganya saja. Sebenarnya, setelah kecelakaan terjadi, Dara dan Nathan berniat untuk pergi menjenguk Rendra. Namun, Rendra dijaga dengan ketat dan tak boleh dijenguk oleh siapapun. Hal itu membuat mereka berdua kembali pulang dan memutuskan untuk datang di lain waktu. Alhasil, Nathan menggunakan beberapa orang suruhannya untuk memantau kapan saja Rendra dijaga dengan ketat, dan kapan pula penjagaan itu tidak terlalu ketat.Di hari ke tiga ini, mereka memutuskan untuk datang pada pukul 12 siang, karena saat itu pula tak ada siapapun yang menjaga Rendra. Mereka masih memiliki waktu 30 menit untuk bicara kepada Rendra. Nathan menyuruh beberapa pengawas untuk mengulur waktu sebentar jika kebetulan penjaga sudah kembali datang.Sesampainya di ruang VVIP rumah sakit, Dara dan Nathan sudah bersiap menunggu para penjaga pergi. Saat waktu m

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 77. Siapa Nathan?

    Beberapa hari kemudian, Rendra dinyatakan sudah kembali siuman dan sedang dalam masa pemulihan. Saat itu pula, Rendra hanya boleh ditemui oleh istri dan keluarganya saja. Sebenarnya, setelah kecelakaan terjadi, Dara dan Nathan berniat untuk pergi menjenguk Rendra. Namun, Rendra dijaga dengan ketat dan tak boleh dijenguk oleh siapapun. Hal itu membuat mereka berdua kembali pulang dan memutuskan untuk datang di lain waktu. Alhasil, Nathan menggunakan beberapa orang suruhannya untuk memantau kapan saja Rendra dijaga dengan ketat, dan kapan pula penjagaan itu tidak terlalu ketat.Di hari ke tiga ini, mereka memutuskan untuk datang pada pukul 12 siang, karena saat itu pula tak ada siapapun yang menjaga Rendra. Mereka masih memiliki waktu 30 menit untuk bicara kepada Rendra. Nathan menyuruh beberapa pengawas untuk mengulur waktu sebentar jika kebetulan penjaga sudah kembali datang.Sesampainya di ruang VVIP rumah sakit, Dara dan Nathan sudah bersiap menunggu para penjaga pergi. Saat waktu m

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 78. Mencari Kebenaran

    “Maksudnya gimana?” tanya Nathan dengan raut wajah yang begitu bahagia, seakan dia tak masalah dengan pertanyaan Dara.“Kamu sepertinya bukan orang biasa, ya?” duga Dara.“Maksudnya? Aku iblis gitu?” ucap pria itu dengan tersenyum kecil.“Ih! Aku lagi nggak bercanda nih!” tutur Dara yang sedikit kesal dengan jawaban Nathan.“Ha ha ha, kenapa tiba-tiba nanyain gitu? Padahal sebelumnya kamu cuek aja tuh,” ucap Nathan.“Semakin ke sini, aku semakin ingin tahu soal kamu, Nathan. Kamu begitu misterius, bahkan kamu bisa bersama dengan orang-orang yang terkenal, bahkan pemilik restoran itu,” ucap Dara yang tengah mengeluarkan pendapatnya itu.“Terkadang, lebih baik kita tidak tahu apa-apa dari pada tahu segalanya, Dara.” Nathan hanya tersenyum menanggapi ucapan Dara.“Memang sih, aku juga merasa begitu. Namun, belakangan ini tingkahmu agak aneh, kamu biasanya nggak suka kalau aku bahas Rendra. Sekarang kamu malah mau membantunya, dan pakaian kamu sekarang ….” Dara menatap Nathan dari ujung ka

Bab terbaru

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 88. Harus Mengikhlaskan

    Semenjak hubungan Dara dan Nathan berubah menjadi resmi pacaran, Dara pun mulai menjalani dendamnya seperti yang sudah dia rencanakan. Mengingat, dia sudah menjadi milik Nathan, maka, dia tidak boleh membuat Nathan sakit hati lebih dari ini, yang Dara lakukan sudah cukup membuat Nathan sakit hati dan tentunya menunggu cukup lama.Sembari menunggu Rendra sembuh total, mereka berdua terus menerus menemui Rendra dan mempererat hubungan mereka agar bisa makin menuju ke jenjang lebih serius. Nathan ingin bicarakan kepada Rendra, namun, jika dia bicarakan sekarang, rencana Dara akan gagal total dan pasti akan membuat Dara bersedih bahkan tidak senang mendengarnya."Menurutmu, ayahnya Rendra perlu mendapatkan pelajaran?" tanya Dara ketika mereka tengah menuju ke rumah sakit."Tentu saja. Aku hanya belum bertindak saja. Sejujurnya, dia bekerja di perusahaanku, jadi, mudah saja memecatnya kapanpun aku mau." Nathan menyetir mobil dan fokus ke jalanan."Ngeri juga ya," tutur Dara sembari ngeri k

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 87. Pasangan Baru

    Hubungan mereka pun sudah mulai berlaku di hari itu juga. Artinya, Nathan menang dalam taruhan mereka dan dia bisa mendapatkan Dara sepenuhnya. Namun, Dara juga harus bisa melepaskan Rendra jika dia akan memulai kehidupan yang baru."Nathan, boleh kita ke apartemenku setelah ini? Aku ingin memberikan kabar bahagia ini kepada mereka berdua," ucap Dara dengan senyuman. Dia mulai bisa terbiasa dengan situasi seperti ini. Meskipun awalnya dia sangat canggung karena status mereka berdua berubah secara tiba-tiba."Tentu saja, dengan senang hati aku akan melakukannya," ucap Nathan yang terlihat cukup bahagia dan seperti tak bisa berhenti mengeluarkan senyuman manisnya itu.Dara pun semakin tidak kuat melihat pria itu yang nampak semakin tampan di mata Dara, padahal sebelumnya pria itu biasa saja dan sedingin kulkas. Mengapa tiba-tiba dia melihat Nathan menjadi seperti itu, ya?"Nathan, sebelumnya, aku harus bilang ini kepadamu. Karena ini semua adalah rencanaku dan kamu harus tahu. Aku tidak

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 86. Kelanjutan Hubungan Dara

    Keesokan hari pun tiba, di mana Dara sudah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Nathan. Setelah semalaman dia memikirkan apa yang harus dia putuskan. Entah mengapa hatinya lebih mengarah ke Nathan daripada Rendra. Lagipula, kedua orang tua Dara jelas sudah tidak setuju dengan kehadiran pria itu dalam hidupnya. Beda dengan Nathan yang datang ke hidup Dara dan disambut baik oleh mereka semua.Menjelang jam pertemuan, Dara sangat gugup. Dia bahkan sejak tadi pagi tidak keluar dari kamarnya karena lebih memilih harus memutuskan yang mana dan tidak ingin salah pilih seperti dulu. Dia ingin memantapkan diri untuk memilih Nathan meskipun ia masih memiliki sedikit rasa kepada Rendra.Tiba-tiba, ibunya Dara masuk ke dalam kamar Dara dan menyapa putrinya yang tengah galau dan tengah dilanda kebingungan itu.“Dara, kamu baik-baik saja?” tanya ibunya Dara sembar membawakan sarapan pagi.“Aku baik-baik saja, Bu. Ada apa, Bu?” tanya Dara yang berusaha tersenyum.“Syukurlah jika kamu baik-baik sa

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 85. Curhat Dengan Orang Tua Dara

    Dara menceritakan perihal apa yang terjadi kepada Dara barusan. Karena tidak ingin salah langkah, ia pun menceritakannya kepada kedua orang tuanya. Sudah cukup juga usia Dara untuk menikah. Jika dia serius, dia pasti bisa menuju ke jenjang yang lebih serius.“Begitulah, Nathan tiba-tiba bilang begitu kepadaku. Aku sama sekali tidak menyangka jika pria itu akan mengucap hal seperti itu kepadaku,” ucap Dara kepada kedua orang tuanya.“Sebenarnya, ayah sudah mengetahui ini sejak awal. Ayah juga merasa bahwa Nathan itu sudah lama menyukai kamu, Dara.” Jaka menjawab begitu dan memang sudah sedari awal mengetahui semuanya.“Ayah sudah sadar sejak lama? Lalu menurut ayah gimana?” tanya Dara yang langsung menatap ke arah ayahnya itu. Ayahnya terlihat sangat santai dan masih bisa tersenyum di depan putri dan juga istrinya.“Kalau kamu tanya menurut ayah, sebagai laki-laki, ayah jelas bisa melihat sikap dan sifat Nathan selama ini. Dia pria yang baik, bahkan dia sangat menyayangi kita, dan suda

  • Dendam Sang Pelakor   84. Rasa Suka Nathan

    Dara jelas semakin terkejut dengan ucapan Nathan barusan. Dia bahkan tak pernah berpikir sejauh itu, apalagi sampai ada statement bahwa Nathan menyukai Dara, hal itu bahkan tak pernah sedikitpun ada di kepala Dara.“Jangan bercanda, Nathan. Nggak lucu ih!” ucap Dara yang berusaha menahan rasa canggungnya.“Aku serius, Dara.” Nathan berusaha menatap manik mata wanita yang sedari tadi memalingkan pandangannya dari Nathan.Dara pun hanya bisa diam saja sembari menatap ke luar jendela yang berada di hadapannya itu. Mengapa di saat seperti ini, pria itu justru mengutarakan apa yang ia rasakan. Mengapa ia mengutarakannya di saat yang tidak tepat? Mengapa saat Dara susah sekali berpaling dari Rendra.“Kamu berkata begitu biar aku bisa jauh dari Rendra, bukan?” tanya Dara.Dara pun masih berusaha untuk berpikir positif akan ucapan Nathan. Ia masih saja berpikir jika Nathan tidak serius dan hanya main-main saja. Selama ini, dia memang penasaran terhadap Nathan, namun, dia tidak menyangka jika

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 83. NA Group

    Selepas kepindahan Rendra, beberapa hari setelah Rendra pindah, Dara pun baru sempat menemui Rendra, karena pekerjaannya cukup banyak dan membuat Dara tak punya waktu untuk pergi kemanapun selain mengurus pekerjaannya itu.Dara pergi ke rumah sakit di mana Rendra dirawat, ia pergi dengan menggunakan taxi karena Nathan juga tengah sibuk mengurus meeting di kantor. Dara tidak masalah dengan itu, di dalam taksi, dia berulang kali melihat ke jam yang ada di tangannya dan merasa jika supir taksinya mengendarai cukup lama hingga membuat Dara cukup gemas.Hingga sampailah dia ke rumah sakit yang cukup besar dan juga megah. Dara bahkan sempat tertegun kala melihat mewahnya bangunan di sana. Ia masuk dan langsung pergi ke lantai 4 di mana Rendra dirawat dan identitasnya juga disembunyikan, mengingat Rendra saat ini sedang berada dalam bahaya jika tidak disembunyikan. Ayahnya Maya sudah pasti akan geram jika Rendra tidak mati dalam insiden kecelakaan itu.Sampai di lantai 4, Dara masuk ke ruang

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 82. Persaingan Rendra dengan Nathan

    Beberapa hari pun berlalu, Dara hanya tinggal menunggu Rendra sembuh dari rumah sakit saja. Ketika Rendra sudah bisa ditemui, polisi berulang kali datang untuk melihat kondisi Rendra dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Rendra. Lalu, kebenarannya tentang narkoba yang dikonsumsi oleh pria itu. Saat dituduh seperti itu, Maya bahkan hanya bisa diam dan tidak membela suaminya sama sekali, bahkan, dia berniat untuk meninggalkan suaminya atas tuduhan yang tidak benar itu.“Benar kamu mengkonsumsi narkoba?” tanya Maya di depan para polisi.“Nggak! Serius! Aku sama sekali nggak pernah konsumsi narkoba, mabuk, dan lain sebagainya itu nggak pernah!” tutur Rendra yang berusaha untuk membela dirinya sendiri.“Terus kenapa ada narkoba di minuman kamu kalau bukan kamu yang konsumsi?” tanya Maya.“Setelah aku pulang dari pertemuan keluarga kita kemarin, aku diberi kopi oleh pelayan yang bekerja di sana. Setelah itu aku langsung nggak sadarkan diri dan nggak bisa kendalikan mobilku, aku

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 81. Digoda Nathan

    Dara langsung mengenakan pakaiannya tanpa memperhatikan Nathan yang sudah semakin mendekat ke arahnya. Hingga Nathan pun memeluk Dara dari belakang dan kepalanya berada dekat dengan kepala Dara.“A–apaan sih! Kamu ngapain? Ada ayah sama ibuku di luar loh!” ucap Dara yang sedikit panik kala pria itu berlaku seperti itu.“Dulu kamu melakukan ini kepadaku biasa saja, kenapa sekarang kamu jadi gugup ketika berada di dekatku?” tanya Nathan dengan blak-blakkan.“I–itu karena dulu aku bekerja untuk hal seperti itu, sekarang kan sudah tidak lagi!” ucap Dara yang semakin panik ketika Nathan terlihat semakin erat mendekap Dara.Pria itu perlahan mengusap perut Dara dan naik ke dadanya, hingga Nathan berhasil mendapatkan kedua gundukkan yang cukup besar, dan karena Dara sudah lama sekali tidak melakukan hal seperti itu, ia langsung memiliki hasrat yang besar untuk melakukannya dengan Nathan. Namun, ia masih berusaha menahannya karena tidak ingin ia melakukan itu kepada Nathan.“Nathan, kumohon a

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 80. Sebuah Ancaman

    [“Apa yang kamu perbuat kepada putraku?”] tanya pria itu dengan nada yang terdengar kesal.“Apa maksud anda?” Dara jelas bingung dengan apa yang dikatakan oleh pria itu, mengingat ia sama sekali tak pernah menyentuh Rendra belakangan ini. Apakah ada pembicaraan lain atau hal lain yang tidak diketahui oleh Dara.[“Mengapa sampai Rendra bisa kembali mencintaimu? Kamu pellet dia, ya!”] tuduh pria itu.“Oh, Jika dia menyukai saya bukankah itu haknya? Dia juga terlihat frustasi menjadi suami Maya. Jadi, bukankah kehadiran saya dalam kehidupan Rendra membuatnya jauh lebih baik?” tanya Dara sembari tersenyum puas mendengar perkataan seperti itu.[“Kau hanya akan menghancurkan apa yang sudah anakku dan aku lakukan saat ini! Apa kau tidak memikirkan bagaimana hancurnya kami berdua ketika nanti pria itu mengetahui kelakuan menantunya!”] bentak Jaya kepada Dara.“Bukankah saya sudah pernah bilang? Jika anda membersihkan nama baik ayah saya, maka saya akan langsung menjauh dari putra anda. Namun,

DMCA.com Protection Status